Referat RSO Dislokasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

Referat

DISLOKASI

Periode : 16 - 23 Desember 2018

Oleh:
Yuyun Suci Megawati G99172016
Gita Nur Siwi G99172082

Pembimbing:

dr. Asep Santoso, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

SMF ILMU BEDAH FK UNS/ RS ORTOPEDI PROF DR. R. SOEHARSO

SURAKARTA

2018
I. DISLOKASI
A. DEFINISI
Dislokasi sendi atau disebut juga luksasio adalah tergesernya
permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lainnya.

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Dislokasi dapat disebabkan oleh :
1. Trauma : jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.
 Cedera pada olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola
dan hoki, serta olahraga yang berisiko jatuh, misalnya terperosok
akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak
bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari
karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
 Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga misalkan akibat
benturan karena terjatuh (dari ketinggian tertentu) ataupun akibat
kecelakaan ketika berkendara
2. Non traumatik akibat kelainan kongenital yaitu keadaan ligamen pada
seseorang yang jauh lebih kendur sehingga terjadi penurunan stabilitas
dari daerah persendian ataupun adanya penyakit tertentu yang
mengakibatkan perubahan struktur dari daerah persendian.
3. Patologis
Akibat destruksi tulang, misalnya tuberculosis tulang belakang.
Dimana patologis: terjadinya tear ligament dan kapsul articular yang
merupakan komponen vital penghubung tulang.

C. FAKTOR RESIKO DISLOKASI


1. Terjatuh ketika seseorang terjatuh maka terjadi peningkatan akan
faktor resiko dari dislokasi, jika seseorang menggunakan tangannya
untuk menahan tubuh ketika terjatuh atau bagian dari tubuh seseorang
mengalami benturan keras saat terjatuh seperti panggul dan bahu.

2
2. Anatomis beberapa orang dapat terlahir dengan ligamen yang jauh
lebih longgar sehingga lebih meningkatkan faktor resiko dari dislokasi
ketika terluka.
3. Berolahraga Dislokasi sering terjadi ketika seseorang melakukan
olahraga dimana banyak terjadi kontak antar pemain atau high impact
sports seperti sepak bola, basket, hoki, dan gulat (wrestling).
4. Kecelakaan ketika berkendara Hal ini yang paling sering
menyebabkan dari dislokasi panggul atau hip dislocation

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Adanya mati rasa atau tebal dan kesemutan pada daerah persendian
2. Adanya rasa nyeri terutama bila sendi tersebut digunakan atau diberikan
beban
3. Pergerakan dari sendi yang menjadi sangat terbatas
4. Terdapat bengkak dan kebiruan atau memar pada daerah persendian.
5. Sendi terlihat tidak pada posisi sebenarnya, adanya perubahan warna
maupun bentuk (adanya deformitas yaitu hilangnya tonjolan tulang
yang normal)

E. PATOFISIOLOGI
Adanya trauma menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang
dari kesatuan sendi sehingga struktur sendi dan ligamen menjadi rusak.
Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong
ke depan sehingga merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid
menjadi teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi yang normal.
Keadaan tersebut disebut sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang hati-hati
dalam melakukan suatu tindakan atau saat sedang berkendara dimana tidak
menggunakan helm atau sabuk pengaman dapat memungkinkan terjadinya
dislokasi.Trauma kecelakaan mengkompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan

3
selanjutnya yaitu terjadinya penekanan pada jaringan tulang yang
terdorong ke depan sehingga merobek kapsul sehingga tulang dapat
berpindah dari posisi normal dan menyebabkan dislokasi.

F. KLASIFIKASI DISLOKASI
 Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya adalah:
1. Dislokasi kongenital
Hal ini terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan seseorang,
paling sering terlihat pada daerah panggul (hip).
2. Dislokasi spontan atau patologik
Hal ini dapat terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi.misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini
disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatik
Dislokasi traumatik adalah suatu kedaruratan ortopedi, yang
memerlukan pertolongan segera. Hal ini membuat sistem
vaskularisasi terganggu, susunan saraf rusak dan serta kematian
dari jaringan. Trauma yang kuat membuat tulang keluar dari posisi
anatomisnya dan mengganggu jaringan lain seperti merusak
struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem vaskular..Bila tidak
ditangani dengan segera dapat terjadi nekrosis avaskuler dan
paralisis saraf.

 Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi :


1. Dislokasi Akut
Umumnya dapat terjadi pada bagian bahu, siku tangan dan
panggul. Dislokasi ini dapat juga disertai nyeri akut serta
pembengkakan di sekitar sendi.

2. Dislokasi Berulang

4
Jika suatu trauma pada daerah dislokasi sendi diikuti oleh frekuensi
berulang, maka dislokasi akan berlanjut dengan trauma yang
minimal, hal disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
sendi bahu (shoulder joint) dan sendi pergelangan kaki atas (patello
femoral joint). Dislokasi berulang biasanya sering dikaitkan
dengan fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang
yang patah akibat dari kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot
dan tarikan.

 Dislokasi berdasarkan daerah anatomis


1. Dislokasi sendi bahu (shoulder joint)
Saat terjadi dislokasi, sendi dapat menjadi macet karena tergeser
dari posisi anatomisnya, selain itu juga akan terasa nyeri. Ligamen-
ligamen pada sendi yang pernah mengalami dislokasi biasanya
menjadi kendor, sehingga sendi tersebut memiliki kemungkinan untuk
mengalami dislokasi kembali.
Klasifikasi Dislokasi Bahu

 Dislokasi Anterior
Dislokasi preglenoid, subcoracoid, subclaviculer. Paling sering
ditemukan jatuh dalam keadaan out stretched atau jatuh yang
menyebabkan rotasi eksternal bahu atau cedera akut karena lengan

5
dipaksa beraduksi, dan ekstensi. Trauma pada scapula memiliki
gambaran klinis nyeri hebat dengan gangguan pergerakan bahu,
kontur sendi bahu rata, kaput humerus bergeser ke depan yang
ditemukan pada pemeriksaan radiologis.
Manifestasi
Penderita biasanya menyangga lengan yang cedera pada bagian
siku dengan menggunakan tangan sebelahnya. Lengan dalam posisi
abduksi ringan selain itu kontur terlihat ‘squared off’ dan penderita
mengeluh sangat nyeri.
Penatalaksanaan
Pada dislokasi sendi bahu anterior dapat dilakukan beberapa traksi
untuk mereposisi sendi yang telah mengalami dislokasi, antara
lain:
1. Teknik Cooper-Milch
a. Dibawah conscious sedation, tempatkan penderita pada
posisi supine dengan siku fleksi 90.
b. Luruskan siku dan dengan sangat perlahan pindahkan
lengan pada posisi abduksi penuh yang ditahan pada traksi
lurus dimana seorang asisten mengaplikasikan tekanan
yang lembut pada sisi medial dan inferior dari humeral
head.
c. Adduksi lengan secara bertahap.
d. Pasang collar dan cuff, kemudian lakukan X-ray post
reduksi.

6
2. Teknik Stimson’s
Metode yang memanfaatkan gaya gravitasi, yang sering
dilakukan pada ED yang sangat sibuk.
a. Berikan analgesic IV dimana penderita berbaring pada
posisi pronasi dengan lengan tergantug di sebelah trolley
dengan beban seberat 2,5-5 g tertarik pada lengan tersebut.
b. Perlahan setelah 5-30 menit, lakukan rotasi relokasi bahu.
c. Pasang collar dan cuff, periksa X-ray post reduksi.

3. Teknik Hipocrates
a. Reposisi dilakukan dengan menggunakan general anestesi.
b. Lengan pasien ditarik kea rah distal punggung dengan
sedikit abduksi, sementara kaki penolog berada diketiak
pasien untuk mengungkit kaput humerus ke arah lateral dan
posterior.
c. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi
endorotasi dengan penyangga ke dada selama paling sedikit
3 minggu.
d. Pasang collar dan cuff, periksa X-ray post reduksi.

7
4. Teknik Kocher
Penderita ditidurkan di atas meja. Penolong melakukan
gerakan yang dapat dibagi menjadi 4 tahap :
a. Tahap 1 : dalam posisi siku fleksi, penolong menarik
lengan atas ke arah distal.
b. Tahap 2 : dilakukan gerakan eksorotasi dari sendi bahu.
c. Tahap 3 : melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi
bahu.
d. Tahap 4 : melakukan gerakan endorotasi sendi bahu.
Setelah tereposisi, sendi bahu difiksasi dengan dada dengan
menggunakan verban dan lengan bawah digantung dengan
sling (mitella) selama 3 minggu.
5. Teknik Countertraction
Bermanfaat sebagai sebuah maneuver back-up ketika cara-cara
diatas gagal.
a. Dibawah conscious sedation, tempatkan pasien berbaring
supine dan tempatkan rolled sheet di bawah aksila dari bahu
yang terkena.
b. Abduksi lengan sampai 45 dan aplikasikan sustained in
line traction sementara. Asisten memasang traksi pada arah
yang berlawanan menggunakan rolled sheet.
c. Setelah relokasi, pasang collar dan cuff, periksa X-ray post
reduksi.
d. Penempatan : klinik ortopedik setelah 3 hari.
6. Teknik Spaso
Walaupun teknik ini tidak dikenal secara luas, tetapi dianggap
bahwa metode ini merupakan metode yang paling mudah
dilakukan dengan angka keberhasilan yang tinggi.
a. Dibawah conscious sedation, letakkkan lengan yang sakit di
dinding dada.

8
b. Fleksikan lengan pada bahu, dan lakukan rotasi eksternal
secara simultan. Pada kebanyakan kasus, sebelum bahu
mencapai fleksi ke depan 90, akan terdengar bunyi ‘clunk’,
dan head humerus telah kembali pada posisinya.
c. Adduksi lengan
d. Pasang collar dan cuff, periksa X-ray post reduksi.
 Dislokasi Posterior
Biasanya trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi
interna, serta terjulur atau karena hantaman pada bagian depan
bahu, selain itu dapat juga terkait dengan adanya kontraksi otot
saat kejang atau cedera akibat tersetrum listrik.
Manifestasi
Lengan dalam posisi rotasi internal dan adduksi. Penderita
merasakan nyeri dan dapat terjadi penurunan pergerakan dari sendi
bahu.
 Dislokasi Inferior
Pada luksasio erecta, posisi lengan atas dalam posisi abduksi,
kepala humerus terletak di bawah glenoid, terjepit pada kapsul
yang robek. Karena kerobekan kapsul sendi lebih kecil disbanding
kepala humerus, maka sangat susah kepala humerus ditarik keluar,
hal ini disebut ‘efek lubang kancing (Button hole effect)’.
Pengobatan dapat dilakukan dengan melakukan reposisi tertutup
seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka
dengan operasi.
Manifestasi Klinis
Abduksi lengan atas dengan posisi ‘hand over head’. Selain itu,
hilangnya kontur bulat dari bahu.
Penatalaksanaan
Closed reduction

9
2. Dislokasi sendi siku tangan (elbow joint)
Pada 90% dislokasi siku, kompleks radioulna bergeser ke
posterior atau ke posterolateral, sering bersama-sama dengan
fraktur pada prosessus tulang.
Penyebab dislokasi posterior biasanya terjatuh pada posisi
tangan yang terentang dengan posisi siku dalam ekstensi. Begitu
teerjadi dislokasi posterior, pergeseran lateral juga dapat terjadi.
Banyak terjadi kerusakan jaringan lunak: kapsul anterior dan otot
brakhialis robek, ligamen kolateral terentang atau mengalami
ruptur, dan saraf serta pembuluh sekelilingnya mungkin dapat
mengalami kerusakan.
Manifestasi Klinis
Pasien menyangga lengan bawahnya dengan siku yang sedikit
berfleksi. Pembengkakan tidak masif, deformitas jelas terlihat.
Terdapat nyeri spontan, nyeri sumbu dan gerak abnormal sangat
terbatas pada posisi kurang lebih 30. Pada pemeriksaan dorsal
siku, didapatkan perubahan sudut olecranon, epikondilus lateral,
dan epikondilus medial. Segitiga yang noral sama kaki berubah
menjadi segitiga yang tidak sama kaki. Olecranon dapat teraba di
bagian belakang.
Tatalaksana
Reduksi dengan maneuver traction-countertraction.

