Makalah Sistem Struktur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

1.

STRUKTUR ATAS
1.1 Pengertian
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas
muka tanah. Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok dan dinding geser, yang
masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.
1.2 Komponen-komponen Struktur Atas Gedung
1) Kolom
Kolom merupakan komponen yang memiliki peran penting dalam suatu bangunan.
Keruntuhan pada kolom merupakan lokasi paling kritis yang dapat menyebabkan
keruntuhan pada bangunan. Fungsi kolom adalah penerus beban seluruh bangunan
ke pondasi. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup , serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi
sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan
tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua
material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain
seperti sloof dan balok bisa menahan gaya.

Gambar 1. Kolom
Prinsip Desain Kolom
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang dan
dimensi penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek. Kapasitas
pikul-beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan bila
mengalami beban berlebihan, maka kolom pendek pada umumnya akan gagal
karena hancurnya material. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban batas
tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin panjang suatu elemen
tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan yang disebut
elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda dengan elemen tekan
pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban tekan adalah apabila
bebannya kecil, elemen masih dapat mempertahankan bentuk liniernya, begitu pula
apabila bebannya bertambah. Pada saat beban mencapai nilai tertentu, elemen
tersebut tiba-tiba tidak stabil, dan berubah bentuk menjadi seperti tergambar.
Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur
(dalam hal ini adalah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak
mempunyai kemampuan lagi untuk menerima beban tambahan. Sedikit saja
penambahan beban akan menyebabkan elemen struktur tersebut runtuh. Dengan
demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom itu adalah besar
beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur yang
sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi. Fenomena tekuk
adalah suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu elemen
struktur yang dipengaruhi oleh aksi beban. Kegagalan yang diakibatkan oleh
ketidakstabilan dapat terjadi pada berbagai material. Pada saat tekuk terjadi, taraf
gaya internal bisa sangat rendah. Fenomena tekuk berkaitan dengan kekakuan
elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai kekakukan kecil lebih mudah
mengalami tekuk dibandingkan dengan yang mempunyai kekakuan besar. Semakin
panjang suatu elemen struktur, semakin kecil kekakuannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen struktur
tekan panjang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan
kuadrat panjang elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar
beban tekuk adalah yang berhubungan dengan karakteristik kekakuan elemen
struktur (jenis material, bentuk, dan ukuran penampang).
b. Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan
distribusinya. Pada elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan
selalu menekuk pada arah seperti yang diilustrasikan pada di bawah bagian (a).
Namun bentuk berpenampang simetris (misalnya bujursangkar atau lingkaran)
tidak mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang segiempat. Ukuran
distribusi material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada
umumnya dapat dinyatakan dengan momen inersia (I).
c. Kondisi Ujung Elemen
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai
kemampuan pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang
ujung-ujungnya dijepit. Adanya tahanan ujung menambah kekakuan sehingga
juga meningkatkan kestabilan yang mencegah tekuk. Mengekang
(menggunakan bracing) suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan
kekakuan. Fenomena tekuk pada umumnya menyebabkan terjadinya
pengurangan kapasitas pikul-beban elemen tekan. Beban maksimum yang
dapat dipikul kolom pendek ditentukan oleh hancurnya material, bukan tekuk.

2) Balok
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan
bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai
atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-
beban. Balok juga memiliki beberapa jenis yaitu :
 Balok Sederhana
Balok yang bertumpu pada kolom ujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas
berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainya nilai
dari semua reaksi pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah tidak
tergantung bentuk penampang material.
 Balok Kantilever
Balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung dengan hanya
satu ujung tetap.
 Balok Teritisan
Balok sederhanya yang memanjang yang melewati kolom tumpuannya.
 Balok Bentang Tersuspensi
Balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua bentang dengan
konstruksi sambungan pin pada momen nol.
 Balok Kontinu
Balok yang memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom
tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang
lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan beban yang sama.
Balok terbagi beberapa macam, yaitu :
a. Balok Kayu
Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok dapat ditopang oleh
balok induk, tiang, atau dinding penopang beban.

