Kerangka Acuan Kerja Akupresur PKMS LABUAN BAJO
Kerangka Acuan Kerja Akupresur PKMS LABUAN BAJO
Kerangka Acuan Kerja Akupresur PKMS LABUAN BAJO
I. PENDAHULUAN
Dalam undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 pada pasal 59 bahwa pelayanan kesehatan
tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan dan
yang menggunakan ramuan, dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat di pertanggung
jawabkan manfaat dan keamanannya, serta tidak bertentangan dengan norma agama.
Di sisi lain pasal 61 dinyatakan bahwa masyrakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
Undang undang Republik Indonesia No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah
menyatakan bahwa bidang kesehatan merupakan urusan bersama/ konkuren antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya
kesehatan termasuk di antaranya pelayanan kesehatan tradisional.
Pelayanan Kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang selama ini tumbuh dan
berkembang serta terpelihara secara turun temurun di kalangan masyarakat, digunakan sejak
dahulu sampai kini dengan kecendrungan yang terus meningkat.
Komitmen Asean dalam “Declaration of the 7 th Sean Health Ministers” 22 April 2014 di
Penang Malaysia, menghendaki integrasi pelayanan kesehatan tradisional ke dalam sistem
pelayanan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dasar.
Salah satu pelayanan kesehantan tradisional jenis keterampilan yang banyak berkembang adalah
pijat. Pijat telah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu kala sebagai bagian dan upaya untuk
membuat mereka lebih sehat dan telah memberi andil yang cukup besar dalam memenuhi
kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Jenis pijat yang berkembang saat ini diantaranya adalah
akupresur.
Dalam rangka mewujudkan pelayanan akupresur yang dapat dipertanggung jawabkan manfaat
dan keamanaannya, tidak bertentangan dengan norma yang berlaku serta memberikan
perlindungan kepada masyarakat penerima pelayanan, maka dalam penyelenggaraannya perlu
dilakukan pembinaan dan pengawasan. Pembinaan terhadap pelayanan akupresur dilakukan
secara berjenjang oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota, Puskesmas dengan melibatkan Lintas sektor terkait dan Assosiasi pengobat
tradisional pijat, sesuai dengan tugas poko dan fungsinya masing-masing.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Mampu memahami Tatalaksana penyelenggaraan pelayanan akupresur di puskesmas.
B. Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan memahami alur pelayanan akupresur di puskesmas
2) Mengetahui dan memahami tata hubungan kerja sama antar unit pelayanan akupresur
3) Memahami dan melaksanakan pencatatan dan pelaporan pelayanan akupresur
4.Aspek Pembiayaan
Pembiayaan pelayanan kesehatan tradisional akupresur di puskesmas dapat berasal dari
APBD kabupaten/kota, APBD provinsi, APBN, sumber- sumber lain yang tidak
mengikat dan tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasien yang datang ke Puskesmas tetap dilakukan pemeriksaan secara konvensional dan
diagnosis menggunakan ICD X.
Dalam memberikan pilihan pengobatan terdapat tiga pilihan :
1. Konvensional saja
3. Konvensional + Pelayanan Kesehatan Tradisional (komplemet).
Disebut komplemen apabila pelayanan kesehatan tradisional melengkapi pelayanan
kesehatan konvensional.
4. Pelayanan kesehatan tradisional (alternative).
Disebut alternative apabila pelayanan kesehatan tradisional menjadi pengganti pelayanan
kesehatan konvensional dengan indikasi tertentu.
P0LI UMUM
POLI KIA
POLI LAIN
PASIEN
PASIEN PENDAFTARAN PULANG
DATANG
P0LI AKUPRESUR
VI. SASARAN
Sasaran pada akupresure yaitu klien yang memerlukan pelayanan kesehatan tradisional
akupresure dengan cara melakukan pendaftaran untuk mendata identitas klien di buku
pendaftaran.
Adapaun klien yang memerlukan pelayanan akupresure diseleksi layak atau tidak untuk
dilakukan tindakan akupresur, maka klien harus diidentifiksai keluhannya.
a. Tindakan dapat diberikan oleh tenaga kesehatan yang mendapat pelatihan khusus
akupresur
b. Klien yang tidak boleh dilayani akupresur
1) Anak usia dibawah 2 tahun
2) Klien sedang berobat dengan obat pengencer darah
3) Klien diketahui menderita kelainan pembekuan darah
4) Luka bakar pada lokasi akupresur
5) Penyakit infeksi pada kulit, koreng pada lokasi akupresur
6) Penyakit infeksi menular : HIV-AIDS, hepatitis, Typhus dll
7) Kondisi umum klien yang sangat lemah dan penyakit berat lainnya
8) Untuk ibu hamil, pelayanan akupresur hanya dapat dilakukan untuk
perawatan payudara dan mengurangi mual muntah
c. Jenis pelayanan akupresur yang dilayani yaitu :
1. Pelayanan untuk anak diatas 2 tahun
a. Sesak Nafas (asma)
b. Batuk pilek (common cold)
c. Perut kembung (dyspepsia)
d. Gangguan nafsu makan (anoreksia)
e. Mengompol (enuresis)
2. Pelayaanan akupresur untuk wanita
a. Gangguan nyeri haid (Dismenorhea)
b. Ibu hamil (untuk perawatan payudara, mual dan muntah)
c. Perawatan setelah melahirkan (Post partum care)
3. Pelayanan akupresur untuk gangguan kesehatan umum
a. Nyeri gigi
b. Mual (nausea)
c. Sembelit/ susah buang air besar (konstipasi)
d. Susah tidur (insomnia)
e. Relaksasi otot
f. Pemulihan stamina sehabis sakit
g. Arthritis genu (daerah lutut)
1. Pencatatan
Pencatatan yang diperlukan pada pelayanan kesehatan tradisional akupresur meliputi :
a. Pencatatan klien
Pencatatan klien menjelaskan informasi tentang : Identitas klien (nama, umur, jenis
kelamin, alamat), keluhan klien, kunjungan klien baru dan kunjungan lama
2. Pelapaoran
Mekanisme pelaporan dilakukan secara berjenjang dimulai dari praktik mandiri
pengobat tradisional dari griya kesehatan tradisional ke puskesmas. Puskesmas kepada
dinas kesehatan Kabupaten/kota. Selanjutnya dinas kesehatan provinsi ke Kementerian
kesehatan RI yang dilakukan berkala.
3. Evaluasi
Kegiatan monitoring dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan yang berlaku atau
melalui pengamatan langsung, untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana
yang ditetapkan dan keberhasilan kegiatan, disamping melihat hambatan/masalah yang
timbul serta kinerja petugas Puskesmas . Upaya ini dilakukan juga agar terjadi
kesinambungan kegiatan dan peningkatannya.
Evaluasi kegiatan dilakukan melalui pemanfataan data hasil pencatatan dan pelaporan,
pengamatan, langsung ataupun dengan melakukan studi dan atau penelitian khusus untuk
melakukan pengembangan kegiatan selanjutnya. Instrumen monitoring dan evaluasi yang
dipergunakan adalah pencatatan kegiatan dalam Puskesmas serta umpan balik laporan
dari Kabupaten/Kota