3. Dislokasi pergelangan tangan (wrist joint)


Evaluasi awal pada cedera pergelangan tangan untuk
menentukan pengobatan seawal mungkin seringkali dilakukan oleh
dokter dan praktisi medis. Dislokasi pergelangan tangan perlu
disadari lebih awal dan segera dirujuk untuk mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut, seperti sakit yang berkepanjangan dan
perlunya suatu tindakan operasi untuk pengobatannya.

10
Meskipun cedera lebih sering terjadi pada benturan yang sangat
keras, ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa benturan
yang ringan pun dapat menyebabkan cedera pada beberapa orang.
Mekanisme cedera pada kasus ini biasanya terjadi pada
seseorang yang jatuh dari ketinggian dan pergelangan tangan dalam
posisi hiperekstensi. Benturan yang keras adalah yang paling sering
menjadi penyebab umum pada cedera jenis ini.Bagian distal tulang
karpal umumnya berdislokasi dari bagian dorsal ke baris proksimal.
Dislokasi ini terjadi sebagai akibat dari patah tulang skafoid atau
dislokasi dari sendi scapholunate, dan jika tekanannya lebih parah,
dislokasi tulang perilunate dapat terjadi.Trans-skafoid perilunate
fraktur-dislokasi lebih sering terjadi daripada dislokasi tulang
perilunate. Mayfield dan kawan-kawan telah mengklasifikasikan
dislokasi pergelangan tangan menjadi beberapa tingkatan, antara
lain sebagai berikut (lihat gambar dibawah ini):
 Stage I – dislokasi scapholunate akibat sobekan pada ligament
interoseus scapholunate dan ligament radiolunate.
 Stage II – subluksasi sendi Lunate-capitate yang diakibatkan
dari cederanya sendi capitolunate.
 Stage III – dislokasi sendi Lunate-capitate yang akibat
terdapatnya cedera pada ligamen interoseus triquetrolunate.
 Stage IV – dislokasi tulang lunate yang akibat terdapatnya
cedera pada ligamen radioulnate bagian dorsal.
4. Dislokasi sendi panggul (hip joint)
Dislokasi panggul dapat terjadi ketika caput femur keluar dari
daerah acetabulum (socket) pada pelvis. Dislokasi ini dapat terjadi
apabila daerah tersebut mengalami benturan keras seperti pada
kecelakaan mobil ataupun jatuh dari ketinggian tertentu.Pada
kecelakaan mobil, dimana akibat terbenturnya lutut membentur
dashboard sehingga terjadi deselerasi yang cepat dan tekanan
dihantarkan dari femur ke panggul.Kadang dislokasi pada sendi

11
panggul ini juga dapat disertai adanya fraktur.Dislokasi pada sendi
panggul merupakan jenis dislokasi yang amat serius dan
membutuhkan penanganan yang cepat.Diagnosis dan terapi yang
tepat untuk menghindari akibat jangka panjang dari hal ini yaitu
nekrosis avaskuler dan osteoarthritis.
Dislokasi sendi panggul terbagi menjadi dua yaitu dislokasi
anterior dan dislokasi posterior tergantung berat atau tidaknya
trauma tersebut.
1. Dislokasi Posterior 90% dislokasi ini terjadi pada daerah
panggul, dimana tulang femur terdorong keluar dari socket atau
acetabulum arah ke belakang (backward direction). Dislokasi
posterior ditandai dengan pergelangan kaki atas (tulang femur)
yang berotasi interna dan adduksi, panggul dalam posisi fleksi
namun pada bagian lutut serta pergelangan kaki bawah justru
pada posisi yang berkebalikan. Biasanya disertai juga dengan
penekanan dari nervus ischiadicus.
2. Dislokasi Anterior (Obturator Type) Dislokasi ini sering
disebabkan tekanan hiperekstensi melawan tungkai yang
abduksi sehingga caput femur terangkat dan keluar dari
acetabulum, caput femur terlihat di depan acetabulum socketnya
dengan arah maju ke depan (forward direction) sehingga daerah
panggul mengalami abduksi dan rotasi eksterna menjauhi dari
bagian tengah tubuh.
3. Dislokasi Sentral terjadi apabila kaput femur terdorong ke
dinding medial acetabulum pada rongga panggul, namun kapsul
tetap utuh. Terdapat pembengkakan di daerah tungkai proksimal
tetapi posisi tetap normal, nyeri tekan pada daerah trochanter,
dan gerakan sendi panggul menjadi terbatas.
Klasifikasi Dislokasi Sendi Panggul Anterior menurut Epstein
yaitu :
Tipe 1 : Dislokasi superior termasuk pubis dan subspinosa

