Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
JUDUL
“Perhitungan Biaya Revegetasi dalam Kegiatan Reklamasi Lahan Bekas
Tambang Pada Penambangan Nikel di PT. Haltim Mining Kabupaten Halmahera
Timur Provinsi Maluku Utara”.
1
mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan.berdasarkan UU nomor 4
tahun 2009 pasal 99 disebutkan bahwa setiap pemegang IUP dan IUPK wajid
menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat
menganjukan IUP Operasi produksi atau IUPK Operasi produksi.
Berdasarkan permen SDM no 07 tahun 2014 biaya langsung dan biaya tidak
berdasarkan operasi produksi, Rencana Biaya Reklamasi disusun untuk setiap
tahun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang perhitungannya meliputi biaya
langsung dan biaya tidak langsung dan dibuat dalam mata uang Rupiah atau
Dollar Amerika Serikat. Biaya langsung antara lain biaya untuk penatagunaan
lahan, revegetasi, pencegahan dan penanggulangan air asam tambang atau B3, dan
pekerjaan sipil. Sementara biaya tidak langsung antara lain biaya mobilisasi dan
demobilisasi, perencanaan kegiatan reklamasi, administrasi dan keuntungan pihak
ketiga sebagai kontraktor pelaksana reklamasi, dan supervisi. Adanya kegiatan
reklamasi yang terencana dengan baik pada lahan bekas penambangan maka dapat
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem, sehingga lahan tersebut dapat
dimanfaatkan kembali sesuai peruntukannya. Dalam melaksanakan reklamasi
tidak terlepas dari pertimbangan penataan lahan bekas penambangan yang telah
ditentukan oleh pemerintah daerah setempat untuk pengoptimalan fungsi lahan.
2
V. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk,
menghitung biaya revegetasi dalam kegiatan reklamasi lahan bekas penambangan
pada PT. Haltim Mining.
Manfaat penelitian ini adalah agar memberikan informasi mengenai
rancangan reklamasi lahan bekas penambangan kepada PT. Haltim Mining.
3
tambang blok wisata kolam pemancingan dengan area
Amusangeng terbuka hijau sebagai taman bermain
di PT. Semen anak-anak
Bososwa b. Menghitung besar biaya yang dibutuhkan
Maros untuk pembuatan tempat wisata kolam
Sulawesi pemancingan adalah dengan cara
Selatan mendeskripsikan biaya menjadi biaya
langsung dan biaya tidak langsung
dengan perincian biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp. 373.326.195,-, pada tahun
kedua sebesar 1.103.231.075,-, tahun
ketiga sebesar Rp. 1.484.602.075,- dan
tahun keempat sebesar Rp. 595.955.075,
sehingga didapatkan biaya reklamasi
untuk 4 tahun adalah 3.557.114.420,-.
2 Helmi Perencanaan a. Lokasi penambangan dari
Fenny Reklamasi 130.114,028 m2 luas area
Malaseme Lahan Bekas penambangan hanya 6.170,982 m2
Penambangan yang telah selesai ditambang, area
Pada PT. ini yang akan direklamasi.
Sumber b. Kegiatan reklamasi dilakukan
Anugrah berdasarkan fungsi dan tata guna
Buana lahan pada lokasi penambangan
Kabupaten berdasarkan kecocokan lokasi
Sorong penambangan.
Provinsi Papua
Barat
4
penelitian dari Helmi Fenny Malaseme, bahwa perencanaan reklamasi berupa
revegetasi dengan jenis tanaman sengon dengan sistem penataan lahan bekas
tambang menggunakan sistem pot/lubang tanam dengan jenis bahan galian batu
ganco. Sedangkan penelitian ini melakukan perhitungan biaya revegetasi dalam
kegiatan reklamasi pada lahan bekas penambangan secara teknis yang meliputi
persiapan lahan, Penebaran tanah pucuk (Top Soil), penataan permukaan tanah,
jumlah tanaman, Menghitung produksivitas yang dibutuhkan untuk penataan
lahan, Pelaksanaan revegetasi, Kegiatan pemeliharaan revegetasi serta menhitung
biaya revegetasi, dengan jenis bahan galian Nikel Laterit.
7.2 Dasar Teori
1. Pengertian Reklamasi
Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara menyebutkan bahwa reklamasi adalah
kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
Sedangkan pengertian lain dari reklamasi yang dihubungkan dengan kegiatan
pertambangan yaitu suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan
dan revegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan dan energi agar dapat berfungsi berdasarkan kecocokan lokasi
penambangan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), reklamasi adalah usaha
memperluas tanah (pertanian) dengan memanfaatkan daerah yang semula tidak
berguna (misal dengan cara mengaruk daerah rawa-rawa) atau pengurukan
(tanah). Masih dalam KBBI, arti mereklamasikan adalah membuka tanah untuk
digarap (misal menjadi persawahan).
Reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan, perbaikan dan peningkatan
kesuburan lahan yang rusak secara alami maupun pengaruh manusia melalui
penerapan teknologi maupun pemberdayaan masyarakat (Suhartanto, 2007 dalam
Zulkifli, 2014).
Reklamasi adalah membuat kondisi lebih baik untuk pembudidayaan atau
membuat sesuatu yang sudah baik menjadi lebih baik serta tidak mengadung
5
implikasi pemuliahan ke kondisi asal tetapi lebih mengutamakan fungsi dan azas
pemanfaatan lahan (Young, 2004 dalam Zulkifli, 2014).
2. Dasar Hukum Reklamasi
Dasar hukum reklamasi yang diambil yaitu UU no.4 tahun 2009, PP no.78
tahun 2010, PERMEN 07. Tahun 2014 yang didalamnya berisi tentang
Kewajiban perusahaan pertambangan untuk melakukan pemulihan kawasan
pertambangan diatur dalam berbagai peraturan diantaranya:
1. Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, pasal 96 menyebutkan: Dalam penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan:
a. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
b. Keselamatan operasi pertambangan;
c. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan
reklamasi dan pascatambang
d. Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
e. Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam
bentuk padat, cair, dan gas sampai memenuhi standar mutu lingkungan
sebelum dilepas ke media lingkungan.
Undang-undang nomor 4 tahun 2009 pasal 99 menyebutkan:
1. Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana reklamasi dan
pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi
atau IUPK Operasi Produ/`ksi.
2. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan sesuai dengan
peruntukan lahan pascatamabang.
3. Peruntukan lahan pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat 2
dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau
IUPK dan pemegang hak atas tanah.
Undang-undang nomor 4 tahun 2009 pasal 100 menyatakan:
1. Pemegang IUP dan IUPK wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan
dana jaminan pascatambang.
6
2. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan
pascatambang dengan dana jaminan sebagai dimaksud pada ayat 1.
3. Ketentuan pada ayat 2 diberlakukan apabila pemegang IUP atau IUPK
tidak melaksanakan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan rencana
yang telah disetujui.
Undang-undang nomor 4 tahun 2009 pasal 101 menyatakan; Ketentuan lebih
lanjut mengenai reklamasi dan pascatambang sebagaimana dimaksud dalam
pasal 99 serta dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pascatambang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 diatur dengan peraturan pemerintah.
2. Peraturan Pemerintah Tentang Reklamasi Dan Pascatambang dimuat dalam
bab II mengenai prinsip reklamasi dan pascatambang dari pasal 2 sampai pasal
4, bab III tata laksana reklamasi dan pascatambang itu dari pasal 5 sampai 12,
dan bab VI persetujuan rencana reklamasi dan rencana pascatambang dari
pasal 12 sampai 18
3. Peraturan mentri ESDM no.7 tahun 2014 tentang pelaksanaan reklamasi dan
pascatambang pada kegiatan usaha pertambangan meliputi rencana reklamasi
tahap eksplorasi, pada pasal 10 sampai pasal 11 dan rencana reklamasi tahap
operasi produksi pada pasal 12 sampai 15.
1. Perancangan Reklamasi
Untuk melakukan reklamasi lahan bekas tambang diperlukan perancangan
yang baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai dengan yang
diharapkan. Mengacu pada undang-undang No.7 tahun 2014 tentang pelaksanaan
Reklamasi dan Pascatambang pada kegiatan Usaha Mineral dan Batubara, Bagian
ketiga pasal 16 berisi tentang:
1) Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib menyusun rencana
pascatambang dan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui oleh
instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) sebagai persyaratan untuk mendapatkan IUP
Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi.
2) Rancangan Pasca tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat,
7
1) Profil Wilayah meliputi,
1. Lokasi dan kesampaian daerah
2. Kepemilikan dan peruntukan lahan
3. Rona lingkungan awal, meliputi peruntukan lahan, morfologi, air
permukaan, air tanah, biologi akuatik dan terrestrial, serta sosial, budaya
dan ekonomi sesuai dengan dokumen lingkungan hidup yang telah
disetujui;
4. Kegiatan lain disekitar tambang.
2) Deskripsi kegiatan pertambangan, meliputi keadaan cadangan awal, sistem
dan metode penambangan, pengelolaan dan/atau pemurnian, serta fasilitas
penunjang.
