Gizi Institusi
Gizi Institusi
Gizi Institusi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
juta penderita malaria klinis di Indonesia dengan 30.000 kematian dilaporkan
melalui unit pelayanan kesehatan di Indonesia setiap tahun.
2
(2010), Timbulnya anemia pada balita selain disebabkan oleh penyakit
malaria juga karena dipengaruhi oleh status gizi pada balita. Malnutrisi
meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi dan angka kematian akibat
penyakit infeksi tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya buruk dan
“Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal
ini disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor
dan banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org 2001).
4
kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk
lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular penyakit pun
bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya
demam berdarah dan malaria.
5
Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam
bentuk laten di dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit
merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat
menyebabkan kumat/kambuh atau rekurensi (long term relapse).
Plasmodium vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai
jangka waktu 3 – 4 tahun. Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat
kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak
dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit
yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)
2. Fase dalam sel darah merah
Fase hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam :
3. Fase sisogoni yang menimbulkan demam
4. Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber
penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada
Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse), karena
siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai akibat
pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke
eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor
malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami
siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit
yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.
5. Fase seksual dalam tubuh nyamuk. Fase seksual ini biasa juga disebut
fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit, yaitu bentuk parasit
yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada manusia. Lama
dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi ekstrinsik,
yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip
6
pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu
dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa
inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung.
Dengan demikian rantai penularan akan terputus
b. Nyamuk Anopheles
Penyakit malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles
vektor betina. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk
Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai vektor malaria. Di
Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk Anopheles, 22 spesies
diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria. Sifat masing-masing
spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti penyebaran
geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya.
Semua nyamuk vektor malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi
setempat, contohnya nyamuk vektor malaria yang hidup di air payau
(Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus), di sawah (Anopheles
aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan Anopheles
maculatus). Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis,
tetapi juga bias hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang
ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari
permukaan laut. Tempat perkembangbiakannya bervariasi (tergantung
spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan
pegunungan. Biasanya nyamuk Anopheles betina vektor menggigit manusia
pada malam hari atau sejak senja hingga subuh.
Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat
perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa
sejauh 20 – 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang,
kapal laut atau angkutan lainnya dan menyebarkan malaria ke daerah yang
7
semula tidak terdapat kasus malaria. Umur nyamuk Anopheles dewasa dialam
bebas belum banyak diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 -5
minggu. Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang
diletakkan nyamuk betina diatas permukaan air akan menetas menjadi larva,
melakukan pergantian kulit (sebanyak 4 kali) kemudian tumbuh menjadi pupa
dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan
(sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2 – 5 minggu tergantung
spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban udara.
c. Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria.
Secara alami penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang
mudah dan ada yang tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala
klinisnya ringan. Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria
hingga kini masih menimbulkan masalah. Sejak dulu, telah diketahui bahwa
wabah penyakit ini sering terjadi di daerah-daerah pemukiman baru, seperti
di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang
datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan
terinfeksi.
d. Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan penyakit
malaria di suatu daerah. Adanya danau, air payau, genangan air di hutan,
persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu
daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena
tempat-tempat tersebut merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk
vektor malaria.
e. Iklim
8
Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam
penularan penyakit malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada
musim kemarau dengan sedikit hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada
saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang terbentuk
merupakan tempat yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk,
populasi nyamuk vektor malaria juga bertambah sehingga kemungkinan
terjadinya transmisi meningkat.
3. Patofisiologi
Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia,
imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan
eritrosit yang terinfeksi pada endotel kapiler.
Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung dari
lama manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit
sewaktu fase skizogom eritrositik dan masuknya merozoit kedalam sirkulasi
darah. Demam mengakibatkan terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh
parasit. Setelah merozoit masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam
turun dengan cepat sehingga penderita merasa kepanasan dan berkeringat
banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang berlebihan,
hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin
malaria yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit
pecah saat melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegali disebabkan oleh
adanya peningkatan jumlah eritrosit yang ter infeksi parasit sehingga terjadi
aktivitas system RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terifeksi
maupun yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler disebabkan
karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya
dalam kapiler terganggu sehingga mekat pada endotel kapiler, timbul
9
hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga terjadi gangguan integritas kapiler
sehingga terjadi pembesaran plasma. Monosit atau makrofag merupakan
partisipan selalu terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi
(Soegijanto, 2004).
4. Penularan dan Penyebaran
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat,
sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah
manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh
nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk
tersebut.
Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu:
a. Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.
b. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.
c. Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan,
kehutanan dan pegunungan.
10
gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang
kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada
lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut
siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada
dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia
tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.
b. Penularan tidak alamiah (not natural infection)
1. Malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria.
Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)
2. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik.
