Retensio Plasenta

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Tugas Makalah

RETENSIO PLASENTA

Disusun oleh:

Revita Nofrisa

D3 KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

Universitas MH.Thamrin JL. Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati, jakarta
timur 13550
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan sebuah makalah yang berjudul “RETENSIO PLASENTA”.
Penyusunan makalah ini dimaksud untuk memenuhi salah satu tugas diruang “VK”.
Dan juga untuk menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas bagi kami dan juga
pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menemukan beberapa kendala, namun berkat
partisifasi dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi kita
semua.

Jakarta, 21 September 2019

Revita Nofrisa
Daftar Isi

Kata Penghantar ..................................................................................................................................... 2


Daftar isi ................................................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan .................................................................................................................................. 4
Bab II Pembahasan ................................................................................................................................ 5
i. Pengkajian (Pengumpulan data dasar) ................................................................................. 11
ii. Interprestasi data dasar, diagnosa, masalah dan kebutuhan .............................................. 15
iii. Identifikasi diagnosa dan maslah potensial ........................................................................ 15
iv. Identifikasi yang memerlukan kebutuhan penanganan segera dan kolaborasi ................. 15
v. Perencanaan......................................................................................................................... 16

Bab III Penutup ..................................................................................................................................... 17


3.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 17
3.2 Saran .................................................................................................................................. 17

Daftar Pusaka
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan masalah besar yang terjadi dalam bidang
kesehatan. Angka kematian ibu di Indonesia masih tertinggi d ASEAN dan Indonesia.
Persalinan merupakan hal yang sangat di tunggu oleh ibu hamil. Tapi dalam persalinan dan
setelah melahirkan adalah suatu yang sangat rawan bagi ibu untuk mengalami perdarahan
yang begitu hebat dan perdarahan tersebut adalah salah satu faktor tertinggi penyebab
kematian pada ibu. Perdarahan yang terjadi pada ibu diantaranya diakibatkan oleh
terhambatnya kelahiran plasenta melebihi dari 30 menit. Hal ini di akibatkan karena
tertinggalnya sebagian sisa plsenta di dalam uterus ibu karena perlekatan yang begitu erat.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat
implantasinya. Menyebabkan terganggunya kontraksi otot uterus sehingga sebagian
pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.ini lah yang disebut dengan
RETENSIO PLASENTA

1.2 Tujuan
1. Mengetahui retensio plasenta
2. Untuk mengetahui penyebab retensio plasenta
3. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan palsenta manual
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahriran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual retensio
plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi
sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi
degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus)
tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera,
uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005).
Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta
mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh seviks, terlepas sebagian, secara patologis melekat
(plasenta akreta, inkreta, percreta) (David, 2007)
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrhage yang
tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan
keluarnya plasenta yang diharapkan.beberapa ahli klinik menangiani setelah 5 menit,
kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar sebelum
menyebutnya untuk tertahan (Varney’s, 2007).

2. Fisiologi plasenta
Klasifikasi plasenta merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam kehamilan
akibat deposisi kalsium pada plasenta. Klasifikasi pada plasenta terlihat mulai kehamilan 29
minggu dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan, terutama setelah
kehamilan 33 minggu. Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat daripada
pertumbuhan plasenta. Sampai usia kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar ¼ luas
permukaan miometrium dan ketebalannya tidak lebih dari 2-3 cm, menjelang kehamilan
aterm plasenta menempati sekitar 1/8 luas permukaan miometrium, dan ketebalannya
mencapai 4-5 cm. Ketebalan plasenta yang normal jaran melebihi 4 cm, plasenta yang
menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada ibu yang menderita diabetes melitus, ibu
anemia (HB < 8 gr%), hidrofetalis, tumor plasenta, kelainan kromosom, infeksi (sifilis,
CMV) dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis dapat dijumpai pada pre eklampia,
pertumbuhan jani terhambat (PJT), infark plasenta, dan kelainan kromosom. Belum ada
batasan yang jelas mengenai ketebalan minimal plsaenta yang masih dianggap normal.
Beberapa penulis memakai batasan tebal minimal plasenta normal antara 1,5-2,5 cm.

3. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun
serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan
pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit
oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum
terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi
yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang.
4. Fisiologi pelepasan plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kotraksi dan retraksi miometrium sehingga
mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi
lebih kecil, sehingga plsenta mulai melepaskan diri dari dinding uterus dan tidak dapat
berkontraksi atau berinteraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk.
Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan
keseluruhan plasenta dari uterus dan ,mendorongnya keluar vagina disertai dengan
pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta (WHO, 2001)

5. Predisposisi retensio plasenta


Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu:
a. Grandemultipara
b. Kehamilan ganda,sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas
c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis
d. Plasenta previa, karena dibagian ishmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga perlu
masuk jauh kedalam
e. Bekas operasi pada uterus

6. Penyebab retensio plasenta


Secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat (penyebab terpenting), dan
plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya (plasenta
membranacea, plasenta anularis), dan ukurannya (palsenta yang sangat kecil). Plasenta yang
sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesive.
Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala Separasi/ akreta parsial Plasenta inkarserata Plasenta akreta
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk fundus Diskoid Agak globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi Lepas sebagian Sudah lepas Melekat
plasenta seluruhnya
syok sering jarang Jarang sekali

7. Tertinggalnya sebagian palsenta


Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.
Penemuan secara dini hanya di mungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan
lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan keluhan perdarahan
setelah beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi uterus :
a. Penemuan secara dini hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan
lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ketempat bersalin dengan keluhan
perdarahan setelah beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi uterus.
b. Berikan antibiotika (sesuai intruksi dokter) karena perdarahan juga merupakan gejala
metritis. Antibiotika yang dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjukan 3x1 g oral
dikombinasi dengan metrodinazol 1 g supositoria dilanjutkan 3 x 500 mg oral
c. Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh melakukan) (bila serviks terbuka) dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase (dilakukan oleh
dokter obgyn)
d. Bila kadar HB < 8 g/dL berikan transfusi darah. Bila kadar HB > 8 g/dL, berkian sulfas
ferosus 600 mg/hari selama 10 hari (sesuai petunjuk dokter kandungan).

8. Tanda dan Gejala


Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus akibat
traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. Tertinggalnya plasenta
(sisa plasenta), gejala yang selalu ada yaitu plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul
uterus berkontraksi baik tetapi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena ini menentukan
sikap pada saat bidan akan mengambil keputusan untuk melakukan manual plasenta, karena
retensio bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian
lapisan miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada dinding uterus. Pada
plasenta akreta vilii chorialis menanamkan diri lebih dalam kedalam dinding rahim
daripada biasa adalah sampai kebatas atas lapisan otot rahim. Plasenta akreta ada yang
kompleta, yaitu jika seluruh permukannya melekat dengan erat pada dinding rahim.
Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih
erat berhubungan dengan dinding rahim dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta,
inkreta, dan precreta jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah kelainan desidua,
misalnya desisua yang terlalu tipis.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / melewati
lapisan miometrium.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion yang menembus lapisan miometrium
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkar serata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh
kontriksi ostium uteri

9. Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
a. Perdarahan
b. Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
c. Infeksi
d. Karena sebagai benda mati yang tertinggal didalam rahim meingkatkan pertumbuhan
bakteri dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
e. Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis.
f. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi
patologik (displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan
akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa
beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian
perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker.
Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah
menjadi kanker (Manuaba, IGB. 1998:300)

10. Penanganan Retensio Plasenta


a. Tentukan jenis retensio yang terjaid karena berkaitan dengan tindakan yang di ambil.
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta tidak
terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
c. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes permenit. Bila perlu,
kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal (sebaiknya tidak menggunakan
ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap
dalam kavum uteri).
d. dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan.
e. Lakukan tranfusi darah apabila diperlukan.
f. Berikan antibiotika profilaksis (ampisislin 2 g IV / oral + metronidazole 1 g
supositoria/oral).
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.

11. Penanganan plasenta akreta


a. Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus atau korpus
bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi plasenta karena
implantasi yang dalam.
b. Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah menetukan diagnosis,
stabilisasi pasien dan rujuk kerumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan tindakan
operatif.