3) Rona lingkungan akhir lahan pasca tambang, meliputi keadaan cadangan
tersisa peruntukan lahan, morfologi, air permukaan dan air tanah, biologi
akuatik dan trestrial, serta sosial, budaya dan ekonomi;
4) Program pasca tambang meliputi:
1. Reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan diluar bekas tambang
2. Pengembangan sosial, budaya dan ekonomi
3. Pemeliharaan hasil reklamasi, dan
4. Pemantauan
5) Organisasi, termasuk jadwal pelaksanaan pasca tambang;
6) Kriteria keberhasilan pasca tambang, meliputi standar keberhasilan pada
tapak bekas tambang, fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian, fasilitas
penunjang, dan pemantauan;dan
7) Rancangan biaya pascatambang
3) Perancangan reklamasi tahap eksplorasi sebagaimana dimaksud pada pasal 10
ayat 1-2 meliputi;
1. Tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan eksplorasi;
2. Rancangan pembukaan lahan kegiatan eksplorasi yang menyebabkan
lahan terganggu sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 2;
3. Program reklamasi tahap eksplorasi;
4. Kriteria keberhasilan reklamasi tahap eksplorasi meliputi standar
keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, dan penyelesaian akhir; dan
8
5. Rancangan biaya revegetasi tahap eksplorasi
2. Pelaksanaan Reklamasi
Setiap lokasi pertambangan mempunyai kondisi tertentu yang mempengaruhi
pelaksanaan reklamasi. Pelaksanaan reklamasi meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Persiapan lahan
Berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan dan
pengaturan atau penempatan bahan kadar rendah yang belum dimanfaatkan.
Kegiatan untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah
lain. Hal ini penting dilakukan karena tanah merupakan media tanam bagi
tanaman pada kegiatan reklamasi.
Rumus yang dapat digunakan dalam perhitungan Persiapan lahan, yaitu:
a. Faktor Penyesuaian
FP = Operator × Material × Jam kerja × Kemiringan × Koreksi BJ ×
Metode/blade × Kenampakan × Elevasi × Transmisi
b. Tingkat Produksi
Tingkat produksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
TP = Operator × Material
c. Jam Operasi
Jumlah jam diperlukan = volume tanah dipindahkan/tingkat produksi
9
2. Pengendalian tanah pucuk (Top Soil)
Kegiatan untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah
lain. Hal ini penting dilakukan karena tanah merupakan media tanam bagi
tanaman pada kegiatan reklamasi.
Rumus yang dapat digunakan dalam perhitungan pengendalian dan penebaran
tanah pucuk, yaitu:
1) Sistem guludan
Volume top soil = Luas Area × Ketebalan top soil
Jumlah top soil/guludan = Volume blok × 2.
Volume prisma = Panjang × Lebar × tinggi) + (2 × (1/2 × alas × panjang
× tinggi).
Jumlah guludan/Ha = Luas Area/ (spasi antara guludan + lebar guludan ×
jumlah guludan/Ha × panjang tanaman.
Total kebutuhan top soil = Luas Area yang akan ditata × jumlah
guludan/Ha × volume top soil/guludan.
10
Jumlah jam yang diperlukan = volume tanah yang dipindahkan/tingkat
produksi.
Waktu edar = Angkut isi + Angkut kosong + Waktu pengisihan + Buang
muatan dan ancang-ancang
3) Pembuatan Lubang Tanam (Sistem Pot)
Volume lubang tanam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(𝑆1 + 𝑆2)𝑥 ℎ 𝑥 𝑡
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑡 =
2
Jumlah total pot = Jumlah pot tiap baris x Jumlah pot tiap kolom
11
3. Pengendalian erosi dan sedimentasi
Pengendalian erosi merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan sebelum
dan sesudah kegiatan penambangan. Erosi mengakibatkan berkurangnya
kesuburan tanah dan terjadinya endapan lumpur. Dalam upaya pengendalian erosi
dilakukan untuk meminimalkan erosi sepanjang aliran air yang dilalui, dimensi
saluran mempertimbangkan debit air serta jenis konstruksi disesuaikan dengan
lokasi.
4. Revegetasi
Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal, yaitu:
- Persiapan penanaman meliputi kegiatan pemupukkan, pemilihan jenis
tumbuhan, pengumpulan dan pemilihan bijih serta pembenihan tanaman
- Pemeliharaan dan perawatan tanaman
- Pemantauan tanaman
3. Rencana Biaya Reklamasi
Perhitungan biaya reklamasi operasi produksi terdiri dari:
Perhitungan biaya reklamasi operasi produksi terdiri dari:
1. Penentuan Biaya Penanaman Tanaman Sisipan
Jumlah bibit : ¼ * banyaknya batang = jumlah batang
Waktu penanaman 1 batang = ...... menit
Waktu penanaman/Ha : banyaknya batang = jumlah menit = jumlah jam
Hari yang diperlukan : jumlah jam / 7 jam sehari = berapa hari
Tenaga kerja yang diperlukan selama 1 minggu: ... hari / 7 hari = 2 orang
2. Penentuan biaya pemeliharaan dan perawatan
Jarak tanam 6x6 m
Jumlah bibit .... + ...= ... batang
Waktu pemeliharaan dan perawatan 1 batang = .... menit
Waktu pemeliharaan /ha: jumlah batang = ..... menit = .... jam
Hari yang diperlukan: ..... jam / 7 jam sehari = .... hari
Tenaga kerja yang diperlukan 1 minggu: .... hari / 7 hari = ...... = 5 orang
Kebutuhan benih sengon yang akan ditanam di lahan luas bisa menggunakan
rumus sederhana berikut:
a. Luas lahan yang akan ditanami 3587m² ( P x L = 92m x 39m)
b. Jarak tanaman 6 x 6
12
c. Satu lubang satu benih sengon
d. 1kg benih berisi 40,000 butir
e. Daya tumbuhnya 60%
f. Dan tingkat kematian selama dipersemaian 15%
Maka, jumlah benih =92/6 x 39/6 x 1= 15 x 7 x 1 = 105 benih
Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak langsung
dan biaya-biaya tersebut sudah harus memperhitungkan pajak-pajak yang berlaku
dan dibuat dalam mata uang Rupiah.