5. Gejala Klinis
Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam
diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium
imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya
infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi,
sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit
dalam darah disebut periode prepaten.
a. Gejala klinis
Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria),
yaitu:
1. Periode dingin.
Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
11
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
2. Periode panas.
Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi
meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini
lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan
keadaan berkeringat.
Demam disebabkan oleh pecahnya entrosit matang yang berisi skizon
yang mengandung merozoit memasuki sirkulasi darah. Pada plasmodium
falcifarumnterval demam tidak jelas (setiap 24-48 jam). Plasmodium vivax
dan Plasmodium ovale interval demam terjadi setiap 48 jam dan Plasmodium
malariae setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
3. Periode berkeringat.
Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur
turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat
dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat
endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan
gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini
merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa
penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah
beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan
secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil. Keluhan
pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita
tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut:
gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat
12
tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran
pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum,
warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang
sampai tidak ada.
B. Penatalaksanaan Diet
a. Jenis diet
Jenis diet untuk penyakit malaria sangat tergantung pada keadaan
pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima
makanannya. Jenis diet yang diberikan yaitu diet TKTP.
b. Tujuan diet
1. Memenuhi kebutuhan energi protein dan cairan untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh
2. Menambah berat badan secara bertahap
c. Syarat diet :
1. Energi diberikan sesuai kebutuhan pasien
2. Protein diberikan sesuai kebutuhan pasien
3. Cairan diberikan diberikan sesuai kebutuhan
13
BAB III
A. Skrining Gizi
SKRINING GIZI ANAK Nama : An.D Instalasi : BB : 35 kg
Pediatric Yorkhill Malnutrition Tgl lahir : 29/11- Ruang : Anak TB : 165 cm
Score (PYMS) 2003 Kelas :1 Melati IMT : 75 %
14
Langkah 4 apakah status gizi Tidak 0
anak akan
Ya : 1√
dipengaruhi oleh
- Penurunan intake dan atau
penyakit/kondisi
- Peningkatan kebutuhan dan atau
kesehatan
- Peningkatan kehilangan
setidaknya untuk 1
Ya, tidak ada intake (atau hanya 2
minggu kedepan
beberapa sendok/hisapan ASI/Susu
formula)
Umur (th) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
L: 15.0 14.5 14.0 13.5 13.5 13.5 13.5 13.5 14.0 14.0 14.5 14.5 15.0 15.5 16.0 16.5 17.0 17.0
P: 15.0 14.0 13.5 13.0 13.0 13.0 13.0 13.0 13.0 13.5 14.0 14.5 15.5 15.5 16.0 16.5 17.0 17.0
15
B. Rencana Asuhan Gizi
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PGAT)
RSUD Dr. H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE
Nama: An. D Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 14 thn Nomor Register: -
Assesment Intervensi Rencana
Diagnosa Gizi Monitoring
Data Dasar Identifikasi Masalah Terapi Diet Terapi Edukasi
Evaluasi
Diagnosa Medis: Jenis Diet : Tujuan : Antropometri:
Malaria Malaria Diet TKTP I Agar pasien dan BB/hr
keluaga :
Keluhan Utama: Tujuan Diet: 1. mengerti makanan Biokimia:
Badan Lemas, pusing, Badan Lemas, 1. Memenuhi yang dapat di DDR/3 hr
nyeri dan gangguan pusing, nyeri dan kebutuhan energy konsumsi dan tidak Hb/3 hr
mobilitas tidur gangguan mobilitas protein dan cairan dapat dikonsumsi
tidur untuk mencegah 2. dapat menjalankan Fisik/Klinis:
Riwayat Penyakit dan mengurangi diet yang TD/hr
dianjurkan dengan
Sekarang: kerusakan jaringan RR/hr
benar
Pusing, lemas, nyeri dan Pusing, lemas, nyeri tubuh N/hr
gangguan mobilitas tidur. dan gangguan Sasaran : Suhu/hr
16
Jenis obat yang diminum mobilitas tidur 2. Menambah berat Pasien
yaitu sucral Fate (sirup) badan secara Dietary:
dan kina (injeksi siang) bertahap Makanan /hr
Waktu :
15 menit
Riwayat Penyakit Syarat Diet : Edukasi:
Dahulu: - Metode :
1. Energi diberikan Konseling
Konsultasi
sesuai kebutuhan
Riwayat Penyakit
Keluarga : - pasien yaitu 1.925 Alat Bantu :
Leaflet
kkal/hr
Skrining Gizi
2. protein diberikan Materi :
Antropometri: (A)
sesuai kebutuhan 1. Diet TKTP I
Umur: 14 thn
pasien yaitu 35 2. Menjelaskan
TB :165 cm
gr/hr tentang gizi
BB : 35 kg
NC-3.1 3. cairan diberikan seimbang pada
BBI : (7n-5)/2
Berat badan kurang diberikan sesuai remaja
: (7 x 14 – 5)/2
barkaitan dengan kebutuhan yaitu 3. bahan makan yang
: 93/2
peningkatan kebutuhan 2.450 ml/hr dianjurkan dan
: 46.5 kg
energy yang ditandai tidak dianjurkan
Status gizi :
dengan status gizi Perhitungan
= BBA/BBI x 100%
kurang yaitu 75 %. Kebutuhan:
= 35/46.5 x 100
17
= 75 % (N: 90-110%) E = 55 x BB
(status gizi kurang) Status gizi kurang = 55 x 35
= 1.925 kkal/hr
Biokimia: (B) P = 1.0 x BB
- DDR (+) (+) = 1.0 x 35
- Hb : 13.0 gr/dl (N:14- Hb ↓ = 35 gr/hr
18 gr/dl) Cairan = 70 x BB
= 70 x 35
Fisik/Klinis: = 2.450ml/hr
- TD 113/77 (N:120/80 TD ↓
Mmhg )
- N: 92 x/m (80-100 Cara pemesanan
x/m) Diet
- Suhu: 36.5 0C (N:36- Jenis Diet :
37 0C) Diit TKTP I
- RR: 22 x/m (20-30
x/m) Bentuk makanan :
biasa
18
Riwayat Gizi Sekarang
:
- Pasien diberikan diet
TKTP dalam bentuk
makanan lunak dan
biasa dari Rumah Sakit
- Pasien mengkonsumsi
makanan dari rumah
sakit. Nafsu makan
pasien cukup baik, serta
tidak memiliki alergi
makanan.
Menu makan pasien
yaitu :
Pagi pukul 06.00:
- Nasi 100 gr (1 centong)
- Telur rebus 40 gr (1 btr)
- Sayur campur 50 gr (5
sdm)
- Air putih 100 ml (3/4
19
gls)
- Apel 70 (1 bh kcl)
Snack pukul 10.00:
- Susu 100 ml (1/2 gls)
Siang pukul 12.30:
- nasi 100 gr (1 centong)
- Ikan goreng 40 gr (1 ptg
sdg)
- Tumis kcg pnjng 30 gr
(3 sdm)
- Air putih 100 ml (1/2
gls)
Snack sore pukul
16.00:
- Apel 38 gr (1/2 bh)
- Pisang mas 50 gr (2 bh)
Malam pukul 18.00:
- nasi 100 gr (1 centong)
- Ikan goreng 30 gr (1 ptg
sdg)
20
- Tahu goreng 20 gr (1 bj)
- Air putih 100 ml (1/2
gls)
- Susu 100 ml (1/2 gls)
- Pisang mas 25 gr (1 bh)
21
1x makan ± 100-200
gr atau 1-2 centong
nasi
Lauk hewani yang
sering dikonsumsi
adalah ikan 7x/
seminggu yang
digoreng saus, telur
ayam 1-3x/seminggu
x/seminggu
Lauk nabati yang
sering dikonsumsi yaitu
tahu dan tempe 3-4
x/seminggu digoreng
dan saus
Sayuran yang sering
dikonsumsi yaitu tumis
kangkung dan sayur
sup 3-5x/seminggu
sebanyak 30-40 gr
22
Pasien konsumsi buah-
buahan sesekali, buah
yg sering konsumsi
buah papaya dan
pisang dalam sekali
makan sekitar 50-100
gr
Sosial Ekonomi :
An.H berasal dari Bacan,
anak ke 3 dari 4
bersaudara. Statusnya
sebagai pelajar. Ayah
pasien bekerja sebagai
PNS dan ibu nya sebagai
IRT.
