Laporan TPP
Laporan TPP
Laporan TPP
(Pisang)
Oleh :
SILVY ANTIKA/170305005
ROSELA MARPAUNG/170305008
MAULIDA SHALSABILA/170305018
DINDA FADILAH/170305027
SAFRIDA CRISTANTI S/170305029
NOVIA C SIMATUPANG/170305035
I/04
Hal
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Percobaan.................................................................................. 2
KESIMPULAN............................................................................................. 23
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Uji deskriptif warna, aroma, tekstur, dan rasa (pisang)……………………
2. Uji susut bobot pada buah (pisang)………………………………………..
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produk pertanian baik buah maupun sayur merupakan jenis produk yang
cepat rusak, baik kerusakan fisik, tekstur maupun kandungan kimia. Pada
dasarnya kerusakan kualitas buah dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti
warna serta komponen lain yang dapat berakibat pada menurunnya nilai jual
maupun daya tarik produk pertanian tersebut. Sehingga untuk menjaga kualitas
hasil pertanian agar tetap baik dan menarik diperlukan suatu metode penanganan
pasca panen yang optimal untuk mengurangi atau menghambat laju respirasi
Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan pangan adalah teknik
pengemasan yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami dan tanpa
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga
konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi
dalam kemasan akibat interaksi dari produk, kemasan dan atmosfer eksternal.
MAP adalah suatu sistem yang dinamis dimana respirasi dan keluar-masuknya gas
kondisi suhu dan kelembaban penyimpanan yang sama dengan produk yang sama
Permeabilitas plastik terhadap gas O2 dan CO2 semakin berkurang dengan semakin
tebalnya plastik tersebut. Hal ini berimplikasi pula pada kondisi minimum dari
Semakin tipis plastik maka kondisi minimum konsentrasi O2 adalah lebih tinggi
dan kondisi maksimum konsentrasi CO2 lebih rendah dibandingkan dengan plastik
lebih tebal.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan komposisi O2 dan CO2
yang optimum untuk penyimpanan buah dan sayur, dan memilih film kemasan
optimal untuk dapat memperpanjang masa simpan buah dan sayuran segar dengan
atmosfir termodifikasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Buah dan sayur merupakan salah satu komoditi yang sangat mudah
dijumpai seperti terjadi lecet atau cacat pada buah dan sayur sehingga
yang memiliki umur simpan yang lebih pendek. Ada beberapa cara yang dapat
modifikasi atmosfir dan perlakuan edible coating pada buah dan sayur. Modifikasi
2012).
Konsentrasi gas O2 biasanya diatur agar lebih rendah dan gas CO2 diatur agar
lebih tinggi dalam kemasan untuk mempertahankan mutu buah dan sayur
MAP merupakan salah satu metode kemasan aktif yang sering digunakan
untuk mempertahankan mutu buah dan sayur pada kemasan yang termodifikasi.
Cara yang digunakan sangat sederhana. Buah dan sayur biasanya dimasukkan
dalam kemasan plastik film untuk menghambat pematangan buah karena oksigen
akan sulit masuk kedalam kemasan dan mempercepat pematangan buah. Kemasan
ini sangat efektif digunakan untuk penghambat pematangan buah dan sayur
simpan produk dan sering diterapkan dalam bahan pangan hortikultura. MAP
dapat menekan laju respirasi pada buah. Konsentrasi udara diatur sesuai dengan
atmosfir ini akan menghasilkan respirasi buah yang menurun. Modifikasi kemasan
Selain MAP dan MAS ada modifikasi atmosfir lainnnya yaitu CAS
(Control Atmosphere Storage). Cara yang digunakan masih sama yaitu mengatur
udara namun udara yang diatur harus di kontrol agar tetap sesuai dengan
menurunkan laju erspirasi pada buah dan sayur, dapat menurunkan pertumbuhan
terjaga mutunya dan umur simpannya lebih lama. Udara yang diatur
Umur simpan buah sawo apabila disimpan dengan kemasaan biasa memiliki umur
simpan 3-5 hari pada suhu ruang. Penerapan modifikasi atmosfir pada buah akan
memperpanjang umur simpan buah higga 9-12 hari sehingga modifikasi kemasan
dilakukan pada hari Selasa tanggal 26 Maret 2019 pukul 10.00 sampai dengan
hari Senin tanggal 1 April 2019 pukul 17.00 di Laboratorium Analisis Kimia
Bahan Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan, plastik PP,
Bahan Praktikum
Prosedur Percobaan
dikeringanginkan
- Ditimbang berat awal dari bahan
- Dibagi bahan menjadi 5 perlakuan
- Diletakkan pada piring plastik tanpa perlakuan
- Diletakkan pada sterofoam dan tidak dikemas dibiarkan selama 3 hari
dan 6 hari.
- Dikemas dengan plastik PP
- Dikemas dengan plastik PE
- Dikemas dengan menggunakan cling wrap
- Dilakukan pengamatan terhadap warna, aroma, tekstur, rasa, dan susut
Hasil
Perhitungan :
Susut bobot
- kontrol (0 hari) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 69 g – 69 g x 100%
69 g
= 0%
- tidak dikemas 3 hari (1) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 71 g – 69 g x 100%
71 g
= 2,816%
- tidak dikemas 3 hari (2) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 59 g – 56 g x 100%
59 g
= 5,084%
- dikemas PP 3 hari (1) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 59 g – 56 g x 100%
59 g
= 1,351%
- dikemas PP 3 hari (2) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 70 g – 68 g x 100%
70 g
= 2,857%
- dikemas PE 3 hari (1) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 69 g – 66 g x 100%
69 g
= 4,437%
- dikemas PE 3 hari (2) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 69 g – 68 g x 100%
69 g
= 1,449%
- dikemas cling wrap 3 hari (1) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 73 g – 70 g x 100%
73 g
= 4,109%
- dikemas cling wrap 3 hari (2) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 73 g – 70 g x 100%
73 g
= 4,109%
- tidak dikemas 6 hari (1) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 71 g – 64 g x 100%
71 g
= 9,859%
- tidak dikemas 6 hari (2) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 59 g – 52 g x 100%
59 g
= 11,864%
- dikemas PP 6 hari (1) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 74 g – 73 g x 100%
74 g
= 1,351%
- dikemas PP 6 hari (2) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 70 g – 68 g x 100%
70 g
= 2,857%
- dikemas PE 6 hari (1) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 69 g – 66 g x 100%
69 g
= 4,437%
- dikemas PE 6 hari (2) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 69 g – 68 g x 100%
69 g
= 1,449%
- dikemas cling wrap 6 hari (1) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 73 g – 70 g x 100%
73 g
= 4,109%
- dikemas cling wrap 6 hari (2) = berat awal – berat akhir x 100%
berat awal
= 73 g – 68 g x 100%
73 g
= 6,849%
Pembahasan
bagi produk.
dilakukan pada produk pangan dengan tujuan agar dapat mempertahankan umur
diinginkan yang sudah jadi dari luar. Secara umum, penurunan konsentrasi
atau kombinasi ukuran kemasan tergantung pada permeabilitas film dan laju
respirasi pada kondisi waktu atau suhu yang dinginkan selama penanganan.
Penyerap oksigen, karbon dioksida dan atau etilen dapat digunakan dalam
diinginkan.
cara pasif dan cara aktif. Dalam MAP pasif, kesetimbangan antara CO2 dan O2
peranan penting karena pertukaran gas terjadi lewat kemasan yang digunakan.
memisahkan udara tepat di sekeliling buah dari udara di luamya. MAP pada buah
jaringan buah.
diinginkan yang sudah jadi dari luar. Secara umum, penurunan konsentrasi
respirasi pada kondisi waktu atau suhu yang dinginkan selama penanganan.
Defenisi dari kemasan aktif adalah teknik kemasan yang mempunyai
kemasan interaktif karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan
bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah
sedemikian rupa dengan komposisi gas nitrogen oksigen, dan karbon dioksida
yang sesuai sehingga dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan. Buah
yang dikemas oleh kelompok kami yaitu pisang. Pisang dibersihkan lalu
ditimbang berat awal dari bahan dan diibagi bahan menjadi 5 perlakuan.
berikutnya ada yang diletakkan pada sterofoam dan tidak dikemas dibiarkan
selama 3 hari dan 6 hari dan ada yang dikemas dengan plastik PP dan PE serta
cling wrap.
Hasil yang didapat pada setiap harinya mengalami penurunan pada massa
dan susut bobotnya, dan juga dilihat dari warna pada bahan terdapat perubahan
dari hari ke harinya yang di amati selama 6 hari dan bila dilihat dari teksturnya
pada hari ke 0 lunak sampai pada hari terakhir yaitu hari ke 6 mengalami
penurunan kualitas pada tekstur sampai akhirnya bahan yang digunakan (pisang)
Berdasarkan data yang telah didapat dari pengamatan yang dilakukan pada
0 hari, 3 hari, dan 6 hari didapati hasil bahwa pada perlakuan kontrol 0 hari pisang
masih berwarna hijau, beraroma khas pisang mentah, dengan tekstur yang keras.
Setelah 3 hari warna pisang berubah menjadi sedikit kuning dan teksturnya
menjadi sedikit keras dengan aroma dan rasa yang belum mengalami perubahan.
