Isolasi Mikrobiologi
Isolasi Mikrobiologi
Isolasi Mikrobiologi
Materi 3
Isolasi Mikroba
Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar
dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungan ini bertujuan untuk
memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan disebut
biakan murni. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainnya yang berasal dari camouran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang
tetap pada tempatnya (Nur dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan
metode cawan tuang. Yang didasarkan padda prinsip pengenceran dengan maksud untuk
memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu
jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan
dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi, dan
serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwijoseputro, 2005). Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba yaitu antara lain:
Menurut hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni
yaitu:
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yanti menghemat bahan dan waktu. metode cawan
gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah
dengan mengencerkan specimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan
(±500C) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam specimen
pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perku dilakukan beberapa tahap
sehingga sekurang-kurangnya satu diantara cawan tersebut mengandung koloni terpisah diatas
permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak
memerlukan keterampilan yang tinggi.
3. Teknik sebar (spread plate)
Teknik isolasi mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang akan
digunakan.
4. Teknik pengenceran (dilution method)
Suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan
dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 mL
untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk
disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa
koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan
memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika
kita belum yakin bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni,
maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
5. Teknik micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam micromanipulator,
kemudian ditempatkan dalam micromanipulator, kemudian dipempatkan dalam medium encer
untuk dibiakkan.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua
pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu
populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal
dengan isolasi mikroba.
VI. Kesimpulan
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan,
sehingga diperoleh kultur murni. Cara-cara pengisolasian mikroba dengan cara isolasi ke media
padat dan isolasi ke media cair. Teknik-teknik isolasi ke media padat dengan cara agar miring,
teknik sebar, teknik tuang, dan teknik gores.
IV.2. Pembahasan
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada cawan petri tumbuh mikroba yang
berkoloni. Pada pengenceran 10-7 terdapat dua koloni dan pada pengenceran 10-9 hanya terdapat
satu koloni. Semua koloni yang tumbuh pada cawan petri ini bukan merupakan koloni mikroba
yang diinginkan. Tidak tumbuhnya mikroba yang ingin diisolasi disebabkan karena sampel
“nira” yang digunakan untuk mengisolasi mikroba telah rusak atau terkontaminasi. Nira yang
akan diisolasi ini berubah menjadi asam asetat (cuka)
karena adanya pemecahan sukrosa menjadi gula reduksi yang disebabkan oleh adanya kegiatan
bakteri yang mengkontaminasi nira. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hieronymus.B.S (1993)
yang menyatakan bahwa nira mudah mengalami fermentasi, karena mengandung ragi liar yang
amat aktif. Bila nira terlambat dimasak, rasanya masam dan baunya menyengat. Hal ini
disebabkan terjadi pemecahan sukrosa menjadi gula reduksi dan didukung oleh pernyataan L.
Suhardiyono (1998) bahwa untuk perubahan dari sukrosa sampai alkohol terlibat kegiatan ragi,
dari alkohol ke asam asetat (cuka) terlibat kegiatan bakteri dan hasilnya berupa cuka berasa
asam.
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir dengan karakter fisik yaitu selnya
berbentuk ellipsoid atau silindris, mempunyai koloni berbentuk bulat, berwarna kuning muda,
permukaan berkilau, licin, tekstur yang lunak dan sel bulat dengan askospora 1-8
buah. Saccharomyces cerevisiae mampu hidup pada pH optimum 4-5 dengan tempratur 28-
30°C.
S. cerevisiae bersifat nonpatogenik dan berfungsi sebagai fermentatif kuat, karena jika khamir ini
mendapatkan oksigen maka Saccharomyces cerevisiae mampu mengoksidasi gula menjadi
karbondioksida dan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fardiaz (1992) yang menyatakan
bahwa Saccharomyces merupakan khamir fermentatif kuat. Apabila ada oksigen S.
cerevisiae juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan
air dan didukung oleh pernyataan Hidayat et.al (2006) bahwa s. cerevisiae memerlukan kondisi
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber energi terutama
gula, pH optimum 4-5, temperatur optimum 28-30ºC serta kebutuhan akan oksigen terutama
pada awal pertumbuhan
Bahan yang digunakan pada praktikum isolasi mikroba ini adalah Nira. Nira merupakan
cairan manis yang terdapat pada aren, kelapa dan lontar. Nira tergolong cairan yang sangat
mudah terkontaminasi oleh mikroba seperti khamir atau yang lebih spesifik
adalah Saccharomyces sp. Mudahnya nira terkontaminasi oleh khamir ini di sebabkan karena
nira mengandung nutrisi yang lengkap seperti sukrosa, gula reduksi, lemak, protein dan mineral.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa nira sangat mudah
terkontaminasi karena mengandung nutrisi yang lengkap seperti gula, protein, lemak dan mineral
yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba.
Berdasarkan metode praktikum yang dilakukan, larutan fisiologis dibuat dengan
menggunakan NaCl sebanyak 0,98 gram yang dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 liter.
