Laporan KP
Laporan KP
Laporan KP
KERJA PRAKTEK
NURUL FAJRIATI
21010115130220
SEMARANG
2019
i
UNIVERSITAS DIPONEGORO
NURUL FAJRIATI
21010115130220
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil Disetujui,
Departemen Teknik Sipil Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Dr. Bagus Hario Setiadji, ST., MT. Priyo Nugroho P, ST., M.Eng
NIP. 197205102001121001 NIP. 197104291998021001
ii
Laporan Kerja Praktek
Proyek Pembangunan Bendungan Karian, Banten
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan
menyusun laporan kerja praktek Proyek Pembangunan Main dam dan Intake
Tower Proyek Bendungan Serbaguna Karian, Provinsi Banten.
Laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
akademis dalam menyelesaikan pendidikan program studi Strata Satu (S1) bagi
mahasiswa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,
Semarang. Manfaat dari kerja praktek ini adalah untuk dapat mengenal dan
mengerti hal-hal dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan dan
dapat membandingkan serta menghubungkan dengan teori-teori yang telah didapat
di perkuliahan. Apa yang telah didapat oleh penulis selama 60 hari melaksanakan
kerja praktek ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pelaksanaan
suatu proyek.
1. Ilham Nurhuda, ST., MT., Ph.D, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
2. Dr. Bagus Hario Setiadji, ST., MT., selaku Ketua Prodi S1 Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
3. Priyo Nugroho, ST., M.Eng, selaku Dosen Pembimbing dalam Laporan Kerja
Praktek
5. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Teknik Sipil Universitas Diponegoro yang
telah membantu dalam proses kerja praktek penulis.
6. Ayahanda Farichin dan Ibunda Nurbaety selaku kedua orangtua penulis serta
Meti Fauziah dan Zalfa Syifa Ramadhani selaku kakak dan adik penulis yang
selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
3.4.4. Prosedur Pembayaran Atas Hasil Pekerjaan yang Telah Dicapai ... 39
4.3.3. Tinggi Jagaan (Free Board) dan Elevasi Puncak (Crest Ellevation) 50
4.4.1. Umum.............................................................................................. 52
5.2. Alat dan Bahan Pekerjaan Galian dan Dewatering pada Main dam ...... 65
5.3. Alat dan Bahan Pekerjaan Cap Concrete pada Main dam ..................... 69
5.4. Alat dan Bahan Pekerjaan Grouting pada Main dam ............................. 73
5.7. Alat dan Bahan Pekerjaan Shotcrete pada Slope Protection Intake ....... 90
5.8. Alat dan Bahan Pekerjaan Penulangan pada Intake Tower .................... 91
6.2. Pelaksanaan Pekerjaan Galian dan Dewatering pada Main dam ........... 95
6.3. Pelaksanaan Pekerjaan Cap Concrete pada Main dam ........................ 112
6.6. Pelaksanaan Pekerjaan Shotcrete pada Slope Protection Intake .......... 153
7.2.2. Pengawasan Mutu Hasil Pekerjaan Galian Main Dam ................. 157
7.2.3. Pengawasan Mutu Hasil Pekerjaan Cap Concrete pada Main Dam
158
7.2.4. Pengawasan Mutu Hasil Pekerjaan Grouting pada Main Dam ..... 165
8.2.2. Adanya Rekahan dan Mata Air pada Tumpuan Kiri Timbunan
Upstream Cofferdam ................................................................................... 185
8.2.3. Terdapat Mata Air pada Area River Bed Main Dam..................... 186
8.2.7. Adanya Rekahan Besar pada Area Core Main Dam..................... 189
8.3.1. Mogok Kerja oleh Para Pekerja akibat Keterlambatan Gaji ......... 190
8.3.2. Tumpang Tindih Posisi dan Penugasan para Pekerja ................... 190
DAFTAR TABEL
Tabel 7.1 Rekapan Hasil Pengujian Pull out test ............................................... 163
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.16 Peta Progres Pembebasan Lahan hingga Februari 2017 ................. 18
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pemilik Proyek Bendungan Karian Status per
Tanggal 29 Januari 2018 ....................................................................................... 21
Gambar 3.4 Struktur Organisasi Konsultan Supervisi Status per Tanggal 29 Januari
2018 ....................................................................................................................... 31
Gambar 4.5 PMF Values of the Karian Dam Compared with Saguling Dam, Cirata,
Jatiluhur and other Dams in Indonesia (Review Design of 2014) ........................ 47
Gambar 6.7 Kondisi Awal Main dam sebelum Penggalian ................................ 101
Gambar 6.10 Proses Penggalian Tumpuan Kanan Upstream Cofferdam ........... 103
Gambar 6.12 Kondisi Awal Area River bed sebelum Dewatering ..................... 106
Gambar 6.13 Rencana dan Realisasi Pekerjaan Dewatering pada Main Dam ... 107
Gambar 6.21 Pemasangan Pipa Nipple dan Tulangan pada Cap Concrete ........ 116
Gambar 6.25 Land Clearing Area Cap Concrete dengan Compressor .............. 118
Gambar 6.30 Plant para Pekerja untuk Mengontrol Proses Grouting ................ 122
Gambar 6.34 Penyambungan Tie Rod saat Proses Drilling Grouting ................ 124
Gambar 6.36 Water Pressure Test Report untuk WPT Single ............................ 127
Gambar 6.37 Water Pressure Test untuk WPT Multi ..................................... 130
Gambar 6.40 Pengecekan Tanah Merah pada Borrow area ............................... 139
Gambar 6.41 Pengecekan Tanah dari Borrow area di Lab ................................. 140
Gambar 6.43 Surveyor Memasang Bak Ukur pada Titik yang Akan Diukur ..... 141
Gambar 6.45 Penuangan Tanah Merah oleh Dump truck pada Zona 1 .............. 143
Gambar 6.46 Perataan Tanah Merah dengan Bulldozer pada Upstream cofferdam
............................................................................................................................. 143
Gambar 6.47 Perataan Tanah ke Seluruh Area oleh Bulldozer ........................... 144
Gambar 6.48 Kompaksi Menggunakan Sheepfoot Roller pada Metode OMC ... 145
Gambar 6.49 Kompaksi Menggunakan Vibroroller pada Metode Wet Core ..... 145
Gambar 6.51 Test Sand cone untuk Menguji Kepadatan Timbunan .................. 146
Gambar 6.52 Pengecekan Material Zona 2 dan 3 pada Borrow Area ................. 147
Gambar 6.53 Pendatangan Material Zona 2 dan 3 dengan Dump truck ............. 148
Gambar 6.57 Uji Sand cone pada timbunan Zona 2 dan 3.................................. 150
Gambar 7.6 Pengujian Pull-Out Test dengan Pemberian Tekanan sebesar 19 Ton
............................................................................................................................. 160
Gambar 7.8 Hasil Laporan Pengujian Pull Out Test ........................................... 162
Gambar 7.9 Hasil Pengujian Compressive Strength Test pada Beton ................ 164
Gambar 7.10 Pelaksanaan Kalibrasi Mesin Batching Plant Oleh QC ................ 165
Gambar 7.11 Proses Pengeluaran Tanah Hasil Coring dari Core Tube .............. 167
Gambar 7.12 Pengumpulan Hasil Coring ke dalam Box untuk dilakukan Pengujian
............................................................................................................................. 167
Gambar 7.13 Kumpulan Box untuk setiap Titik Check Hole ............................. 168
Gambar 7.14 Skema titik pengujian tes sand cone dan permeability ................. 169
Gambar 7.15 Pengecekan Borrow Area dan Pengambilan Sample Tanah ......... 170
Gambar 7.16 Penyemprotan Tanah di Area Timbunan akibat Kadar Air yang
Terlalu Rendah .................................................................................................... 170
Gambar 7.28 Safety Talk kepada para Pekerja pada Pagi Hari ........................... 180
Gambar 8.1 Penutupan Zona 1 Upstream Cofferdam dengan Terpal ................. 184
Gambar 8.2 Penyedotan Mata Air dengan Pompa pada Area River Bed Main Dam
............................................................................................................................. 186
Gambar 8.3 Peninjauan Kenaikan Permukaan River Bed akibat Grouting oleh
Engineer .............................................................................................................. 187
Gambar 8.5 Lapisan Timbunan yang Terlindas Dump Truck ............................. 188
Gambar 8.6 Pelaksanaan Grouting pada Rekahan di Area Core Main Dam ...... 189
BAB I
PENDAHULUAN
4. Hydromechanical works
1) Persiapan kerja (kontrak dan persiapan permulaan)
2) Pekerjaan Hydro-mechanical
a. Pintu spillway (pabrikasi dan instalasi)
b. Fasilitas intake dan outlet
3) Pekerjaan Electrical
4) Pekerjaan Telecommunication and Control
5) Perlengkapan OP
5. Post contruction works
1) Impounding
2) O&M transfer including training
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
Intake Tower
Primary Cofferdam
Upstream cofferdam
Diversion
Tunnel
As Main dam
Spillway
Downstream Cofferdam
11 12 4
13
1 5
6
3
2
9
10
KETERANGAN:
1. Inlet Terowongan Pengelak 8. Site Area No. 3
2. Outlet Terowongan Pengelak 9. Site Area No. 2
3. Intake Tower 10. Batching Plant
4. As Main dam 11. Primary Cofferdam
5. Bangunan Pelimpah (spillway) 12. Upstream cofferdam
6. Pelimpah Samping (side spillway) 13. Downstream Cofferdam
7. Site Area No.1
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
Gambar 2.3 Diversion Tunnel Plan
(Sumber: Leaflet Bendungan Karian 2018)
(i)
(ii)
Gambar 2.4 Foto Udara Diversion Tunnel Bendungan Karian
(i) Inlet
(ii) Outlet
(i)
(ii)
Gambar 2.5 Main Dam Plan
(i) Potongan Melintang Main dam
(ii) Dam Crest Detail
(Sumber: Tender Drawing Bendungan Karian 2018)
(i)
2.5
1:
1 : 2.5
3.0
1:
1 : 3.0
(ii)
(iii)
Gambar 2.6 Saddle Dam Plan
(i) Saddle Dam 1 dan 2
(ii) Saddle Dam 3
(iii) Detail Saddle Dam Crest
(Sumber: Tender Drawing Bendungan Karian 2018)
4. Spillway
Hydraulic Features
Debit Banjir Rencana : 3,671 m3/s (PMF)
Debit desain
Struktur Kontrol : 3,190 m3/s (PMF)
Chuteway : 3,190 m3/s (PMF)
Plunge Pool : 266 m3/s (Kala Ulang 100 tahun)
Structural Features
Approach Channel : Max. 92,7 m long (Ogee Spillway)
Tipe Side Channel
Panjang Weir : 50 m
Puncak Weir : El. 67,5 m (N.H.W.L)
Tipe Ogee
Panjang Weir : 25,0 m
Puncak Weir : El. 57,5 m
Regulating Gate : Radial Gate, 12,5 m (W) x 13,4 (H)
x 2 gates
Chuteway
Slope : 1/4,0
Panjang : 117,4 m
Lebar : 49,0 m
Plunge Pool
Panjang : 88,0 m
Lebar Bottom : 49,0 m
(i)
SIDE CHANNEL
DETAIL "A"
(ii)
DETAIL "A"
(iii)
DETAIL "B"
GATED OGEE
(iv)
Gambar 2.9 General Plan Spillway
(Sumber: Gambar Civil Works Karian)
15. 2008 – Investigasi Geologi Tambahan oleh PPK Perencanaan & Program
BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian.
16. 2008 – Studi Amdal Quarry Area oleh PPK Perencanaan & Program
BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian.
17. 2015 – Review Design dan tambahan investigasi geologi quarry material
Gunung Geblegan oleh Konsultan KRC dan asosiasi telah memperoleh ijin
Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Karian oleh Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat No. PR.01.04-Mn/411 tertanggal 22 Mei
2015.
Untuk lokasi borrow area dicari pada area genangan, sehingga tidak perlu
dilakukan penambahan area untuk pembebasan lahan kembali. Terdapat enam
lokasi borrow area dimana pada lokasi tersebut memiliki spesifikasi tanah
yang memenuhi untuk dipakai sebagai material timbunan Bendungan Karian.
Namun jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah jika persediaan tanah
pada area borrow area sebelumnya sudah habis atau sudah tidak memenuhi
spesifikasi yang diperlukan. Sehingga dilakukan pencarian area borrow area
baru yang lebih efisien namun tetap memenuhi spesifikasi. Sedangkan untuk
quarry terdapat di dua lokasi, yaitu di Gunung Geblegan seluas 15 ha dan di
Gunung Sendi seluas 25 ha.
Untuk lebih jelas mengenai gambaran area dari progres pembebasan lahan
dapat dilihat pada Gambar 2.16 berikut.
BAB III
MANAJEMEN PROYEK
Sehingga secara garis besar tahapan manajemen proyek dapat dilihat pada
bagan siklus di bawah:
현 장 직 원 조 직 도
Project Manager
DLM
(Ko Tai Won)
Deputy PM Administration
WK
(M. Farid N)
Operations Manager
DLM
(Ko Kwangjung)
Deputy PM
WS
(Rakhma D.A Mahardika)
HSE
HSE Manager
Local
(Nofite)
WK Accountant (Bambang) WS Accountant (Nata) Local HR Staff (Johan) Local Canteen Korea ( Anah R ) Local Security (Sabit) Local Driver (M.Subekhan)
Procurement
Safety Health / Enviroment Local Accountant (Indah) Local Local HR Assisstant (Nabila) Local Canteen Indonesian ( Anisa ) Local Security (Denu Hermawan) Local Driver (Edi Juli A)
(Asep Saepudin)
Procurement HR Assisstant
Local HSE Engineer (Arifin) Doctor (Meilinda/ Local Accountant (Anisa) Local Local Local Asst Cooker Korea (Yayah Romlah) Local Security (Eman) Local Driver (Ade Rahman)
Local (Yudistira) (Eva Purnamasari)
Local HSE Engineer (Prian) Iman/Suryawati/Resty) Local GA (Agus JN) Local Maid Domitory (Suhaemi) Local Security (Dulhadi) Local Driver (Sukendar)
Local Safety Man (Ruswanto) Local Paramedic (Sandhi M.) Local Camp Control (Unus) Local Asst Cooker Indonesian (Elis R) Local Security (Andika) Local Driver (Basri BS)
Local Safety Man (Hamdi Alma S) Local Asst Cooker Indonesian (Badriah) Local Security (Rosid - Geblegan) Local Driver (Samudi)
Local Safety Man (Muslim) Assistant Engineer Local Asst Cooker Indonesian (Misnah) Local Security (Budi Nugroho) Local Driver (Ahmad KS)
Local IT Engineer (Suhartiman) Local Asst Cooker Indonesian (Sakirah) Local Security (Uki - Geblegan) Local Driver (Nana Ervi)
Local Electrician (Sugeng) Local Security (Madsai Soni) Local Driver (Kadir Irawan)
River Diversion / Dam / Intake Tower Spillway Design Cost Control QA/QC Engineer
Dam Engineer
DLM WK Construction Engineer (Arga Bima) Local Design Engineer (Deddy Dores) WK Cost Engineer (Rahmat Hidayat) WS QA/QC Engineer (Rifqi)
(Kim Bo Hyon)
Construction Engineer Design Engineer
DLM Local Engineer (Fadhil Muhamad) Local WS Cost Control (Satya) CLASSIFICATION
(Park Cheolha) (Rima Oktaviani Pagan) DESIGNATION
WS Engineer ( Andhika ) Local Engineer (Dion) Local Design Engineer (Desi Merizona) WS Quahntity Surveyor (Muhajir) Assistant Engineer D/LM WK WS Local S/T
Local Engineer ( Mufti ) Local Foreman (Vivin) Local Quantity Surveyor (Mukti) Local Concrete Technician (Denny) Project Manager 1 1
Local Grouting Foreman (M. Martin Elanda) Local Foreman (Rustandyo) Assistant Engineer Local QA/QC (Pebrianto.) D. Project Manager 1 1 2
Local Dam Foreman (Zainul Hamzah) Local Design Engineer (Rahmat Setyadi) Assistant Engineer Local Staff QC (Rizka S) Manager 4 - 1 - 5
Local Dam Foreman (Syarifudin) Local Design Engineer (Rosita Sari) WS Quantity Surveyor (Arih) Local Staff QC (Doni Ninggar W) Engineer 1 2 5 20 28
Local Document Controller (Yusnaini) Local Scheduler Engineer (Dan Resky V) Local Staff QC (Dede Nurcahyadi) Assistant Engineer 1 18 19
Local Design Engineer (Dwinta Wahyuni) Local Asst Quantity Surveyor (Ogi) Local Staff QC (Padli) Administration Staff 1 1 9 11
Assistant Engineer 1 18 19
Assistant Engineer
Administration Staff 1 1 9 11
Local Assistant (Rusman)
Local Assistant (Tatang) Indirect Workers 32 32
2. Tim Konstruksi
Tim Konstruksi akan melaksanakan beragam paket konstruksi
seperti yang ditetapkan dalam dokumen kontrak dan bertanggung
jawab terhadap aktivitas konstruksi. Tim konstruksi terdiri dari
Manajer Konstruksi, Koordinator Konstruksi,
Pengawas/Superintendents, Staf Konstruksi dan Subkontraktor.
Tujuan dari Tim Konstruksi adalah untuk membangun kemajuan
3. Tim Perencanaan
Tim perencanaan terdiri dari Manajer Perencanaan Proyek yang
terdiri dari Schedule Engineer dan Contract/Cost Engineer. Tugas
dari masing-masing anggotanya adalah sebagai berikut:
1. Manajer Perencanaan Proyek
Manajer Perencanaan Proyek memiliki pengalaman pada
proyek yang serupa. Manajer Perencanaan Proyek tidak akan
asing dengan Network Analysis Schedule dan aspek lain dari
Project Management Information System (PMIS) DAELIM,
WIKA, dan WASKITA. Manajer Perencanaan/Kontrak akan
6. Tim Administrasi
Tim administrasi bertanggung jawab:
1) Memelihara dan mengatur seluruh dokumen kontrak termasuk
kontrak dengan employer, pelelangan, subkontrak, dan
kontrak konsultan desain.