Gambar 2. Balok Kayu


b. Balok Baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat ditopang
oleh balok induk ( girder ), kolom, atau dinding penopang beban.
Gambar 3. Balok Baja
c. Balok Beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan bentuk
cetakannya.

Gambar 4. Balok Beton

3) Pelat
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi merupakan
lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-
kolom bangunan.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :
 Besar lendutan yang diijinkan.
 Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
 Bahan konstruksi dan plat lantai.
Gambar 5. Plat Lantai

Berdasarkan aksi strukturalna, pelat dibedakan menjadi empat, yaitu :

a. Plat Kaku
Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural
rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen
dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama
dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku,
kecuali jika dinyatakan lain.
b. Membran
Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban
lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban
ini dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang
sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.
c. Plat Fleksibel
Pelat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul
beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan
gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri
ruang angkasa karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
d. Plat Tebal
Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai
kondisi kontinu tiga dimensi.
4) Dinding Geser
Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis yang
langsing vertikal, untuk digunakan menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser
berbentuk persegi panjang, Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan
biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban lateral
tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.

Gambar 6. Dinding Geser (Shear Wall)


Usaha untuk memonolitkan antara profil dengan beton pada struktur dinding geser,
diberikan kabel pada dinding yang berupa baja mutu tinggi. Dengan pemberian
profil sebagai tambahan untuk pengaku dalam menahan gaya lateral. Dinding geser
dengan penambahan profil memberikan hasil kapasitas yang jauh lebih besar
dibandingkan penampang dinding geser biasa dengan selisih beda 100% yang bisa
dilihat pada diagram interaksi momen (Mn) dan beban axial(Pn). Perbedaan
tersebut didapat dengan menarik garis linear pada diagram tersebut.
Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban
gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Perencanaan geser pada dinding
structural untuk bangunan tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya dalam yang
terjadi akibat beban gempa. Namun, dalam prakteknya masih terdapat keraguan
akan keandalan hasil desain dinding geser berdasarkan konsep ini. Hal ini
menyebab kan masih disyaratkannya konsep desain kapasitas untuk perencanaan
dinding geser dalam berbagai proyek gedung tinggi di Indonesia. Menurut konsep
desain kapasitas, kuat geser dinding didesain berdasarkan momen maksimum yang
paling mungkin terjadi di dasar dinding.
Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan system rangka
pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada
gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai.
Dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung
yang fungsi utamanya adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa
rencana. Kerusakan pada dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur
(bukan akibat gaya geser), melalui pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.

5) Atap
Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melilndungi gedung dan
penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokosmos/makrokosmos).
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk
dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap
merupakan salah satu bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap
dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan
penutup. Penopang rangka atap adalah balok kayu / baja yang disusun membentuk
segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.

Gambar 7. Kuda-kuda
Fungsi dari atap adalah :
 Mencegah pengaruh dari hembusan angin.
 Pengaruh beban sendiri.
 Curah hujan.
 Melindungi ruang bawah, manusia serta elemen yang ada dibawahnya dari
pengaruh cuaca.
 Sinar cahaya matahari.
 Sinar panas matahari.
 Petir dan bunga api penerbangan.
Kontruksi kuda-kuda adalah suatu komponen rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat
memberikan bentuk pada atapnya. Kuda – kuda merupakan penyangga utama pada
struktur atap. Umumnya kuda-kuda terbuat dari :
a. Kuda-kuda kayu
Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.
b. Kuda-kuda bamboo
Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai dengan 10 m.
c. Kuda-kuda baja
Sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapar
mendukung beban atap sampai beban atap sampai dengan bentang 75 m, seperti
pada hanggar pesawat, stadion olahraga, bangunan pabrik, dan lain-lain.
d. Kuda-kuda beton bertulang
Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.
Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya.
Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horizontal
maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja.
Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-beban atap dalam satu
luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung adalah beban mati (yaitu berat
penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-kuda) dan beban hidup (angin, air hujan,
orang pada saat memasang/memperbaiki atap).
2. STRUKTUR BAWAH
2.1 Pengertian
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di bawah
muka tanah. Struktur bawah ini terdiri atas pondasi, galian tanah, dan struktur basement
yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.

