Rifda H.A - Essai Terkait Ergonomi
Rifda H.A - Essai Terkait Ergonomi
Rifda H.A - Essai Terkait Ergonomi
NIM : 2018-72-099
1. DEFINISI ERGONOMI
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa Latin yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM
ALAM). Dapat didefinisikan juga sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan,
keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi.
Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli maupun profesional pada bidangnya. Salah
satu contohnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi
pekerjaan, psikologi, dan teknik industri. (Definisi diatas berdasar pada Internasional Ergonomics
Association). Selain itu ergonomi dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan,
analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk bagi wiraswastawan, manajer, pemerintahan,
militer, dosen dan mahasiswa.
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun
rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja
(tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem
pengendali (controls). Alat peraga (displays), jalan/ lorong (acces ways), pintu (doors), jendela
(windows), dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal tersebut diatas adalah bahasan mengenai
rancang bangun lingkungan kerja (working environment), karena jika sistem perangkat keras
berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya.
Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi. Sebagai contoh:
penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja),
meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain. Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain
perangkat lunak karena dengan semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan
komputer. Penyampaian informasi dalam suatu sistem komputer harus pula diusahakan
sekompatibel mungkin sesuai dengan kemampuan pemrosesan informasi oleh manusia.
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri
dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual
(visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur
kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu
peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi
dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan risiko kesalahan, serta
supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya risiko kesehatan akibat metoda kerja
yang kurang tepat.
Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah penujangnya adalah untuk desain dan evaluasi
produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan mudah diterapkan (dimengerti dan digunakan)
pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/ risiko dalam
penggunaannya.
2. TUJUAN ERGONOMI
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi. Tujuan-tujuan dari
penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004):
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan
mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun
waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari
setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang
tinggi.
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun
ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan
dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan
ergonomi di tempat kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip
ergonomi, yaitu sebagai berikut:
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal.
b. Mengurangi beban berlebihan.
c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
f. Minimalisasi gerakan statis.
g. Minimalisasikan titik beban.
h. Mencakup jarak ruang.
i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja
PEMBAHASAN
Pada tugas ini diambil contoh penerapan ergonomi di wilayah kerja Unit Induk Wilayah
Maluku dan Maluku Utara khususnya pada Bidang Teknik.
Untuk di Bidang Teknik sendiri posisi kerja sudah sesuai dengan standar yang dianjurkan
yaitu benda yang akan dijangkau berada maksimal 15 cm di atas landasan kerja,
dikarenakan di ruangan menggunakan leptop jadi bisa disesuaikan sesuai syarat yang
dianjurkan.
Untuk di Bidang Teknik sendiri jangkauan kerja tidak menyulitkan bagi pekerja karena
masih bisa dengan mudah diakses oleh semua pekerja sesuai anthropometrinya.
1.3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
¨ letakkan barang-barang tersebut dalam posisi yang minimal atau terdekat dan
mudah dijangkau dan mudah terlihat
¨ Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks dari
bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit menurun.
(Duduk dengan posisi bersandar).
Untuk di Bidang Teknik sendiri tata letak tempat kerja sudah sesuai dengan tata letak
yang dibuat oleh perencana tata letak kerja sehingga estetika dari ruangan terlihat
taratur dan rapi.
2. Ergonomi yang belum sesuai
Untuk di Bidang Teknik sendiri Tingkat pencahayaan masih dibawah standar yaitu 100
lux. Sedangkan standar sesuai Permen Menteri Kesehatan RI No.48 Tahun 2016 tentang
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran adalah untuk perkantoran
sebesar 300 lux.
(Sumber : Permen Menteri Kesehatan RI No.48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran Hal 60)
Untuk di Bidang Teknik sendiri khusunya d ruangan sesuai gambar 2.2 ventilasi kurang
dan terlebih lagi terdapat ruangan dengan tanda “DILARANG MEROKOK” tetapi
dalam aplikasinya dijadikan sebagai ruangan khusus merokok dengan evidence
ditemukannya putung rokok yang berserakan dimana-mana. Hal ini sangat
memprihatinkan dikarenakan terganggunya pekerja lain yang bisa dikatakan sebagai
“perokok pasif”. Dan sangat mengganggu kesehatan pekerja lain, disini peran pejabat
K3L sangat dibutuhkan untuk menetapkan sanksi tegas terhadap ketidaksesuain perilaku
tersebut.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan
sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Peran Pejabat K3L harus
bertanggungjawab terhadap kesehatan pekerja, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama antar bidang di Unit Induk Wilayah Maluku
dan Maluku Utara maupun lintas bidang terkait dalam pembinaannya.
3.1 SARAN
1. Perlu dilakukan penggantian lampu penerangan di dalam ruang Bidang Teknik Unit
Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara sesuai standar sebesar 300 lux.
2. Perlu diberikan sanksi bagi pegawai (perokok) yang melanggar peraturan yang sudah
ditetapkan.