RMK Konsep Auditing

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN LANJUTAN

CONCEPTS IN AUDITING THEORY

Oleh:
1. Agustina Dianova (18201300485)
2. Hendrik sugiyanto (18201300486)

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
2019
TEORI DAN KONSEP DASAR AUDITING

Teori dapat di klasifikasikan berdasarkan sifat menjadi dua:


 Teori normatif merupakan teori yang seharusnya di laksanakan.
 Teori deskriptif merupakan teori yang sesungguhnya di laksanakan.
Tidak seperti pada akuntansi, pada auditing tidak banyak orang yang berbicara tentang teori
auditing sebagai lawan kata praktik auditing. Pada umumnya, orang menganggap auditing hanya
suatu rangkaian prosedur, metode dan teknik. Auditing tidak lebih dari pada sekedar suatu cara untuk
melakukan sesuatu dengan sedikit penjelasan, uraian, rekonsiliasi, dan argumentasi. Meskipun
demikian telah di coba untuk meyakinkan perlunya suatu teori normatif pada auditing. Professor R.
K. Mautz dan H. A. Sharaf dengan bukunya “ The Philosophy of Auditing “, merupakan tokoh
pertama yang melakukan usaha tersebut.
Profesor C. W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan pemikiran dari Mautz dan
Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori adalah sebagai berikut :
1. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian. Sebagai syarat
penting dalam pengembangan disiplin,tidak perlu di periksa kebenaranya lagi, sebagai dasar
pengambil kesimpulan,sebagai dasar membangun struktur teori dan bisa juga dimodifikasi
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.
3. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut.
4. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik
5. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.
Menurut Lee dalam bukunya Corporate Audit Theory ada tiga kelompok postulat sebagai
dasar teori dalam auditing yaitu :
1. Postulat yang berkaitan dengan aspek keberadaan audit.
2. Postulat yang berfokus pada tindakan auditor dan aspek perilaku.
3. Postulat yang berfokus pada prosedur audit atau fungsional audit.
Teori Auditing merupakan tuntunan untuk melaksanakan audit yang bersifat normatif. Konsep
adalah abstraksi-abstraksi yang diturunkan dari pengalaman dan observasi, dan dirancang untuk
memahami kesamaan-kesamaan di dalam suatu subyek, dan perbedaan-perbedaannya dengan subyek
yang lain. Standar Auditing adalah pengukur kualitas, dan tujuan sehingga jarang berubah. sedangkan
Prosedur Audit adalah metode-metode atau teknik-teknik rinci untuk melaksanakan standar, sehingga
prosedur akan berubah bila lingkungan auditnya berubah.
Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar,yaitu:
1. Bukti (Eviden)
Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh pengertian
sebagai dasar untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang di tuangkan dalam
pendapat auditor. Secara umum usaha untuk memperoleh bukti dilakukan dengan cara , yaitu:
a. Authoritarianisme, Bukti diperoleh berdasar informasi dari pihak lain. Misalnya
keterangan lisan manajemen dan karyawan, dan pihak luar lainnya, serta keterangan lisan
tertulis berupa doklumen.
b. Mistikisme, Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar, dan
penelaahan terhadap keterangan dari pihak luar.
c. Rasionalisasi, Merupakan pemikiran asumsi yang diterima. Misalnya penghitungan
kembalioleh auditor, dan pengamatan terhadap pengendalian intern.
d. Emperikisme, Merupakan pengalaman yang sering terjadi. Misalnya perhitungan dan
pengujian secara fisik.
e. Pragmatisme, Merupakan hasil praktik. Misalnya kejadian setelah tanggal selesainya
pekerjaan lapangan.
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (Due Care)
Artinya melakukan pekerjaan dengan sangat hati-hati dan selalu mengindahkan
norma-norma profesi dan norma moral yang berlaku. Konsep kehati-hatian yang di harapkan
auditor yang bertanggung jawab. Dalam auditing tersebut sebagai prudent auditor. Tanggung
jawab yang di maksud adalah tanggung jawab profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Konsep ini lebih di kenal dengan konsep konservatif.
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar
Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak memihak),
tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan,hasil operasi, dan aliran kas perusahaan.
Konsep ini dijabarkan lagi dalam 3 sub konsep, yaitu :
1) Accounting Propriety : berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi tertentu dalam
kondisi tertentu.
2) Adequate Disclosure : berkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapan atau penyajian
informasi
3) Audit Obligation : berkaitan dengan kewajiban auditor untuk independen dalam
memberikan pendapat.
4. Independensi
Merupakan suatu sikap mental yang di miliki auditor untuk tidak memihak dalam
melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan
independen terhadap laporan keuangan yang di periksa dan pembuat dan pemakai laporan
keuangan. Jika posisi auditor terhadap kedua hal tersebut tidak independen maka hasil kerja
auditor menjadi tidak berarti sama sekali.
5. Etika perilaku
Dalam auditing berkaitan dengan perilaku yang ideal seorang auditor profesional
yang independen dalam melaksanakan audit.

A. STANDAR DALAM AUDITING


Standar Auditing, merupakan salah satu ukuran kualitas pelaksanaan auditing. Setiap
standar dalam standar auditing ini saling berkaitn saling tergantung antara yang satu dengan yang
lainnya. Standar tersebut dengan segala bahasa di tuangkan ke dalam sebuah buku yaitu buku
Standar profesional Akuntan Publik (SPAP). Secara lengkap standar auditing adalah sebagai
berikut:
1. Standar Umum,
a. Audit harus di laksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.standar pertama menuntut kompetensi teknis seorang
auditor di tentukan oleh tiga faktor yaitu:
a) Pendidikan formal dalam pendidikan akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk
ujian profesi auditor.
b) Pelatihan bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing.
c) Pendidikan profesional berkelanjutan selama menekuni karir auditor profesional.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. Ada 3 aspek independesi, yaitu :
a) Independensi senyatanya
b) Independensi dalam penampilan.
c) Independensi dari sudut keahliannya atau kompetensinya.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
2. Standar Pekerjaan Lapangan,
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. dalam hal
ini pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien akan di gunakan untuk:
a) Mengidentifikasi salah satu yang potensial.
b) Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah satu yang material.
c) Merancang pengujian substantif.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan dan saling bergantung
satu dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu
standar, dapat berlaku juga untuk standar yang lain. “Materialitas” dan “Risiko Audit” melandasi
penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

Paragraf 4 SPAP SA Seksi 150 menjelaskan bahwa konsep “Materialitas” bersifat bawaaan
dalam pekerjaan auditor independen. Dasar yang lebih kuat harus dicari sebagai landasan pendapat
auditor independen atas unsur-unsur yang secara relatif lebih penting dan unsur-unsur yang
mempunyai kemungkinan besar salah saji material. Misalnya, dalam perusahaan dengan jumlah
debitur yang sedikit, dengan nilai piutang yang besar, secara individual piutang itu adalah lebih
penting dan kemungkinan terjadinya salah saji material juga lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan lain yang mempunyai jumlah nilai piutang yang sama tetapi terdiri dari debitur yang
banyak dengan nilai piutang yang relatif kecil. Dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan
dagang, persediaan umumnya mempunyai arti penting, baik bagi posisi keuangan maupun hasil usaha
perusahaan, sehingga secara relatif persediaan memerlukan perhatian auditor yang lebih besar
dibandingkan dengan persediaan dalam perusahaan jasa. Begitu pula, piutang umumnya memerlukan
perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan premi asuransi dibayar di muka.

Sedangkan paragraf 5 menjelaskan mengenai risiko audit. Pertimbangan atas risiko audit
berkaitan erat dengan sifat audit. Transaksi kas umumnya lebih rentan terhadap kecurangan jika
dibandingkan dengan transaksi persediaan, sehingga audit atas kas harus dilaksanakan secara lebih
konklusif, tanpa harus menyebabkan penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan pihak
tidak terkait biasanya tidak diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi antarbagian dalam
perusahaan atau transaksi dengan pimpinan perusahaan dan karyawan, yang tingkat kepentingan
pribadi dalam transaksi yang disebut terakhir ini sulit ditentukan.

Pengendalian intern terhadap lingkup audit mempengaruhi besar atau kecilnya risiko salah
saji terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Semakin efektif pengendalian intern,
semakin rendah tingkat risiko pengendalian.

Anda mungkin juga menyukai