LP Osteoarthritis
LP Osteoarthritis
LP Osteoarthritis
A. Definisi
Osteoarthritis ialah penyakit tulang degeneratif yg ditandai karena
pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tiada adanya kartilago sebagai penyangga,
kian tulang dibawahnya mau mengalami iritasi, yg menyebabkan degenerasi sendi.
Osteoartritis (OA) berarti pembengkakan/radang sendi, walaupun lebih
dikenali sebagai penyakit degeneratif yg karena dikarenakan karena peradangan sendi
dgn penipisan tulang rawan yg berkaitan. Tulang rawan pada persendian kita
memungkinkan pergerakan sendi yg mulus. Ketika tulang rawan ini rusak karena
cedera, infeksi, / efek penuaan, pergerakan sendi menjadi terganggu. Hasilnya,
jaringan di dlm sendi mengalami iritasi serta menyebabkan rasa nyeri &
pembengkakan. Osteoarthritis (OA) / penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit
kerusakan tulang rawan sendi yg berkembang lambat yg tak diketahui penyebabnya,
walaupun terdapat beberapa factor resiko yg berperan. Keadann ini berkaitan dgn usia
lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan & sendi besar yg mananggung beban &
secara klinis ditandai karena nyeri, deformitas, pembesaran sendi & hambatan gerak.
B. Etiologi
Menurut Elizabeth J.Corwin (2014) penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih
belum terungkap, tapi beberapa faktor resiko buat munculnya osteoartritis diantaranya
ialah:
1. Umur.
Dari semua faktor resiko buat munculnya osteoartritis, faktor ketuaan ialah yg
terkuat. Prevalensi & beratnya orteoartritis semakin berkembang/berubah naik dgn
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun & kerap kali pada umur diatas 60 tahun. Perubahan fisik
& biokimia yg terjadi sejalan dgn bertambahnya umur dengan menurunnya jumlah
kolagen & kadar air, & endapannya berwujud pigmen yg berwarna kuning.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih kerap kali terkena osteoartritis lutut &sendi ,& lelaki lebih kerap kali
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan & leher. Secara keeluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis minus lebih sama pada laki & wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih berlimpah pada wanita dari pada
pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesisosteoartritis.
3. Genetik
Faktor herediter jg berperan pada munculnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dgn osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih kerap kali osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, & anak-anaknya
perempuan cenderung memiliki tiga kali lebih kerap kali dari pada ibu & anak
perempuan dari wanita tiada osteoarthritis.
4. Suku
Prevalensi & pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara manusia-manusia kulit hitam &usia dari pada
kaukasia.Osteoartritis lebih kerap kali diketemukan pada manusia – manusia
Amerika asli dari pada manusia kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dgn
perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital &
pertumbuhan.
5. Kegemukan (obesitas)
Berat badan yg berlebihan nyata berkaitan dgn naiknya resiko buat
munculnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata
tak hanya berkaitan dgn osteoartritis pada sendi yg menanggung beban, tapi jg
dgn osteoartritis sendi lain (tangan / sternoklavikula).
6. Cedera sendi, pekerjaan & olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yg bisa menyebabkan osteoartritis ialah trauma yg memunculkan
kerusakan pada integritas struktur & biomekanik sendi tersebut.
7. Kepadatan tulang & pengausan (wear and tear)
Penggunaan sendi yg berlebihan secara teoritis bisa merusak rawan sendi lewat
dua mekanisme yaitu pengikisan & proses degenerasi karena bahan yg wajib
dikandungnya.
8. Dampak penyakit pembengkakan/radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) memunculkan reaksi
peradangan & pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi karena membran
sinovial & sel-sel pembengkakan/radang.
9. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, kian rawan sendi mau
membal & menyebabkan sendi menjadi tak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
10. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air & garam-garam proteglikan yg
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, & kulit. Pada diabetes melitus, glukosa mau
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
11. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat bisa
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/ pirofosfat dlm rawan sendi
C. Tanda dan Gejala
Menurut Stanley (2016) tanda dan gejala dari penyakit osteoarthritis adalah :
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang
semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama
dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri
biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada
osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum
dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidak serasian antara tulang pembentuk sendi.