Sebelum digunakan, larutan fisiologis dimasukkan ke dalam beberapa erlenmeyer
sebanyak 45 mL dan disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit. Larutan
fisiologis yang sudah jadi tersebut kemudian diisi dengan nira yang akan diisolasi. Larutan
fisiologis merupakan larutan yang terbuat dari garam NaCl yang umumnya memiliki kisaran
konsetrasi 0.9% b/v NaCl. Larutan fisiologis digunakan untuk pengenceran suatu sampel agar
sampel tetap berada dalam keadaan steril dan menghindari kontaminan. Karena pertumbuhan
mikroba peka terhadap kondisi pH, maka larutan fisiologis diperlukan karena larutan fisiologis
mampu mempertahankan kondisi pH pada sampel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Trigiantoro
(2014) yang menyatakan bahwa NaCl fisologis digunakan sebagai pengencer
agar suspense sampel tetap steril dan menghindari adanya kontaminan pada sampel. Selain itu,
NaCl fisiologis juga dapat mempertahankan kondisi pH
Beradasarkan metode praktikum yang dilakukan, nira sebanyak 5 ml yang menjadi
sampel untuk isolasi terlebih dulu diencerkan dengan menggunakan larutan fisiologis 45 ml yang
telah dibuat sebelumnya kemudian dipipet sebanyak 0,1 ml kedalam tabung reaksi yang telah
diisi dengan larutan fisiologis 9,9 ml, dan diencerkan lagi sebanyak empat kali dengan
pengenceran 10-3, 10-5, 10-7 dan 10-9.Pengenceran tersebut sebuah metode yang digunakan untuk
mengurangi konsentrasi suatu larutan. Didalam mengisolasi mikroba, pengenceran bertujuan
untuk mengurangi kepadatan mikroba yang di tanam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Faiz
(2009) yang menyatakan bahwa tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri
yang ditanam.
Sterilisasi merupakan salah satu proses pemusnahan mikroorganisme maupun spora
mikroba yang ada pada suatu benda, umumnya fungsi dari sterilisasi ini adalah memusnahkan
bakteri patogen. Dalam praktikum, sebelum melakukan isolasi mikroba, cawan petri, pipet dan
peralatan lain yang akan digunakan untuk isolasi mikroba terlebih dulu dibungkus dengan kertas
kemudian disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit dengan menggunakan autoklaf.
Sterilisasi menggunakan autoklaf ini pada prinsipnya menggunakan panas uap untuk mematikan
mikroorganisme pada peralatan laboratorium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Walton dan
Torabinejad (2008) yang menyatakan bahwa metode sterilisasi yang biasa dilakukan untuk
semua kirgi dan instrumen genggam adalah menggunakan autoklaf uap
atau kimia. Instrument yang telah dibungkus kasa diautoklafkan selama 20 menit pada
suhu 121ºC dan tekanan 15 psi. Ini akan membunuh semua bakteri, spora, dan virus.
Yeast extract agar merupakan salah satu media yang digunakan dalam menumbuhkan
khamir saccharomyces cereviceae yang dibuat dengan menggunakan yeast extract dan agar.
Selain untuk menumbuhkan khamir, media ini juga digunakan untuk menumbukan kapang yang
berasal dari berbagai material. Hal ini sesuai dengan pernyatan Anonim (2013) yang menyatakan
bahwa media yeast extract agar merupakan media yang digunakan untuk kultivasi kapang dan
khamir yang berasal dari berbagai macam material.
Isolasi mikroba dilakukan dengan dua tahapan. Tahapan pertama yaitu pengenceran dan
tahapan kedua yaitu penggoresan pada permukaan media. Isolasi mikroba dengan metode spread
plate atau penggoresan dilakukan untuk menghasilkan koloni bakteri yang terpisah dari suspensi
sel yang pekat. Metode gores atau spread plate dilakukan dengan cara ujung kawat inokulasi
yang membawa mikroba digoreskan dengan bentuk zigzag pada permukaan media dalam cawan
petri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (2005) yang menyatakan bahwa cara
penggresan dapat dilakukan dengan cara ujung kawat imokulasi yang membawa bakteri
digesekkan atau digoreskan dengan bentuk zig-zag pada permukaan agar-agar dalam cawan Petri
sampai meliputi seluruh permukaan.
Agar miring merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menumbuhkan
mikroba, pada praktikum ini, media yang sudah dibuat dipipet ke dalam tabung reaksi kemudian
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah steril baru media
dimiringkan hingga media pada tabung reaksi mengeras. Setelah media pada agar miring jadi,
mikroba yang ingin diisolasi diambil dari cawan petri dengan jarum ose yang kemudian digores
pada permukaan agar miring dengan bentuk zig-zag, media yang telah digores ini baru kemudian
disimpan hingga menjadi isolat murni. Penggunaan agar miring ini bertujuan unuk
meminimalisir adanya pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rusdimin (2013) yang menyatakan bahwa biakan agar miring dapat dilakukan
dengan cara menggoreskan secara zig-zag pada permukaan agar miring menggunakan jarum ose
yang bagian atasnya dilekungkan. Cara ini juga dilakukan ada agar tegak guna meminimalsir
pertumbuan mikroba dalam keadaan kekurangan oksigen.
