Isolasi Mikrobiologi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Mikrobiologi

Materi 3
Isolasi Mikroba

Cara-cara pengisolasian mikroba


Dalam artikel ini kita akan banyak membahas tentang Mempelajari Bagaimana cara-cara
pengisolasian mikroba yang nantinya bisa kita manfaatkan untuk mengembangbiakan mikroba
itu sendiri Selain itu juga diharapkan dengan adanya artikel ini kita juga bisa mengetahui dan
dapat melakukan teknik-teknik dalam mengisolasi mikroba yang nantinya bisa bermanfaat dan
dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
II. Landasan teori
Di dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala
laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan
yang mana di dalamnya hanya terdapat bakteri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya
kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan
murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan
bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang ,menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan
bakteri tersebut (Pelczar, 1986).
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa
bahan pangan, tanaman, dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir,
kapang, dan sebagainya. populasi dari mikroba yang ada di lingkungan ini sangatlah
beranekaragam sehingga dalam mengisolasi dierlukan beberapa tahap penanaman sehingga
berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan
diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat
mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotic (Ferdiaz, 1992).

Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar
dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungan ini bertujuan untuk
memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan disebut
biakan murni. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainnya yang berasal dari camouran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang
tetap pada tempatnya (Nur dan Asnani, 2007).

Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan
metode cawan tuang. Yang didasarkan padda prinsip pengenceran dengan maksud untuk
memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu
jenis sel yang dapat diamati (Afrianto, 2004).

Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan
dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi, dan
serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies (Dwijoseputro, 2005). Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba yaitu antara lain:

1. Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi.


2. Tempat hidup atau asal mikrobatersebut.
3. Medium pertumbuhan yang sesuai.
4. Cara menginkubasi mikroba.
5. Cara menginokulasi mikroba.
6. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dan
sesuai dengan yang dimaksud.
7. Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan kultur
murni.
Metode Isolasi mikroba

Menurut hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni
yaitu:
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yanti menghemat bahan dan waktu. metode cawan
gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah
dengan mengencerkan specimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan
(±500C) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam specimen
pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perku dilakukan beberapa tahap
sehingga sekurang-kurangnya satu diantara cawan tersebut mengandung koloni terpisah diatas
permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak
memerlukan keterampilan yang tinggi.
3. Teknik sebar (spread plate)
Teknik isolasi mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang akan
digunakan.
4. Teknik pengenceran (dilution method)
Suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan
dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 mL
untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk
disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa
koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan
memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika
kita belum yakin bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni,
maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
5. Teknik micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam micromanipulator,
kemudian ditempatkan dalam micromanipulator, kemudian dipempatkan dalam medium encer
untuk dibiakkan.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua
pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu
populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal
dengan isolasi mikroba.

Berbagai macam cara dalam mengisolasi mikroba, yaitu:

1. Isolasi pada agar cawan


Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengnecerkan mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang
terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat
beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: metode gores kuadran, dan metode
agar cawan tuang. Metode gores kuadran, merupakan metode yang dilakukan dengan baik akan
menghasilkan isolasi mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode agar
tuang berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang
dicairkan dan didinginkan (500C) yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu
dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah diatas
permukaan/di dalam cawan.
2. Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar
cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu
dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pegenceran peluang
untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3. Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar
yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat
dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara
aseptis.

III. Alat dan bahan


 Alat:
 Jarum inokulasi
 Pembakar Bunsen/spritus
 Orbital shaker
 Tabung reaksi
 Cawan petri
 Incubator
 Pemanas air
 Pipet volume 1 mL
 Spreader
Bahan:
 Media NB steril
 Biakan bakteri
 Media nutrient agar miring
 Media NA steril
 Kapas