2) Memberitahukan seluruh pembayaran kepada subkontrator
dan penyedia/supplier, menyediakan pembayaran yang
dibenarkan oleh Manajer Tim.
3) Dokumentasi pengeluaran dan pembayaran.
4) Tim administrasi berhubungan dengan Petugas Kontrak dan
semua komunikasi tertulis untuk Petugas Kontrak.
Dam Engr / Song Hee Jung Co.Team Leader / Ir.M.H.Thony,MBA ASSISTANT SUPERVISOR Office Manager/Arief Ramli, SE
Construction Engr / ………………. Dam Engineer/………………… 1. Imroatus Solikhah,ST/Dam/QC Financial Staff/Aat Atika, S.Pd
Quality control Engr / Na Jong Eun Construction Engr / Ir. Djayahadi Hutomo 2. Dandi Supriyandi/Dam/QC Billingual Secretary/Minami Putri, SE
Cost Estimator/.......... Quality Control Engr/QCE/ ………………… 3. Rakryan C P, ST/Geotech/Embank Computer Operator/Vicka W, Amd
hwWidyanti
Contract Specialist/………………. Cost Estimator/............ 4. Office Girls/Siti Marhumah
1.Gofinda I. S, ST/Geologist/Grouting
Tunnel Engineer/........... Geologist/Grouting Engr/Ir. Suhartono
O & M Expert/...........
Economist/...........
Hydropower Engineer/.........
OWNER
KONSULTAN
KONSULTAN PERENCANA KONSULTAN
PENGAWAS
PENGAWAS
Kontraktor Pelaksana
Hubungan kerja antara unsur proyek seperti yang tertera pada teori di atas
yaitu sebagai berikut:
1. Owner dengan kontraktor pelaksana
Hubungan tertuang dalam surat perjanjian pelaksana proyek. Owner
memberikan tugas kepada kontraktor pelaksana untuk melakukan
pembangunan suatu proyek konstruksi. Owner kemudian membayar biaya
imbalan sesuai kontrak yang telah disepakati dan kontraktor pelaksana
harus melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai ketentuan yang berlaku
hingga selesai hasil pekerjaan diberikan kepada owner.
2. Owner dengan konsultan pengawas
Hubungan tertuang dalam surat perjanjian melaksanakan tugas
konsultan pengawas. Owner memberikan perintah kepada konsultan
pengawas untuk mewakili dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan di
( ADDENDA 5 )
3. MAIN DAM 6.466.119,14 252.660.766.048,86 118.632.313.643,62 6.469.105,58 252.777.891.306,36 118.687.183.156,00 2.986,44 117.125.257,50 54.869.512,38
6. INTAKE & OUTLET WORKS 329.972,33 19.645.190.076,50 - 473.565,41 28.194.615.177,78 - 143.593,08 8.549.425.101,28 -
Sub Total of Bills 23.126.150,77 493.534.103.136,91 273.314.674.830,84 31.645.888,81 532.531.948.508,62 290.003.874.634,93 8.519.738,04 38.997.845.371,71 16.689.199.804,09
Value Added Tax (PPN) 10% of Sub - Total of Bills 2.312.615,08 49.353.410.313,69 27.331.467.483,08 3.164.588,88 53.253.194.850,86 29.000.387.463,49 851.973,80 3.899.784.537,17 1.668.919.980,41
Grand Total 25.438.765,85 542.887.513.450,60 300.646.142.313,92 34.810.477,69 585.785.143.359,48 319.004.262.098,42 9.371.711,84 42.897.629.908,88 18.358.119.784,50
Grand Total (Rounded) 25.438.765,00 542.887.513.450,00 300.646.142.313,00 34.810.477,00 585.785.143.359,00 319.004.262.098,00 9.371.711,00 42.897.629.908,00 18.358.119.784,00
BAB IV
PERENCANAAN TINJAUAN PROYEK
4.1. Umum
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
27 tahun 2015 tentang Bendungan, bahwa bendungan adalah bangunan berupa
urugan tanah, urugan batu, beton, dan atau pasangan batu yang dibangun selain
untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan
menampung limbah (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk
waduk.
Bendungan Karian yang dibangun akan membendung Sungai Ciberang,
sehingga nantinya air akan terakumulasi menjadi sebuah tampungan besar yang
kemudian tampungan air ini akan dinamakan waduk. Dalam pembangunan
bendungan, diperlukan suatu lokasi yang tepat baik dari segi topografi maupun
kondisi struktur geologinya. Menurut Engineer Konsultan Supervisi Karian, Ir.
Djayahadi Hutomo, jika disimpulkan pembangunan bendungan harus
memenuhi 3 syarat yaitu:
1. Syarat Umum
Adanya manfaat atau ada hal yang melatarbelakangi dibangunnya suatu
bendungan.
2. Syarat Khusus (Teknis)
Dibangunnya suatu bendungan harus dapat memenuhi syarat teknis, yaitu
dari aspek topografi (adanya potensi tampungan), aspek hidrologi (curah
hujan yang cukup), dan dari aspek geologi (mendukung untuk
dibangunnya suatu bendungan).
3. Syarat Ekonomis
Pembangunan bendungan harus memenuhi BCR dan IRR.
Gambar 4.5 PMF Values of the Karian Dam Compared with Saguling
Dam, Cirata, Jatiluhur and other Dams in Indonesia (Review Design of
2014)
Dari dam scale dan Tabel 4.4 tersebut dapat dilihat desain
ketinggian air berdasarkan analisis hidrologi yang dilakukan
sebelumnya dan detail cross section dari Bendungan Karian.
4.3.3. Tinggi Jagaan (Free Board) dan Elevasi Puncak (Crest Ellevation)
Tinggi jagaan Bendungan Karian didesain berdasarkan berbagai
kondisi sebagai berikut:
3
(1) Normal full water level: H1 = Hw Hs Hr He hu
4
3
(2) Design Flood of 1000-years: H2 = Hw Hs Hr hu
4
(3) Maximum flood level (PMF)
H3 = 0.75 m for un-gated spillway
H3 = 1.25 m for gated spillway
Angka Lugeon
Angka Lugeon adalah angka yang menunjukan
kemampuan batu atau tanah untuk meloloskan air dalam liter
per menit per meter kedalaman pada tekanan 10 bar. Namun
tidak semua batuan bisa kuat menahan injeksi tekanan 10
kg/cm2 (10 bar) karena ditakutkan bisa merusak struktur
batuan pada pondasi bendungan. Sehingga tekanan yang
digunakan disesuaikan dengan kedalaman dan kondisi batuan
Keterangan:
Lu = Angka Lugeon
Q = Debit air yang masuk (liter/menit)
P = Tekanan Total (kg/cm2)
L = Kedalaman pengujian (meter)
3. Grouting (sementasi)
Grouting atau proses sementasi adalah kegiatan inti dari
serangkaian proses grouting di atas. Pertimbangan pelaksanaan
grouting bergantung pada nilai Lugeon yang dipersyaratkan.
1
D = 3𝐻 + 𝐶
1
= 3 58,5 + 20
= 39,5 m
Dimana, D : Kedalaman lubang curtain grouting
H : Ketinggian air pada NHWL
C : Koefisien dari pondasi batuan (8-23 m)
Didapat kedalaman grouting yaitu 39,5 m.
2. Consolidation Grouting
Consolidation grouting bertujuan untuk meningkatkan daya
dukung pondasi batuan dan deformasi bed rock terutama pada
rekahan di pondasi batuan. Consolidation grouting terletak pada
bagian hulu dan hilir dari curtain grouting. Spasi antar lubang
grouting sebesar 3,0 m dan spasi antar baris sebesar 3,0 m.
kedalaman dari consolidation grouting ini sendiri yaitu sebesar 10
m.
3. Blanket grouting
Blanket grouting dilakukan pada kontak antara pondasi batuan
zona inti sebagai pelengkap dari curtain grouting sehingga dapat
aman dari gejala piping pada impervious zone dan juga
meingkatkan kekuatan dari pondasi bendungan itu sendiri.
Peletakan formasi blanket grouting pada bendungan karian
berbeda seperti pada umunya yang terletak di luar curtain grouting.
Pada Bendungan Karian blanket grouting terletak diantara curtain
grouting. Spasi antar lubang grouting sebesar 3,0 m dengan
kedalaman dari blanket grouting yaitu sebesar ½ dari kedalaman
curtain grouting. Sehingga didapat kedalaman blanket adalah 22,5
m.
Curtain grouting
blanket grouting
4. Rim Grouting
Rim grouting didesain untuk memperpanjang curtain grouting
dengan mempertimbangkan kondisi geologi di kedua tepi
bendungan. Rim grouting didesain untuk memperpanjang hingga
46 m dari ujung curtain grouting sepanjang sumbu bendungan di
tepi bagian kiri. Dari hasil boring test, nilai Lugeon dari pondasi
batuan pada tepi kiri bendungan di bawah 3. Oleh karena itu, rim
grouting pada tepi kanan bendungan tidak diperlukan. Jika pada
jenis grouting yang lain hanya terdapat 1 lubang, pada rim grouting
lubang grouting membentuk kipas dengan tujuan untuk menutup
area pondasi agar cairan injeksi dari lubang grouting yang lain
dapat terkontrol dan tidak meluas pada area lain. Dapat dilihat pada
Gambar 4.10 rim grouting yang terletak pada Sta 18.