2.2 Komponen-komponen Struktur Bawah Gedung


1) Pondasi
Pengertian umum pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang terhubung
langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bwah permukaan
tanah yang berfungsi memikul beban bangunan yang ada diatas nya. Pondasi harus
di perhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban
bangunan itu sendiri, beban-beban bangunan, gaya-gaya luar seperti tekanan angin
gempa bumi, dan lain-lain. Di samping itu, tidak boleh adanya penurunan level
melebihi batas yang di izinkan.
Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus
diletakkan pada tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban
bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebih. Pondasi merupakan
struktur dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya adalah menopang
bangunan yang ada diatasnya.maka proses pembangunan nya harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
 Cukup kuat menahan muatan geser akibata muatan tegak kebawah.
 Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil.
 Tahan terhadap perubahan cuaca.
 Tahan terhadap pengaruh bahan kimia.

Suatu sistim harus menjamin dan mampu mendukung bangunan yang ada
diatasnya. Untuk itu pondasi harus kuat, stabil, dan aman agar tidak mengalami
penurunan, tidak mengalami patah karena akan sulit untuk memperbaiki sistem
pondasi. Pembuatan pondasi harus berdasarkan beberapa hal berikut :
 Berat bangunan yang akan di pikul oleh pondasi.
 Jenis tanah dan dan daya dukung tanah.
 Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat.
 Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
 Lokasi dan lingkungan pekerjaan.
 Waktu dan biaya pekerjaan.
Hal yang penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil
investigation, atau penyelidikan tanah. Pondasi harus di letakkan pada tanah yang
keras dan padat. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah yang keras dan tgangan
tanah/daya dukung tanah, maka perlu diadakannya penyelidikan tanah, yaitu
dengan cara :
 Pengeboran (Driling), dari lubang hasil pengeboran akan di ketahui contoh-
contoh tanah yang kemudian dikirim ke laboratorium mekanika tanah.
 Percobaan Penetrasi (Penetration Test), dengan cara menggunakan alat yang
disebut Sondir Statik Penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan
masuk ke dalam tanah, dan secaa otomatis akan dibaca hasil sondir tegangan
tanah.

Gambar 8. Pondasi
2) Galian Tanah
Galian tanah dan galian-galian lainya harus dilakukan menurut ukuran dalam, lebar,
dan sesuai dengan peil-peil yang tercamtum pada gambar. Semua bekas-bekas
pondasi lama, dan akar pohon yang terdapat pada bagian pondasi yang
dilaksanakan harus dibongkar dan dibersihkan dan dibuang. Bekas pipa yang tidak
terpakai harus disumbat. Apabila lokasi yang akan dijadikan bangunan pipa air,
pipa gas, pipa pembuangan, kabel listrik, kabel telepon dan sebagainya maka
secepatnya diberitahukan kepada konsultan managenen konstruksi atau instansi
yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya.
Pelaksanaan pekerja/kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan
sebagai akibat dari pekerjaan galian tersebut. Apabila penggalian tersebut melebihi
kedalaman yang telah di tentukan maka kontraktor harus mengisi/mengurangi
daerah tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah
di tentukan yang sesuai dengan spesifikasi pondasi.
Pekerjaan galian pondasi harus menjada agar lubang galian tersebut bebas dai
longsoran tanah di kiri dan kanan nya, sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan
dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi yang telah di tentukan.
Pengisian kembali dengan tanah bekas galian di lakukan selapis demi selapis sambil
disiram air secukupnya dan di tumbuk sampai padat. Pekerjaan pengesian kembali
ini hanya boleh di lakukan setelah dilakukan pemeriksaan dan mendapat
persetujuan konsultan manajemen konstruksi, baik mengenai kedalaman, lapisan
tanahnya maupun jenis tanah galian tersebut.