Cara kerja dalam praktek mengisolasi mikroba


a. Isolasi ke media cair
1. Memegang jarum inokulasi dan tabung berisi biakan bakteri
2. Memanaskan jarum inokulasi
3. Memasukkan jarum inokulasi ke dalam tabung bakteri
4. Jarum diangkat, memanaskan mulut tabung dekat api
5. Tabung ditutup dengan kapas
6. Mengambil media NB dengan tangan kiri dan buka
7. Memanaskan mulut labu media
8. Memasukkan ujung jarum inokulasi
9. Mengangkat jarum
10. Memanaskan mulut labu dan menutupnya
11. Kultur diinkubasi pada temperature tertentu sambil digoyang dalam orbital shaker.
b. Isolasi ke media padat
b1. Agar miring
1. Secara steril gesekkan jarum inokulasi ke biakan bakteri di atas permukaan agar miring ke
dalam tabung reaksi pertama dengan cara zigzag.
2. Tabung kedua merupakan tabung control.
3. Kedua tabung diinkubasi pada temperature 370C selama 48 jam.
4. Baakteri berkembang biak dan berkoloni.
b2. Agar dalam cawan petri
1. Memanaskan tabung-tabung berisi agar dalam pemanas 1000C hingga agarnya mencair.
2. Membuka bungkusan cawan petri dan tempatkkan di atas meja.
3. Mengambil satu tabung berisi media agar, dan dinginkan sampai suhunya ± 550C.
4. Membuka tutup tabung dlam keadaan miring dan panaskan mulut tabung dalam nyala api.
5. Membuka tutup cawan petri dan masukkan agar dalam cawan.
6. Memaskan mulut cawan petri.
7. Menutup cawan petri.
8. Mendiamkannya hingga media agar beku.
b2.1.Isolasi dengan teknik geser
1. Memijarkan jarum inokulasi
2. Membasahi jarum inokulasi dengan suspense bakteri
3. Menggeser bagian jarum yang telah dibasahkan pada permukaan media agar dalam cawan petri
dengan membuat sejumlah garis lurus yang sejajar.
4. Memutar cawan 900C.
5. Menggeser jarum dimulai dari ujung garis geseran terakhir dan geserkan kembali membentuk
garis lurus sejajar.
6. Memutar kembali berlawanan arah jarum jam, ulangi 1 atau 2x.
7. Menutup cawan petri dan membakar mulutnya.
8. Menyimpannya pada temperature inkubasi yang ditentukan.
b2.2. Isolasi menggunakan teknik tuang/pour plate dengan pengenceran sampel.
1. Memberi label pada 3 tabung akuades steril masing-masing 10-1, 10-2, dan 10-3.
2. Memberi label pada cawan petri masing-masing 10-1, 10-2, dan 10-3.
3. Memanaskan media NA beku hingga mencair.
4. Mendingikannya sampai kira-kira 550C.
5. Mengambil 1 mL suspense bakteri lalu masukkan dalam tabung akuades 10-1.
6. Mengambil 1 mL dari tabung 10-1 dan masukkan dalam tabung 10-2.
7. Mengambil 1 mL dari tabung 10-2 dan masukkan dalam tabung 10-3.
8. Mengambil 1 mL sampel dan masukkan dalam cawan petri.
9. Memasukkan media NA yang temperaturnya ±550C dan tunggu hingga mengeras.
10. Memasukkannya dalam incubator dalam posisi terbalik.
11. Mengamati koloni yang timbul.
b2.3. Isolasi dengan teknik sebar
1. Mengambil 1 Ml suspense bakteri.
2. Memasukkannya dalam cawan petri berisi media NA.
3. Memanaskan spreader.
4. Menunggu hingga agak dingin.
5. Meratakan suspense bakteri diatas permukaan media agar dengan spreader. Menginkubasi
kultur pada temperature yang sesuai.