D. Patofisiologi
Menurutu Elizabeth J.Corwin (2009) Tulang rawan sendi mewujudkan/adalah
sasaran utama perubahan degeneratif pada osteoarthritis. Tulang rawan sendi
memiliki letak strategis yaitu diujung –ujung tulang buat melaksanakan 2 fungsi, yaitu
1) menjamin gerakan yg hampir tiada gesekan didalam sendi, berkat adanya cairan
sinovium, & 2) disendi sebagai penerima beban, menebarkan beban keseluruh
permukaan sendi sedemikian sehingga tulang dibawahnya bisa menerima benturan &
berat tiada mengalami kerusakan. Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan
elastis (yaitu memperoleh kembali arsitektur normalnya sesudah tertekan) & memiliki
daya regang (tensile streghth) yg cukup tinggi.
Sedangkan menurut Ahmad Aby (2014) seperti pada tulang manusia dewasa,
tulang rawan sendi tak statis, tulang ini mengalami pertukaran, komponen matriks
tulang tersebut yg aus diuraikan & diganti. Keseimbangan ini dipertahankan karena
kondrosit, yg tak hanya menyintesis matriks tetapi jg membuat keluar enzim yg
menguraikan matriks. Pada osteoarthritis, proses ini terganggu karena beragam sebab.
Osteoarthritis ditandai dgn perubahan signifiikan baik dlm komposisi maupun
sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan yg
mengalami degenerasi memperlihatkan peningkatan kandungan air & menurunnya
konsentrasi proteoglikan dibandingkan dgn tulang rawan sehat. Selain 1tu, tampaknya
terjadi perlemahan jaringan kolagen, mungkin karena menurunnya sintesis lokal
kolagen tipe II, & peningkatan pemecahan kolagen yg sudah ada. Kadar molekul
perantara tertentu, termasuk IL-1, TNF, nitrat oksida berkembang/berubah naik pada
tulang rawan osteoarthritis & tampaknya berperan dlm perubahan komposisi tulang
rawan. Apoptosis jg berkembang/berubah naik, yg mungkin menyebabkan
menurunnya jumlah kondrosit fungsional
Secara total, perubahan ini cenderung menurunkan daya regang & kelenturan
tulang rawan sendi. Sebagai respons terhadap perubahan regresif ini, kondrosit pada
lapisan yg lebih dalam berproliferasi & berupaya memperbaiki kerusakan dengan
menghasilkan kolagen & proteoglikan baru. Walaupun perbaikan ini pada mulanya
mampu mengimbangi kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yg menyebabkan
kondrosit lenyap & matriks ekstrasel berubah akhirnya menjadi predominan. Faktor
yg menyebabkan pergeseran dari gambaran reparatif menjadi generatif ini masih
belum diketahui.
Osteoartritis pada beberapa kejadian mau membuat dampak terbatasnya
gerakan. Hal ini dikarenakan karena adanya rasa nyeri yg dialami / dikarenakan \
penyempitan ruang sendi / minus digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan
degeneratif yg membuat dampak karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera
sendi infeksi sendi deformitas congenital & penyakit peradangan sendi lainnya mau
menyebabkan trauma pada kartilago yg memiliki sifat intrinsik & ekstrinsik sehingga
menyebabkan patah tulang pada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi
yg pada akhirnya membuat dampak tulang rawan mengalami erosi & kehancuran,
tulang menjadi tebal & terjadi penyempitan rongga sendi yg menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi / nodulus.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Elizabeth J.Corwin (2009) pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan adalah
1. Buat OA tak ada pemeriksaan laboratorium yg diagnostik, tetapi pemeriksan
laboratorium yg spesifik bisa membantu mengetahui penyakit yg mendasari
pada OA sekunder.
2. Dengan uji serologik dgn pendeteksian di dalam cairan sinovium &/ serum
adanya makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yg dilepas karena tulang
rawan / tulang yg mengalami degenerasi.
3. Sinar-X.
Foto sinar X pada engsel mau menunjukkan perubahan yg terjadi pada tulang
seperti pecahnya tulang rawan.
4. Tes darah.
Tes darah mau membantu memberi informasi buat memeriksa rematik.
5. Analisa cairan engsel
Dokter mau mengambil misalnya sampel cairan pada engsel buat lalu
diketahui ap4k4h nyeri/ngilu tersebut dikarenakan karena encok / infeksi.
6. Artroskopi
Artroskopi ialah alat kecil berupa kamera yg diletakkan dalan engsel tulang.