Gambar 9. Galian Tanah


3) Struktur Basement
Konstruksi basement sering merupakan solusi yang ekonomis guna mengatasi
keterbatasan lahan dalam pembangunan gedung. Tapi sebagai struktur bawah
tanah, desain maupun pelaksanaan konstruksi basement perlu dilakukan dengan
memperhitungkan banyak hal. Disamping aspek teknis dari basement itu sendiri,
tidak kalah pentingnya adalah aspek lingkungannya. Mutu pekerjaan pada
konstruksi basement akan sangat mempengaruhi umur dari basement tersebut.
Pengendalian terhadap mutu terpadu sangat diperlukan untuk mencapai produk
konstruksi mutu tinggi dan dapat diandalkan. Beberapa hal yang berkaitan dengan
galian Basement yang perlu diperhatikan adalah beban dan metode galian. Beban
tersebut biasanya berupa beban terbagi rata, beban titik, dan beban garis dan beban
terbagi rata memanjang. Sedangkan metode galian dimana dibagi menjadi: open
cut, cantilever, angker, dan strut.
Pemilihan metode galian disesuaikan dengan perencanaan bangunan dan konsdisi
di lapangan. Pada metode galian basement ada beberapa factor yang perlu
diperhatikan antara lain: jenis tanah, kondisi proyek, muka air tanah, besar tekanan
tanah yang bekerja, waktu pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya.
Beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian basement,
seperti penurunan permukaan tanah disekitar galian yang dapat menyebabkan
kerusakan structural pada bangunan dekat galian, fan retaknya saluran dan sarana
yang lain. Salah satu penyebabnya adalah penurunan permukaan air tanah disekitar
galian akibat pemompaan selama konstruksi. Untuk mencegah masalah yang
timbul maka metode pemilihan dewatering sangan menentukan.

Gambar 10. Struktur Basement


3. MEKANIKAL, ELEKTRIKAL, PLUMBING
3.1 Mekanikal
Pekerjaan mekanikal adalah pekerjaan yang berhubungan dengan alat mesin besar
seperti lift dan ekskalator.

3.2 Elektrikal
Pekerjaan elektrikal adalah pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi listrik.
Pekerjaan elektrikal mencakup panel TM & Transformer, kabel daya tegangan
menengah, panel listrik tegangan rendah, panel distribution box, kabel daya listrik,
tegangan rendah, armatur lampu penerangan, saklar, stop kontak dan key tag, kabel
instalasi penerangan, instalasi stop kontak, dan sistem penangkal petir.
Pekerjaan elektronik adalah pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi sistem-
sistem dihotel seperti fire alarm system, sistem tata suara, sistem telepon, sistem data,
sistem cctv, dan sistem MATV.

3.3 Plumbing
Plumbing adalah pekerjaan pemipaan yang terdapat pada bangunan gedung seperti pipa
untuk air bersih, air kotor, pipa ventilasi, dan air hujan. Pada pekerjaan pemipaan ini
biasanya menggunakan material pipa PVC, pipa PPR, atau pipa galvanis. Untuk air
bersih dan air panas/dingin biasanya menggunakan pipa PPR. untuk pekerjaan
pekerjaan tertentu di sesuaikaan oleh pihak owner atau yang bersangkutan langsung.
Gambar 11. Perpipaan Air
Pemadam Kebakaran/Fire Hydrant adalah pekerjaan MEP yang masih berhubungan
dengan pemipaan air khususnya untuk keperluan pemadam kebakaran jika terjadi
kebakaran. Jenis pekerjaan ini biasanya menggunakan pipa besi SCH 40 untuk
mengalirkan air. Sistem dari pekerjaan pemadam kebakaran pada bangunan hotel akan
berkolaborasi dengan pekerjaan elektrikal. Tiap kamar akan dipasang Alat bernama
smoke detector yang akan mendeteksi asap atau api yang berada di kamar sehingga
secara otomatis sistem pemadam kebakaran akan bekerja sendiri dengan mengeluarkan
air melalui alat Sprinkler.

Gambar 12. Pipa Hydrant Mainline


MVAC adalah pekerjaan instalasi AC (air conditioner) pada hotel. Seiring dengan
kemajuan teknologi AC, sekarang ini di hotel-hotel menggunakan beberapa sistem AC
yaitu split wall dan VRV (Variable Refrigerant Volume). karena system dan
perkembangan sudah banyak perubahaan..

4. ARSITEKTURAL
4.1 Pengertian
Pekerjaan arsitektural atau finishing adalah pekerjaan yang bersifat non structural.
Pekerjaan finishing merupakan pekerjaan yang memakan biaya yang tidak sedikit oleh
sebab itu seharusnya di hindari, untuk mereduksi pekerjaan finishing memang tidak mudah
tetapi dapat dilakukan dengan mengurangi kesalahan dan meningkatkan kualitas produksi
serta kompetensi tenaga kerja pada pekerjaan tersebut.
Pekerjaan finishing adalah upaya untuk menghaluskan dengan menambah beberapa
assesoris sehingga bangunan tersebut menjadi lebih indah.
4.2 Komponen-komponen Arsitektural
1) Pekerjaan Kulit Luar
Pekerjaan façade, umumnya dilaksanakan pada saat struktur sudah selesai atau hampir
selesai. Pada bangunan gedung bertingkat pekerjaan façade tidak termaksud pekerjaan
struktur, karena tidak dianggap berfungsi struktural / memikul beban. Pekerjaan façade
seringkali disertai ornamennya (Lihat gambar 10.), seperti: list, canopy, janggutan, dan
sebagainya.
Material yang diaplikasikan pada façade bangunan, dapat bervariasi sejalan dengan
kemajuan teknologi, seperti: alumunium, kaca, acrylic, precast, batu alam, dan
sebagainya. Pelaksanaannya dapat menggunakan metode konvensional dan pabrikasi.
Metode konvensional, seperti pada dinding pengisi dari pasangan bata atau celcon.
Untuk metode pabrikasi, umumnya digunakan pada material alumunium, kaca, dinding
precast dan sebagainya.
Façade dinding precast, termaksud kategori pabrikasi, dimana material merupakan
material yang telah dibuat di pabrik kemudian di instal di lapangan, sebab itu
dibutuhkan tempat penyimpanan material / stockyard di lapangan. Umumnya façade
precast tidak dikerjakan langsung oleh kontraktor tapi di subkon-kan, karena
membutuhkan keahlian khusus dalam instalasinya. Pada bangunan gedung bertingkat
tinggi, penggunaan façade precast lebih menguntungkan dibanding dinding pasangan,
jika denah bangunan bersifat repetitive serta merupakan high rise building.
Dalam pelaksanaan pekerjaan arsitektur, pekerjaan kulit luar dikerjakan paling awal,
sehingga bidang tertutup bangunan terbentuk juga harus dipikirkan masalah
transportasi vertikalnya / alat angkat terutama untuk high rise building. Alat angkat /
transportasi vertikal yang sering digunakan dalam pemasangannya, seperti: tower
crane (TC), hoist, mobile crane dan sebagainya. Untuk dinding precast pada high rise
building, membutuhkan TC dalam pengangkutannya.

Gambar 13. Pasangan Dinding Granit

2) Pekerjaan Lantai
Pada item pekerjaan ini, yang dikerjakan adalah finishing lantai atau material penutup
lantai, seperti: marmer, keramik, parket, floor harderner, dan lain – lain. Sedangkan
struktur lantai, seperti: plat lantai dan pembalokannya masuk dalam pekerjaan struktur.
Pada bangunan- bangunan yang bersifat komersial ( seperti: hotel, mall, apartemen, dan
sebagainya ), umumnya setiap material yang berbeda, berbeda juga metode
pemasangannnya.
Pekerjaan lantai menjadi penting dan dikerjakan dengan lebih teliti,rapih dan ditail,
karena hasilnya akan sangat jelas terlihat serta berpengaruh terhadap unsur estetika
bangunan. Untuk proyek besar, seperti multi-used building, hotel, apartemen,
umumnya pekerjaan ini di subkonkan, untuk mendapatkan hasil dengan kualitas yang
baik.
Pemasangan lantai umumnya dikerjakan setelah pekerjaan dinding, pekerjaan plafond
serta pekerjaan pintu dan jendela selesai sehingga terhindar dari resiko kerusakan atau
gangguan kerja.

Gambar 14. Finishing Lantai Gedung Kayu

3) Pekerjaan Plafond
Pekerjaan plafond pada dasarnya dapat dikelompokkan atas dua kelompok
besar,yaitu:
 Exposed ceiling
Dimana tidak menggunakan penutup plafond sehingga struktur lantai diatasnya atau
struktur atap serta jaringan utilitas-nya dapat terlihat. Sebagai finishing, umumnya
hanya dilakukan pengecatan atau tidak sama sekali melainkan hanya dilapisi oleh
skim coat. Selain finishing tersebut adapula yang dilapisi oleh fabric berwarna
hitam. Exposed ceiling, umumnya terdapat pada basement, void atrium, dan
sebagainya.
 Suspended ceiling
Pada tipe ini pemasangan plafond dilakukan di bawah struktur lantai atau struktur
atap dimana plafond digantung pada struktur tersebut. Metode pemasangannya,
secara umum terdiri dari dua tahapan metode pemasangan, yaitu pemasangan
rangka dan penutup ceiling dengan berbagai material, seperti: gypsum, metal,
glass,PVC, dan lain - lain. Pada bangunan gedung bertingkat, biasanya terdapat
space pada ceiling untuk tempat jaringan utilitas, seperti: listrik, pipa spinkler,
ducting, dan sebagainya.
Gambar 14. Fiishing Plafond Gypsum

4) Pekerjaan Pasangan Dinding Dalam/Partisi


Pada item pekerjaan ini, dinding dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu:
 Dinding permanent, berupa dinding dalam bangunan yang tidak bisa dibongkar
pasang dan umumnya langsung dipasang ditempat, seperti: pasangan bata, celcon,
paton, dan lain - lain. Umumnya setelah dinding terpasang dilanjutkan dengan
finishing-nya, seperti: plesteran, pengacian dan pengecatan. Selain di cat, adapula
yang dilapisi wall paper, fabric, keramik, batu alam (seperti: marmer, granit, dan
sebagainya), panel - panel kayu, kaca, dan sebagainya.
 Dinding tidak permanent / partisi, berupa dinding dalam bangunan yang mudah
dibongkar pasang dan umumnya metode pemasangannya terdiri dari dua tahapan
utama, yaitu: pemasangan rangka dan pemasangan partisi. Tahap akhir biasanya
berupa finishing. Material rangka dapat berupa kayu, hollow, besi dan sebagainya,
sedangkan material partisi, dapat terdiri dari gypsum, kayu, kaca, GRC, dan lain –
lain. Untuk finishing dapat berupa pengecatan, wall paper, fabric, kaca, dan
sebagainya.
Gambar 15. Finishing Dinding Dalam

5) Pekerjaan Pintu dan Jendela


Jenis pintu dan jendela yang digunakan dapat bervariasi, seperti: alumunium, upvc,
kaca, kayu, besi, dan lain - lain. Pemilihan jenis materialnya, dapat ditentukan dari
beberapa hal, seperti: disain, fungsi, karakter bangunan, dan lain - lain. secari garis
besar tahapan pekerjaannya terdiri dari: pemasangan kusen, pemasangan daun pintu /
jendela dan finishing.
Pekerjaan ini dikerjakan setelah pekerjaan dinding / partisi selesai. Umumnya pada
bangunan gedung terdapat beberapa tipe pintu dan jendela dengan metodenya masing
- masing. Untuk proyek besar, umumnya pekerjaan ini di subkon-kan dan bisa terdapat
beberapa subkon, tergantung jenis pintu / jendelanya.

Gambar 16. Finishing Pintu


6) Pekerjaan Khusus Lainnya
Pekerjaan khusus lainnya, dapat berupa: pemasangan kanopi, railing, sanitary, planter,
gazebo, swimming pool. Jenis item pekerjaannya sangat ditentukan, antara lain oleh
fungsi bangunan dan disain.
Setiap item-item pekerjaan di atas, terbagi lagi menjadi sub - sub pekerjaan, yang mana
jenisnya, antara lain tergantung dari desain arsitektur, metode konstruksi maupun
spesifikasi yang digunakan. .
Untuk pekerjaan saniter, yang dimaksud hanyalah pemasangan sanitary fixture saja,
seperti: closet, wastafel, bath tube, dan sebagainya. Sedangkan pemasangan pipa -
pipanya termaksud dalam pekerjaan MEP.

Gambar 17. Pemasangan Kanopi

Anda mungkin juga menyukai