3,000
1,500
3,000
Nurul Fajriati –
21010115130220
64
Laporan Kerja Praktek
Proyek Pembangunan Bendungan Karian, Banten
BAB V
BAHAN DAN PERALATAN
5.2. Alat dan Bahan Pekerjaan Galian dan Dewatering pada Main dam
1) Excavator
Excavator yang digunakan untuk pekerjaan galian main dam adalah
tipe JCB PC-200 dengan kapasitas bucket 0,97 m3. Fungsi dari excavator
ini digunakan untuk menggali lapisan tanah pondasi hingga mencapai
design level. Pada waktu penulis melaksanakan kerja praktek, proses
galian sedang berapa di daerah upstream cofferdam untuk galian tepi
kanan dan kiri berupa material batuan, sedangkan pada main dam sedang
berada pada galian zona 2 dan 3. Waktu siklus dari excavator ini sendiri
dapat dihitung dengan mengamati pergerakan excavator dari mulai ketika
excavator menancapkan bucket ke permukaan untuk mulai menggali, lalu
waktu untuk loading material galian, waktu untuk membawa material
dalam bucket ke area yang ditentukan, dan yang terakhir waktu untuk
mengosongkan bucket kembali. Masing-masing bagian dari cycle time
tersebut bergantung kepada jenis excavator yang digunakan, dimana
semakin besar excavator maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pergerakan swing bucket juga semakin lama. Lalu faktor yang
mempengaruhi lagi adalah angle dari pergerakan swing bucket. Semakin
besar angle dari pergerakan swing bucket, maka semakin besar juga
komponen waktu untuk cycle timenya. Dan faktor terakhir adalah
bergantung dari material yang digali. Semakin keras material yang digali,
maka membutuhkan waktu yang lama untuk proses pengerukan.
Didapat cycle time dari excavator adalah sebesar 110 detik atau
kurang lebih mendekati 2 menit. Dari cycle time itu juga dapat dihitung
produktifitas kerja dari excavator dengan rumus:
3600
Q= 𝑥 𝐾𝑏 𝑥 𝐹𝐹 𝑥 [𝐹𝐾] 𝑥 [𝐹𝑘]
𝐶𝑇
Keterangan:
Q = produktifitas excavator (m3/jam)
Kb = kapasitas bucket (m3)
FF = fill factor (%)
FK = faktor koreksi (efisiensi kerja, availability, dll; %)
Fk = faktor konversi (swell factor; % swell)
= 21,08 m3/jam
Angle swing
bucket
PC-200
2) Dump truck
Dump truck digunakan untuk mengangkut material hasil galian ke
stockpile yang selanjutnya dapat digunakan untuk maintenance jalan akses
yang rusak sedangkan sebagian lainnya akan diangkut ke disposal area.
Dump truck yang digunakan memiliki kapasitas 20 m3 dengan merek
ISUZU FVZ 286PS, dan HINO DT 10. Sama seperti dengan excavator,
dump truck juga dapat dihitung besar cycle time dan produtifitasnya yaitu
sebesar:
CT = t1 + t2 + t3 + t4
CT = 10 + 60 + 10 + 15
= 95 menit
Keterangan:
CT = cycle time (menit)
t1 = waktu berangkat (menit)
t2 = waktu pengisian (menit)
t3 = waktu pengangkutan material ke disposal area (menit)
t4 = waktu penuangan (menit)
Didapat cycle time dari dump truck adalah sebesar 95 menit. Dari cycle
time itu juga dapat dihitung produktifitas kerja dari dump truck dengan
rumus:
60
Q= 𝑥 𝐾𝑏 𝑥 𝐹𝐹 𝑥 [𝐹𝐾] 𝑥 [𝐹𝑘]
𝐶𝑇
60
Q= 𝑥 20 𝑥 0,95 𝑥 0,9 𝑥 0,9
95
= 9,72 m3/jam
5.3. Alat dan Bahan Pekerjaan Cap Concrete pada Main dam
1) Besi Ulir
Besi ulir yang digunakan untuk pekerjaan cap concrete terdiri dari
berbagai macam diameter sesuai dengan kegunaannya masing-masing. Besi
ulir dengan diameter 13 mm digunakan sebagai tulangan cap concrete. Besi
ulir dengan diameter 25 mm digunakan untuk dowel yaitu sebagai material
penghubung antara dua struktur cap concrete. Dowel berfungsi sebagai
penyalur beban antar struktur cap concrete. Besi ulir dengan diameter 29
mm digunakan untuk angkur sebagai penghubung antara struktur cap
concrete dengan abutmen pada bendungan.
2) Bekisting
Bekisting berfungsi sebagai cetakan sementara yang digunakan untuk
menahan beton pada saat beton dituang dan dibentuk sesuai yang
diinginkan.
3) Waterstop
Waterstop adalah material yang digunakan pada sambungan beton yang
berfungsi untuk mencegah kebocoran pada sambungan beton. Waterstop ini
terbuat dari bahan PVC sehingga kedap air dan lentur, sehingga mudah
diaplikasikan dan dapat menahan kebocoran ataupun rembesan.
4) Compressor
Compressor digunakan untuk membersihkan tulangan maupun lahan
pengecoran cap concrete dari lumpur-lumpur maupun material yang
mengganggu. Karena adanya lumpur ataupun debu dapat menyebabkan
ikatan beton dengan tulangan maupun dengan tanah dasar tidak kuat.
5) Truck Mixer
Truck mixer digunakan untuk mengangkut material beton ready mix
dari batching plant menuju tempat pengecoran. Selama perjalanan, mixer
terus berputar agar campuran beton tetap homogen dan tidak mengeras.
Truck mixer yang digunakan memiliki kapasitas 6 m3.
6) Concrete Pump
Concrete pump adalah truck yang dilengkapi dengan pompa dan lengan
untuk memompa campuran beton ready mix ke tempat-tempat yang sulit
dijangkau.
7) Vibrator
Vibrator adalah alat penggetar yang digunakan untuk memadatkan
pengecoran sehingga beton mejadi homogen dan hasil pengecoran beton
tidak keropos.
8) Wiremesh
Wiremesh atau yang biasa disebut juga dengan kawat ayam (chicknnest) ini
digunakan sebagai batas cor pada cap concrete setiap memanjang 5 meter.
2) Tripod
Tripod adalah alat yang digunakan untuk menyimbangkan dudukan
rotary drilling machine dan juga sebagai kontrol untuk memasukan dan
mengeluarkan drilling rod ke dalam lubang grouting.
3) Tie rod
Tie rod digunakan sebagai perpanjangan core tub selama proses
pengeboran hingga mencapai kedalaman yang diinginkan. Panjang dari
tiap tie rod adalah 3 m.
4) Core tub
Core tub digunakan sebagai ujung dari pengeboran dan memiliki mata
bor. Core tube memiliki diamater 76 mm dan memiliki panjang 0,5 m dan
1,5 m. Selain digunakan sebagai mata bor, core tube sesuai dengan
namanya juga dipakai untuk mengambil lapisan tanah hasil pengeboran.
5) Grout Pump
Grout pump digunakan untuk mengalirkan campuran grouting dari
grout mixer ke grouting hole. Grout pump yang digunakan mampu
menginjeksi campuran sampai dengan 120 liter/menit pada tekanan 30
kg/cm2. Grout pump yang digunakan yaitu tipe Tone NAS-3, dan Koken
MG-10.
6) Grout Mixer
Grout mixer yaitu wadah yang digunakan untuk mencampur
campuran grouting yang berupa air dan semen. Pada setiap grout plant
(satu kesatuan platform alat grouting) terdiri dari dua buah grout mixer
dimana satu grout mixer dapat menampung kapasitas campuran sebesar
200 liter.
8) Valve
Valve tidak lain adalah keran yang digunakan untuk membuka katup
yang nantinya digunakan untuk mengatur tekanan yang akan diinjeksikan
pada proses grouting. Semakin tinggi tekanan yang diperlukan, maka
bukaan pada valve semakin lebar.
9) Selang hose
Selang hose adalah selang yang digunakan untuk mengalirkan air
bertekanan dari grout pump sampai dengan grout hole. Selang hose
bukanlah selang biasa, melainkan selang karet yang mampu menahan
injeksi air dengan tekanan besar.
12) Hopper
Hopper yaitu wadah kecil yang digunakan sebagai penyaring
campuran dari grout mixer yang kemudian campuran grouting dari hopper
langsung dialirkan melalui selang hose ke grout hole.
16) Pasir
Pasir digunakan sebagai bahan pencampur backfill grouting yang
digunakan untuk menutup lubang grouting setelah semua proses
pengerjaan grouting selesai.
Pipa nipple
2) Excavator
Excavator adalah alat yang digunakan untuk meletakkan dan
merapihkan material yang telah di angkut oleh dump truck pada area
timbunan. Excavator yang digunakan adalah JCB PC-200 yang memiliki
kapasitas bucket sebesar 0,97 m3. Cycle time dan produktifitas excavator
sama seperti pada perhitungan sebelumnya pada bagian alat untuk pekerjaan
galian.
