Pengumpulan Data Dalam Perencanaan Geometrik Jalan
Pengumpulan Data Dalam Perencanaan Geometrik Jalan
Pengumpulan Data Dalam Perencanaan Geometrik Jalan
OLEH :
NI LUH ANI DIAN PARAMITA SARI
1761121035
C1
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan
pada alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari
jalan yang memberikan kenyamanan yang optimal pada arus lalulintas dan sebagai akses ke
rumah-rumah. Dalam lingkup perencanaan geometrik tidak termasuk tebal perkerasan jalan,
walaupun dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari perencanaan geometrik sebagai bagian
dari perencanaan jalan seutuhnya, demikian pula dengan drainase jalan. Jadi tujuan dari
perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan
arus lalulintas dan memaksimalkan rasio tingkat penggunaan biaya pelaksanaan. Ruang, bentuk
dan ukuran jalan dikatakan baik jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai
jalan. (Silvia Sukirman, 1999: 17)
Dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya harus memiliki data perencanaan,
diantaranya data topografi, data lalulintas, data tanah dan penunjang lainnnya. Semua data ini
diperlukan dalam merencanakan konstruksi jalan raya karena dapat memberikan gambaran yang
sebenarnya dari kondisi suatu daerah dimana ruas jalan ini dibangun.
1. Data Peta Topografi
Keadaan topografi dalam penetapan trase jalan memegang peranan penting karena
akan mempengaruhi penetapan alinyemen, kelandaian jalan, jarak pandang, penampang
melintang, saluran tepi dan lain sebagainya. Untuk lokasi dengan daerah datar, pengaruhnya
tidak begitu nyata, penentuan trase dapat dengan bebas ditarik kemana saja disesuaikan
dengan arah dan tujuan rute jalan raya yang direncanakan. Untuk daerah perbukitan atau
daerah pegunungan adalah sebaliknya, topografi sangat mempengaruhi pemilihan lokasi
serta penetapan bagian-bagian jalan lainnya, bahkan sangat mungkin akan mempengaruhi
penetapan tipe jalan. (Hamirham Saodang, 2004: 47)
Secara umum trase jalan pada daerah perbukitan, selalu mengikuti kontur dari
topografi, sehingga banyak berkelok-kelok karena untuk mempertahankan kelandaian
memanjang (grade) jalan. Namun demikian yang paling utama adalah grade disesuaikan
dengan persyaratan yang ada, agar kendaraan-kendaraan berat masih bisa melaluinya.
(Hamirham Saodang, 2004: 47)
Pengukuran peta topografi dilakukan pada sepanjang trase jalan rencana
dengan mengadakan tambahan dan pengukuran detail pada tempat-tempat yang
memerlukan realinyemen dan tempat-tempat persilangan dengan sungai atau jalan
lain, sehingga memungkinkan didapatkannya trase jalan yang sesuai dengan standar.
Pekerjaan pengukuran ini terdiri dari beberapa kegiatan berikut :
1. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran, dimana secara garis besar ditentukan
kemungkinan rute alternatif dan trase jalan.
2. Kegiatan pengukuran meliputi :
a. Penentuan titik-titik kontrol vertikal dan horizontal yang dipasang setiap
interval 100 meter pada rencana as jalan.
b. Pengukuran situasi selebar kiri dan kanan dari jalan yang dimaksud dan
disebutkan serta tata guna tanah disekitar trase jalan.
c. Pengukuran penampang melintang (cross section) dan penampang
memanjang.
d. Perhitungan perencanaan desain jalan dan penggambaran peta topografi
berdasarkan titik-titik koordinat kontrol diatas.
2. Data Lalulintas
Data lalu lintas adalah data utama yang diperlukan dalam perencanaan teknik jalan,
karena kapasitas jalan yang akan direncanakan tergantung dari komposisi lalu lintas yang
akan digunakan pada suatu segmen jalan yang akan ditinjau. Besarnya volume atau arus lalu
lintas diperlukan untuk menentukan jumlah dan lebar jalan pada satu jalur dalam penentuan
karakteristik geometrik, sedangkan jenis keadaan akan menentukan kelas beban atau muatan
sumbu terberat yang akan berpengaruh langsung pada perencanaan konstruksi perkerasan.
(Hamirham Saodang, 2004: 34)
Data lalu lintas didapatkan dengan melakukan pendataan kendaraan yang
melintasi suatu ruas jalan, sehingga dari hasil pendataan ini kita dapat mengetahui
volume lalu lintas yang melintasi jalan tersebut. Data volume lalu lintas diperoleh dalam
satuan kendaraan per jam (kend/jam).
Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang
didapat dengan mengalikan atau mengkonversikan angka faktor eqivalensi (FE) setiap
kendaraan yang melintasi jalan tersebut dengan jumlah kendaraan yang kita peroleh dari
hasil pendataan (kend/jam). Volume lalu lintas dalam SMP ini menunjukkan besarnya
jumlah Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) yang melintasi jalan tersebut. Dari Lalu
Lintas Rata-rata (LHR) yang didapatkan kita dapat merencanakan tebal perkerasan.
Untuk merencanakan teknik jalan baru,survey lalu lintas tidak dapat dilakukan
karena belum ada jalan. Akan tetapi untuk menentukan dimensi jalan tersebut
diperlukan data jumlah kendaraan . untuk itu hal yang harus dilakukan sebgai berikut:
1. Survey perhitungan lalu lintas dilakukan pada jalan yang sudah ada, yang
diperkirakan mempunyai bentuk, kondisi dan keadaan komposisi lalu lintas
akan serupa dengan jalan yang direncanakan.
2. Survey asal dalam tujuan yang dilakukan pada lokasi yang dianggap tepat
dengan cara melakukan wawancara kepada pengguna jalan untuk
mendapatkan gambaran rencana jumlah dan komposisi pada jalan yang
direncanakan. (L.Hendarsin,2000)
Analisis data lalu lintas pada intinya dilakukan untuk menentukan kapasitas jalan.
Unsur lalu lintas adalah benda atau pejalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas, sedangkan
unsur lalu lintas di atas roda disebut dengan kendaraan.
Langkah-langkah menganalisis data lalu lintas yakni:
1. Tentukan nilai koefisien ekivalen
2. Tentukan volume lalu lintas rencana (VLLR) dalam satuan mobil penumpang.
3. Tentukan kelas jalan dengan yang ditentukan berdasarkan SMP yaitu
pengelompokan jalan raya dan penetrapan kelas jalan.
4. Data Jumlah Kendaraan (untuk menentukan lebar dan tipe jalan yang harus di
pakai)
Tentukan angka pertumbuhan kendaraan/tahun dengan persamaan:
𝑎
𝑖 = 𝑥 − 𝑦 = 𝑎 𝑑𝑎𝑛 100%
𝑦
Dimana:
Penelitian data tanah yang terdiri dari sifat-sifat indeks, klasifikasi USCS dan
AASHTO, pemadatan dan nilai CBR. Pengambilan data CBR dilapangan
dilakukan sepanjang ruas jalan rencana, dangan interval 100 meterdengan
menggunakan DCP (Dynamic Cone Penetrometer). Hasil tes DCP ini dievaluasi
melalui penampilan grafik yang ada, sehingga
menampakkan hasil nilai CBR disetiap titik lokasi. Penentuan nilai CBR dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu cara analisis dan grafis.
Cara Analisis
(𝐶𝐵𝑅𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝐶𝐵𝑅min )
𝐶𝐵𝑅𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 =
𝐶𝐵𝐸𝑠𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛
Nilai R tergantung dari jumlah data yang terdapat dalam suatu segmen. Nilai
R untuk perhitungan CBR segmen diberikan pada tabel
1.1 di bawah ini :
Tabel 1.1 Nilai R untuk perhitungan CBR segmen
Jumlah Titik Pengamatan Nilai R
2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,57
7 2,83
8 2,96
9 3,08
>10 3,18
(Sumber : Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya Nova 1993)
Cara Grafis
- Tentukan berapa banyak nilai CBR yang sama atau lebih besar dari
masing-masing nilai CBR kemudian disusun pada tabel, mulai dari CBR
terkecil sampai yang terbesar.
- Angka terbanyak diberi nilai 100 %, angka yang lain merupakan persentase
dari 100 %.
- Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dengan persentase nilai tadi.
2. Analisa
Melakukan analisa pada contoh tanah terganggu dan tidak teganggu, juga
terhadap bahan konstruksi, dengan menggunakan ketentuan ASTM dan
AASTHO maupun standar yang berlaku di Indonesia.
3. Pengujian Laboratorium
- Pemadatan Standar
- Pemadatan Modifikasi