Program PMKP 2018
Program PMKP 2018
Program PMKP 2018
Buku Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien ini telah disusun dan disesuaikan
dengan kebijakan dan panduan menurut Undang-undang dan Peraturan yang berlaku. Bila
diperlukan. Akan dilakukan revisi sesuai ketentuan yang berlaku.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna dengan mengutamakan
kesembuhan, dengan berpedoman kepada usaha promotive, preventive, curative,
rehabilitative.
BAB II
PROGRAM KERJA
Program kerja Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) RS Juanda adalah
sebagai berikut :
1. Pembentukan Tim Mutu dan Keselamatan Pasien.
2. Pemantauan, pelaporan dan evaluasi indikator PMKP yang sudah ditetapkan, mencakup
indikator klinis, indikator manajemen, indikator sasaran keselamatan pasien dan indikator
international liberary measurement.
3. Pelaksanaaan rancangan klinis baru melalui pelaksanaan ROOT Cause Analysis (RCA),
Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan Clinical Pathways.
4. Melaksanakan Standar Keselamatan Pasien, Menetapkan Sasaran Keselamatan Pasien dan
Pelaksanaan 7 langkah keselamatan pasien.
5. Pelaksanaan Andit Medik.
6. Penerapan Manajemen Resiko.
7. Penerapan dan Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien.
8. Pelaksanaan Pengelolaan Data (manajmenen data) dengan bantuan teknologi informasi.
9. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
10. Pelaksanaan Survey Kepuasan Pelanggan.
11. Monitoring, Evaluasi, Analisis dan Pelaporan Internal dan Eksternal kegiatan mugu dan
keselamatan pasien.
Direktur Utama
2.2 Pemantauan dan Pelaporan Indikator Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Kriteria indikator yang di jadikan indikator mutu dan keselamatan pasien adalah :
1. Diambil dari indikator-indikator dari Kementrian Kesehatan,Kementrian Keuangan,
Standar Minimal Pelayanan Rumah sakit, dan lain-lain.
2. Indikator dari unit kerja-unitkerja yang dirasakan penting dan menunjang kepada
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
3. Indikator-indikator ini harus SMART (Spesifik, Measurable, Attainable, Relevant and
Timely)
Indikator tersebut di masukan dalam area-area indikator klinis, indikator manajemen,
indikator sasaran keselamatan pasien dan indikator library measurement,pemantauan ini
dilakukan oleh tim mutu dan keselamatan pasien bekerjasama dengan unit/instalasi terkait,
pemilihan indikatorini juga berdasarkan high risk, high volume dan high cost, maka
direktur utamamenentukan indikator-indikator mutu dan keselamatan pasien seperti pada
rancangan tabel klinis baru.
Pemantauan pelaksanaan keselamatan pasien ini dilakukan oleh tim mutu dan
keselamatan pasien bekerjasama dengan manajemen dan unit/instalasi terkait. Terkait
didalamnya adalah pelaporan insiden keselamatan pasien, kejadian sentinel, kejadian nyaris
cedera, kejadian tidak diharapkan.
Keselamatan Pasien
Direktur menetapkan tim mutu dan keselamatan pasien RS.
Komite menerapkan 7 langkah keselamatan pasien.
Pelaporan insiden dilakukan oleh unit/instalasi terkait kepada tim mutu dan
keselamatan pasien.
2..4.4 Contoh Daftar Identifikasi Insiden Keselamatan Pasien yang harus dilaporkan
setiap instalasi rumah sakit
1. Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak sengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian
Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan
Kejadian Potensial Cedera.
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar kepasien,
tetapi tidak timbul cedera.
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
6. Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian, cedera
permanen, atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk
mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait
dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien.
2.9 Pelaksaan Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien
Pendidikan dan pelatihan peningkatan mutu dan keselamatan pasien di selengggarakan oleh
Kasie pendidikan dan penelitian dengan instalasi pendidikan dan pelatihan atas usulan Tim
mutu atau dari pokja PMKP yang disetujui Direktur Utama rumah sakit adapun alur usulan
ini adalah :
Masing-masing unit/komite/tim mengajukan pelatihan yang akan dilakukan.
Usulan akan direkapitulasi oleh direktur medik.
Direktur medik mengajukan usulan kepada direktur Utama melalui Diklit.
Kegiatan diklat dievaluasi untuk perbaikan usulan diklat tahun berikutnya.
Adapun jenis pelatihan untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah :
1. Pelatihan Mutu dan Keselamatan Pasien.
2. Pelatihan Manajemen Data.
3. Pelatihan Epidemiologi.
4. Pelatihan mutu dan keselamatan pasien bagi Direksi.
5. Pelatihan terkait keselamatan pasien dan lain-lain.
2.11 Penerapan Mutu dan Keselamatan Pasien pada seluruh aktifitas pelayanan meliputi
penapisan teknologi kesehatan, alih teknologi, sumber daya manusia profesional dan kerja
sama dengan pihak lain.
Penerapan mutu dan keselamatan pasien ini juga harus dilaksanakan di seluruh aktiftas
pelayanan rumah sakit mulai dengan penggunaan/pembelian alat medis, penerapan
prosedur tindakan, prosedur terapi, pemakaian obat baru,penelitian dengan menggunakan
objek pasien melalui penapisan teknologi kesehatan, penerapan alih teknologi pada
pelayanan rumah sakit harus juga bermutu dan berorientasi pada keselamatan pasien,
sumberdaya manusia profesionalharus juga dengan prosedur yang baik, serta kerjasama
dengan pihan lain misal mou dengan rumah sakit lain, kerjasama penunjang
medik,kerjasama alat kesehatan, dan pengadaan sarana prasarana juga bermutu dan
berorientasi pada keselamatan pasien.
2.12 Monitoring, Evaluasi, Analaisis dan Pelaporan Internal dan Eksternal kegiatan Mutu
dan keselamatan pasien
Pelaporan dan evaluasi indikator mutu dan keselamatan pasien adalah untuk menilai
indikator mutu dan keselamatan pasiensehingga mutu pelayanan dapat meningkat. Dalam
pelaksanaannya supaya data tercatat dengan baik maka setiap ruang disediakan formulir, antara
lain:
Jenis Formulir Kegunaan Pelaksanaan
Lembar pengumpulan Dokumen data indikator Ruang rawat inap
data klinik
Formulir Formulir sensus harian Laboratorium, Apotik,
Kamar Operasi, Rekam
medik
1. Petugas pencatat adalah penanggung jawab pada unit pelayanan atau petugas yang sudah
ditunjuk.
2. Pada akhir bulan penanggung jawab pada unit menyerahkan hasil formulir sensus harian
kepada Kepala unit yang kemudian diteruskan ke Instalasi Pengolahan Informasi dan
Dokumentasi.
3. Data dikumpulkan dan didirekapitulasi oleh Instalasi Pengolahan Informasi dan
Dokumentasi.
4. Hasil rekapitulasi kemudian dilaporkan kepada Tim Mutu dan Keselamatan Pasien
(PMKP) Rumah Sakit.
5. Tim peningkatan mutu Rumah Sakit memvalidasi data tersebut oleh sub validasi data dan
selanjutnya menganalisa data dan memberikan rekomendasi-rekomendasi. Selanjutnya
melaporkan hasil rekapitulasi dan analisanya kepada Direktur Utama RS Juanda.
6. Agar data pada laporan tersebut dapat lebih mudah dibaca serta dapat melihat
kecenderungannya dari tingkat mutu yang diukur, maka dibuat dalam bentuk table dan
grafik.
7. Laporan hasil pemantauan indikator klinis disampaikan kepada seluruh stakeholder rumah
sakit.
8. Membuat notulen dan surat tindak lanjut dari hasil evaluas.
BAB III
SASARAN
Sasaran program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang akan dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Pencapaian pengkajian awal pasien baru dalam 24 jam 100%.
2. Pencapaian waktu tunggu hasil pelayanan laboratorim ≤ 140 menit.
3. Pencapaian waktu tunggu hasil radiologi ≤ 2 jam.
4. Pencapaian Angka Pembatalan Operasi < 1 %
5. Pencapaian Kepatuhan penggunaan Formularium Nasional ≥90%.
6. Pencapaian Penulisan resep obat yang mengakibatkan Kejadian Nyaris Cedera 0 %.
7. Pencapaian Komplikasi anestesi karena overdosis, reaksi anestesi dan kesalahan
penempatan Endotrakeal Tube (ETT) ≤ 1%.
8. Pencapaian Angka kesalahan pembelian darah 0 %.
9. Pencapaian Kelengkapan Berkas rekam medik 24 jam selesai pelayanan ≥ 90%.
10. Pencapaian Angka Phlebitis < 1,5 %.
11. Pencapaian Pertumbuhan penelitian yang dipublikasikan> 1.
12. Pencapaian Ketidaktersediaan obat dan alkes emergency di Instalasi Gawat darurat < 5 %.
13. Pencapaian Ketepatan waktu laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan,nilai 0,2 (tepat waktu).
14. Pencapaian Tidak ada kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelah
operasi 100%.
15. Pencapaian Utilisasi peralatan Radiologi (CR) 80%.
16. Pencapaian Angka kepuasan pasien di RS Juanda 80%.
17. Pencapaian Tingkat kepuasan karyawan 90%.
18. Pelaporan rutin 10 besar penyakit (demografi pasien).
19. Pencapaian Ratio Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)terhadap biaya
operasional > 65%
20. Pencapaian Edukasi Hand Hygiene kepada pasien rawat inap> 50%.
21. Pencapaian Ketepatan pemasangan gelang identitas pasien 100%.
22. Pencapaian Pelaksanaan komunikasi efektif dokter dalam penerapan write back, read
back, dan repeat back (reconfirm) 100%.