3) Buldozer
Buldozer digunakan sebagai alat bantu untuk menghamparkan material
untuk timbunan yang telah diletakkan oleh excavator. Bulldozer yang
digunakan adalah komatru D85E-SS. Dengan detail spsifikasi bulldozer
memiliki lebar blade sebesar 4,365 m, tinggi blade sebesar 1,13 m,
kecepatan maju sebesar 3,8 km/jam atau 63 m/menit, dan kecepatan mundur
sebesar 4,9 km/jam atau 82 m/menit. Dari spsefikasi tersebut, maka dapat
dihitung cycle time dan produktifitas dari bulldozer dengan
mempertimbangkan realita selama proses pekerjaan di lapangan.
𝑞 𝑥 60 𝑥 𝐸
Q = 𝐶𝑇
q = 𝐿 𝑥 𝐻2 𝑥 𝑎
𝐷 𝐷
CT = 𝐹 + +𝑍
𝑅
Keterangan:
Q = produksi per jam (m3/jam)
q = produksi per cycle (m3)
CT = cycle time (menit)
E = job efficiency
L = lebar blade (m)
H = tinggi blade (m)
a = faktor blade
D = jarak kerja (m)
F = kecepatan maju (m/menit)
R = kecepatan mundur (m/menit)
Z = waktu untuk ganti gigi (menit)
= 2,4 menit
q = 𝐿 𝑥 𝐻2 𝑥 𝑎
= 4,365 𝑥 1,132 𝑥 0,9
= 5 m3
5 𝑥 60 𝑥 0,9
Q = 2,4
= 112,5 m3/jam
Blade
4) Vibratory roller
Vibratory roller adalah alat yang digunakan untuk memadatkan material
timbunan baik pada zona 1, 2, 3, dan 4 pada upstream cofferdam. Untuk
zona 1, vibratory roller digunakan jika pemadatan dilakukan dengan kondisi
wet core, dengan tujuan efisiensi. Vibratory roller yang digunakan untuk
memadatkan material adalah SAKAI SV512TF dengan panjang drum roller
mencapai 2 m dan berat kotor vibratory roller 12 ton. Dari pengamatan di
lapangan saat pelaksanaan pekerjaan timbunan upstream cofferdam,
vibratory roller membutuhkan waktu 3,5 menit untuk melakukan 1 kali
lintasan dimana panjangnya adalah 80 m. sehingga jika sebagai contoh
mengambil pekerjaan pemadatan pada zona 1, maka untuk dilakukan 12
passing bolak-balik dibutuhkan waktu 24 x 3,5 menit yaitu sebesar 84 menit
untuk setiap lebar melintang 3 m. biasanya untuk efisiensi waktu, pekerjaan
dilakukan secara paralel. Contohnya jika salah sau bagian sudah dilakukan
perataan material oleh bulldozer, maka langsung dilanjutkan pekerjaan
pemadatan, sedangkan bagian lainnya dilakukan pekerjaan perataan dengan
bulldozer. Pada umumnya di lapangan, jika proses pengecekan dari borrow
area dilaksanakan pagi dan tidak ada masalah khusus, dalam 1 hari
umumnya dapat diselesaikan 2 layer pemadatan pada pekerjaan timbunan di
upstream cofferdam.
5) Sheepfoot roller
Sheepfoot roller adalah alat berat yang digunakan untuk memadatkan
material timbunan. Pada zona 1, sheepfoot roller digunakan untuk
pemadatan kondisi OMC, dimana kadar air pada tanah tidak terlalu tinggi,
sehingga tanah tidak banyak yang tersangkut pada pad yang terdapat pada
roller yang seperti sheepfoot itu. Kecepatan sheepfoot roller kurang lebih
hampir sama dengan vibratory roller, sehingga kedua alat tersebut memiliki
cycle time dan produktifitas yang hampir sama.
6) Total Station
Total station merupakan alat bantu ukur yang digunakan dalam
menentukan akurasi ketebalan penghamparan material timbunan, maupun
untuk pengukuran ketebalan dibeberapa titik koordinat pada area timbunan
7) Terpal
Terpal ini dibutuhkan untuk jaga-jaga jika cuaca sedang tidak cerah
ataupun ketika cuaca sedang sangat terik. Terpal ini digunakan untuk
menutupi area timbunan pada zona 1, dimana pada zona tersebut kadar
airnya harus benar-benar terjaga.
terpal
5.6. Alat dan Bahan Pekerjaan Shotcrete pada Slope Protection Intake
1) Mesin Shotcrete
Mesin shotcrete ini digunakan untuk menyemprotkan material shotcrete
dengan tekanan tertentu.
(i)
(ii)
Gambar 5.39 Mesin Shotcrete
3) Material Shotcrete
Material shotcrete terdiri dari pasir, semen, dan air. Bisa pula
ditambahkan zat additive tertentu. Adonan shotcrete dibuat langsung pada
area intake agar dapat langsung digunakan pada pelaksanaan shotcrete
pada intake.
2) Tulangan
Tulangan yang digunakan pada intake sangat beragam. Namun pada
section yang penulis tinjau pada saat kerja pratek, tulangan yang
digunakan adalah tulangan baja ulir dengan diameter 16, 22, 25 mm.
3) Las Karbit
Las karbit adalah pengelasan yang menggunakan media gas karbit sebagai
bahan bakar. Prosesnya adalah membakar bahan bakar gas O2 sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam. Pada
proyek ini, las karbit (penyulut api) digunakan dalam pekerjaan
4) Air Pipe
Pada proses penulangan pada intake, yang tidak boleh terlupa adalah
pemasangan air pipe. Air pipe adalah pipa yang berfungsi sebagai jalannya
udara di dalam intake. Hal ini dikarenakan, adanya perubahan diameter
pada intake menyebabkan munculnya udara, yang jika udara tersebut tidak
menemukan jalan keluar, maka dapat beresiko berbahaya pada intake yaitu
intake dapat meledak.
5) Kawat Bendrat
Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat antar baja tulangan agar
dapat membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat yang
digunakan berdiameter 1 mm dan dalam penggunaanya digunakan dua
atau tiga lapis kawat agar lebih kuat dalam mengikatkan baja tulangan.
Agar baja tulangan saling terikat dengan kuat maka kawat bendrat yang
digunakan harus dengan kualitas yang baik dan tidak mudah putus.
BAB VI
PELAKSANAAN PEKERJAAN
6.1. Umum
Pada awal penulis melaksanakan kegiatan kerja praktek, progres pekerjaan
keseluruhan telah mencapai ±50%. Dimana pada main dam sedang
berlangsung pelaksanaan pekerjaan galian pada zona 4 di river bed maupun di
tumpuan kiri STA awal, pelaksanaan pekerjaan cap concrete, dan grouting
pada tumpuan kanan dan kiri. Lalu pada upstream cofferdam sedang
berlangsung pekerjaan embankment atau timbunan. Sedangkan pada intake
tower, pekerjaan sedang dihentikan karena menunggu revisi akibat adanya
ketidak-cocokkan antara civil design dan hydro-mechanical design. Sehingga
pekerjaan intake tower baru dilakukan pada bulan akhir pelaksanaan kerja
praktek, yaitu berupa pekerjaan shotcrete dan penulangan. Selain itu sedang
dikerjakan juga grouting, cap concrete dan timbunan pada saddle dam 1, 2,
dan 3. Pemasangan angkur, pengecoran, dan pemasangan batu bronjong pada
spillway. Pengujian dry test pada inlet dan outlet. Serta pekerjaan jalan akses
di dalam proyek dan jalan akses menuju Gunung Geblegan.
Namun pada pembahasan mengenai pelaksanaan pekerjaan pada bab enam
ini hanya akan dibahas lebih detail mengenai pelaksanaan pekerjaan pada
bagian main dam dan intake tower sesuai lingkupan pekerjaan yang menjadi
fokusan penulis.
Secara garis besar pekerjaan galian pada main dam dapat dilihat
pada flow chart berikut.
Area galian
Zona 2
Zona 4
Zona 3
Pada Gambar 6.7 dapat terlihat kondisi awal dari main dam.
Zona 4 telah dilakukan proses timbunan, sedangkan pada zona 2,
dan 3 dari area river bed masih merupakan lapisan weathered rock
dan belum dilakukan proses dewatering, sehingga perlu dilakukan
penggalian hingga mencapai softrock yaitu setara dengan elevasi
cap concrete.
Pada Gambar 6.8 terlihat bahwa weathered rock cenderung
berwarna kemerah-merahan. Selain itu kita juga dapat melihat
pondasi zona 4 merupakan lapisan weathered rock.
2. JI Progress Survei dan Geology
Setelah pekerjaan galian telah selesai dilaksanakan, maka
dilakukan proses JI atau Joint Inspection, dimana pada JI dilakukan
pengecekan progres pekerjaan oleh kontraktor, konsultan
pengawas, dan pihak PU. Jika geologist menilai pekerjaan galian
telah mencapai lapisan batuan yang diinginkan, yaitu untuk zona 1,
2, dan 3 telah mencapai softrock, maka selanjutnya akan dilakukan
pengukuran elevasi oleh surveyor. Sehingga dari elevasi sebelum
dilakukan penggalian dan setelah dilakukan penggalian, dapat
diketahui volume pekerjaan yang telah dikerjakan. Namun jika
pekerjaan galian dinilai oleh geologist masih berupa common soil,
maka perlu dilakukan proses penggalian kembali.