12. Penatalaksanaan retensio plasenta


Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta seiknya bidan harus
mengambi beberapa sikap dalam menghadapi kejadian retensio plasenta yaitu :
a. Sikap umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf dan obyektif antara lain :
keadaan umum penderita, apakah ibu anemis, bagaimana jumlah perdarahannya, keadaan
umum penderita, keadaan fundus uteri, mengetahui keadaan plasenta, apakah plasenta
inkaserata, melakukan tes plasenta dengan metode kustner, metode klein, metode
strastman, metode manuaba, memasang infus dan memberikan cairan pengganti.
b. Sikap khusus bidan : pada kejadian retensio plasenta atau plasenta tidak keluar dalam
waktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk
mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat
implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri (Depkes, 2008).
c. Prosedur palsenta manual dengan cara :

Langkah Cara melakukan


Persiapan: pasang set dan cairan infus,
jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan
tindakan, lanjutkan anastesia verbal atau
analgesia per rektal, siapkan dan jelaskan
prosedur pencegahan infeksi
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri:
pastikan kandung kemih dalam keadaan
kosong; jepit tali pusat dengan klemp pada
jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan
satu tangan sejajar lantai
Secara obstetrik masukkan tangan lainnya
(punggung tangan menghadap ke bawah)
kedalam vagina dengan menelusuri sisi
bawah tali pusat, setelah mencapai bukaan
serviks, kemudian minta seorang asisten /
penolong lain untuk memegangkan klem tali
pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk
menahan fundus
Sambil menahan fundus uteri, masukkan
tanagn kedalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi
plasenta. Bentangkan tangan obstetric
menjadi datar seperti memberi dalam (ibu jari
merapat kadi telunjuk dan jari-jari lain
merapat), tentukan implantasi plasenta,
temukan tepi plasenta paling bawah. Bila
plasenta berimplentasi di korpus belakang,
tali pusat tetap disebalah atas dan sisipkan
ujung jaru-jari tangan diantara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tngan
menghadap ke bawah (posterior ibu).
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan
kesebalah atas tali pusat dan sisipkan ujung
jari-jari tangan diantara plasenta dandinding
uterus dimana punggung tangan menghadap
ke atas (anterior ibu), setelah ujung-ujung jari
masuk diantara palsenta dan dinding uterus
maka perluasan plasenta dengan jalan
menggeser tangan ke tangan kiri sambul
geserkan ke atas (cranial ibu) hingg semua
perlekatan plasenta terlepas dari dinding
uterus
Sementara satu tangan masih didalam kavum
uteri lakukan eksplorasi untuk menilai tidak
ada plasenta yang tertinggal.
Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra
simpisis (tahan segmen bawah uterus)
kemudian intruksikan asisten/penolong untuk
menarik tali pusat sambil tangan membawa
plasenta keluar (hindari adanya percikan
darah)
Lakukan penekanan (dengan tangan yang
menahan supra simpisis) uterus ke arah dorso
kranial setelah plasenta dilahirkan dan
tempatkan plasenta dalam wadah yang telah
disediakan.
Lakukan tindaan pencegahan infeksi dengan
cara dekontaminasi sarung tangan (sebelum
dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan, lepaskan dan rendam sarng
tangan dan peralatan lainnya didalam larutan
klorin 0,5% selam 10 menit, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir,
keringkan tangan dengan handuk bersih dan
kering
Lakukan pemantauan pasca tindakan,
pastikan tanda vital ibu, catat kondisi ibu, dan
buat laporan tindakan, tuliskan rencana
pengobatan, tindakan yang masih diperlukan
dan asuhan lanjutan, beritahukan pada ibu
dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
tapi ibu masih memerlukan pemantauan dan
asuhan lanjutan, lanjutan pemantauan ibu
hingga 2 jam pasca tindakan sebelum pindah
ke ruang rawat gabung

Catatan :
a. Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi dengan
dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu menunjukkan
plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
b. Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat
erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta.
Untuk keadaan ini sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (miso[rostol 600 mcg per
rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Indikasi melakukan plasenta manual
a. Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
b. Riwayat HPP habitualis
c. Post operasi
 Transvaginal
 Transabdominal
d. Penderita dalam keadaan narkosa atau anesthesi umum.