Dokter mau mengamati ketidaknormalan yg terjadi.
7. Foto Rontgent menunjukkan menurunnya progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi
F. Penatalaksaan
Menurut Ahmad Aby (2014) penatalaksaan osteoarthritis adalah
1. Medika mentosa
Hingga sekarang belum ada obat yg spesifik yg khas buat osteoartritis, karena
karena patogenesisnya yg belum jelas, obat yg diberikan bertujuan buat
mengurangi rasa sakit, menaikkan mobilitas & mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik &
sekaligus mengurangi sinovitis, walaupun tak bisa memperbaiki / menghentikan
proses patologis osteoartritis.
a) Analgesik yg dapatdipakai ialah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari /
profoksifen HCL. Asam salisilat jg cukup efektif tapi perhatikan efek
samping pada saluran cerna & ginjal
b) Jika tak berpengaruh, / tak bisa peradangan kian OAINS, seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen bisa diberdayakan. Dosis buat
osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh buat arthritis rematoid. Karena
penggunaan biasanya buat jangka panjang, efek samping utama
adalahganggauan mukosa lambung & gangguan faal ginjal.
c) Injeksi cortisone. Dokter mau menyuntikkan cortocosteroid pada engsel
yg mempu mengurangi nyeri/ngilu
d) Suplementasi-visco. Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik
yg mau mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya
dikerjakan jika osteoarhtritis pada lutut.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin muncul / diperkuat karena mekanisme tubuh yg minus
baik. Butuh dihindari aktivitas yg berlebihan pada sendi yg sakit. Penggunaan
tongkat, alat-alat listrik yg bisa memperingan kerja sendi jg butuh diperhatikan.
Beban pada lutut berlebihan karena kakai yg tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet buat menurunkan berat badan pasien osteoartritis yg gemuk wajib menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Menurunnya berat badan seringkali bisa
mengurangi munculnya keluhan & peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial dibutuhkan pasien osteoartritis karena karena sifatnya yg
menahun & ketidakmampuannya yg ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin manusia lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis kerap kali kali keberatan buat
memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual.
Gangguan seksual bisa diketemukan pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha & lutut. Kerap kali kali diskusi karena ini wajib dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yg meliputi
penggunaan panas & dingin & program latihan ynag tepat. Penggunaan panas yg
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri & kekakuan. Pada
sendi yg masih aktif sebaiknya diberi dingin & obat-obat gosok jangan dipakai
sebelum pamanasan. Aneka sumber panas bisa dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin & mandi dari pancuran
panas. Program latihan bertujuan buat memperbaiki gerak sendi & memperkuat
otot yg biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih
baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan
sendi & tulang yg muncul pada tungkai yg lumpuh muncul karena berkurangnya
beban ke sendi karena karena kontraksi otot. Karena karena otot-otot
periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari
beban, kian penguatan otot-otot tersebut ialah penting.
7. Operasi
Operasi butuh dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dgn kerusakan sendi yg
nyata dgn nyari yg menetap & kelemahan fungsi. Tindakan yg dikerjakan ialah
osteotomy buat mengoreksi ketidaklurusan / ketidaksesuaian, debridement sendi
buat menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
a) Penggantian engsel (artroplasti). Engsel yg rusak mau diangkat & diganti dgn
alat yg terbuat dari plastik / metal yg dijuluki prostesis.
b) Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang mau mengangkat
serpihan tulang rawan yg rusak & mengganggu pergerakan yg menyebabkan
nyeri saat tulang bergerak.
c) Penataan tulang. Opsi ini diambil buat osteoatritis pada anak & remaja. Penataan
dikerjakan agar sambungan/engsel tak menerima beban saat bergerak.
8. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, menurunnya berat
badan, upaya buat menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi
yg berlebihan penggunaan alat-alat ortotail. Buat menyangga sendi yg
mengalami inflamasi ( bidai penopang) & latihan isometric serta postural. Terapi
okupasioanl & fisioterapi bisa membantu pasien buat mengadopsi strategi
penangan mandiri
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
4. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan
fungsi sendi
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk
tubuh pada sendi dan tulang.
H. Perencaan Keperawatan
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Idrus, Alwi, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dlm, edisi V, jilid III. Jakarta : Internal
Publishing
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik Klinik
Nurma, Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dgn Gangguan Sistem
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika