Ansin Pemberian Nebulizer Pada Klien Asma
Ansin Pemberian Nebulizer Pada Klien Asma
Ansin Pemberian Nebulizer Pada Klien Asma
OLEH :
Nim : G3A017218
Disahkan Pada:
Hari/Tanggal : Senin, 4 Juni 2018
Mahasiswa
Hasdiman Samania
NIM: G3A017218
Menyetujui:
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga
apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,
sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma
dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun
dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk
terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005;
Bousquet, 2008)
2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.
Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non imunologi.
a. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan
Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
1) Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh
alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk,
bulu-bulu binatang.
2) Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,
seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi,
dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3) Asma gabungan :Bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
b. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor
yang menjadi pencetus asma :
1) Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau
menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu
tidak menyebabkan peradangan. Triggerdianggap menyebabkan
gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa
menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala dan
bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul
seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah
diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan
bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau
sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan
bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi
udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi,
dan olahraga yang berlebihan.
2) Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi)
dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari
saluran pernapasan. Inducerdianggap sebagai penyebab asma yang
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat
menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih
lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma
adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang
masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup
masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat
melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2006).
c. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara
spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
1) Faktor predisposisi
Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karenaadanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit
asmabronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2) Faktor presipitasi
a) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
(1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan contoh:
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi
(2) Ingestan, yang masuk melalui mulut, contoh : makanan
dan obat-obatan
(3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
seperti: perhiasan, logam dan jam tangan
b) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinyaserangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim,seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c) Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
d) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik
pada waktu libur atau cuti.
e) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
1) Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
2) Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
3) Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
4) Terdapatnya neutrofil eosinofil
b. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
1) Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan
prognosis yang buruk
2) Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
3) Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
4) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
5) Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
c. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada
serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa
rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta
diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
1) Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
2) Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
d. Pemeriksaan faal paru
1) Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
2) Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan
TRC sering terjadi pada asma yang berat.
3) Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat
dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran
emfisema paru, yakni :
4) Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
5) Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
6) Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES,
dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.
6. PATHWAY
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian (Hardisman, 2014)
a. Pengkajian Primer Asma
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernafasan
b) Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
2) Breathing
a) Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Menggunakan otot aksesoris pernafasan
c) Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
d) Papiledema
e) Urin output meurun
4) Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status
umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi
pupil.
b. Pengkajian Sekunder Asma
1) Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik
antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak
yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu
serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa
adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas.
Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk,
yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan
spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung
terus untuk waktu yang lama.
2) Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang
mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi
istirahat klien.
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau
tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
rambut, kelembaban dan kusam.
c) Thorak
(1) Inspeksi : Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior,
retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan
serta frekwensi peranfasan.
(2) Palpasi : Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan,
ekspansi dan taktil fremitus.
(3) Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
(4) Auskultasi : Terdapat suara vesikuler yang meningkat
disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x
inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
d) Sistem pernafasan
(1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin
keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula
encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau
putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
(2) Frekuensi pernapasan meningkat
(3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
(4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi
yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
(5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
(6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
(a) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan
diameter anteroposterior rongga dada yang pada
perkusi terdengar hipersonor.
(b) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan
pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta
pernapasan cuping hidung.
(7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan
cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing
tidak terdengar(silent chest), sianosis.
e) Sistem kardiovaskuler
(1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
(2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
(a) takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
(b) Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu
inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada
asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
(3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung.
2. Diagnosa
Diagnosa menurut nanda (2015) adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea,
peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler – alveolar
c. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
d. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
e. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut
sufokasi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan
makanan
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus
asma.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
i. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
j. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif .
3. Intervensi
Intervensi menurut NIC dan NOC (2013) adalah sebagai berikut :
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nic :
berhubungan dengan tachipnea, selama 3 x 24 jam, pasien mampu : Airway management
peningkatan produksi mukus, V respiratory status : ventilation · buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
kekentalan sekresi dan V respiratory status : airway patency thrust bila perlu
bronchospasme. V aspiration control, · posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Dengan kriteria hasil : · identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
V mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas buatan
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan · pasang mayo bila perlu
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, · lakukan fisioterapi dada jika perlu
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada · keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pursed lips) · auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
V menunjukkan jalan nafas yang paten (klien · lakukan suction pada mayo
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi · berikan bronkodilator bila perlu
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada · berikan pelembab udara kassa basah nacl lembab
suara nafas abnormal) · atur intake untuk cairan mengoptimalkan
V mampu mengidentifikasikan dan mencegah keseimbangan.