Pada Gambar 6.10 di atas dapat terlihat proses penggalian pada upstream
cofferdam bagian sisi kanan dengan menggunakan excavator PC-200. Setelah
dilakukan proses penggalian tersebut, jalan akses hanya berada di sisi tumpuan
kiri. Akibat hal ini juga terkadang terjadi penumpukan kendaraan seperti dump
truck pada jalan akses di tumpuan kiri.
Tumpuan kanan
yang sudah digali
(i)
Tumpuan kiri
yang belum digali
(ii)
Tumpuan kiri
yang sudah digali
(iii)
Gambar 6.11 Hasil Penggalian pada Upstream cofferdam
(i) Hasil Galian pada Bagian Sisi Kiri Upstream cofferdam (23 Juli 2018)
(ii) Jalan Akses pada Sisi Kanan Upstream cofferdam (8 Agustus 2018)
(iii) Hasil akhir Galian pada Upstream cofferdam (5 Sepetember 2018)
Rencana sumuran
river bed dibuat untuk mengontrol muka air tanah. Air tanah pada
pondasi bendungan harus dikeringkan. Sehingga lewat sumur inilah air
tanah tersebut disedot dengan menggunakan pompa untuk nantinya
dialirkan ke bagian hilir. Sedangkan untuk sumuran yang berada pada
tengah cap concrete, itu adalah sebuah mata air. Sehingga dibuatlah
sumuran agar airnya dapat disedot dengan pompa, lalu akhirnya mata
air tersebut jika sudah kering dapat di timbun. Untuk lebih jelasnya
mengenai pompa pada paritan dan sumuran dapat dilihat pada Gambar
6.14 di bawah ini.
(i)
(ii)
(iii)
Gambar 6.14 Proses Pemompaan pada Pekerjaan Dewatering
(iii) Bagian Paritan
(iv) Bagian Tengah River bed
(v) Bagian Hulu river bed
Mata Air
Sumuran
2
(i)
Pipa Penghubung
sumuran ke drainase
(ii)
Gambar 6.16 Pelaksanaan Dewatering pada Upstream Cofferdam
Air dari sumuran tersebut lalu akan dialirkan menuju drainase pada
bagian tumpuan kiri upstream cofferdam. Lebih detail mengenai
gambaran drainasenya dapat dilihat pada Gambar 6.16 di bawah. Dari
drainase itulah air akan disalurkan lagi hingga menuju drainase yang
berada pada bagian tumpuan kiri main dam, lalu selanjutnya dialirkan
hingga ke hilir sungai.
(i)
(ii)
Gambar 6.17 Detail Drainase
(i) Drainase pada Tumpuan Kiri Upstream cofferdam
(ii) Drainse pada Tumpuan Kiri Main dam
Survei Dimensi
Belum Sesuai
JI Progress
Sesuai
Pemasangan Item Cap
concrete
Belum Sesuai
JI Progress
Sesuai
Pengecoran Cap concrete
Secara detail tahapan dari pekerjaan cap concrete adalah sebagai berikut:
1. Penggalian Area Cap Concrete
Area cap concrete digali dari permukaan pondasi zona 1. Kedalaman
penggalian area cap concrete sesuai dengan ketebalan desain yaitu 0,5
meter. Penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator.
2. Survei Dimensi
Setelah penggalian area cap concrete selesai, dilakukan survei
dimensi oleh tim surveyor untuk mengecek apakah hasil penggalian sudah
sesuai dengan desain.
nantinnya agar bisa dilakukan pull out test. Proses pemasangan angkur
dimulai dari membuat lubang angkur menggunakan Furukawa Leg drill
dengan posisi tegak lurus dengan permukaan. Furukawa Leg drill yang
digunakan mempunyai drill steel sepanjang 1,5 – 2 m. Selain itu, pada
pembuatan lubang angkur ini Furukawa Leg drill juga dilengkapi dengan
kompresor angin sebagai alat pembantu untuk mempermudah pembuatan
lubang angkur. Lubang angkur yang dilubangi menggunakan leg drill
memiliki diameter yang lebih besar daripada diameter angkur. Setelah
diameter angkur selesai dilubangi, angkur dimasukkan kemudian di
sekeliling angkur diinjeksikan slush grouting untuk mengikat angkur
dengan struktur abutmen. Pada Gambar 6.18 dapat dilihat angkur pada
cap concrete.
angkur
Pipa nipple adalah pipa besi yang digunakan untuk membantu proses
pekerjaan grouting. Pipa nipple digunakan sebagai penanda titik grouting
dan membantu pengeboran lubang grouting terutama pada pengeboran
bersudut. Pada umumnya, pipa nipple digunakan pada titik grouting yang
dilapisi oleh cap concrete. Pada proyek pembangunan Bendungan Karian,
pipa nipple digunakan untuk curtain grouting dan blanket grouting.
Sebelum dilakukan pengecoran cap concrete, pipa nipple ditanam ke
permukaan pondasi hingga pipa nipple dirasa kuat dan tidak bergoyang.
Setelah itu, lubang luar pipa nipple ditutup dengan kain sebagai media
penamaan lubang grouting.
Setelah proses pemasangan pipa nipple selesai, pekerjaan dilanjutkan
dengan pemasangan tulangan cap concrete. Tulangan yang digunakan
untuk cap concrete yaitu tulangan ulir dengan diameter 13 mm dengan
jarak antar tulangan 25 cm. Perakitan tulangan cap concrete dilakukan
langsung di lapangan. Posisi tulangan cap concrete harus berada di bawah
angkur.
Tulangan
Pipa Nipple
Gambar 6.21 Pemasangan Pipa Nipple dan Tulangan pada Cap Concrete
Pemasangan
Bekisting
chickennest
Jika area pengecoran telah siap, maka beton ready mix dari batching
plant bisa mulai ditempatkan di area pengecoran. Concrete pump
ditempatkan sedemikian rupa sehingga bisa menjangkau semua area
pengecoran cap concrete. Truck mixer yang telah tersedia langsung
menuangkan beton ready mix ke concrete pump yang kemudian dipompa
menuju area yang akan di cor. Pada pengecoran yang menggunakan
concrete pump, tinggi jatuh beton ready mix harus kurang dari 1,5 m. Pada
Pada area pengecoran yang tidak dipasang bekisting sebagi top cor,
cap concrete diratakan dengan metode manual menggunakan jidar. Pada
sambungan antar cap concrete, antara beton lama yang telah dicor dengan
baru yang akan dicor harus diberikan lem beton sebagai perekat antar
beton lama dan beton baru. Lem beton dioleskan pada permukaan beton
lama yang menjadi daerah kontak antara beton lama dengan beton baru.
Lem beton yang digunakan untuk merekatkan antar sambungan cap
concrete yaitu SikaCim Bonding Adhesive.
Perataan permukaan
menggunakan jidar
6. Curing Beton
Setelah selesai pengecoran beton, dilakukan curing beton untuk
menjaga kelembaban dan suhu beton. Curing beton dilakukan dengan
menyiram permukaan beton yang telah kering menggunakan air. Selain
itu, curing beton juga bisa dilakukan dengan menaruh lembaran plastik di
atas permukaan beton seluas area beton yang dicor. Jika cap concrete telah
selesai di cor, maka pekerjaan selanjutnya yaitu grouting dapat dikerjakan.