Tabel 7.2 Biaya Revegetasi Per Ha
Harga
Kebutuhan Total
No Komponen Biaya Satuan satuan
per hektar harga (Rp)
(Rp)
I Penanaman pioner
Pohon tanaman akasia
Bibit
lokal dan non lokal
Penebaran biji akasia Kg
Pupuk Kg
Kapur/dolomit Kg
Insektisida Liter
Tena kerja Hok
Sub total I
III Perawatan tahun ke I
Pupuk Kg
Pohon untuk
Bibit
penyulaman akasia
Biji akasia Kg
Tenaga kerja Hok
IV Perawatan tahun ke II
Pupuk Kg
Pohon untuk
Bibit
penyulaman akasiar
Tenaga kerja Hok
V Perawatan tahun ke III
Pupuk Kg
Pohon untuk
Bibit
penyulaman lokal
Tenaga kerja Hok
Sub total
13
1. Biaya persiapan lahan (Rp)
Biaya penataguaan lahan terdiri atas biaya:
1. Penebaran tanah pucuk (Excavator)
2. Penataan permukaan tanah (grader)
3. Pemuatan topsoil (dump truck)
Biaya revegetasi terdiri dari biaya :
1. Penanaman
2. Perawatan
Biaya perawatan saluran drainase
A. Catchment Area
Catchment area merupakan suatu areal atau daerah tangkapan hujan
dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi tertinggi
sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup yang mana polanya
disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti kecenderungan arah
gerak air. Dengan pembatasan catchment area maka diperkirakan setiap debit
hujan yang tertangkap akan terkonsentrasi pada elevasi terendah pada catchment
tersebut. Pembatasan catchment area biasa dilakukan pada peta topografi, dan
untuk perancangan sistem penyaliran dianjurkan dengan menggunakan peta
rancangan penambangan dan peta situsi tambang. (Suwandhi Awang, 2004)
B. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan hujan untuk mengalir dari
titik terjauh ke tempat penyaliran. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan
rumus dari “Kirpich” yaitu:
𝑇𝑐 = 0,87 × 𝐿0,77 × 𝑆 −0,385
Dengan Tc adalah waktu kosentrasi (jam), L adalah jarak terjauh dalam daerah
pengaliran ke titik perhitungan (meter), S adalah gradien (%).
C. Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada area
tambang dengan kurun waktu tertentu dimana air tersebut berkosentrasi.
(Departemen Pekerjaan Umum, 2006). Besarnya intensitas hujan yang
kemungkinan terjadi dalam kurung waktu tertentu dihitung berdasarkan
persamaan Mononobe, yaitu:
𝑅24 24 2
𝐼= × ( )3
24 𝑇𝑐
14
Dimana: I adalah intensitas curah hujan (mm/jam), R24 adalah curah hujan
rencana per hari (24 jam), Tc adalah waktu kosentrasi (jam)
D. Debit Air
Saluran air ditambang berfungsi untuk menampung air limpasan permukaan
pada suatu daerah dan mengalirkannya ke tempat pengumpulan (Sumuran), sungai
dan danau.(Gautama Rudy, 1999).Untuk menghitung jumlah air limpasan dari
suatu daerah dapat digunakan rumus rasional, yaitu:
𝑄 = 0,278 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴
15
Gambar 7.5 Pengaturan Bentuk Lereng Guludan (Sumber: Permentan, 1947)
16
Perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran air dihitung dengan rumus
Manning yaitu:
1 2 1
𝑄= × 𝑅3 × 𝑆 2 × 𝐴
𝑛
17
Faktor penampang (Z)
Z = 1/tan (600)
= 0,58
Lebar dasar saluran (B)
2
b = 3 x h√3
= 1,155h
Luas penampang basah (A)
A = (b + Z x h) x h
= (1,155h + 0,58h) x h
= 1,735h2
Dimana: z adalah kemiringan saluran, b adalah lebar dasar saluran (m), A
adalah luas saluran (meter), h adalah kedalaman saluran (m).