factor yang dapat menghambat jalan nafas · monitor respirasi dan status o2
Respiratory monitoring
· monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
· catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
· monitor suara nafas, seperti dengkur
· monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
· catat lokasi trakea
· monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
· auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
· tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
· auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Terapi oksigen
§ bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
§ pertahankan jalan nafas yang paten
§ atur peralatan oksigenasi
§ monitor aliran oksigen
§ pertahankan posisi pasien
§ observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
§ monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
4 Nyeri akut; ulu hati berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nic :
dengan proses penyakit. selama 3 x 24 jam, pasien mampu : Pain management
V pain level, § lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
V pain control, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
V comfort level faktor presipitasi
Dengan kriteria hasil : § observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
V mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab § gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
nyeri, mampu menggunakan tehnik pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, § kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mencari bantuan) § evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
V melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan § evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
menggunakan manajemen nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
V mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, § bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
frekuensi dan tanda nyeri) menemukan dukungan
V menyatakan rasa nyaman setelah nyeri § kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
berkurang seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
V tanda vital dalam rentang normal § kurangi faktor presipitasi nyeri
§ pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
§ kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§ ajarkan tentang teknik non farmakologi
§ berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
§ evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§ tingkatkan istirahat
§ kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
§ monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic administration
§ tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
§ cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
§ cek riwayat alergi
§ pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
§ tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri
§ tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
§ pilih rute pemberian secara iv, im untuk pengobatan
nyeri secara teratur
§ monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
§ berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
§ evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)
Nutrition monitoring
§ bb pasien dalam batas normal
§ monitor adanya penurunan berat badan
§ monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
§ monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
§ monitor lingkungan selama makan
§ jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
§ monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
§ monitor turgor kulit
§ monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
§ monitor mual dan muntah
§ monitor kadar albumin, total protein, hb, dan kadar ht
§ monitor makanan kesukaan
§ monitor pertumbuhan dan perkembangan
§ monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
§ monitor kalori dan intake nuntrisi
§ catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
§ catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
7 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nic :
berhubungan dengan faktor-faktor selama 3 x 24 jam, pasien mampu : Teaching : disease process
pencetus asma. Vkowlwdge : disease process V berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
Vkowledge : health behavior tentang proses penyakit yang spesifik
Dengan kriteria hasil : V jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
V pasien dan keluarga menyatakan pemahaman ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan cara yang tepat.
program pengobatan V gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
V pasien dan keluarga mampu melaksanakan penyakit, dengan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan secara benar V gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
V pasien dan keluarga mampu menjelaskan V identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim tepat
kesehatan lainnya V sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat
V hindari harapan yang kosong
V sediakan bagi keluarga atau pasien informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
V diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
V diskusikan pilihan terapi atau penanganan
V dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
V eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
V rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
V instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
1. Identitas Klien
Nama : Nn. K
Umur : 21 tahun
3. Dasar Pemikiran
Asma bronkhial dapat menimbulkan penyempitan/obstruksi proksimal
dari bronkus pada tahap ekspirasi dan inspirasi yang diakibatkan oleh
peningkatan spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus. Dampak dari kondisi
ini akan terjadi beberapa gejala seperti mucus berlebih sehingga muncul
respon batuk. Apabila respon batuk tidak dapat mengeluarkan mucus dengan
sempurna maka akan tertahan sehingga menimbulkan sesak nafas. Sesak
nafas dapat mengakibatkan penurunan tekanan partial oksigen dialveoli
sehingga konsentrasi oksigen dalam darah akan menurun sehingga
mengakibatkan hipoksemia. Sehingga untuk mencegah terjadinya sesak nafas
sampai hipoksemia maka perlu dibantu mengeluarkan sekret dengan
nebulizer agar kebutuhan akan oksigen dapat terpenuhi.
4. Analisa Sentesa
Peningkatan sekresi kelenjar bronkus
6. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mucus di bronkeolus
7. Data Fokus
Nn. K, 21 tahun di bawah ke IGD dengan keluhan sesak napas, batuk-
batuk berdahak, dahak susah dikeluarkan. Klien merasa sesak nafas, RR :
27 x/m.
9. Tujuan Tindakan
a. Untuk mengencerkan dahak/mucus
b. Untuk mengurangi sesak pada penderita asma
c. Untuk mengurangi/menghilangkan bronkospasme
10. Bahaya Yang Mungkin Terjadi Akibat Tindakan Tersebut Dan Cara
Pencegahanya
a. Beresiko terjadinya infeksi nosokomial
Antisipasi : cuci tangan bersih dengan cairan antiseptik, bahan-bahan
yang di gunakan harus steril
b. Resiko penularan bakteri antar pasien satu dengan yang lain
Antisipasi : setiap 1 sungkup nebulizer untuk satu pasien dan harus di
bersihkan setelah pemakaian.
11. EVALUASI
S : Klien mengatakan sesak berkurang dan lendir bisa keluar
O : Klien tampat leluasa dalam bernafas, suara nafas tambahan berupa
wheezing berkurang dan RR : 24 x/m
A : Masalah airway klien teratasi sebagian
P : Pertahankan pemberian nebulizer rutin jika diperlukan