B.indo Puisi Modern

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Puisi modern adalah puisi yang berkembang di Indonesia

setelah masa kemerdekaan. Berdasarkan cara


pengungkapannya, puisi modern dapat dibagi menjadi puisi
epik, puisi lirik, dan puisi dramatik. Berdasarkan cara
pengungkapannya, dikenal adanya puisi kontemporer dan puisi
konvensional. Yang tergolong puisi kontemporer yaitu: puisi
mantra, puisi mbeling, serta puisi konkret. Selain itu
berdasarkan keterbacaan yaitu tingkat kemudahan memaknainya,
puisi terdiri dari puisi diafan, puisi prismatis, dan puisi gelap.

1. Pendekatan dalam Mengapresiasi Puisi


Pendekatan merupakan seperangkat asumsi dan prinsip
yang berhubungan dengan sifat-sifat puisi. Pendekatan
dalam mengapresiasi puisi terdiri dari pendekatan terhadap
teks puisi serta pendekatan dalam membaca puisi.
a. Pendekatan Parafrasis
Sesuai hakikatnya, puisi mengunakan kata-kata yang
padat. Oleh
sebab itu, banyak puisi yang tidak mudah untuk dapat
dipahami
terutama oleh pembaca pemula. Ada pendekatan yang
dapat
dilakukan, yaitu mengungkapkan kembali gagasan yang
disampaikan
penyair dalam bentuk baru yaitu menyisipkan kata atau
kelompok kata dengan tujuan memperjelas makna puisi
tersebut. Pendekatan ini bertujuan menguraikan kata
yang padat dan menkonkretkan yang bermakna kias.
b. Pendekatan Emotif
Pendekatan ini berupaya mengajak emosi atau
perasaan pembaca,
berkaitan dengan keindahan penyajian bentuk atau isi
gagasan.
Yang ingin diketahui pembaca adalah bagaimana penyair
menampilkan keindahan tersebut. Pendekatan ini juga sering
diterapkan untuk memahami puisi humor, satire, serta
sarkastis.
c. Pendekatan Analitis
Cara memahami isi puisi melalui unsur intrinsik
pembentuk puisi.
Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung
membangun
puisi dari dalam karya itu sendiri. Unsur intrinsik puisi
terdiri dari
tema, amanat, nada, perasaan, tipografi, enjambemen,
akulirik, rima, gaya bahasa, dan citraan.
Citraan merupakan suatu gambaran mental atau suatu
usaha yang dapat dilihat di dalam pikiran
(Laurence, 1973). Citraan tersebut termuat dalam kata-
kata yang dipakai penyair. Citraan atau imaji dibagi
menjadi:
1) Visual imagery
2) Auditory imagery
3) Smell imagery
4)Tactile imagery

d. Pendekatan Historis
Unsur ekstrinsik dapat terdiri dari unsur biografi penyair
yang turut mempengaruhi puisinya, unsur kesejarahan
atau unsur historis yang menggambarkan keadaan
zaman pada saat puisi tersebut diciptakan,
masyarakat, dan lain-lain.
e. Pendekatan Didaktis
Pendekatan ini berupaya menemukan nilai-nilai
pendidikan yang tertuang dalam puisi. Agar
dapat menemukan gagasan tersebut, pembaca
dituntut memiliki kemampuan intelektual dan kepekaan.
f. Pendekatan Spsiopsikologis
Berupaya memahami kehidupan sosial, budaya, serta
kemasyarakatan yang tertuang dalam puisi.
Puisi yang dapat dipahami menggunakan
pendekatan sosiopsikologis serta pendekatan didaktis
adalah puisi naratif.

2. Jenis Puisi Modern


Tidak sama dengan puisi lama. Isi, bentuk, irama, dan
bentuk
persajakan dalam puisi lama sudah berubah dalam puisi
baru.
Berdasarkan jumlah baris dalam kalimat pada setiap
baitnya, puisi baru
dibagi dalam beberapa bentuk puisi, yaitu:
1. Distikon
Sajak yang berisi dua baris kalimat dalam setiap baitnya,
bersajak a-a.
Contoh: Baju berpuput alun digulung
Banyu direbus buih di bubung
Selat Malaka ombaknya memecah
Pukul memukul belah-membelah
Bahtera ditepuk buritan dilanda
Penjajah diantuk haluan diunda
Camar terbang riuh suara
Alkamar hilang menyelam segara
Armada peringgi lari bersusun
Malaka negeri hendak diruntun
Galyas dan pusta tinggi dan kukuh
Pantas dan angkara ranggi dan angkuh ( Amir
Hamzah )
2. Tarzina
Sajak tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri atas tiga buah
kalimat. Tarzina bersajak a-a-a; a-b-c; a-b-b;
Contoh:
BAGAIMANA?
Kadang-kadang aku benci
Bahkan sampai aku maki
……………… diriku sendiri
Seperti aku
Menjadi seteru
……………….diriku sendiri
Waktu itu
Aku ……………………..
Seperti seorang lain dari diriku
Aku tak puas
Sebab itu aku menjadi buas
Menjadi buas dan panas ( Or. Mandank )
3. Kuatrin
Sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat
buah kalimat. Kuatrin bersajak ab\ab, aa-aa, ab\ab atau
aa\bb.
Contoh: NGARAI SIANOK
Berat himpitan gunung Singgalang
Atas daratan di bawahnya
Hingga tengkah tak alang-alang
Ngarai lebar dengan dalangnya
Bumi runtuh-runtuh juga
Seperti beradab-adab yang lepas
Debumnya hirap dalam angkasa
Derumnya lenyap di sawah luas
Dua penduduk di dalam ngarai
Mencangkul lading satu-satu
Menyabit di sawah bersorak sorai
Ramai kerja sejak dahulu
Bumi runtuh-runtuh jua
Mereka hidup bergiat terus
Seperti si Anok dengan rumahnya
Diam-diam mengalir terus( Rifai Ali )
4. Kuint
Sajak atau puisi yang terdiri atas lima baris kalimat dalam
setiap baitnya. Kuint bersajak a-a-a-a-a.
Contoh: HANYA KEPADA TUAN
Satu-satu perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakana
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada Tuan
Yang pernah di resah gelisahkan
Satu-satu desiran
Yang saya dengarkan
Hanya dapat saya syairkan
Kepada Tuan
Yang pernah mendengarkan desiran
Satu-satu kenyataan
Yang saya didustakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada Tuan
Yang enggan merasakan ( Or. Mandank )
5. Sektet
Sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam buah
kalimat dalam setiap baitnya. Sektet mempunyai persajakan
yang tidak beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas
menyatakan perasaannya tanpa menghiraukan persajakan atau
rima bunyi.
Contoh: BUNDA DAN ANAK
Masak jambak
Buah sebuah
Diperam alam di ujung dahan
Merah
Beuris-uris
Bendera masak bagi selera
Lembut umbut
Disantap sayap
Kereak pipi mengobat luas
Semarak jambak
Di bawah pohon terjatuh ranum
Lalu ibu
Di pokok pohon
Tertarung hidup, terjauh mata
Pada pala
Tinggal sepenggal
Terpercik liur di bawah lidah
6. Septina
Sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh buah
kalimat. Sama halnya dengan sektet, persajakan septina tidak
berurutan.
Contoh: API UNGGUN
Diam tenang kami memandang
Api unggun menyala riang
Menjilat meloncat menari riang
Berkilat-kilat bersinar terang
Nyala api nampaknya curia
Hanya satu cita digapai
Alam nan tinggi, sunyi, sepi (Intojo)
3. Bentuk-bentuk puisi baru berdasarkan isi yang terkandung
di dalamnya adalah: 1. Ode
Sajak atau puisi yang isinya mengandung pujian kepada
seseorang, bangsa dan Negara, atau pun sesuatu yang
dianggap mulia. Karena isinya itulah, ode disebut juga sebagai
puji-pujian. Persajakan ode tidak beraturan atau bebas.
Contoh:
· Menara sakti ( Kepada arwah HOS. Cokroaminoto ) ,
karya A
Hasjmy
2. Himne
Sajak pujaan, yaitu puji-pujian kepada Tuhan Yang
Mahakuasa. Himne disebut juga sajak atau puisi ketuhanan.
Contoh:
· Padamu jua, karya Amir Hamzah
3. Elegi
Elegi merupakan sajak duka nestapa. Isi sajak ini selalu
mengungkapkan sesuatu yang menyayat hati, mendayu-dayu
dan mengharu-biru.
Contoh:
· Bertemu, karya Sutan Takdir Alisyahbana
4. Epigram
Sajak atau puisi yang berisi tentang ajaran-ajaran moral, nilai-
nilai hidup yang baik dan benar, yang dilukiskan dengan
ringkas. Terkadang ditulis dengan kata-kata atau kalimat-
kalimat sindiran atau kecaman pahit.
Contoh:
· Pemuda, karya Surapati
5. Satire
Sajak atau puisi yang isinya mengecam, mengejek dengan
kasar (sarkasme) dan tajam (sinis) suatu kepincangan atau
ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.
Contoh:
· Marhaen, karya Sanusi pane
6. Romance
Romance adalah sajak atau puisi yang berisi tentang cinta
kasih. Cinta kasih ini tidak hanya cinta kasih antara dua
orang kekasih, tetapi juga cinta kasih dalam bentuk lainnya.
Misalnya cinta terhadap suasana damai dan tentram, cinta
keadilan, cinta terhadap bangsa dan Negara juga cinta kepada
Tuha.
Contoh:
· Anakku, karya J.E. Tatengkeng
7. Balada
Sajak atau puisi yang berisikan cerita atau kisah yang mungkin
terjadi atau hanya khayalan penyairnya saja.
Contoh:
· Kristus di Medan Perang, karya Situr Situmorang
8. Soneta
Soneta adalah salah satu bentuk puisi baru yang berasal dari
Italia dan masuk ke Indonesia melalui pemuda terpelajar
Indonesia yang belajar di Eropa, terutama Belanda.Tokoh
sonata terkenal dan dianggap sebagai bapak sonata Indonesia
adalah Mohammad Yamin dan Rustam Effendi.
Soneta yang asli terdiri atas empat belas kalimat seluruhnya.
Namun sonata yang ada di Indonesia jumlah barisnya lebih
dari empat belas kalimat. Tambahan baris kalimat dalam
sonata tersebut dinamakan koda atau ekor.
Contoh:
· Kehilangan Mestika, karya A. Kartahadimadja
· Untuk Tini Kusuma, karya Moch. Yamin

Anda mungkin juga menyukai