Water tank
Water pump
Tabung
manometer oksigen
flowmeter
5
1 3 4
2
6 7 8 9 10 11 12 13 14
15
Keterangan:
1 = Nomor Lubang 8 = Tekanan Gravitasi
2 = Kedalaman Pengujian 9 = Tekanan Total
3 = Panjang Pengujian 10 = Bacaan Awal Flowmeter
4 = Stage Pengujian 11 = Bacaan Akhir Flowmeter
5 = Waktu Pengujian 12 = Volume Injeksi (liter)
6 = Lama Pengujian 13 = Flowrate (liter/menit)
7 = Tekanan Awal (Po) 14 = Flowrate (liter/menit/m)
15 = Nilai Lugeon
5
1 3 4
2
6 7 8 9 10 11 12 13 14
18
16
19
15 17
Nurul Fajriati –
21010115130220
131
Laporan Kerja Praktek
Proyek Pembangunan Bendungan Karian, Banten
Hg = 0,239 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
3) Menghitung tekanan total
P = 𝑃𝑜 + 𝐻𝑔
P = 0,7 + 0,239
P = 0,939 𝑘𝑔/𝑐𝑚3
4) Mencari nilai volume injeksi air WPT yaitu dengan mengurangi
bacaan akhir flowmeter dengan bacaan awal flowmeter
Volume (lt) = finish – start
Volume (lt) = 163680,79 – 163560,34
Volume (lt) = 120,45 liter
5) Mencari flowrate (liter/menit) dengan membagi jumlah volume
terinjeksi dengan lamanya pengujian
Flowrate = volume (lt)/time (menit)
Flowrate = 120,45 / 10
Flowrate = 12,45 lt/menit
6) Mancari flowrate (liter/menit/meter) dengan membagi jumlah
flowrate (liter/menit) dengan panjang pengujian (L)
Lu = 25,63
8) Mencari nilai koefisien permeabilitas (k) dengan rumus:
𝑄 𝐿
K = 2𝜋 𝑥 𝐿 𝑥 𝐻 ln 𝑅
3. Grouting (Sementasi)
Proses tahapan grouting yang digunakan adalah grouting upstage
yaitu proses grouting dari bawah ke atas. Siklus kerja grouting ini yaitu
pengeboran dilakukan pada stage pertama kemudian dilanjutkan
dengan Water Pressure Test stage pertama. Setelah selesai Water
Pressure Test stage pertama, dilanjutkan pengeboran stage kedua,
Keterangan:
BJ semen = berat jenis semen
BJ Air = berat jenis air
Ra & Rs = rasio air dan semen pada campuran grouting
Campuran 1:10 artinya Rs =1, dan Ra =10
Campuran 1:6 artinya Rs=1, dan Ra=10
1 2 3 4 5 6 14
7 8 9 10 11 12 13
Adapun tahapan dari trial embankment dengan contoh pada zona 1 adalah
sebagai berikut. Pada zona 1 dibagi menjadi 3 segmen yang masing-masing
segmen mewakili tiap Sta. Tiap segmen diperlakukan berbeda untuk jumlah
passing alat berat. Segmen 1 dilakukan passing sebanyak 8, segmen 2
dilakukan passing sebanyak 10, dan segmen 3 dilakukan passing sebanyak 12
passing. Diawali dengan passing alat berat disemua segmen sebanyak 8
passing untuk setiap segmennya. Kemudian passing dilanjutkan hanya untuk
segmen 2 dan 3 saja. Sedangkan untuk segmen 1 dihentikan, sehingga jumlah
passing pada segmen 1 hanya 8 passing. Lalu setelah melakukan 2 passing lagi
yaitu total 10 passing pada segmen 2 dan 3, maka passing dilanjutkan hanya
pada segmen 3 hingga mencapai 12 passing. Setelah dilakukan passing, maka
akan dilakukan test sand cone, untuk mengetahui mana yang paling efisien
berdasarkan jumlah passing dan kepadatan yang didapatkan. Dan didapat hasil
trial embankment untuk setiap zona seperti yang tertera pada Tabel 6.1. Trial
embankment ini dilakukan hanya pada tahap awal memulai pekerjaan
embankment. Untuk selanjutnya pekerjaan embankment mengacu pada hasil
trial tersebut. Namun dapat juga dilakukan trial embankment kembali, jika
suatu saat menemui kepadatan kompaksi tanah timbunan hasil sand cone yang
tidak memenuhi spesifikasi. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan karena
perubahan sumber material sehingga material tersebut memiliki properties
yang berbeda dengan material pada saat trial dilakukan.
dan uji proctor di lab. Hal ini untuk mengetahui apakah material
sesuai spesifikasi atau tidak. Dari uji proctor akan didapat nilai
OMC (Optimum Moisture Content). Hasil tes tersebut yang
menjadi acuan, jika kadar air mendekati nilai OMC atau berada di
nilai kurang lebih 50%, maka tanah bisa dibawa ke area timbunan.
Sedangkan jika material terlalu basah atau terlalu kering, maka
perlu dicari tanah pada area lain borrow area yang memenuhi
spesifikasi, atau bisa juga tetap menggunakan material tersebut
dengan melakukan treatment tertentu. Untuk tanah yang memiliki
kadar air terlalu tinggi, maka tanah dilakukan penjemuran agar
kadar air menurun. Sedangkan untuk tanah dengan kadar air yang
terlalu rendah, maka bisa dilakukan penyemprotan air pada tanah
merah tersebut. Pengecekan ini dilakukan oleh konsultan
pengawas, kontraktor, dan pihak PU.
Penembakan
pada tanah
merah zona 1
Gambar 6.43 Surveyor Memasang Bak Ukur pada Titik yang Akan
Diukur
Gambar 6.45 Penuangan Tanah Merah oleh Dump truck pada Zona 1
Zona 4
Zona 3
Zona 1
Zona 2
sheepfootroller
vibroroller
Pemasangan
bak ukur
PC-70
Zona 2
(i) (ii)
Gambar 6.58 Pendatangan Material Zona 4
vibroroller
Bagian hulu
cofferdam
3. Penyemprotan Shotcrete
Penyemprotan shotcrete dilakukan dengan tekanan tinggi dan dengan
arah tegak lurus permukaan slope protection. Namun tekanan juga tidak
boleh terlalu tinggi yang dapat menyebabkan shotcrete lemah. Disemprot
hingga mencapai ketebalan rencana.
BAB VII
PENGENDALIAN PROYEK
7.1. Umum
Sebagai salah satu fungsi dan proses kegiatan dalam manajemen proyek
yang sangat mempengaruhi hasil akhir proyek adalah pengendalian yang
mempunyai tujuan utama meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat
terjadi selama proses berlangsungnya proyek. Pengendalian membutuhkan
standar atau tolak ukur sebagai pembanding, alat ukur kinerja, dan tindakan
koreksi yang akan dilakukan bila terjadi penyimpangan. Kegiatan yang
dilakukan dalam proses pengendalian dapat berupa pengawasan, pemeriksaan,
serta tindakan koreksi, yang dilakukan selama proses implemetasi.
Pada proyek pembangunan Bendungan Karian, pengendalian yang
dilakukan meliputi pengendalian mutu, pengendalian waktu, pengendalian
biaya, dan pengendalian Kesehatan daan Keselamatan Kerja (K3). Tujuan dari
pengendalian dan pengawasan proyek ini yaitu menekan dan mengurangi
kemungkinan terjadinya penyimpangan baik dalam mutu, waktu, maupun
biaya, serta dapat mengetahui dengan cermat permasalahan yang terjadi, serta
dapat mencari solusi yang tepat dalam pemecahan masalah tersebut.
7.2.3. Pengawasan Mutu Hasil Pekerjaan Cap Concrete pada Main Dam
Pada pekerjaan cap concrete pada main dam, terdapat dua item
yang dilakukan pengujian yaitu angkur dan beton. Pada angkur
dilakukan pengujian pull out test di lapangan setelah dilaksanakan
pemasangan angkur. Sedangkan pada beton dilakukan pengujian
compressive strength test untuk tiga buah sample beton di laboratorium.
1. Pengujian Pull out test
Pengujian pull out test dilakukan untuk mengetahui kekuatan
yang diperlukan untuk menarik angkur baja pada tanah. Hal ini
diperlukan agar adanya keyakinan bahwa angkur benar-benar
tertancap pada tanah. Angkur yang digunakan pada main dam adalah
angkur D29 dengan kedalaman 7 m di bawah permukaan. Pengujian
pull-out test dilakukan di 2 titik setiap STA nya. Berikut tahapan
pelaksanaan pull out test:
a. Persiapan alat dan bahan untuk pengujian pull-out test.
b. Penetuan titik letak angkur yang akan dilakukan pengujian pull-
out test
c. Pemotongan angkur menggunakan gerinda hingga angkur dapat
dipasang pull-out test apparatus.
Alat las
Proses pengelasan
Displacement gage
Pemberian tekanan
Jika terjadi kegagalan pada hasil pull out test, maka dilakukan
pengujian di titik lain. Jika pada titik lain hasil pengujian berhasil
maka hasil yang digunakan adalah titik pengujian yang memenuhi
standar. Namun jika pada titik lain terjadi kegagalan kembali, maka
harus dilakukan penggantian angkur yang sudah terpasang dengan
mempertimbangkan juga hasil pengujian mutu atau kualitas angkur
di lab. Karena dimungkinkan terjadi kesalahan mutu angkur yang
terpasang dengan mutu angkur yang dipesan.
Gambar 7.11 Proses Pengeluaran Tanah Hasil Coring dari Core Tube
Keterangan box
berupa identitas hole
dan kedalaman hole
Gambar 7.14 Skema titik pengujian tes sand cone dan permeability
1. Zona 1
Pada zona 1 pengawasan mutu dilakukan dari mulai
pengambilan material di borrow area hingga pengujian terhadap
hasil pemadatan timbunan. Pengujian-pengujian yang dilakukan
terdiri dari uji water content, uji proctor, atterberg limit, sieve
analysis, dan picnometer terhadap sample material dari borrow area,
dan pengujian water content, sand cone, serta permeability test di
lapangan.
1) Pengujian Water content pada Sample dari Borrow area
Pengujian water content dilakukan untuk mengetahui kadar
air dari material pada borrow area. Jika kadar air mencapai nilai
OMC atau lebih dari 50%, maka tanah dapat dibawa ke area
timbunan. Namun jika kadar air untuk tanah zona 1 belum
memenuhi syarat maka dapat di treatment terlebih dahulu
berupa penjemuran jika tanah terlalu basah, atau penyemprotan
dengan air jika tanah terlalu kering. Treatment pada tanah ini
dapat langsung dilakukan di area timbunan ataupun di borrow
area sebelum di bawa ke area timbunan. Atau di lain kondisi,
dapat juga material tanah di ambil dari lokasi borrow area lain
yang kadar air dan spesifikasi lainnya memenuhi persyaratan.