12
1A Tidak terdapat fraktur
1B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur
1C Terdapat fraktur dari acetabulum
Tipe 2 : Dislokasi inferior termasuk obturator dan perineal
2A Tidak terdapat fraktur
2B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur
2C Terdapat fraktur acetabulum

Congenital Hip Joint Dislocation


Dislokasi panggul kongenital merupakan suatu fase
ketidakstabilan sendi panggul pada bayi baru lahir.Dalam keadaan
normal, panggul bayi baru lahir dalam keadaan stabil dan sedikit
fleksi. Insidensi ketidakstabilan adalah 5-20 per 1000 kelahiran
hidup, namun biasanya panggul menjadi stabil secara spontan dan
dengan pemeriksaan ulang 3 minggu setelah kelahiran insidensi
berkurang menjadi 1-3 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya faktor genetik, faktor
hormonal yaitu tingginya kadar estrogen, progesterone, dan reaksi
lain pada ibu dalam beberapa minggu terakhir kehamilan dapat
memperlonggar ligamentum pada bayi, malposisi intrauterine
(terutama posisi bokong dengan kaki yang ekstensi) dapat
mempermudah terjadinya dislokasi hal ini berhubungan dengan
lebih tingginya insidensi pada bayi yang merupakan anak sulung
dimana versi spontan kemungkinan untuk terjadinya lebih kecil,
serta faktor pasca kelahiran. Dislokasi sendi panggu secara
kongenital memiliki gambaran klinis yaitu asimetri pada lipatan-
lipatan kulit paha.Pemeriksaan klinik untuk mengetahui dislokasi
panggul bawaan pada bayi baru lahir adalah uji Ortolani, uji
Barlow, dan terdapatnya tanda Galleazi.

13
5. Dislokasi sendi lutut (kneecap joint)
Dislokasi patella paling sering disebabkan oleh robeknya
ligamen yang berfungsi untuk menstabilkan dari sendi lutut
tersebut. Ligamen yang paling sering mengalami cedera dalam hal
ini yaitu ligamentum krusiatum, dimana hal ini dapat terjadi ketika
bagian lateral dari lutut mengalami suatu tekanan atau benturan
keras.Padahal ligamen ini membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk penyembuhannya. Dislokasi sendi lutut atau patella ini dapat
menyebabkan cederanya otot quadriceps, yang akan memperparah
dalam hal ini terutama bila terjadi efusi pada bagian lutut atau
dalam keadaan terlalu cepat melakukan pemanasan, dan terlalu
cepat untuk kembali melakukan suatu aktivitas (olahraga).
Dislokasi pada sendi lutut jarang terjadi.Hal ini terjadi akibat
trauma yang cukup besar seperti terjatuh, tabrakan mobil, dan
cedera yang terjadi secara cepat. Bila sendi lutut mengalami
dislokasi, maka akan terlihat terjadinya deformitas. Bentuk dari
kaki akan terlihat bengkok atau mengalami angulasi. Kadang
dislokasi pada sendi lutut ini akan mengalami relokasi secara
sendiri. Lutut dalam hal ini akan menjadi sangat bengkak dan sakit.
6. Dislokasi sendi pergelangan kaki (ankle joint)
Dislokasi pergelangan kaki (ankle) adalah suatu kondisi dimana
rusaknya dan robeknya jaringan konektif di sekitar pergelangan
kaki disertai dengan berubahnya posisi tulang dalam suatu daerah
persendian.Pergelangan kaki terdiri dari dua tulang yaitu tulang
fibula dan tibia yang berdampingan.Kedua tulang ini turut
membangun persendian pada pergelangan kaki.Sendi pergelangan
kaki terdiri atas kapsul sendi dan beberapa ligamen yang membantu
kestabilan dari persendian.Dalam pergerakannya, stretching atau
pemanasan yang berlebihan dapat merusak dari jaringan konektif
yang ada, sehingga tulang pada persendian ini dapat keluar dari
posisi normalnya atau mengalami dislokasi.