18
1. Pemilihan Benih
Pertama yang akan dilakukan adalah memilih benih yang berkualitas dan
terjamin mutunya kemudian ciri-ciri benih yang bagus:
a) Benih akasia harus berasal dari induk yang mempunyai sifat-sifat genetic
yang baik
b) Bentuk fisiknya tegak lurus
c) Kulitnya bersih dengan warna cokelat tua
d) Kalau direndam dalamair, maka benihnya tenggelam
e) Bentuk benihnya masih lengkap
f) Tidak menjadi inang/tempat hidup hama.
Selain keenam penampakan visual tersebut, perlu juga diperhatikan daya
tumbuh dan hidupnya. Caranya dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan
makanannya yaitu dengan mengupas benih tersebut.
Jika masih utuh dan besar, maka benih itu mempunyai daya tumbuh yang
sangat baik/tinggi.
2. Kebutuhan Benih
Kebutuhan benih akasia yang akan ditanam di lahan luas bisa menggunakan
rumus sederhana berikut:
a. Luas lahan yang akan ditanami 4180m² ( P x L = 95m x 44m)
b. Jarak tanaman 5 x 5
c. Satu lubang satu benih akasia
d. 1kg benih berisi 50,000 butir
e. Daya tumbuhnya 60%
f. Dan tingkat kematian selama dipersemaian 15%
Maka, jumlah benih =95/5 x 44/5 x 1= 19 x 8 x 1 = 152 benih
3. Perlakuan Benih
Biji akasia memiliki kulit yang tebal dan berkecambah jika berada dalam
keadaan lembab. Oleh karena itu, sebelum disemaikan sebaiknya dilakukan
perawatan agar kecambah benih bisa muncul lebih cepat.
Caranya rendam benih didalam airpanas mendidih (80ºC) selama kurang
lebih 3-4 menit. Lalu direndam lagi dengan air dingin yang sebelumya telah
19
diberikan pupuk hayati MIG-6+ (10ml : 1 liter air). Lalu rendam kurang lebih
24jam dan tiriskan.
4. Kegiatan penyemaian dan pemupukkan
Langkah-langkah penyemaian biji akasia:
1. Penaburan
Penaburan dilakukan dengan tujuan memperoleh presentase kecambah
yang maksimal dan juga menghasilkan kecambah yang sehat. Dengan kualitas
kecambah yang bagus maka akan menghasilkan bibit yang bagus pula. Kegiatan
penaburan dilakukan dengan benih ditabur pada bedeng kecambah dan media
tabur campuran pasir dengan tanah 1:1, lalu semprotkan media semai. Diamkan
selama 3 hari dan peralatan penyiraman tersedia air yang cukup. Setelah 7-10 hari
kecambah siap diproses untuk penyapihan.
2. Penyapihan Bibit
Untuk penyapihan dipersiapkan kantong plastik berukuran 10x20cm dan
lubangi kecil-kecil disetiap sisinya, cukup 2-4 lubang, masukkan media tanam
yang telah dicampur dengan tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Jika
tanah sudah gembur maka jumlah pasir dikurangi. Setelah kantong plastik terisi
dengan media tanam setinggi ¾ bagian,barulah kecambah pohon akasia siap
ditanam. Setiap kantong plastik diberi satu batang kecambah. Kemudian
semprotkan larutan hayati MiG-6+ secara merata pada permukaan. Diamkan
selama 3 hari baru kemudian kecambah ditanam. Ulangi setiap 10-14 hari sekali
sampai kecambah siap untuk ditanam (usia 6 bulan), untuk kantong plastik yang
telah tumbuh anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap agar tidak
langsung terkena sinar matahari, ketika masa pertumbuhan dari anakan semai
sampai bibit layak tanam, perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif.
3. Pemeliharaan
Untuk pemeliharaan terhadap bibit persemaian tersebut dilakukan
penyiraman pada pagi dan sore hari menggunakan nozle. Penyiraman yang
optimal akan memberikan pertumbuhan yang optimal pula pada semai. Saat bibit
dipindahkan kearea terbuka dan saat kondisi panas, penyiraman dapat dilakukan
2x lebih banyak. Kemudian dilakukan pemupukan dengan menggunakan “gir”.
Pembuatan larutan dapat dilakukan dengan cara siapkan drum bekas dan isi pupuk
20
hingga separuhnya. Lalu tambahkan air hingga ¾ bagian, tambahkan pula 25kg
TSP. aduk hingga rata dan biarkan selama seminggu. Setelah itu gunakan untuk
pemupukan dan takaran dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan setiap 2
minggu. Pada umur 4 bulan yaitu ketika tingginya 70-125cm, semai/bibit siap
untuk dipindahkanke area reklamasi.
4. Penyulaman
Ketika ada bibit yang mati maka perlu dilakukan penyulaman agar bibit
sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
5. Penyiagaan
Caranya dengan mencabut satu per satu atau bila perlu menggunakan alat
namun harus hati-hati agar bibit tidak ikut terangkat.
6. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang biasanaya semut, tikus, rayap dan cacing.
Sedangkan yang termasuk penyakit adalah kerusakan bibit yang disebabkan oleh
cendawan.
7. Seleksi bibit
Kegiatan seleksi bibit dilakukan dengan tujuan mengelompokan setiap
bibit sebelum dimutasikan ke lapangan/lahan.
Bibit yang baik tentu akan menjadi pilihan utama, sedangkan yang kurang
baik perlu dilakukan pemeliharaan yang lebih intensif lagi akan bibit tersebut bisa
bertumbuh kembali untuk dilakukan revegetasi.
21
5. Pemilihan Jenis Tumbuhan
Proses pemilihan tumbuhan berdasarkan kegunaan, manfaat dan usia
produktif tumbuhan yang akan dipakai.
revegetasi dapat dilakukan penanaman dengan jenis tanaman akasia atau
acasia mempunyai nama latin acacia mangium. Selain tumbuh secara alami,
pohon ini juga ditanam dengan cara dibudidayakan. Ini dikarenakan mempunyai
nilai ekonomi tinggi, kayu akasia dapat dimanfaatkan dalam pembuatan serat
kertas, pembuatan perabotan rumah tangga, campuran parfun, sebagai hiasan,
obat-obatan, peneduh jalan dan tanah longsor,dll.
1.1 Pohon akasia
1) Batang
Pohon akasia ini memiliki ciri bulat dan lurus atau lapisan luar yang kasar,
warna coklat tua hingga coklat mudah dengan gigir-gigir melintang. Untuk ukuran
ada yang sedang ada juga yang tinggi hingga 32-45 meter dan diameter batang
mencapai 50-80cm.
Berat jenis kayu, berat rata-rata 0.95 dan termasuk kelas I-III.Bentuk tajuk
akasia menyerupai payung dengan daun pohon akasia memiliki jumlah majemuk
namun akan menjadi pohon ganda setelah dewasa.
Bentuk daun akasia tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak
daunnya yang kecil dan mudah rontok. akasia mempunyai warna daun hijau pupus
yang berfungsi untuk memasak makanan sekaligus penyerap nitrogen dan
karbondioksida. Pohon akasia memiliki bunga yang unik dengan kelompok
khusus dengan beraneka warna seperti ungu, putih dan kuning.
22
2) Akar
Pohon akasia memiliki jenis akar tunggal yang menembus ke dalam tanah.
Selain itu ada akar rambut yang sangat besar, rimbung dan menonjol ke
permukaan.
Akar rambut pada pohon akasia berfungsi untuk menyimpan nitrogen.
Itulah sebabnya tanah disekitar akasia menjadi subur.
3) Bunga
Bunga tanaman akasia tersusun dalam bentuk mulai berukuran sekitar 0.5-
1cm dengan warna kekuning-kuningan mapun putih dan berbulu tipis. Setiap
kuntum bunganya mekar terdiri dari bunga jantan dan bentina.
Dalam proses mekarnya dibantu oleh angin dan serangga. Pohon akasia
juga memiliki buah, bentuknya panjang melinkar, hitam kecoklatan , panjangnya
sekitar 7-12cm.
Didalam satu buah tersebut berisi 16-30 biji. Bentuk bijinya mirip dengan
kacang kecil dan kalau sudah dewasa/tua warnanya akan berubah menjadi cokelat
kehitaman, dan keras.
1.2 Habitat Pohon akasia
1. Tanah
Pohon ini tumbuh dengan sangat baik ditanah regosol, latasol dan alluvial
yang bertekstur lempung berpasir atau berdebu ber PH tinggi (6-7).
2. Kelembapan
Tumbuhan akasia dapat tumbuh optimal pada ketinggian 0 sampai
dengan 800 mdpl. Namun, masih bisa tumbuh sampai ketinggian 1500mdpl.
Pohon ini termasuk tumbuhan tropis yang memerlukan suhu sekitar 18-27º untuk
tumbuh.
3. Curah Hujan
Dalam pertumbuhannya, setiap tanaman termasuk akasia sangat
membutuhkan curah hujan. Karena, curah hujan mempunyai fungsi yang penting
diantaranya:
a. Sebagai pelarut zat nutrisi
b. Pembentuk gula dan pati
c. Media transport hara tanaman
23
d. Membantu proses pertumbuhan sel dan pembentukan enzim
Pohon akasia sendiri membutuhkan batas curah hujan minimum sendiri, yaitu
16 hari hujan dalam 4 bukan kemarau, namun juga tidak terlalu basah dengan
curah hujan antar 2000-4000mm per tahun.
4. Kelembaban
Selain curah hujan, kelembaban juga sangat mempengaruhi setiap
tumbuhan. Reaksi terhadap kelembaban tergantung dari jenis tumbuhan itu
sendiri. Kelembaban yang dibutuhkan pohon akasia sekitar 50-75% .
1.3 Kegunaan dan Manfaat Pohon akasia
1) Kayu
Batang kayu akasia merupakan bagian yang paling banyak memberikan
manfaat dengan harga yang cukup tinggi, kayu akasia banyak diusahakan untuk
bermacam keperluan dalam bentuk kayu olahan seperti papan-papan dengan
berbagai ukuran.
Papan-papan digunakan bahan baku pembuat peti, industry korek
api,industri pensil, papan partikel, industri kertas,dll.
2)Daun
Daun akasia dapat dimanfaatkan sebagai pembuat parfum dan pengobatan
berbagai penyakit.
24
Dan juga dapat membantu proses porositas tanah dan sebagai penyedia nitrogen
dalam tanah.
Maka,tanah disekitar pohon akasia menjadi lebih subur, yang selanjutnya
bisa ditanami pohon lain seperti palawijaya, lengkuas, cabai, dan lain-lain.
6. Pengumpulan dan pemilihan bijih serta pembenihan tanaman
1. Kebutuhan Benih
Kebutuhan benih akasia yang akan ditanam di lahan luas bisa menggunakan
rumus sederhana berikut:
a. Luas lahan yang akan ditanami 4180m² ( P x L = 95m x 44m) Jarak
tanaman 5 x 5
b. Satu lubang satu benih akasia
c. 1kg benih berisi 50,000 butir
d. Daya tumbuhnya 60%
e. Dan tingkat kematian selama dipersemaian 15%
Maka, jumlah benih =95/5 x 44/5x 1= 19 x 8 x 1 = 152 benih
2. Perlakuan Benih
Biji akasia memiliki kulit yang tebal dan berkecambah jika berada dalam
keadaan lembab. Oleh karena itu, sebelum disemaikan sebaiknya dilakukan
perawatan agar kecambah benih bisa muncul lebih cepat.
Caranya rendam benih didalam airpanas mendidih (80ºC) selama kurang
lebih 15-30 menit. Lalu direndam lagi dengan air dingin yang sebelumya telah
diberikan pupuk hayati MIG-6+ (10ml : 1 liter air). Lalu rendam kurang lebih
24jam dan tiriskan.
7. Pemilihan Lokasi untuk Persemaian
Pemilihan lokasi persemaian yang tepat akan sangat menentukkan behasil
atau tidaknya dalam budidaya akasia. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Pilih lokasi yang datar atau dengan kemiringan minimum 5%
b. Usahakan pilihlokasi yang dekat dengan air (sungai, persawahan, danau dan
lain-lain)
c. Pilih tanah yang gembur dan subur, tidak berbatu dan berkerikil dan
tidakmengandung tanah liat
25
d. Untuk menghindari kerusakan bibit, pilih lokasi yang berdekatan dengan
kebun penanaman dan jalan angkutan.
8. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan adalah membebaskan lahan dari berbagai tumbuhan
penggangu dengan tujuan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman yang akan
dibudidayakan. Ada 3 metode dalam penyiapan lahan yaitu cara mekanik, semi
mekanik dan manual. Sedangkan jenis kegiatannya dibagi menjadi 2 tahap:
a. Pembersihan lahan
Kegiatannya berupa membersihkan lahan dari semak belukar dan padang
rumput.
b. Pengolahan Tanah
Setelah lahan dibersihkan, maka perlu diolah/diperbaiki struktur tanahnya
dengan cara dicangkul atau dibajak.
9. Penanaman
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Pembuatan dan pemasangan ajir tanam
a. Ajir bisa dibuat dengan dari bambu atau kayu dengan ukuran PxL=0,5m x
1 cm. Tujuan dari dibuatnya ajir ini adalah untuk memberikan tanda di
mana bibit harus ditanam. Maka dalam pemasangannya harus sesuai
dengan jarak tanam yang digunakan.
b. Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30x30x30 cm tepat pada ajir
yang siap dipasang.
2. Pengangkutan bibit
a. Penanaman bibit, kegiatan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
rusak dan penempatan bibit harus tepat di lubang yang di buat tadi serta
akarnya jangan sampai terlipat.
7 Pemeliharaan Tanaman
Budidaya akasia dengan Langkah-Langkah yang tepat.
Langkah-langkah penanaman dan budidaya akasia sebagai berikut:
1. Pembibitan pohon akasia
2. Pemilihan Benih
26
Pertama yang akan dilakukan adalah memilih benih yang berkualitas dan
terjamin mutunya kemudian ciri-ciri benih yang bagus:
a. Benih akasia harus berasal dari induk yang mempunyai sifat-sifat genetik
yang baik
b. Bentuk fisiknya tegak lurus
c. Kulitnya bersih dengan warna cokelat tua
d. Kalau direndam dalamair, maka benihnya tenggelam
e. Bentuk benihnya masih lengkap
f. Tidak menjadi inang/tempat hidup hama.
Selain keenam penampakan visual tersebut, perlujuga diperhatikan daya
tumbuh dan hidupnya. Caranya dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan
makanannya yaitu dengan mengupas benih tersebut. Jika masih utuh dan besar,
maka benih itu mempunyai daya tumbuh yang tinggi.
27
literatur, dalam tahap ini data yang di peroleh berasal dari laporan perusahaan,
penelitian terdahulu serta buku-buku dari internet. Setelah itu dilakukan
pengumpulan data utama maupun data pendukung. Kemudian di lakukan proses
pengolahan data dan diakhiri dengan membuat kesimpulan dan saran. Rancangan
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 8.1.
8.2 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan dari bulan Maret tanggal 10 sampai
tanggal 12 April 2018 bertempat di PT. Haltim Mining Kabupaten Halmahera
Timur Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada gambar 8.3.
8.3 Alat dan Bahan
Alat
3. Pita ukur
4. GPS
5. Kamera
6. Leptop
7. Software
8. ATK
Bahan
1. Kertas F4 & A4
2. Plastik sampel tanah uji leb
8.4 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan ini adalah sebagai berikut:
1. Topografi
2. Jenis tanah
3. Jenis tumbuhan
28
8.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut dapat dilihat
pada gambar 8.1
Studi Literatur
Perumusan masalah
Pengambilan data
Penyusunan Laporan
29
Data
Koordinat Elevasi Luas Area Ketebalan Topsoil Revegetasi Jenis tanah Curah hujan
Biaya Revegetasi
Rencana Revegetasi
30
8.6 Pengelolahan dan Analisis Data
Data-data yang diperoleh seperti koordinat, elevasi dan luas area diolah
menggunakan Google Earth untuk melakukan penggambaran peta topografi dan
peta layout. Data luas area dan ketebalan tanah pucuk untuk menghitung volume
penimbunan lalu menghitung produksi alat. Setelah data diolah selanjutnya
dilakukan analisis. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penentuan
jumlah alat yang akan digunakan dalam produksi penyiapan dan penataan lahan
serta penebaran topsoil. Revegetasi iklim dan jenis tanah dipakai untuk
menentukkan jenis tanaman yang cocok untuk daerah tersebut serta curah hujan
untuk merancang drainase setelah itu menentukan biaya revegetasi dan revegetasi.
.
31
Tabel 8.3 Jadwal Penelitian
TAHUN 2018 TAHUN 2019
No KEGIATAN Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Studi
1 literatur
Bimbingan
2 Proposal
Pengambilan
3 data
Pengolahan
4 Data
Penyusunan
5 laporan
Seminar
6 Proposal
Skripsi
Keterangan:
: Waktu Pelaksanaan
32
XI. OUTLINE PENELITIAN
HALAMAN JUDUL
HALAMAN TUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
ABSTRAK
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL
DAFTAR LAMPIRAN
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah Penelitian
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.5 Hipotesis
II. TINJAUAN UMUM DAERAH ATAU TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL
2.6 Lokasi Dan Kesampaian Daerah
2.7 Vegetasi
2.8 Kondisi Geologi
2.9 Sejarah Singkat Perusahan
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Penelitian Terdahulu
3.2 Dasar Teori
IV. METODOLOGI PENELITIAN
8.7 Waktu Dan Tempat
8.8 Alat Dan Bahan
8.9 Prosedur Penelitian
8.10 Variabel Pengamatan
8.11 Pengolahan Dan Analisis Data
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.2 Pembahasan
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
Biodata Mahasiswa
Nama : Paul Nasimi Koromari
NIM : 201263065
Program Studi : S1 Teknik Pertambangan
Jurusan : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Alamat : Jln. Sungaimusi Sanggen Manokwari 98312
Fax : 211455 Telp. (0986) 211430,211982,2113735,211974
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Ransiki, 21 Oktober 1991
Alamat : Jln. Sungaimusi Sanggen Manokwari
Telepon : 081354056160
Agama : Kristen Protestan
Status : Mahasiswa
Alamat email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
SD : SD Impres Cenderawasi Ransiki Kabupaten
Manokwari selatan Papua Barat
SMP : SMP Negeri 02 Ransiki Kabupaten Manokwari Selatan
Provinsi Papua Barat
SMA : SMK Kesehatan Terpadu Manokwari Papua Barat
PERGURUAN TINGGI : UNIVERSITAS PAPUA, Manokwari Papua Barat
35