Terminal Illness
Terminal Illness
Terminal Illness
Pasien terminal illness adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat
sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin
dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus mendapatkan
perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi
untuk menyembuhkan.
Jadi fungsi perawatan paliatif pada pasien terminal illnes adalah mengendalikan nyeri
yang dirasakan serta keluhan-keluhan lainnya dan meminimalisir masalah emosi, sosial
dan spiritual. Penjelasan tersebut mengindikasi bahwa pasien terminal illness adalah
orang-orang sakit yang diagnosis dengan penyakit berat yang tidak dapat disembuhkan
lagi dimana prognosisnya adalah kematian.
1. Anak
Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh anak-anak.
Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian adalah hidup di tempat lain
dan orang dapat datang kembali. Mereka juga percaya bahwa kematian bisa dihindari.
Kematian adalah topik yang tidak mudah bagi orang dewasa untuk didiskusikan dan
mereka biasanya menghindarkan anaknya dari realita akan kematian dengan mengatakan
bahwa orang mati akan “pergi” atau “berada di surga” atau hanya tidur.
Pada anak yang mengalami terminal illness kesadaran mereka akan muncul secara
bertahap. Pertama, anak akan menyadari bahwa mereka sangat sakit tetapi akan sembuh.
Kemudian mereka menyadari penyakitnya tidak bertambah baik dan belajar mengenai
kematian dari teman seumurnya terutama orang yang memiliki penyakit mirip, lalu
mereka menyimpulkan bahwa mereka juga sekarat.
Saat ini, para ahli percaya bahwa anak-anak seharusya mengetahui sebanyak
mungkin mengenai penyakitnya agar mereka mengerti dan dapat mendiskusikannya
terutama mengenai perpisahan dengan orang tua. Ketika anak mengalami terminal illness
biasanya orang tua akan menyembunyikannya, sehingga emosi anak tidak terganggu.
Untuk anak yang lebih tua, pendekatan yang hangat, jujur, terbuka, dan sensitif
mengurangi kecemasan dan mempertahankan hubungan yang saling mempercayai
dengan orang tuanya.
INFANT
a. Konsep kematian belum ada, berpisah dari ortu (separation)
dianggap sebagai kematian
b. Respon dan tingkah laku yang muncul
1) Bereaksi kuat terhadap separation = terpisah dari ortu sbg caregivers
2) menangis keras, menendang-nendang
c. Implikasi untuk komunikasi
1) Memahami strategi penanganan separation anxiety
2) Bantu anggota keluarga untuk koping terhadap kematian sehingga mereka siap
untuk kematian bayi
EARLY CHILDHOOD
a. Konsep kematian dipengaruhi oleh attitude ortu
1) Saat konsep kematian berkembang, kematian dianggap sbg temporer,
gradual, reversibel dan menurunkan kontinuitas hidup
2) Wishes (berkeinginan), misbehavior, unrelated action ? kematian
3) Bila punya pengalaman mengenai kematian, konsepnya lebih matang walau
ia belum bisa mengungkapkannya
b. Respon dan tingkah laku yang muncul
1) Meningkatkan keingintahuan mengenai hal-hal yang berhubunga dengan
kematian, secara spontan mendiskusikan tentang kematian
2) berbincang-bincang dengan orang mati???
c. Implikasi untuk komunikasi
1) Pertanyaan tentang kematian dari anak
2) Diskusi tentang kematian, hal-hal yang kurang dimengerti
3) Kaji miskonsepsi terutama bila takut dan cemas
4) Beri pengertian, kematian merupakan bagian dari kehidupan dan hal itu
wajar
5) Kesempatan untuk diperhatikan dan bercakap-cakap degan orang tua pada
anak yag dying
6) Dekat dengan orang tua
MIDDLE CHILDHOOD
a. Konsep kematian : 4 ½ - 8 th mengerti semua yang hidup nanti
akan mati ? universality, irreversible, nonfunctionality
b. Respon dan tingkah laku yang muncul
1) Pertanyaan ttg kematian lebih detail
2) Being death
3) Hub dg ritual
4) Ingin menyentuh corps bgmn rasanya
5) Bermain utk lebih mengerti kematian dan mengkoping perasaan
c. Implikasi untuk komunikasi
1) Dengan memberikan penjelasan yg konkrit ttg penyebab kematian
2) Dengan bermain
3) Diskusi mengenai takut krn kehilangan ortu
4) Siblings: butuh kesempatan untuk tanya tentang sakit dan kematian
saudaranya dan informasi yang spesifik tentang penyebab kematian
5) Ggn thd perasaan bersalah pd sibling thd saudaranya yang mati
6) Lebih concern thd separasi, nyeri, mutilition dan suffering
7) Cemas terhadap pengaruh kematiannya pada orang tua sehingga menutup
komunikasi
LATE CHILDHOOD
a. Konsep kematian: universality, irreversibelity, nonfunctioning of
death, mulai cemas terhadap kematiannya sendiri, tertarik pada keadaan setelah
kematian
b. Respon dan tingkah laku yang muncul
1) Menggunakan ritual utk menurunkan cemas
2) TL: reckless (berani)
3) Tough demeanor: cara bertindak takut dan mudah terluka ? koping thd
perasaan
4) Humor
c. Implikasi untuk komunikasi
1) Pengungkapan rasa takut dan mengerti bahwa takut itu normal
2) Butuh informasi lebih detail mengapa ssorg hrs mati
3) Diskusi konsekwensi realistik dari reckless activity
4) Respon emosional
5) Bantu dying child merasa bahwa hidupnya penting dan berarti
H. Dinamika Psikologis
Dinamika psikologis secara umum sebagai berikut:
1) Individu menyadari atau berkata bahwa kehidupannya akan
segera berakhir,
2) Individu tidak pernah ada yang tahu kapan kematiannya
akan datang,
3) Individu mulai mengalami keputusasaan akan treatmen-
treatmen yang didapat dan dijalankan, ia mulai yakin bahwa semua yang
dilakukan tidak akan menyembuhkan penyakitnya bahkan ia yakin kematian telah
dekat,
4) Individu mulai mengalami problem-problem pikiran,
perasaan dan psikologis yang kesemuanyasulit untuk dipecahkan. Dinamika
keempat ini tidak dialami secara signifikan pada personalitnya yang cukup
matang sehingg dinamika psikologisnya untuk menghadapi kematian lebih cepat
mencapai acceptance/penerimaan.
Dinamika tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : umur, jenis kelamin,
ras/suku bangsa, budaya kelompok, latar belakang sosial, dan personality/kepribadian.