14
Dislokasi pergelangan kaki biasanya terjadi akibat trauma atau
terjadi dorongan yang keras terhadap tulang pergelangan sehingga
terpisah. Hal ini dapat terjadi akibat benturan langsung, kecelakaan
motor atau pun cedera berat pada pergelangan tersebut (severe
sprain). Mekanisme dari dislokasi ini terjadi sebagai kombinasi dari
posisi plantar flexi pada bagian pergelangan kaki namun kaki juga
mengalami baik inversi maupun eversi agar dapat menahan beban.
Seseorang dengan dislokasi pada pergelangan kakinya biasanya
akan merasakan nyeri yang sangat hebat ketika mengalami cedera.
Nyeri tersebut bahkan dapat membuat pasien tidak dapat
melakukan aktivitas serta menahan beban sama sekali. Nyeri
biasanya dirasakan pada bagian pergelangan kaki namun dapat
terjadi penjalaran nyeri pada bagian kaki sekitarnya.Nyeri sendiri
dapat dirasakan ketika bagian pergelangan kaki tersebut
disentuh.Selain nyeri didapatkan juga bengkak dalam hal ini.
Pergerakan dari sendi lutut ini juga akan semakin terbatas akibat
membengkaknya daerah sendi dalam hal ini. Mati rasa atau kebas
dan kesemutan juga dapat dirasakan pada bagian

G. PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai adanya riwayat trauma,
bagaimana mekanisme terjadinya trauma, apakah terasa ada sendi yang
keluar, bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi
rekuren atau habitual.
2. Pemeriksaan Fisik
Look
a) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi
b) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi

15
c) Tampak adanya perubahan warna pada daerah yang mengalami
dislokasi sendi
Feel
Didapatkan nyeri tekan pada daerah sendi yang cedera.
Move
Akan terlihat keterbatasan pada pergerakan sendi baik pada pergerakan
sendi secara aktif maupun pasif serta ketidakstabilan pada pergerakan
pasien serta dinilainya kekuatan otot pada daerah persendian.
Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan neurologis pada daerah
persendian yang mengalami cedera untuk mengetahui apakah terdapat
cedera persarafan pada daerah tersebut yang dapat menjadi komplikasi
dini dari dislokasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) X-Ray : dilakukan pemeriksaan berupa foto rontgen pada daerah
persendian yang mengalami cedera, hal ini juga dilakukan guna
memastikan apakah terdapat fraktur pada tulang di daerah
persendian. Bisa juga dilakukan pemeriksaan radiologi melalui CT-
Scan ataupun MRI.

16
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada seseorang dengan dislokasi
diantaranya
1) Cedera pada saraf yang dapat menyebabkan kelemahan pada daerah
otot yang dipersarafi.
2) Cedera pada pembuluh darah di tulang, bahkan dapat menyebabkan
avaskuler nekrosis (osteonekrosis).
3) Fraktur dislokasi, yang akan semakin memperburuk keadaan dari
pasien

I. PENATALAKSANAAN
1. Reposisi : Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah
melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang
bersangkutan pada sumbu memanjang. Tindakan reposisi ini dapat
dilakukan di tempat kejadian tanpa anastesi. Namun tindakan reposisi
tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan, maka diperlukan reposisi
dengan anastesi lokal dan obat – obat penahan rasa sakit. Reposisi tidak
dapat dilakukan jika penderita mengalami rasa nyeri yang hebat,
disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap penderita bahkan
dapat menyebabkan syok neurogenik, ataupun menimbulkan fraktur.
Dislokasi sendi dasar misalnya dislokasi sendi panggul memerlukan
anestesi umum terlebih dahulu sebelum direposisi.
2. Imobilisasi : sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi
dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari beberapa
minggu setelah reduksi gerakan aktif lembut tiga sampai empat kali
sehari dapat mengembalikan kisaran sendi, sendi tetap disangga saat
latihan.
3. Rehabilitasi medik: Rehabilitasi medic diperlukan untuk membantu
pasien untuk kembali melakukan aktivitas fisik.
4. Dirujuk : Dislokasi yang kadang disertai oleh cederanya ligamen
bahkan fraktur pada tulang yang dapat semakin memperparah hal

17
tersebut, maka untuk mencegah hal tersebut setelah dilakukan
pemeriksaan dan penanangan awal maka perlu dilakukan rujukan segera
kepada spesialis ortopedi sehingga dapat diperiksa dan ditangani lebih
lanjut (dapat dilakukannya operasi atau tindakan pembedahan).