Tahapan pelaksanaan pengujian kadar air seperti pada pengujian
mekanika tanah dengan cara mengambil sample tanah pada
borrow area, lalu di keringkan dengan cara di oven hingga tidak
ada kandungan air lagi pada tanah. Lalu di cari selisih berat
tanah sebelum di oven dan sesudah di oven yang akan menjadi
berat air. Berat air di bagi dengan berat tanah akan didapatkan
nilai kadar air.
2) Pengujian Proctor
Pengujian proctor dimaksudkan untuk mencari besarnya
OMC atau kadar air optimum dan MDD (Maximum Dry
8) Pengujian Permeability
Pengujian permeability ini dilakukan untuk mengetahui
nilai permeabilitas dai suatu lapisan tanah hasil pemadatan
apakah sudah memenuhi spesifikasi taua belum. Pengujian
2. Zona 2 dan 3
Pengawasan mutu hasil pekerjaan timbunan pada zona 2 dan 3
terdiri dari pengujian di laboratorium dan pengujian di lapangan.
Pengujian di lab terdiri dari pengujian sieve analysis dan pengujian
kadar lumpur, sdeangkan pengujian di lapangan terdiri dari
pengujian sand cone dan pengujian permebility.
1) Pengujian sieve analysis
2) Pengujian kadar lumpur
3) Pengujian sand cone
4) Pengujian permeability
3. Zona 4
Pengawasan mutu hasil pekerjaan timbunan untuk zona 4
terdiri dari pengujian strength, abrasi dan berat jenis di lab, dan
pengujian water replacement test di lapangan. Jika pada zona 1, 2,
dan 3 pengujian kepadatan dilakukan dengan uji sand cone, maka
uji kepadatan untu zona 4 dilakukan dengan metode water
replacement test. Berikut adalah tahapan pekerjaan water
replacement test:
a. Memastikan alat dan bahan untuk pengujian sudah siap.
b. Menentukan lokasi titik pengujian dan lakukan pengukuran
koordinat oleh surveyor.
c. Mempersiapkan tanah permukaan dan menempatkan metal
ring di titik pengujian.
Gambar 7.28 Safety Talk kepada para Pekerja pada Pagi Hari
2. HSE Induction
HSE induction digunakan sebagi bentuk sosialisasi kepada para
karyawan maupun para pekerja baru tentang peraturan-peraturan K3L
pada proyek, informasi terkait tentang layout proyek dan area berbahaya
pada proyek sebagai bentuk kontrol K3L yang dilakukan oleh Departemen
HSE.
3. Pendamping pengunjung
Sesuai dengan UU No.1 tahun 1970 bahwasanya setiap orang yang
berada pada site area pada proyek harus berada pada kondisi yang aman
5. Rambu K3 proyek
Rambu-rambu K3 pada proyek penting adanya sebagai pengingat
kepada setiap orang agar tetap memperhatikan kesehatan, dan keselamatan
kerja. Selain itu ada juga rambu-rambu yang memeberikan informasi pada
proyek seperti informasi kondisi jalanan curam, titik kumpul keadaan
darurat, dan lain-lain.
6. Inspeksi HSE
Tim HSE akan melakukan inspeksi sebagi bentuk pengawasan
terhadap peraturan K3 pada proyek.
7. Waste management
Waste management merupakan salah satu bentuk pengendalian
lingkungan pada proyek berupa pengolahan limbah yang baik dan teratur.
Tujuan utama dari waste mangement ini yaitu untuk meningkatkan
efisiensi dan mengurangi limbah dengan menerakan konsep 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) serta meningkatkan kesadaran pada lingkungan kepada
para tenaga kerja.
8. Inspeksi lingkungan
Sama seperti inspeksi K3, perlu dilakukan juga inspeksi lingkungan
sebagai bentuk kontrol terhadap lingkungan di sekitar proyek.
9. General Housekeeping
General housekeeping merupakan bentuk tanggungjawab untuk
menjaga agar tempat kerja selalu bersih dan rapi untuk menciptakan
kondisi lingkungan yang baik. General housekeeping dilakukan 2 kali
dalam seminggu.
BAB VIII
PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA
8.1. Umum
Dalam setiap proyek pasti akan ditemui berbagai permasalahan. Dari
mulai permasalahan teknis pada pekerjaan di lapangan, hingga permasalahan
sosial seperti gaji para pegawai dan sebagainya. Tentu untuk dapat menjaga
kondusifitas lingkungan proyek, setiap masalah harus dapat diselesaikan
dengan solusi yang tepat. Berikut adalah beberapa permasalahan dan
pemecahannya yang penulis rangkum selama berada di proyek Bendungan
Karian ini.
terpal
8.2.2. Adanya Rekahan dan Mata Air pada Tumpuan Kiri Timbunan
Upstream Cofferdam
8.2.3. Terdapat Mata Air pada Area River Bed Main Dam
Gambar 8.2 Penyedotan Mata Air dengan Pompa pada Area River Bed
Main Dam
Adanya mata air tersebut membuat area cap concrete dan dental
concrete tergenang dengan air. Hal ini seringkali mengganggu proses
pekerjaan, sehingga perlu dilakukan proses dewatering. Selain itu juga
dikhawatirkan adanya mata air pada area river bed pada main dam dapat
mengganggu kekuatan struktur bendungan dalam menahan beban.
Sehingga mata air tersebut dilakukan pengeringan dengan cara
memompa air di dalam mata air dengan pompa. Lalu setelah itu
dilakukan pengecoran pada mata air tersebut agar nantinya permukaan
rata dengan cap concrete dan dapat dilakukan proses timbunan.
Kenaikan permukaan
river bed
Lembaran besi
Ditemukan adanya rekahan di area core main dam. Hal ini tentu
mengkhawatirkan karena rekahan termasuk zona lemah. Sedangkan
letak rekahan tersebut berada pada area penting yaitu core yang
memang harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan struktur.
Oleh karena itu untuk menangani permasalahan tersebut, dilakukan
proses grouting pada bagian rekahan untuk mengisi area rekahan dalam
yang merupakan area kritis. Sedangkan untuk menutup bagian
permukaan dilakukan proses filling dengan menggunakan tanah
lempung.
BAB IX
PENUTUP
9.1. Kesimpulan
Pelaksanaan kerja praktek yang telah penulis lakukan memiliki banyak
sekali manfaat dan pelajaran. Baik dalam bidang teknik sipil yang
menyangkut teknis di lapangan maupun manajemen proyek. Pengalaman
kerja praktek ini juga dapat melengkapi pengetahuan yang didapatkan di
perkuliahan. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang diperoleh selama
pelaksanaan kerja praktek, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan
antara lain:
1. Proyek pembangunan bendungan perlu dilakukan analisis dan
perencanaan yang sangat matang, hal ini dikarenakan pembangunan
bendungan memiliki potensi untuk membahayakan banyak orang dan
menenggelamkan banyak daerah. Seperti dalam proyek Bendungan
Karian, proses studi sudah dilakukan studi sejak tahun 1985 hingga baru
keluar SPMK di tahun 2015.
2. Kelancaran proyek sangat bergantung pada perencanaan yang matang
dan adanya koordinasi yang baik antara perencanaan struktur, hidrologi,
hidro-mekanikal, maupun instrumentasi. Karena berdasarkan realita pada
proyek Bendungan Karian, pekerjaan intake tower dapat terhambat
hingga kurang lebih 2 bulan akibat adanya ketidak-sinkronisan antara
desain struktur dan desain hidro-mekanikal.
3. Ada berbagai macam permasalahan yang dapat terjadi dalam proyek.
Dari mulai permasalahan yang bersifat teknis, permasalahan manajemen
proyek, permasalahan umum di lingkungan proyek, hingga permasalahan
di antara para pihak di proyek Bendungan Karian. Tak jarang juga terjadi
permasalahan yang datangnya dari masyarakat sekitar proyek.
4. Pekerjaan dalam proyek bendungan ini harus dilakukan dengan sabar,
jujur, dan memiliki tanggung jawab penuh. Sikap sabar diperlukan
karena pada pekerjaan di proyek bendungan akan terdapat banyak
masalah seperti ketergantungan proyek pada kondisi alam dan kesulitan
dalam mencari material yang memenuhi spesifikasi. Sikap jujur dan
9.2. Saran
Dalam proyek Bendungan Karian ini ada banyak sekali bagian-bagian
pekerjaan yang setiap bagian memiliki berbagai item pekerjaan lagi. Sehingga
akan ada banyak yang dapat dipelajari dalam satu proyek tersebut. Terlebih
lagi dalam proyek ini terdapat banyak engineer yang sudah berpengalaman di
beberapa proyek bendungan yang juga telah memiliki sertifikasi ahli
bendungan. Sehingga penulis berfikir bahwa akan sangat disayangkan jika
dalam satu proyek hanya boleh ada satu mahasiswa yang melakukan kerja
praktek. Penulis juga menyarankan akan sangat baik jika peserta tugas PBS
(Perencanaan Bangunan Sipil) dapat melakukan kunjungan ke suatu proyek
terlebih dahulu agar dapat lebih memahami desain perencanaan yang dibuat.