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk membuat media tumbuh mikroba, terlebih dulu perlu diketahui jenis mikroba
apa yang akan ditumbuhkan misalnya saja untuk mengisolasi khamir, maka salah
satu media yang dapat digunakan adalah YEG. Untuk membuat media YEG
dibutuhkan yeast sebanyak 3,35 gram dan bacto agar sebanyak 2 gram dan kemudian
dilarutkan dalam 250 ml aquades. Selanjutnya media di sterilisasi menggunakan autoklaf
dengan suhu 121°C selama 30 menit.
2. Untuk mengisolasi mikroba tahap pertama sampel di larutkan dengan larutan dengan larutan
fisiologis kemudian dilakukan pengenceran lalu dilakukan penggoresan pada permukaan media
dan diinkubasi selama 2-5 hari.
V.2. Saran
Saran untuk praktikum ini adalah agar selalu berada dalam keadaan yang steril
dan lebih berhati-hati agar dalam mengisolasi mikroba, mikroba lain yang tidak
diinginkan tidak tumbuh di dalam media pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jutono. 1972. Dasar-dasar Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Gautara dan Soesarsono Wijardi, 1981. Dasar Pengolahan Gula I. Jurusan Teknologi Industri
FATEMETA IPB, Bogor.
Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka
Utama
Landecker, E. M. 1982. Fundamentals of The Fungi. Prentice Hall Inc. New Jersey.
Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Lodder, J., 1970 , The Yeast : A Taxonomic Study Second Revised and Enlarged Edition . The
Netherland,Northolland Publishing Co, Amsterdam
Hidayat. N. et al. 2006. Mikrobiologi Industri. Edisi Pertama. Yogyakarta
Nikon. 2004. Saccharomyces Yeast Cell: Nikon Microscopy. Phease
ContrastImageGalerry.http://www.microscopyu.com/galleries/phasecontrast/saccharomycessmal
l.html
Nurohaianah et al, 2007. Media . UI Press. Jakarta
Pelczar, Michael, J., E.C.S Chan. 1988. Dasar – Dasar Mikrobiologi.UI Press.Jakarta
Ratna, Sri. 2008. Sterilisasai dan cara Penggunanya. Jakarta : Gramedia.
Rusdimin. 2003. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta
Said. 1987. Bioiindustri:Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Melton Putra. Jakarta.
Suhardiyono,L. 1988. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Trigiantoro. 2014. Isolasi Bakteri, Kapang dan Khamir.http://www.scribd.com/doc/87162559/mikro-
4#scribd. Diakses pada tanggal 13 September 2015. Makassar
Yarrow, D. 1984. The Yeast. A Taxonomic Studi. 3rd ed. Elsevier Science Publishers B. V. Amsterdam.
6. PEMBAHASAN
Teknik isolasi mikroba adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar dari
lingkungan alamiahnya. Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara,
substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa
bakteri, khamir, jamur, kapang dll. Populasi mikroba di lingkungan sangan beranekaragam
sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh
koloni tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan
penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah
resistem terhadap suatu antibiotik.atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk
bioremediasi holokarbon (Ani,2002).
Pengisolasian merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-
sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukannya kultur
murni adalah untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri
kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi yang terdiri
dari satu macam mikroorganisme saja.
Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada permukaan
sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis, yaitu NA
miring dan NA tegak. NA miring digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak
digunakan untuk menstimulir pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen. NA
digolongkan pula medium umum sebab dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa jenis
bakteri.
Pada percobaan ini digunakan Na miring dengan menggunakan sampel air sungai. Setelah
dilakukan pengerjaan dan di inkubasi selama 2 x 24 jam, pertumbuhan bakteri pada NA
miring berbentuk spreading. Sedangkan pada NA tegak, dengan sampel yang sama pertumbuhan
bakteri pada NA tegak tersebut berbentuk echinulate.
Pertumbuhan bakteri pada Metode Pour Plate berbentuk Irreguler, elavasinya Flat,
marginsnya Undulate dan permukaannya berkerut. Dan pada Metode streak Plate dengan
menggunakan sampel air sungai. Setelah dilakukan pengerjaan dan di inkubasi selama 2 x 24
jam, pertumbuhan bakteri pada Metode Streak Plate berbentuk circular, elavasinya raised,
permukaannya halus mengkilap, marginsnya Entire.
Isolasi mikroba dilakukan untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.
7. Kesimpulan
Tekhnik isolasi memiliki beberapa macam, yakni dengan metode agar tegak, metode agar
miring, metode streak plate juga metode pourplate. Pada NA miring ditemukan Spreading, pada
NA tegak ditemukan Echinulate . Pada pour plate ,bentuknya irregular, elevasi Flat, margin
Undulate, dengan permukaan berkerut. Streakplate ditemukan bentuk Circular, elevasi Raised,
margin Entire, dengan permukaan halus mengkilap.
8. DAFTAR PUSTAKA