23. Pencapaian Ketidaktepatan penggunaan KCL 0%.
24. Pencapaian Tidak ada kejadian operasi salah sisi 100%.
25. Pencapaian Kepatuhan cuci tangan karyawan >50%.
26. Pencapaian Tidak ada kejadian pasien jatuh 100%.
27. Pencapaian Angka kejadian dekubitus < 1,5%.
28. Pencapaian Kemampuan dalam menangani bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) 100%.
29. Pencapaian Angka kejadian Ventilator Associated penumonia (VAP) ≤ 5,8%.
30. Pencapaian Penerapan keselamatan bronkoskopi 100%.
31. Pencapaian Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) ≤ 1,5%.
32. Pelaksanaan RCA bila ada masalah/kasus, atau setidaknya tiap 6 bulan bila tidak ada
kasus serta FMEA minimum 1 kali dalam 1 tahun.
33. Pelaksanaan clinical pathways minimum 5 penyakit dan auditnya.
34. Pelaksanaan pelaporan rutin insiden keselamatn pasien bila ada kasus/masalah pada
unit/instalasi, atau setidaknya tiap 6 bulan bila tidak ada kasus.
35. Pelaksanaan audit medik minimum 1 kali dalam 1 tahun.
36. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
37. Pelaporan rutin monitoring dan evaluasi kegiatan mutu dan keselamatan pasien.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Direktur Utama menetapkan Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
2. Direktur Utama menetapkan sistem organisasi, rancangan sistem, dan rancangan ulang
dari peningkatan mutu dan keselamatan.
3. Direktur Utama menetapkan Clinical Pathway dengan menggunakan pedoman praktek
klinis.
4. Direktur Utama menerapkan indikator kunci untuk menilai setiap struktur, proses, dan
hasil setiap upaya klinis.
5. Direktur Utama menetapkan indikator kunci untuk menilai setiap sturktur, proses, dan
outcome manajmen.
6. Direktur Utama menetapkan indikato kunci untuk menilai setiap struktur,proses,dan hasil
untuk setiap sasaran keselamatan pasien internasional.
7. Direktur Utama menetapkan seluruh proses atau mekanisme program dan monitoring
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
8. Sensus harian.
9. Identifikasi indikator klinis pada masing-masing unit.
10. Pada Rapat koordinasi struktural,rapat koordinasi seluruh unit kerja, rapat koordinasi unit
disampaikan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
11. Survei kepuasan pelanggan internal dan eksternal.
12. Audit Medik dan Audit kinerja.
13. Melaksanakan evaluasi dengan embandingkan dengan standard dan rumah sakit lain yang
setara.
14. Melaksanakan komunikasi dengan media web, rapat,pengumuman, surat edaran, bulletin.
15. Pelatihan SDM Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien,manajemen, dan unit
kerja.
DAFTAR RISIKO
RUMAH SAKIT JUANDA KUNINGAN
1. Masih mungkin terjadi paparan TB Sarana ruangan poli paru masih terlalu sempit,
pada pasien lain, karyawan, ventilasi kurang baik, masuknya cahaya
petugas, di Instalasi Rawat Jalan. matahari kurang baik, letak pintu keluar masuk
pasien kurang baik, posisi toilet pasien kurang
ideal.
2. Paparan TB tidak terkendali di
a. Tidak ada pengendalian tingkat
instalasi rawat jalan. administrasi.
b. Kuranggya pengendalian tingkat
lingkungan.
3. Tingginya risiko perawat , dokter, a. Tata ruang dan ventilasi di ruang poli TB
dan petugas lainnya di poliklinik kurang memenuhi standar.
terpapar TB. b. Pemeriksaan MCU rutin untuk perawat,
dokter, dan petugas lainnya belum
dilaksanakan.
II. INSTALASI RAWAT INAP
1. Instalasi Gawat darurat Insiden kesalahan identifikasi kegawat daruratan KTC/ KTD
Insiden kesalahan transportasi pasien KTC/ KTD
2. Instalasi Bedah Sentral Insiden kesalahan identifikasi pasien KTC/ KTD
Insiden kesalahan jenis operasi KNC/ KTD
Insiden kesalahan posisi KNC/ KTD
Insiden tertinggalnya kain kasa KTD
Insiden tertinggalnya instrument KTD
Insiden operasi tanpa spesialis anestesi KTD
Insiden operasi dengan kekurangan darah KTD
Insiden konsultasi durante operasi KPC
Insiden perluasan operasi KTD
Insiden kesalahan diagnosis pra operasi KNC/ KTD
Insiden komplikasi anestesi karena overdosis, KTD
reaksi anestesi, dan kesalahan penempatan ETT
Pemakaian alat kauter tanpa pemasangan pad KTD
3. Instalasi Rawat Inap Insiden pasien jatuh
yang benar KTD
Insiden infus blong KTD
Insiden trauma elektrik KTD
Insiden kesalahan jumlah pemberian obat KNC/ KTD
Insiden kesalahan pemberian informasi kepada KNC/ KTD
Insiden
dokter kesalahan cara pemberian obat KNC/ KTD
Insiden kesalahan dosis obat KNC/ KTD
Insiden kesalahan pencampuran obat KNC/ KTD
Insiden kesalahan sampling KNC/ KTD
Insiden kesalahan identifikasi pasien pada saat KNC/ KTD
Insiden ketidak
pengambilan tepatan teknik pengambilan KTD
sample
Insiden kesalahan
sample darah persiapan pemeriksaan KTD
Insiden kesalahan persiapan operasi
penunjang KTD
Insiden luka bakar akibat buli buli panas KTD
4. Instalasi radiologi Insiden kesalahan posisi pemeriksaan KTC/ KTD
Insiden kesalahan memberikan hasil pemeriksaan KTC/ KTD
Insiden ketidaksesuaian antara foto thorax dengan KTD
Insiden reaksi obat kontras
hasil ekspertise KTD
Insiden kecalakaan pasien akibat pemberian obat KTD
5. Instalasi Gizi Insiden
penenangkesalahan jenis diet
yang melebihi dosis KTC/ KTD
Insiden kesalahan sediaan diet khusus KTD
Insiden tercemarnya makanan KTD
6. Instalasi Laboratorium Insiden kesalahan penyediaan sample KTD
Insiden kesalahan menginput hasil KNC/ KTD
Insiden kesalahan pengoperasian alat KTC/KNC/K
Insiden kesalahan pencampuran reagen KTC/KNC/K
TD
Insiden kesalahan golongan darah KNC/
TD KTD
Insiden kesalahan jenis darah KNC/ KTD
Insiden kesalahan menyampaikan hasil KNC/ KTD
Insiden kesalahan pengambilan sampel
pemeriksaan KTC/KNC/K
Insiden kejadian reaksi transfusi darah KTD
TD
Insiden perbedaan hasil skrining KTD
Peletakan reagen tidak pada tempatnya KPC
Bahan tanpa label KPC
7. Instalasi Farmasi Insiden kesalahan pembacaan resep KNC/ KTD
Insiden kesalahan penyerahan obat pada pasien KTC/ KTD
Insiden kesalahan penyerahan obat pada pasien KTC/ KTD
rawat jalan
Insiden kelebihan/ kekurangan penyerahan obat KTC/ KTD
rawat inap
Insiden kelebihan/
pada pasien kekurangan penyerahan obat KTC/ KTD
rawat jalan
Insiden kesalahan
pada pasien rawat dosis
inap obat KNC/ KTD
Insiden penggunaan antibiotik ganda KTC/ KTD
Insiden reaksi alergi obat KTD
Obat tanpa label waktu expired KPC
Obat NORUM yang tidak disimpan pada KPC
Obat high alert tanpa label keterangan
tempatnya KPC
Tulisan tangan yang tidak terbaca pada penulisan KPC
Persediaan
resep obat yang tidak lengkap KPC
8. Instalasi Rawat Jalan Insiden kejadian kesalahan pemakaian alat KTC/ KTD
Insiden luka bakar akibat diatermi
pemeriksaan KTD
Insiden luka akibat terapi dingin KTD
Insiden kejadian kesalahan pemakaian alat KTC/ KTD
9 Instalasi Rekam Medis Tulisan tangan yang tidak terbaca pada rekam
pemeriksaan KPC
Medis
10 Instalasi Pemeliharaan Kabel listrik yang terbuka KPC
Sarana Prasarana RS
Alat yang tidak dikalibrasi KPC
11 Seluruh Instalasi Jumlah petugas yang tidak sebanding dengan KPC
Jumlah perawat (understaff)
beban pekerjaan yang tidak sebanding dengan KPC
Lantai
jumlahlicin
pasien KPC
Tempat sampah tanpa label KPC
Alat medis tanpa keterangan pemeliharaan KPC
Jarum suntik yang tidak dibuang pada safety box KPC
Pinggiran tempat tidur yang tidak terpasang KPC
Kursi
denganroda tanpa rem
benar KPC
Identifikasi pasien yang tidak lengkap KPC
Peletakan alat steril yang tidak pada tempatnya KPC
Peletakan alat medis yang tidak pada tempatnya KPC
Penggunaan brankar yang tidak sesuai fungsinya KPC
DC shock yang tidak stand by atau tidak siap KPC
untuk dipakai