V. Analisis dan pembahasan


Ada beberapa metode dalam mengisolasi mikroba bakteri (mikroorganisme)yaitu dengan
menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar, metode pengenceran dan agar miring.
Metode-metode ini berdasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme
sedemikian rupa sehingga tiap individu spesies dapat dipisahkan dengan lainnya. Prkatikum ini
bertujuan untuk mempelajari teknik-teknik di dalam pengisolasian mikroba beserta
pemurniannya.
Pengenceran ini bertujuan untuk mempermudah dalam perhitungan jumlah koloni mikroba
yang utmbuh, baik warna maupun karakteristik lainnya. Dari hasil praktiukum dapat diketahui
bahwa bentuk, tepian, warna dan wlwvasi dari bakteri. Untuk bakteri, bentuknya ada yang
bundar, rizoid, tidak beraturan dan menyebar dengan yang tepian siliat, berlekuk, bercabang,
berombak, dan licin. Warna yang dapat dilihat dari koloni bakteri pada sampel ini adalah semua
berwarna putih susu dan elevasi pada semua sampel ini datar da nada pula yang cembung.
Koloni=koloni yang telah ditentukan pada masing=masing medium kemudian
diidentifikasi morfologinya yaitu bentuk luar, warna, struktur dalam koloni, tepi koloni, elevasi.
Pada masing-masing media sendiri terdapat keanekaragaman dalam morfologi tersebut. Koloni
bakteri dapat dengan mudah dibedakan dari koloni lainnya dengan adnya penampakan umum
berupa lender dan agak mengkilap. Bakteri adalah salah satu contoh mikroorganisme yang
penting dan memiliki bentuk yang beragam. Pada umumnya bakteri berhubungan dengan
makanan. Adanya bakteri dalam bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak
.kjdiinginkan atau menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau dapat
melangsungkan fermentasi yang menguntungkan.
Kontaminasi dalam praktikum isolasi dan pemurnian mikroba dapat mungkin terjadi jika
kondisi dari alat, bahan maupun prkatikan tidak steril. Oleh karena itu dalam setiap prosedur
kerja, baik saat pengenceran ataupun saat menyebar mikroba ke dalam medium perlu kehati-
hatian agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat merusak hasil percobaan. Setiap pada prkatikum
kali ini, semua cawan biakan bahkan cawan control pun terkontaminasi hal ini dibuktikan pada
cawan control terdapat koloni-koloni bakteri. Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan
tetap hidup merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting didalam mengendalikan
mikroba. Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat
penting di dalam mengendalikan mikroba.

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba:


a. Suplai nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energy
dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah: karbon, nitrogen, hydrogen,
oksigen, sulfur, fosfor, zat besi, dan seju,lah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan
sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada kahirnya
dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi
yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh
berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu prinsip daripada menciptakan lingkungan
bersih dan higienis adalah meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya
terkendali.
b. Suhu atau temperature
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanan:
1. Apabila suhunaik maka kecepatan metabolism naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya
apabila suhu turun, maka kecepatan metabolism akan menurun dan pertumbuhan diperlambat.
2. Apabila suhu naik atau turun secara drastic, tingkat pertumbuhan akan terhenti, komponen sel
menjadi tidak aktif dan rusak sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal diatas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan terhenti.
2. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan optimum
disebut juga suhu inkubasi.
3. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhannya tidak
terjadi.
c. Keasaman atau kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki pH masing-masing dan memiliki pH optimum yang berbeda-beda.
Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran pH 8 dan nilai pH di luar kisaran 2
sampai 10 biasanya bersifat merusak.
d. Ketersediaan oksigen
Mikroorganisme memeilki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen.
Faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi medium adalah:
1. Sterilisasi medium yang kurang sempurna.
2. Medium memenuhi semua kebutuhan nutrient.
3. Proses prkatikum yang tidak aseptis.
4. Lingkungan laboratorium yang kurang steril.

VI. Kesimpulan
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan,
sehingga diperoleh kultur murni. Cara-cara pengisolasian mikroba dengan cara isolasi ke media
padat dan isolasi ke media cair. Teknik-teknik isolasi ke media padat dengan cara agar miring,
teknik sebar, teknik tuang, dan teknik gores.

VII. Daftar pustaka


Bukle, KA., 1987, Ilmu pangan, Universitas Jakarta: Jakarta.
Dwijoseputro, D., 1989, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan: Malang.
Pelzcar dan Chan, 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Pres: Jakarta.
Sumantri, Debby M, dkk., 2009, Diktat Penuntun Prkatikum Mikrobiologi Pangan, Universitas Pajajaran,
bandung.Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan 1, Gramedia Pustaka utama, Jakarta.