Setelah 6 hari tidak terdapat perbedaan mencolok dengan hasil pada pengamatan 3
hari.
pisang masih berwarna hijau, beraroma khas pisang mentah, dengan tekstur yang
sedikit keras dan rasa yang kelat. Setelah 6 hari terjadi perubahan warna, tekstur,
dan rasa pada pisang. Warnanya menjadi hijau dengan bercak hitam, teksturnya
pisang masih berwarna hijau, beraroma khas pisang mentah, dengan tekstur yang
keras dan rasa yang kelat. Setelah 6 hari terjadi perubahan warna, tekstur, dan rasa
pada pisang. Warnanya menjadi hijau dengan bercak hitam, teksturnya menjadi
Pada perlakuan dengan kemasan plastik cling wrap 3 hari didapati hasil
bahwa pisang masih berwarna hijau, beraroma khas pisang mentah, dengan
tekstur yang keras dan rasa yang kelat. Setelah 6 hari terjadi perubahan warna, dan
rasa pada pisang. Warnanya menjadi hijau dengan bercak hitam dan rasanya
Selain terdapat perubahan warna, aroma, tekstur dan rasa terdapat juga
susut bobot yang terjadi pada buah pisang yang diamati. Susut bobot yang terjadi
pada buah pisang tanpa kemasan 3 hari adalah sebesar 2,816% pada perlakuan
pertama dan 5,084% pada perlakuan kedua. Pada kemasan PP susut bobot yang
terjadi pada perlakuan pertama sebesar 1,351% dan sebesar 2,857% pada
perlakuan kedua. . Pada kemasan PE susut bobot yang terjadi pada perlakuan
pertama sebesar 4,347% dan sebesar 1,449% pada perlakuan kedua. Pada
kemasan cling wrap susut bobot yang terjadi pada perlakuan pertama sebesar
Susut bobot yang terjadi pada buah pisang tanpa kemasan 6 hari adalah
sebesar 9,859% pada perlakuan pertama dan 11,864% pada perlakuan kedua. Pada
kemasan PP susut bobot yang terjadi pada perlakuan pertama sebesar 1,357% dan
sebesar 2,857% pada perlakuan kedua. Pada kemasan PE susut bobot yang terjadi
pada perlakuan pertama sebesar 4,347% dan sebesar 1,449% pada perlakuan
kedua. Pada kemasan cling wrap susut bobot yang terjadi pada perlakuan pertama
kemasan film plastik dapat mempertahankan mutu buah dengan rendahnya tingkat
perubahan secara uji deskriptif dan susut bobot yang terjadi. Hal ini dikarenakan
permeabilitas yang tinggi dengan adanya kemasan film plastik sehingga kita dapat
diatur konsentrasi udara di dalam kemasan. Konsentrasi gas O2 yang diatur lebih
rendah dan gas CO2 diatur lebih tinggi dalam kemasan buah pisang (Rokhani,
dkk., 2018).
pematangan buah karena oksigen akan sulit masuk kedalam kemasan dan
konsentrasi udara dalam kemasan laju respirasi pada buah dapat ditekan sehingga
laju pematangan juga menurun. Konsentrasi udara diatur sesuai dengan kondisi
buah dan sayur yang digunakan. Biasanya konsentrasi CO2 diatas 5% digunakan
KESIMPULAN
namun demikian beberapa cara tambahan dari cara pendinginan tersebut dapat
2. Pengemasan merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi yang tepat
bagi bahan pangan untuk menunda proses kimia dalam jangka waktu yang diin
dengan pengemasan.
mutunya dan umur simpannya lebih lama. Udara yang diatur konsentrasinya
5. Selain MAP dan MAS ada modifikasi atmosfir lainnnya yaitu CAS (Control
Atmosphere Storage). Cara yang digunakan masih sama yaitu mengatur udara
namun udara yang diatur harus di kontrol agar tetap sesuai dengan konsentrasi
PP (3 hari), dikeas dengan cling wrap (3 hari), tanpa dikemas (6 hari), dikemas
dengan cling wrap (6 hari). Hal ini dilakukan agar hasil yang didapatkan
penyimpanan dalam film plastik yang baik pada perlakuan dikemas dengan
plastik PE dan PP. Hal ini dikarenakan jenis plastik ini memiliki ketahanan
yang baik terhadap lemak serta daya tembus uap air yang rendah.
perlakuan. Hal ini dikarenakan plastik PP memiliki densitas yang lebih rendah
dan memiliki titik lunak lebih tinggi serta tahan terhadap bahan kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Dyah AA, Bambang S, Rini Y. 2014. Studi pengaruh konsentrasi oksigen pada
penyimpanan atmosfer termodifikasi buah sawo (Achras zapota L.). Jurnal
Bioproses Komoditi Tropis. 2(1): 22-34.
LA Rina RPP. 2009. Laju respirasi dan susut bobot buah salak bali segar pada
pengemasan plastik polyethylene selama penyimpanan dalam atmosfer
termodifikasi. Jurnal Agroteknologi. 15(1): 8-11.
Marisi, Rona JN, Elisa J. 2016. Pengaruh komposisi udara ruang penyimpanan
terhadap mutu jeruk siam brastagi (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa)
selama penyimpanan suhu ruang. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian.
4(3): 332-340.