Indikasi untuk dilakukan operasi atau pembedahan diantaranya :


1. Pada seseorang dengan dislokasi yang disertai fraktur di daerah sekitar
persendian
2. Pada dislokasi yang tidak dapat direposisi secara tertutup
3. Pada dislokasi yang memilki resiko ketidakstabilan dari sendi berulang,
osteonekrosis, serta arthritis pasca trauma

18
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Orthopaedic Surgeons. Elbow Dislocation. Available at:


http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00029.
Anonym.Glenohumeral Dislocation. Available at:
http://www.ebmedicine.net/topics.php?
paction=showTopicSeg&topic_id=120&seg_id=2486.
Chairuddin, R. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, ed 3. Jakarta: PT. Yarsif
Watampone, 2007.
Chapman MW. Chapman’s orthopaedic surgery. 3rd ed. Boston: Lippincott
Williams&wilkins; 2001. p 756-804.
Cluett J. Lunate Dislocation. Available at:
http://orthopedics.about.com/od/wristconditions/
qt/lunate.htm.
Gammon Matthew. Hip Dislocation. Medscape. 2014. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/86930-overview.
Haelstad M. Elbow Dislocation. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/96758-overview.
Halimi K. Wrist Dislocation in Sport Medicine. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/98552-overview
Keany JE. Ankle Dislocation in Emergency Medicine. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/823087-overview. Updated October
29th, 2012.
Konowalchuk BK, editor. Tibia shaft fractures [online]. 2012. [cited 2012 Feb
28]. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/article/1249984
Kwon Y, Zuckerman J. Chapter 34: Subluxations and Dislocations About The
Glenohumeral Joint. Available at:
http://www.msdlatinamerica.com/ebooks/RockwoodGreens
FracturesinAdults/sid930742.html.

19
Leonard B, Goldstein. Dislocated Shoulder: Approaches to Lessen the Pain of
Reduction Techniques. Available at:
http://www.practicalpainmanagement.com/pain/other/
dislocated-shoulder-approaches-lessen-pain-reduction-techniques.
Michel PJ, Peter AA, Leendert B, Lieke W, Niek VD, Gino MM (2012). What is
the evidence for rest, ice, compression, and elevation therapy in the
treatment of ankle sprains in adults.Journal of Athletic Training, 47 (4):
435-443.
Mochart M. Wrist Fractures and Dislocation. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1285825-overview. Nordin M,
Frankel H. basic Biomechanic of the Musculoskeletal System. Lea and
Febriger. London: 225-34.
National Institute of Health.2013a. Sprains.Medline Plus. Available
at:https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000041.htm(19
November 2015).
National Institute of Health.2013b. Strains.Medline Plus. Available
at:https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000042.htm(19
November 2015).
Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone; 2009. p.
325-6; 355-420.
Rasjad, Chairuddin. 1998. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Penerbit Bintang
Laumpatue. Hal. 409-466 Ujung Pandang
Salter RB.Textbook of disorders and injuries of the muesculoskeletal system.
USA: Williams & Wilkins; 1999. p. 436-8.
Salter RB.Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 3rd
ed. USA : Lippincott Williams and Wilkins. 1999. p 619-23.
Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Ed 3. Jakarta :
EGC, 2010.
Snell RS.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed 6. Jakarta : EGC,
2006.

20
Solomon L, et al (eds). Apley’s system of orthopaedics and fractures. 9th ed.
London: Hodder Arnold; 2010.
William C, Shiel Jr. Knee Dislocation. Emedicine Health. 2014. Available from :
http://www.emedicinehealth.com/knee_dislocation/article_em.htm.
Yang NP, Chen HC, Phan DV, Yu IL, Lee YH, Chan CL, et al. Epidemiological
survey of orthopedic joint dislocations based on nationwide insurance data
in Taiwan, 2000-2005. BMC Muskuloskeletal Disorders 2011, 12:253.

21

Anda mungkin juga menyukai