Kel 9 Makalah Donor Sperma Dan Surrogate Mother
Kel 9 Makalah Donor Sperma Dan Surrogate Mother
Kel 9 Makalah Donor Sperma Dan Surrogate Mother
Disusun Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim pembimbing stase Baitul Insan Kamil
Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Dipresentasikan dihadapan
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“(yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut, Dia
(Zakaria) berkata, “ Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku
3
telah dipenuhi uban, dan aku belum kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya
Tuhanku. Dan sungguh, aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, padahal
istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu”
Menurut Fatwa MUI hasil komisi fatwa tanggal 13 Juni 1979 di Jakarta,
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia memfatwakan sebagai berikut :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah
agama.
2. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang
rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya antara anak yang
dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian
melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah, sebab hal ini akan
menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab
maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
4. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri
4
yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah
, yaitu untuk menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
Dalam islam sewa rahim dikenal dengan al-‘Ummu al-musta’jin atau al-
‘Ummu al-badilah atau dikenal juga dengan sebutan ar-rahmu al- musta’jin.
Dalam pengertian sewa rahim ini melibtkan pihak kedua yaitu wanita yang
menyewakan rahimnya kepada pasangan suami istri yang tidak memiliki
keturunan dengan membayar sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Maka
dapat diartikan istilah dari “sewa rahim” merupakan pemakaian (peminjaman)
kandungan dengan syarat memberi/membayar uang sewa sesuai keputusan
kedua belah pihak(Selian, 2017).Sewa Rahim atau yang dikenal sebagai ibu
pengganti/surrogete mother menurutkamus ringkas kedokteran diartikan
sebagai seorang perempuan yang telah di kontrak untuk mengandung bagi
perempuan atau pasangan lain(Dirckx, 2004).
Dari Ruwaifi’ bin Tsabit al-Anshari berkata, ketahuilah bahwa aku tidak
berkata kepada kalian kecuali apa yang aku dengarkan dari Rasulullah shallallohu
'alaihi wasallam, beliau bersabda pada hari Hunain, “Tidak halal bagi seseorang
yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyiramkan airnya ke ladang
orang lain.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad, dihasankan oleh al-
Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 6507.
5
Dari beberapa firman Allah swt dan hadist- hadist diatas maka perlu
diperjelas bagaimana pandangan islam terhadap donor sperma dan surrogate
mother sebagai mana yang sudah tidak asing lagi bagi manusia di zaman
sekarang.
B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari Donor sperma dan Surrogate Mother
2. Mengetahui manfaat dari Donor sperma dan Surrogate Mother dari segi
kesehatan
3. Mengetahui hukum melakukan Donor sperma dan Surrogate Mother
dalam sudut pandang Islam
6
BAB II
ILUSTRASI KASUS
7
BAB III
1. Surrogate Mother
8
Memiliki gangguan jantung atau paru-paru yang dapat membahayakan
keselamatan jika terjadikehamilan atau melahirkan
Tidak dapat hamil dengan teknik bayi tabung
Tidak dapat mengadopsi anak karena status pernikahan , usia, atau
orientasi seksual(Sonny Dewi Judiasih, 2017)
9
6. Biaya
Calon orangtua harus memikirkan dn menanggung biaya mulai dari
pemeriksaan awal, proses kehamilan, jasa kehamilan, hingga perawatan
setelah melahirkan(Hoda ahmari tehran, 2014).
E. METODE
Terdapat dua macam metode ibu pengganti yang dapat dilakukan. Pertama
pengganti tradisional, adalah metode dengan inseminasi buatan dengan
menyuntikkan sperma ayah ke sel telur rahim wanita yang menjadi ibu
pengganti. Kedua, penganti gestasional. Merupakan metode In Vitro
Fertilitation (IVF). Dengan menggunakan sel telur dan sperma kedua
pasangan suami istri untuk kemudian diletakkan di dalam rahim calon ibu
pengganti. Dengan kata lain, tidak ada hubungan genetik(Hoda ahmari tehran,
2014).
10
2. Donor Sperma
11
2. Seseorang memiliki kondisi masalah ejakulasi, seperti : sklerosis
multiple, diabetes.
3. Seseorang yang menjalani chemotherapy atau radiasi yang akan
mengurangi atau merusak produksi dan kualitas sperma.
4. Seseorang akan bekerja didaerah terpapar racun reproduktif.
5. Seseorang akan menjalani vasektomi(Warner, 2008).
12
riw.genetik yang tidak jelas. Selain itu dapat munculkan masalah sosial
dikemudian hari, termasuk medikolegal.
Adanya bank sperma memungkinkan seorang laki-laki dapat
menyumbangkan spermanya kepada beberpa perempuan berbeda tanpa
status pernikahan. Jika anak dari hasil inseminasi tersebut tumbuh dewasa
dan menikah dengn seseorang yang ternyata berasal dari satu sperma yang
sama, maka berisikotinggi memiliki keturunan yang cacat. (Mobtadin,
2016) .
13
BAB IV
Donor sperma merupakan salah satu hal yang bertentangan dalam agama
islam. Oleh karena itu, demi kehati-hatian para Ulama’ mengharamkannya
dikarenakan berhubungan dengan perbuatan zina. Diantara yang mengharamkan
adalah Lembaga fiqih Islam, OKI, Majelis Ulama (MUI), Muktamar Tarjih
Muhammadiyah ke 21 di Klaten pada 6-11 April 1980, Muktamar NU ke 28 pada
November 1989, Mahmd Shaltut, Yusuf Alqordhowi, Alribasyi, dan Zakariya
Ahmad Albari dengan pertimbangan dikhawatirkan adanya pencampuran nasab
dan hal-hal yang tidak diinginkan (SK MUI No: Kep-925/MUI/XI/1990)
(Mobtadin, 2016).
14
“ Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali
budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu)
sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang
demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan
untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri)
diantara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan
sempurna),sebagai suatu kewajiban, dan tiadalah mengapa bagi kamu
terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya,sesudah
menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
bijaksana.” (QS An-nisa : 24)
B. Sedangkan dari sisi lain, ada mudharat yang terkandung didalamnya antara
lain :
15
- Percampuran nasab, padahal islam sangat menjaga kesucian atau
kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab itu ada
kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan
- Bertentangan dengan sunnatullah
- Inseminasi buatan dengan donor pada hakikatnya sama dengan
prostitusi, karena terjadinya percampuran sperma dan ovum tidak
dalam ikatan perkawina yang sah
- Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik
dalam rumah tangga
- Anak hasil inseminasi buatan lebih banyak unsur negatifnya daripada
anak adopsi
- Anak hasil inseminasi buatan lahir tanpa melalui proses kasih sayang
yang alami, terutama inseminasi buatan melalui ibu titipan yang
menyerahkan bayi nya kepada pasangan suami istri yang punya
benihnya sesuai dengan kontak, tidak terjadi hubungan keibuan secara
alami (Utomo, 2003).
Surrogate mother adalah istilah ibu pengganti, yaitu seorang wanita yang
membesarkan zigot atau embrio hingga bayi itu lahir, yang mana zigot atau
embrio tersebut berasal dari sperma dan ovum yang dititipkan oleh pasangan
suami istri lain (Hidayat 2016).
َت أَفَبِّ ۡٱل َٰبَ ِّط ِّل ي ُۡؤ ِّمنُون ٱَّللُ َجعَ َل لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِّس ُك ۡم أ َ ۡز َٰ َو ٗجا َو َجعَ َل لَ ُكم ِّم ۡن أ َ ۡز َٰ َو ِّج ُكم بَنِّينَ َو َحفَدَ ٗة َو َرزَ قَ ُكم ِّمنَ ٱل ه
ِّ ِۚ طيِّ َٰ َب َو ه
٧٢ َٱَّللِّ ه ُۡم َي ۡكفُ ُرون ت ه ِّ َو ِّبنِّعۡ َم
16
Artinya : Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah? (QS An-Nahl : 72)
17
b. H. Ali Akbar, menyatakan bahwa boleh menitipkan bayi tabung pada
wanita surrogate mother, karena tidak bisa mengandung karena rahimnya
mengalami gangguan. Menyusukan anak kepada wanita lain di
perbolehkan dalam islam dan boleh diupahkan. Nabi dahulu juga disusui
oleh Halimatun Sa’diyahhal, hal itu disamakan dengan diperbolehkan
memberikan upah kepada wanita yang meminjamkan rahimnya.
c. H. Salim Dimyati memberikan pendapat bahwa Bayi tabung yang
menggunakan sel telur dan sperma dari suami yang sah, lalu embrionya di
titipkan kepada ibu pengganti, maka setelah anak itu lahir statusnya adalah
anak angkat, tidak ada hak mewarisi dan di warisi (Selian 2017).
18
c. Syaikh Mahmud Syaltut (1963) berpendapat , jika inseminasi itu dari
sperma laki-laki lain yang tidak terikat akad, maka hal tersebut merupakan
suatu perbuatan yang sangat buruk dan suatu kejahatan yang lebih munkar
dari memungut anak.
d. Menurut Mu’tamar Tarjih Muhammadiyah tahun 1980 Tidak dibenarkan
menurut hukum Islam, sebab menanam benih pada rahim wanita lain
haram hukumnya sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya :
“Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat
menyirami airnya ke ladang orang lain.” Demikian pula di haramkan
karena (1) Pembuahan seperti itu termasuk kejahatan yang menurunkan
martabat manusia, dan (2) Merusak tata hukum yang telah di bina dalam
kehidupan masyarakat.
e. Pendapat Munas Alim Ulama’ (NU) Di Sukorejo Situbondo Tahun 1983,
Tidak sah dan haram hukumnya menyewakan rahim bagi suami istri yang
cukup subur dan sehat yang menginginkan seorang anaka namun kondisi
rahim istri tidak bisa untuk mengandung seorang bayi. Selain hadis di atas
para ulama’ peserta munas berdasarkan hadis Nabi yang terdapat pada
Tafsir Ibnu Katsir Juz 3/326:
Rasulullah bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik di
bandingkan seseorang yang menaruh spermanya di rahim wanita yang
tidak halal baginya”.
f. Hasil sidang Lembaga Fiqh Islam OKI III di Yordania tahun 1986
Memutuskan bahwa sewa rahim itu adalah haram hukumnya dan di larang
mutlak bagi dirinya karena akan mengakibatkan percampuran nasab dan
hilangnya keibuan dan halangan-halangan syar’i lainnya. Dan begitu pula
tidak di perbolehkan menitipkannya ke rahim istri yang ke dua, ketiga dan
seterusnya bagi yang poligami.
g. Prof. Dr. Said Agil Husin Al-Munawar, MA, berpendapat bahwa
walaupun sewa rahim memiliki manfaat namun keburukan atau masfadah
yang di akibatkan jauh lebih besar dari pada manfaatnya, yaitu akan
menimbulkan kacaunya status anak. Selain itu menimbulkan
19
persengketaan yang akan timbul antara kedua ibu. Sehingga menurut Prof.
Dr. Said Agil, hukum penyewaan rahim tidak di benarkan (Haram).
Dari penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa anak yang
dilahirkan oleh surrogate mother berdasarkan hukum islam dan penentuan
nasab, anak tersebut adalah hasil dari persetubuhan yang terselubung (bisa
dikatakan zina), sehingga anak tersebut dinasabkan pada ibunya. Para ahli
fiqih membuat pertemuan yang diselenggarakan di Kuwait untuk
membahas tentang surrogate mother, dengan hasil itjihad tersebut
menyatakan bahwa pembuahan berdasarkan konsep sewa rahim tersebut
dapat diterima asalkan para pihak melakukannya dalam ikatan perkawinan
tanpa campur tangan pihak lain. Hal tersebut sesuai dengan Surat
Keputusan MUI No : Kep. 952/MUI/1990 tentang inseminasi buatan yang
pada intinya bahwa inseminasi buatan yang diambil dari pasangan suami –
istri untuk istri – istri yang lain hukumnya haram. Para Ulama’ bersepakat
tentang pengharaman sewa rahim dalam keadaan berikut:
- Menggunakan rahim wanita lain selain isteri;
- Percampuran benih antara suami dan wanita lain;
- Percampuran benih isteri dengan lelaki lain;dan
- Memasukkan benih yang disenyawakan selepas kematian suami isteri.
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22