IV.2. Pembahasan
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada cawan petri tumbuh mikroba yang
berkoloni. Pada pengenceran 10-7 terdapat dua koloni dan pada pengenceran 10-9 hanya terdapat
satu koloni. Semua koloni yang tumbuh pada cawan petri ini bukan merupakan koloni mikroba
yang diinginkan. Tidak tumbuhnya mikroba yang ingin diisolasi disebabkan karena sampel
“nira” yang digunakan untuk mengisolasi mikroba telah rusak atau terkontaminasi. Nira yang
akan diisolasi ini berubah menjadi asam asetat (cuka)
karena adanya pemecahan sukrosa menjadi gula reduksi yang disebabkan oleh adanya kegiatan
bakteri yang mengkontaminasi nira. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hieronymus.B.S (1993)
yang menyatakan bahwa nira mudah mengalami fermentasi, karena mengandung ragi liar yang
amat aktif. Bila nira terlambat dimasak, rasanya masam dan baunya menyengat. Hal ini
disebabkan terjadi pemecahan sukrosa menjadi gula reduksi dan didukung oleh pernyataan L.
Suhardiyono (1998) bahwa untuk perubahan dari sukrosa sampai alkohol terlibat kegiatan ragi,
dari alkohol ke asam asetat (cuka) terlibat kegiatan bakteri dan hasilnya berupa cuka berasa
asam.
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir dengan karakter fisik yaitu selnya
berbentuk ellipsoid atau silindris, mempunyai koloni berbentuk bulat, berwarna kuning muda,
permukaan berkilau, licin, tekstur yang lunak dan sel bulat dengan askospora 1-8
buah. Saccharomyces cerevisiae mampu hidup pada pH optimum 4-5 dengan tempratur 28-
30°C.
S. cerevisiae bersifat nonpatogenik dan berfungsi sebagai fermentatif kuat, karena jika khamir ini
mendapatkan oksigen maka Saccharomyces cerevisiae mampu mengoksidasi gula menjadi
karbondioksida dan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fardiaz (1992) yang menyatakan
bahwa Saccharomyces merupakan khamir fermentatif kuat. Apabila ada oksigen S.
cerevisiae juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan
air dan didukung oleh pernyataan Hidayat et.al (2006) bahwa s. cerevisiae memerlukan kondisi
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber energi terutama
gula, pH optimum 4-5, temperatur optimum 28-30ºC serta kebutuhan akan oksigen terutama
pada awal pertumbuhan
Bahan yang digunakan pada praktikum isolasi mikroba ini adalah Nira. Nira merupakan
cairan manis yang terdapat pada aren, kelapa dan lontar. Nira tergolong cairan yang sangat
mudah terkontaminasi oleh mikroba seperti khamir atau yang lebih spesifik
adalah Saccharomyces sp. Mudahnya nira terkontaminasi oleh khamir ini di sebabkan karena
nira mengandung nutrisi yang lengkap seperti sukrosa, gula reduksi, lemak, protein dan mineral.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa nira sangat mudah
terkontaminasi karena mengandung nutrisi yang lengkap seperti gula, protein, lemak dan mineral
yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba.
Berdasarkan metode praktikum yang dilakukan, larutan fisiologis dibuat dengan
menggunakan NaCl sebanyak 0,98 gram yang dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 liter.
Sebelum digunakan, larutan fisiologis dimasukkan ke dalam beberapa erlenmeyer
sebanyak 45 mL dan disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit. Larutan
fisiologis yang sudah jadi tersebut kemudian diisi dengan nira yang akan diisolasi. Larutan
fisiologis merupakan larutan yang terbuat dari garam NaCl yang umumnya memiliki kisaran
konsetrasi 0.9% b/v NaCl. Larutan fisiologis digunakan untuk pengenceran suatu sampel agar
sampel tetap berada dalam keadaan steril dan menghindari kontaminan. Karena pertumbuhan
mikroba peka terhadap kondisi pH, maka larutan fisiologis diperlukan karena larutan fisiologis
mampu mempertahankan kondisi pH pada sampel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Trigiantoro
(2014) yang menyatakan bahwa NaCl fisologis digunakan sebagai pengencer
agar suspense sampel tetap steril dan menghindari adanya kontaminan pada sampel. Selain itu,
NaCl fisiologis juga dapat mempertahankan kondisi pH
Beradasarkan metode praktikum yang dilakukan, nira sebanyak 5 ml yang menjadi
sampel untuk isolasi terlebih dulu diencerkan dengan menggunakan larutan fisiologis 45 ml yang
telah dibuat sebelumnya kemudian dipipet sebanyak 0,1 ml kedalam tabung reaksi yang telah
diisi dengan larutan fisiologis 9,9 ml, dan diencerkan lagi sebanyak empat kali dengan
pengenceran 10-3, 10-5, 10-7 dan 10-9.Pengenceran tersebut sebuah metode yang digunakan untuk
mengurangi konsentrasi suatu larutan. Didalam mengisolasi mikroba, pengenceran bertujuan
untuk mengurangi kepadatan mikroba yang di tanam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Faiz
(2009) yang menyatakan bahwa tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri
yang ditanam.
Sterilisasi merupakan salah satu proses pemusnahan mikroorganisme maupun spora
mikroba yang ada pada suatu benda, umumnya fungsi dari sterilisasi ini adalah memusnahkan
bakteri patogen. Dalam praktikum, sebelum melakukan isolasi mikroba, cawan petri, pipet dan
peralatan lain yang akan digunakan untuk isolasi mikroba terlebih dulu dibungkus dengan kertas
kemudian disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit dengan menggunakan autoklaf.
Sterilisasi menggunakan autoklaf ini pada prinsipnya menggunakan panas uap untuk mematikan
mikroorganisme pada peralatan laboratorium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Walton dan
Torabinejad (2008) yang menyatakan bahwa metode sterilisasi yang biasa dilakukan untuk
semua kirgi dan instrumen genggam adalah menggunakan autoklaf uap
atau kimia. Instrument yang telah dibungkus kasa diautoklafkan selama 20 menit pada
suhu 121ºC dan tekanan 15 psi. Ini akan membunuh semua bakteri, spora, dan virus.
Yeast extract agar merupakan salah satu media yang digunakan dalam menumbuhkan
khamir saccharomyces cereviceae yang dibuat dengan menggunakan yeast extract dan agar.
Selain untuk menumbuhkan khamir, media ini juga digunakan untuk menumbukan kapang yang
berasal dari berbagai material. Hal ini sesuai dengan pernyatan Anonim (2013) yang menyatakan
bahwa media yeast extract agar merupakan media yang digunakan untuk kultivasi kapang dan
khamir yang berasal dari berbagai macam material.
Isolasi mikroba dilakukan dengan dua tahapan. Tahapan pertama yaitu pengenceran dan
tahapan kedua yaitu penggoresan pada permukaan media. Isolasi mikroba dengan metode spread
plate atau penggoresan dilakukan untuk menghasilkan koloni bakteri yang terpisah dari suspensi
sel yang pekat. Metode gores atau spread plate dilakukan dengan cara ujung kawat inokulasi
yang membawa mikroba digoreskan dengan bentuk zigzag pada permukaan media dalam cawan
petri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (2005) yang menyatakan bahwa cara
penggresan dapat dilakukan dengan cara ujung kawat imokulasi yang membawa bakteri
digesekkan atau digoreskan dengan bentuk zig-zag pada permukaan agar-agar dalam cawan Petri
sampai meliputi seluruh permukaan.
Agar miring merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menumbuhkan
mikroba, pada praktikum ini, media yang sudah dibuat dipipet ke dalam tabung reaksi kemudian
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah steril baru media
dimiringkan hingga media pada tabung reaksi mengeras. Setelah media pada agar miring jadi,
mikroba yang ingin diisolasi diambil dari cawan petri dengan jarum ose yang kemudian digores
pada permukaan agar miring dengan bentuk zig-zag, media yang telah digores ini baru kemudian
disimpan hingga menjadi isolat murni. Penggunaan agar miring ini bertujuan unuk
meminimalisir adanya pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rusdimin (2013) yang menyatakan bahwa biakan agar miring dapat dilakukan
dengan cara menggoreskan secara zig-zag pada permukaan agar miring menggunakan jarum ose
yang bagian atasnya dilekungkan. Cara ini juga dilakukan ada agar tegak guna meminimalsir
pertumbuan mikroba dalam keadaan kekurangan oksigen.

V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk membuat media tumbuh mikroba, terlebih dulu perlu diketahui jenis mikroba
apa yang akan ditumbuhkan misalnya saja untuk mengisolasi khamir, maka salah
satu media yang dapat digunakan adalah YEG. Untuk membuat media YEG
dibutuhkan yeast sebanyak 3,35 gram dan bacto agar sebanyak 2 gram dan kemudian
dilarutkan dalam 250 ml aquades. Selanjutnya media di sterilisasi menggunakan autoklaf
dengan suhu 121°C selama 30 menit.
2. Untuk mengisolasi mikroba tahap pertama sampel di larutkan dengan larutan dengan larutan
fisiologis kemudian dilakukan pengenceran lalu dilakukan penggoresan pada permukaan media
dan diinkubasi selama 2-5 hari.
V.2. Saran
Saran untuk praktikum ini adalah agar selalu berada dalam keadaan yang steril
dan lebih berhati-hati agar dalam mengisolasi mikroba, mikroba lain yang tidak
diinginkan tidak tumbuh di dalam media pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jutono. 1972. Dasar-dasar Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Yogyakarta.
Gautara dan Soesarsono Wijardi, 1981. Dasar Pengolahan Gula I. Jurusan Teknologi Industri
FATEMETA IPB, Bogor.
Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka
Utama
Landecker, E. M. 1982. Fundamentals of The Fungi. Prentice Hall Inc. New Jersey.
Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Lodder, J., 1970 , The Yeast : A Taxonomic Study Second Revised and Enlarged Edition . The
Netherland,Northolland Publishing Co, Amsterdam
Hidayat. N. et al. 2006. Mikrobiologi Industri. Edisi Pertama. Yogyakarta
Nikon. 2004. Saccharomyces Yeast Cell: Nikon Microscopy. Phease
ContrastImageGalerry.http://www.microscopyu.com/galleries/phasecontrast/saccharomycessmal
l.html
Nurohaianah et al, 2007. Media . UI Press. Jakarta
Pelczar, Michael, J., E.C.S Chan. 1988. Dasar – Dasar Mikrobiologi.UI Press.Jakarta
Ratna, Sri. 2008. Sterilisasai dan cara Penggunanya. Jakarta : Gramedia.
Rusdimin. 2003. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta
Said. 1987. Bioiindustri:Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Melton Putra. Jakarta.
Suhardiyono,L. 1988. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Trigiantoro. 2014. Isolasi Bakteri, Kapang dan Khamir.http://www.scribd.com/doc/87162559/mikro-
4#scribd. Diakses pada tanggal 13 September 2015. Makassar
Yarrow, D. 1984. The Yeast. A Taxonomic Studi. 3rd ed. Elsevier Science Publishers B. V. Amsterdam.

6. PEMBAHASAN
Teknik isolasi mikroba adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar dari
lingkungan alamiahnya. Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara,
substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa
bakteri, khamir, jamur, kapang dll. Populasi mikroba di lingkungan sangan beranekaragam
sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh
koloni tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan
penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah
resistem terhadap suatu antibiotik.atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk
bioremediasi holokarbon (Ani,2002).
Pengisolasian merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-
sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukannya kultur
murni adalah untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri
kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi yang terdiri
dari satu macam mikroorganisme saja.
Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada permukaan
sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis, yaitu NA
miring dan NA tegak. NA miring digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak
digunakan untuk menstimulir pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen. NA
digolongkan pula medium umum sebab dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa jenis
bakteri.

Pada percobaan ini digunakan Na miring dengan menggunakan sampel air sungai. Setelah
dilakukan pengerjaan dan di inkubasi selama 2 x 24 jam, pertumbuhan bakteri pada NA
miring berbentuk spreading. Sedangkan pada NA tegak, dengan sampel yang sama pertumbuhan
bakteri pada NA tegak tersebut berbentuk echinulate.
Pertumbuhan bakteri pada Metode Pour Plate berbentuk Irreguler, elavasinya Flat,
marginsnya Undulate dan permukaannya berkerut. Dan pada Metode streak Plate dengan
menggunakan sampel air sungai. Setelah dilakukan pengerjaan dan di inkubasi selama 2 x 24
jam, pertumbuhan bakteri pada Metode Streak Plate berbentuk circular, elavasinya raised,
permukaannya halus mengkilap, marginsnya Entire.
Isolasi mikroba dilakukan untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.

7. Kesimpulan

Tekhnik isolasi memiliki beberapa macam, yakni dengan metode agar tegak, metode agar
miring, metode streak plate juga metode pourplate. Pada NA miring ditemukan Spreading, pada
NA tegak ditemukan Echinulate . Pada pour plate ,bentuknya irregular, elevasi Flat, margin
Undulate, dengan permukaan berkerut. Streakplate ditemukan bentuk Circular, elevasi Raised,
margin Entire, dengan permukaan halus mengkilap.

8. DAFTAR PUSTAKA

Ani Murniati, 2002. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi.Bogor: IPB Press.


Dwidjoseputro, D. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Imagraph.
Dwyana Z,. Nurhaedar. 2011. Mikroobiologi Dasar. Universitas Hasanuddin. Makassar
Dwyana Z,. Abdullah. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin.
Makassar
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia, Jakarta

Lim, D. 1998. Microbiology. WCB McGraw-Hill. Missouri.

Volk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai