Retensio Plasenta
Retensio Plasenta
Retensio Plasenta
RETENSIO PLASENTA
Disusun oleh:
Revita Nofrisa
D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
Universitas MH.Thamrin JL. Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati, jakarta
timur 13550
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan sebuah makalah yang berjudul “RETENSIO PLASENTA”.
Penyusunan makalah ini dimaksud untuk memenuhi salah satu tugas diruang “VK”.
Dan juga untuk menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas bagi kami dan juga
pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menemukan beberapa kendala, namun berkat
partisifasi dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi kita
semua.
Revita Nofrisa
Daftar Isi
Daftar Pusaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui retensio plasenta
2. Untuk mengetahui penyebab retensio plasenta
3. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan palsenta manual
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahriran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual retensio
plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi
sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi
degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus)
tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera,
uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005).
Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta
mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh seviks, terlepas sebagian, secara patologis melekat
(plasenta akreta, inkreta, percreta) (David, 2007)
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrhage yang
tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan
keluarnya plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik menangiani setelah 5 menit,
kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar sebelum
menyebutnya untuk tertahan (Varney’s, 2007).
2. Fisiologi plasenta
Klasifikasi plasenta merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam kehamilan
akibat deposisi kalsium pada plasenta. Klasifikasi pada plasenta terlihat mulai kehamilan 29
minggu dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan, terutama setelah
kehamilan 33 minggu. Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat daripada
pertumbuhan plasenta. Sampai usia kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar ¼ luas
permukaan miometrium dan ketebalannya tidak lebih dari 2-3 cm, menjelang kehamilan
aterm plasenta menempati sekitar 1/8 luas permukaan miometrium, dan ketebalannya
mencapai 4-5 cm. Ketebalan plasenta yang normal jaran melebihi 4 cm, plasenta yang
menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada ibu yang menderita diabetes melitus, ibu
anemia (HB < 8 gr%), hidrofetalis, tumor plasenta, kelainan kromosom, infeksi (sifilis,
CMV) dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis dapat dijumpai pada pre eklampia,
pertumbuhan jani terhambat (PJT), infark plasenta, dan kelainan kromosom. Belum ada
batasan yang jelas mengenai ketebalan minimal plsaenta yang masih dianggap normal.
Beberapa penulis memakai batasan tebal minimal plasenta normal antara 1,5-2,5 cm.
3. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun
serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan
pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit
oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum
terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi
yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang.
4. Fisiologi pelepasan plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kotraksi dan retraksi miometrium sehingga
mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi
lebih kecil, sehingga plsenta mulai melepaskan diri dari dinding uterus dan tidak dapat
berkontraksi atau berinteraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk.
Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan
keseluruhan plasenta dari uterus dan ,mendorongnya keluar vagina disertai dengan
pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta (WHO, 2001)
9. Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
a. Perdarahan
b. Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
c. Infeksi
d. Karena sebagai benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan pertumbuhan
bakteri dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
e. Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis.
f. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi
patologik (displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan
akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa
beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian
perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker.
Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah
menjadi kanker (Manuaba, IGB. 1998:300)
Catatan :
a. Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi dengan
dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu menunjukkan
plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
b. Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat
erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta.
Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (miso[rostol 600 mcg per
rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Indikasi melakukan plasenta manual
a. Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
b. Riwayat HPP habitualis
c. Post operasi
Transvaginal
Transabdominal
d. Penderita dalam keadaan narkosa atau anesthesi umum.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan
singkat mengenai langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses
pemikiran dalam proses klinis yang berorientasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya
pada kasus Retensio Plasenta.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.Data Subjektif
a. Identitas
Nama klien : digunakan untuk membedakan antara klien yang satu dengan yang
lain
Umur : untuk mengetahui masa reproduksi klien berisiko tinggi atau tidak,
<20 tahun atau >35 tahun.
Agama : untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu
selama memberikan asuhan
Suku/ bangsa : untuk menentukan adat istiadat atau budayanya
Pendidikan : untuk memudahkan kita dalam memberikan asuhan pada ibu.
Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar
nasehat kita sesuai.
Alamat : untuk mengetahui ibu tinggal dimana.
( maksud pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi atau mengenal klien)
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat Retensio plasenta terjadi. Ibu dengan
retensio plasenta mengatakan perutnya tidak terasa mules plasenta belum lahir.
c. Riwayat perkawinan
Menanyakan tahun berapa meniakah, status perkawinan dan setelah menikah berapa lama
baru hamil. Gunanya untuk mengetahui fungsi alat reproduksi pasien baik atau
tidak. Kejadian retensio plasenta ini dapat berkaitan dengan usia ibu yang tidak dalam usia
reproduksi yang sehat dimana wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan.
d. Riwayat menstruasi
Menarche :
Siklus :
Banyaknya:
Keluhan :
HPHT :
maksud pertanyaan ini adalah untuk menentukan tafsiran persalinan dan usia
kehamilan,dimana dari sini merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah siklus
mentruasi pasien normal.
g. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu: untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami masalah
seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, DM, epilepsi, PMS dan mengalami operasi
pada uterus atau tidak.