23
Supervisor Klinik Instruktur Klinik
24
RSU Dr. H. CHASAN BOESOERIE TERNATE
CATATAN ASUHAN GIZI
RESUME PAGT
(Implementasi Gizi)
Nama: An. D Jenis Kelamin: laki-laki
Umur: 14 thn Nomor Register:
Jenis Diet Porsi Makanan Pasien Distribusi Makanan Pasien Edukasi dan
Observasi distribusi di Observasi distribusi Konseling Gizi
penyelenggaraan di ruangan
makanan
Nama Diet : Pagi pukul 06.00: Sistem Distribusi : Tenaga Distribusi : Waktu :
Diet TKTP I - Nasi 100 gr (1 centong) Sistem Desentralisasi Pramusaji 15 menit
25
- Susu 100 ml (1/2 gls) Pukul 18.00 dorong/troli Materi :
Siang pukul 12.30: Cara Pemorsian 1. Pengertian diet
Makanan: Alat makanan : TKTP
- nasi 100 gr (1 centong)
Pemorsian sesuai dengan Piring makan pasien 2. Tujuan diet TKTP
- Ikan goreng 40 gr (1 ptg diet sendiri 3. Prinsip dan syarat
sdg) diet TKTP
Alat Distribusi : 4. Makanan yang
- Tumis kcg pnjng 30 gr (3
Rantang dan kereta diperbolehkan tidak
sdm) dorong/troli diperbolehkan
- Air putih 100 ml (1/2 gls)
- kecil)
- Ikan goreng 40 gr (1 ptg
sdg)
- Tahu goreng 20 gr (1 bj)
- Air putih 100 ml (1/2 gls)
- Susu 100 ml (1/2 gls)
- Pisang mas 50 gr (2 bh)
Supervisor Klinik Instruktur Klinik
26
BAB IV
HASIL MONITORING DAN EVALUASI
RSU DR. H. CHASAN BOESOERIE TERNATE
CATATAN ASUHAN GIZI
RESUME PAGT
Nama: An. D Jenis Kelamin: laki-laki
Umur: 14 thn Nomor Register:
27
= BBA/BBI x 100%
= 35/46.5 x 100
= 75 %
(status gizi kurang)
28
Supervisor Klinik InstrukturKlinik
29
BAB V
PEMBAHASAN
A. Rencana Terapi
Pasien didiagnosa menderita penyakit malaria. Pasien diberikan diet
TKTP I, dengan energy 1.925 kkal/hr, protein 35 gr/hr dan cairan 2.450
ml/hr. Bentuk makanan yang diberikan yaitu makanan biasa. Pasien berusia
14 tahun dengan berat badan 35 kg dan tinggi badan 165 cm. status gizi
pasien yaitu gizi kurang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien recall 24 jam
selama 3 hari diperoleh hasil asupan pasien yaitu:
1. hari ke-I energi 1611 kkal (83.8%), protein 34.9 gr (99.7%).
2. Hari ke-II energi 1626 kkal (84,4%), protein 39.9 gr (114%).
3. Hari ke-III energi 1765 kkal (91.6%), protein 35.2 (100.4%)
30
B. Hasil Monitoring Skrining Gizi
Monitoring dilakukan selama 3 hari yang meliputi konsumsi energi
dan zat gizi pasien, perkembangan antropometri, perkembangan pemeriksaan
laboratorium, perkembangan pemeriksaan fisik dan dietery pasien selama 3
hari di rumah sakit.
a. Asupan energy
2000
1925 1925 1925
1900
1800 1765
Standar kebutuhan
1700 asupan
1611 1626
1600
1500
Hari I Hari II Hari III
31
b. Asupan protein
Grafik 2.
Asupan protein 3 Hari
50
39.9
40 35 34.9 35 35 35.2
30
Standar kebutuhan
20 asupan
10
0
Hari I Hari II Hari III
32
dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan.
Table 1.
Perkembangan Pengukuran Antropometri
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan
BB 35 kg
TB 165 cm
BBI 46.5
Status Gizi Kurang
Dari table tersebut terlihat bahwa status gizi pasien sesuai dengan
pengukuran antropometri BB dan TB. Pasien memiliki status gizi kurang.
DDR +
33
Berdasarkan dari tabel tersebut terlihat bahwa pasien memiliki
pemeriksaan laboratorium yang tidak normal (+) disebabkan karena pasien
sudah memiliki penyakit yaitu malaria.
Table 3.
Pemeriksaan Fisik/Klinis
34
Dari tabel tersebut dijelaskan bahwa pada pemeriksaan fisik/klinis
semua tem normal kecuali tekanan darah pasien rendah.
35
2. Rencana tindak lanjut
a. Diet awal yang diberikan sebelum intervensi
Pemberian energy dan zat gizi lain sudah berdasarkan kebutuhan
pasien. Dari hasil recall pasien sering diberi makanan dari luar rumah sakit.
Keluarga pasien diberi konsultasi dan motivasi tentang peranan
makanan untuk proses penyembuhan penyakit.
b. Diet setelah intervensi
setelah intervensi, pasien diberikan makanan lunak maupun makanan
biasa, kemudian berdasarkan hasi anamnesis dan pengamatan makanan
pasien hari ke 3 selama intervensi diketahui bahwa asupan pasien meningkat
secara bertahap. Ini menunjukan bahwa hasil motivasi dan edukasi terhadap
diet yang diberikan mendapat respon yang baik dari keluarga pasien.
36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah :
1. Pasien An.D diagnosa medis yaitu penyakit malaria
2. Pasien diberikan diet TKTP I, bentuk makanan biasa
3. Diagnose gizi yang ditetapkan adalah NC-3.1 Berat badan kurang
barkaitan dengan peningkatan kebutuhan energy yang ditandai
dengan status gizi kurang yaitu 75 %
4. Edukasi yang diberikan kepada keluarga pasien adalah konseling gizi
tentang diet TKTP I.
B. Saran
37