Komplikasi plasenta manual


Komplikasi plasenta manual diantaranya :
a. Perforasi karna tipisnya tempat implantasi palsenta
b. Meningkatnya kejadian infeksi asenden
c. Tidak berhasil karena perlekatan plasenta, dapat menimbulkan perdarahan yang sulit
dihentikan
Dapat dikatakan plasenta manual pada retensio yang tidak menimbulkan perdarahan harus
berhati-hati karena kemungkinan perlekatan sangat erat, sehingga menimbulkan perdarahan.
Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan maslah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasi pikiran serta tindakan berdasarkan teri ilmiah. Penemuan-penemuan
keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada
klien. Asuhan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien atau pasien yang
pelaksanaannya dilakukan dengan cara bertahap dan sistematis dan melalui suatu proses yang
disebut Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 .
Proses manajemen menurut varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang berurutan
dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun, yaitu:
1. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengidentifikasi pasien secara lengkap.
2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar dari data
tersebut .
3. Mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa lainnya yang mungkin terjadi karna
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi .
4. Mengevaluasi perlunya intervensi segera oleh bidan dan dokter.
5. Mengembangkan rencana asuhan yang menyeluruh.
6. Mengembangkan rencana asuhan tersebutsecara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang telah diberikan.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan
singkat mengenai langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses
pemikiran dalam proses klinis yang berorientasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya
pada kasus Retensio Plasenta.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

i. PENGKAJIAN (PENGUMPULAN DATA DASAR )

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data


menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama
ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien
Data- data tersebut dikumpulkan meliputi:

1.Data Subjektif
a. Identitas
 Nama klien : digunakan untuk membedakan antara klien yang satu dengan yang
lain
 Umur : untuk mengetahui masa reproduksi klien berisiko tinggi atau tidak,
<20 tahun atau >35 tahun.
 Agama : untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu
selama memberikan asuhan
 Suku/ bangsa : untuk menentukan adat istiadat atau budayanya
 Pendidikan : untuk memudahkan kita dalam memberikan asuhan pada ibu.
 Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar
nasehat kita sesuai.
 Alamat : untuk mengetahui ibu tinggal dimana.
( maksud pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi atau mengenal klien)

b. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat Retensio plasenta terjadi. Ibu dengan
retensio plasenta mengatakan perutnya tidak terasa mules plasenta belum lahir.

c. Riwayat perkawinan
Menanyakan tahun berapa meniakah, status perkawinan dan setelah menikah berapa lama
baru hamil. Gunanya untuk mengetahui fungsi alat reproduksi pasien baik atau
tidak. Kejadian retensio plasenta ini dapat berkaitan dengan usia ibu yang tidak dalam usia
reproduksi yang sehat dimana wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan.

d. Riwayat menstruasi
 Menarche :
 Siklus :
 Banyaknya:
 Keluhan :
 HPHT :
maksud pertanyaan ini adalah untuk menentukan tafsiran persalinan dan usia
kehamilan,dimana dari sini merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah siklus
mentruasi pasien normal.

e. Riwayat obstetric yang lalu


Menanyakan tentang kehamilan yang lalu, persalinan yang lalu dan nifas yang lalu normal
atau tidak.
 Kehamilan yang lalu, kemungkinan pasien ada atau tidak mengalami anemia.
 Persalinan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami persalinan spontan atau
dengan tindakan , persalinan atrem atau post-term. Riwayat Bekas operasi pada
uterus dapat mengakibatkan retensio plasenta.
 Nifas yang lalu, kemungkinan keadaan involusi uterus, lochea, infeksi dan laktasi
berjalan dengan normal atau disertai konflikasi.
 Pada kasus infertilitas, kemungkinan akan terjadi retensio plasenta karena lapisan
endometriumnya tipis.
 Pada kasus banyak anak (grandemultipara ) merupakan salah satu predisposisi
retensio plasenta
 Kemungkinan ada.riwayat retensio pada persalinan sebelumnya

f. Riwayat kehamilan sekarang


 HPHT: untuk mengetahui usia kehamilan dan tafsiran persalinan
 kemungkinan adanya tanda-tanda bahaya pada ibu hamil. Pada kasus plasenta previa
kemungkinan dapat mengakibatkan retensio plasenta, karena dibagian istmus uterus,
pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk jauh kedalam.
 Obat / suplemen termasuk jamu-jamuan yang dikonsumsi: untuk mengetahui apakah si
ibu mempunyai kebiasaan makan, minum obat-obatan / jamu, merokok, gaya hidup yang
tidak sehat, selama waktu hamil atau tidak.
 Imunisasi: kemungkinan apakah ada ibu mendapatkan imunisasi TT selama kehamilan.

g. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu: untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami masalah
seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, DM, epilepsi, PMS dan mengalami operasi
pada uterus atau tidak.
Riwayat kesehatan sekarang :

h. Riwayat kesehatan keluarga


mengetahui apakah keluarga ada yang mengalami penyakit seperti, jantung, ginjal, asma,
TBC, hipertensi, DM, epilepsi dan PMS atau tidak.

i. Riwayat kontrasepsi
Kemungkinan klien pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak.

j. Riwayat seksualitas
Apakah klien mengalami masalah selama berhubungan atau tidak.

k. Riwayat sosial, ekonomi dan budaya


Mengetahui bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya apakah baik atau
tidak dan keadaan ekonomi pasien mampu atau kurang mampu serta budaya yang
mempengaruhi lingkungan klien. dengan adanya pantangan untuk memakan makanan
tertentu bagi ibu hamil juga akan mempengaruhi kesehatan ibu.

l. Riwayat spritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik.

m. Riwayat psikologis
Mengetahui kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap
kehamilan dan persalinan ini. Kemungkinan klien dan suaminya mengharapkan dan senang
dengan kehamilan ini
.
n. Kebutuhan dasar
Kemungkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses
eliminasi, aktifitas sehari-hari, istirahat dan personal hygiene dan kebiasaan-kebiasaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan saat hamil dan bersalin.

2. Data Objektif
data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus.
a) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Pada rentensio
plasenta keadaan umum ibu kurang baik.
Keadaan emosional: untuk mengetahui apakah kaeadaan emosional ibu stabil atau
tidak.
 Ukuran LILA : untuk mengetahui status gizi ibu.
 Tanda-tanda vital
a. TD :
b. Suhu :
c. Nadi :
d. Pernafasan :
 Berat Badan ( untuk mengetahui status gizi ibu )
Saat ini :
Sebelum hamil :
Kenaikan BB selama hamil :
 Tinggi badan :

b) Pemeriksaan khusus
 Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki.
 Yang dinilai adalah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit,
rambut, muka, conjungtiva , sklera, hidung dan telinga, mulut apakah caries , karang
gigi, leher apakah ada pembesaran kelenjer gondok, payudara apakah simetris kiri dan
kanan, keadaan puting susu menonjol atau tidak, colostrum ada atau tidak, perut
membesar sesuai denagan usia kehamilan, apakah ada bekas luka operasi atau
tidak, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema, dan pengeluran dari
vagina, Anus apakah ada haemoroid, ektermitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
 Yang menjadi fokus pemeriksaan yaitu mata apakah conjungtiva pucat atau tidak
dan biasanya pada retensio plasenta mata klien pucat dan kemungkinan klien juga
ada bekas operasi pada uterusnya.
 Pendarahan kurang lebih 400 cc.
 Secara Palpasi yaitu,pemeriksaan yang difokuskan pada abdomendengan
menngunakan cara leopold.
 Yang menjadi fokus pemeriksaan adalah pada daerah perut didapatkan uterus tidak
teraba bulat dan keras kontraksi kurang kuat, TFU 3 jari diatas pusat.
 Plasenta belum lahir lebih dari 30 menit. Kontraksi kurang baik
 Secara Auskultasi
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara mendengarkan.
 Secara perkusi
 Kemungkinan refleks petella kiri dan kanan positif.

c) Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan labor dilakukan untuk mengetahui derajat anemia yang dialami klien
yaitu dengan melakukan pemeriksaan HB berhubungan dengan seberapa banyak
pendarahan yang telah di alami klien.

d) Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam dengan kasus retensio plasenta ( plasenta akreta )sulit ditentukan
tepi plasenta karena implantasi yang dalam.

e) Pemeriksaan luar
Tanda penting untuk diagnosis pada retensio plasenta (plasenta akreta ) pemeriksaan luar
adalah ikutnya fundus atau korpus bila tali pusat ditarik.

ii. INTERPRESTASI DATA DASAR, DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN


Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah
atau diagnosa yang spesifik.beberapa maslah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis tetapi
sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan
terhadap klien.
1. Diagnosa
Ibu P..A..H.., partus kala III dengan retensio plasenta

Dasar :
 Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mules plesenta belum lahir
 Ibu mengatakan merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya
 Keadaan umum kurang baik
 Mata pucat
 Uterus tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang kuat
 TFU 3 jari diatas pusat
 Plasenta belum keluar dari 30 menit
 Pendarahan kurang lebih 400 cc

2. Masalah
Pendarahan dan kekurangan cairan

iii. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang ada sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Kemungkinan diagnosa atau masalah potehsial yang timbul:
 ketidakseimbangan elektrolit dan syok.
 Dasar: kebutuhan cairan yang berkurang akibat pendarahan lebih
 kurang 400 cc

iv. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN


SEGERA DAN KOLABORASI
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya Tindakan segera atau tidak oleh bidan atau
dokter untuk dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota TIM kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Tindakan segeranya adalah:
 Kolaborasi dengan dokter Sp.OG dan tenaga kesehatan lainnya bila terjadi komplikasi
lebih lanjut, pasang infus cairan dextrose 5%, tranfusi darah dan manual plasenta.

v. PERENCANAAN
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah.

Intevensi:

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.


2. Lakukan infom consent dengan keluarga untuk melakukan tindakan yang
akan dilakukan.
3. Pasangkan infus cairan ringer dekstrose 5% pada klien.
4. lakukan kolaborasi dengan dokter Sp. OG untuk memberikan
penanganan segera.
5. Persiapkan donor darah untuk tranfusi darah untuk persiapan bila kekurangan
darah pada klien.
6. Lakukan test pelepasan plasenta dengan cara kustner memastikan apakah
plasenta sudah lepas
7. Lakukan manual plasenta jika plasenta belum lepas
8. Lakukan observasi kontraksi uterus, periksa plasenta yang sudah dikeluarkan,
selaput dan kotiledonnya, kontrol luka yang terjadi pada vagina dan perinium
tidak ada robekan.
9. Lakukan masase fundus selama 15 detik.
10. Bersihkan klien dan lakukan vulva hygiene setelah plasenta dilahirkan
11. Berikan minum pada klien dan anjurkan klien untuk istirahat
12. Dokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam penanganan retensio plasenta seorang bidan harus memiliki keterampilan dan
harus bsa mendeteksi secara dini serta mengetahui tanda-tanda komplikasi terjadinya retensio
plasenta. Retensio plasenta jika tidak ditangani dengan sebaik-baiknya akan menyebabkan
kematian pada ibu. Retensio plasenta adalah tidak lahirnya plasenta lebih dari 30 menit dan
hal ni diakibatkan tertinggalnya sisa plasenta di tempat penanaman plasenta. Bisan bisa
mencegah dengan melakukan upaya promisi dengan penerimaan keluarga berencana
sehingga memperkecil retensio plasenta, meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan
dengan tenaga kesehatan yang terlatih, pada pertolongan persalinan kala III tidak
diperkenankan untuk melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan
plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan
mengganggu pelepasan plasenta.

3.2 Saran
Makalah ini ungkin msih luput dari kesalahan dan banyak kekurangan yang dituliskan
oleh penulis maka dari itu penulis mohon kiritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.G.B, dkk.2007.pengantar kuliah obstetri.Jakarta: Penerbit buku kedokteran


Yulianti Lia,amd.keb,MKM,dkk.2011. Asuhan kebidanan IV (patologi
kebidanan).Jakarta:TIM
www.google.com
www.wikipedia.co.id

Anda mungkin juga menyukai