Riwayat kesehatan sekarang :
i. Riwayat kontrasepsi
Kemungkinan klien pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak.
j. Riwayat seksualitas
Apakah klien mengalami masalah selama berhubungan atau tidak.
l. Riwayat spritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik.
m. Riwayat psikologis
Mengetahui kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap
kehamilan dan persalinan ini. Kemungkinan klien dan suaminya mengharapkan dan senang
dengan kehamilan ini
.
n. Kebutuhan dasar
Kemungkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses
eliminasi, aktifitas sehari-hari, istirahat dan personal hygiene dan kebiasaan-kebiasaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan saat hamil dan bersalin.
2. Data Objektif
data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus.
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Pada rentensio
plasenta keadaan umum ibu kurang baik.
Keadaan emosional: untuk mengetahui apakah kaeadaan emosional ibu stabil atau
tidak.
Ukuran LILA : untuk mengetahui status gizi ibu.
Tanda-tanda vital
a. TD :
b. Suhu :
c. Nadi :
d. Pernafasan :
Berat Badan ( untuk mengetahui status gizi ibu )
Saat ini :
Sebelum hamil :
Kenaikan BB selama hamil :
Tinggi badan :
b) Pemeriksaan khusus
Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki.
Yang dinilai adalah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit,
rambut, muka, conjungtiva , sklera, hidung dan telinga, mulut apakah caries , karang
gigi, leher apakah ada pembesaran kelenjer gondok, payudara apakah simetris kiri dan
kanan, keadaan puting susu menonjol atau tidak, colostrum ada atau tidak, perut
membesar sesuai denagan usia kehamilan, apakah ada bekas luka operasi atau
tidak, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema, dan pengeluran dari
vagina, Anus apakah ada haemoroid, ektermitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
Yang menjadi fokus pemeriksaan yaitu mata apakah conjungtiva pucat atau tidak
dan biasanya pada retensio plasenta mata klien pucat dan kemungkinan klien juga
ada bekas operasi pada uterusnya.
Pendarahan kurang lebih 400 cc.
Secara Palpasi yaitu,pemeriksaan yang difokuskan pada abdomendengan
menngunakan cara leopold.
Yang menjadi fokus pemeriksaan adalah pada daerah perut didapatkan uterus tidak
teraba bulat dan keras kontraksi kurang kuat, TFU 3 jari diatas pusat.
Plasenta belum lahir lebih dari 30 menit. Kontraksi kurang baik
Secara Auskultasi
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mendengarkan.
Secara perkusi
Kemungkinan refleks petella kiri dan kanan positif.
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labor dilakukan untuk mengetahui derajat anemia yang dialami klien
yaitu dengan melakukan pemeriksaan HB berhubungan dengan seberapa banyak
pendarahan yang telah di alami klien.
d) Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam dengan kasus retensio plasenta ( plasenta akreta )sulit ditentukan
tepi plasenta karena implantasi yang dalam.
e) Pemeriksaan luar
Tanda penting untuk diagnosis pada retensio plasenta (plasenta akreta ) pemeriksaan luar
adalah ikutnya fundus atau korpus bila tali pusat ditarik.
Dasar :
Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mules plesenta belum lahir
Ibu mengatakan merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya
Keadaan umum kurang baik
Mata pucat
Uterus tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang kuat
TFU 3 jari diatas pusat
Plasenta belum keluar dari 30 menit
Pendarahan kurang lebih 400 cc
2. Masalah
Pendarahan dan kekurangan cairan
v. PERENCANAAN
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah.
Intevensi:
3.1 Kesimpulan
Dalam penanganan retensio plasenta seorang bidan harus memiliki keterampilan dan
harus bsa mendeteksi secara dini serta mengetahui tanda-tanda komplikasi terjadinya retensio
plasenta. Retensio plasenta jika tidak ditangani dengan sebaik-baiknya akan menyebabkan
kematian pada ibu. Retensio plasenta adalah tidak lahirnya plasenta lebih dari 30 menit dan
hal ni diakibatkan tertinggalnya sisa plasenta di tempat penanaman plasenta. Bisan bisa
mencegah dengan melakukan upaya promisi dengan penerimaan keluarga berencana
sehingga memperkecil retensio plasenta, meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan
dengan tenaga kesehatan yang terlatih, pada pertolongan persalinan kala III tidak
diperkenankan untuk melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan
plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan
mengganggu pelepasan plasenta.
3.2 Saran
Makalah ini ungkin msih luput dari kesalahan dan banyak kekurangan yang dituliskan
oleh penulis maka dari itu penulis mohon kiritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA