Tugas Pendahuluan Fieldtrip Geologi Struktur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENDAHULUAN FIELDTRIP GEOLOGI STRUKTUR

1. JELASKAN STRUKTUR GEOLOGI YANG TERDAPAT PADA GEOLOGI


REGIONAL LEMBAR PANGKAJENE DAN WATAMPONE BAGIAN
BARAT !
2. APA YANG DIMAKSUD DENGAN GEOLOGI STRUKTUR DAN
STRUKTUR GEOLOGI SERTA BERIKAN CONTONYA MASING-
MASING ?
3. JELASKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN :
A. KEKAR
B. SESAR
4. JELASKAN JENIS - JENIS KEKAR DAN SESAR BESERTA
GAMBARNYA (GAMBAR MANUAL) !
5. JELASKAN TIPE - TIPE LONGSORAN BESERTA GAMBARNYA
(GAMBAR MANUAL) !
6. JELASKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN METODE SCAN LINE
SERTA BAGAIMANA CARA PENGAMBILAN DATANYA DI
LAPANGAN !
7. JELASKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN METODE SCAN
WINDOW SERTA BAGAIMANA CARA PENGAMBILAN DATANYA DI
LAPANGAN !
8. JELASKAN PENGOLAHAN DATA DARI METODE SCAN LINE DAN
SCAN WINDOW DARI LAPANGAN!
Jawaban

1. Struktur Geologi Regional Lembar Pangkajene Dan Watampone Bagian Barat


Lengan selatan pulau Sulawesi secara struktural dibagi atas dua bagian yaitu
lengan selatan bagian utara dan lengan selatan bagian selatan yang sangat berbeda
struktur geologinya. (Van Bemellen, 1949)
Lengan selatan bagian utara berhubungan dengan orogen, sedangkan lengan
Selatan bagian Selatan memperlihatkan hubungan kearah jalur orogen yang
merupakan sistem pegunungan Sunda.
Perkembangan struktur lengan selatan bagian utara pulau Sulawesi di mulai
pada zaman Kapur, yaitu terjadinya perlipatan geosinklin disertai dengan kegiatan
vulkanik bawah laut dan intrusi Gabro. Bukti adanya intrusi ini terlihat pada singkapan
disepanjang pantai Utara–Selatan Teluk Bone.
Batuan yang masih dapat diketahui kedudukan struktur stratigrafinya dan
tektoniknya adalah sedimen flisch formasi Balangbaru dan formasi Marada, di bagian
bawah tidak selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan
massa yang terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus dan
sebagian tercampur aduk dengan Mélange. Berdasarkan himpunan batuannya diduga
formasi Balangbaru dan formasi Marada merupakan endapan lereng di dalam sistem
busur palung zaman Kapur Atas dan gejala ini menunjukkan bahwa Mélange di daerah
Bantimala terjadi sebelum Kapur Atas.
Pada daerah bagian timur terjadi vulkanisme yang dimulai sejak Miosen Atas dimana
hal ini ditunjukkan pada daerah Kalamiseng dan Soppeng. Akhir kegiatan vulkanisme
ini diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang
kemudian menjadi cekungan tempat pembentukan formasi Walanae. Peristiwa ini
kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah dan mengalami penurunan
perlahan-lahan selama terjadi proses sedimentasi sampai kala Pliosen, proses
penurunan terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae
yang seluruhnya nampak hingga sekarang di timur dan sesar Soppeng yang hanya
tersingkap tidak menerus di sebelah Barat.
Sejak Miosen Tengah terjadi sesar utama yang berarah utara – baratlaut dan
tumbuh setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar
utama diperkirakan terbentuk sehubungan adanya tekanan mendatar yang kira-kira
berarah timur-barat sebelum akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya
sesar lokal yang mengsesarkan batuan Pra Kapur Akhir di lembah Walanae dan di
bagian barat pegunungan barat, yang berarah baratlaut- tenggara dan merencong,
kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.

2. Geologi Struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan
dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Secara
lebih formal dinyatakan sebebagai cabang ilmu geologi di mana suatu gaya telah
menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau susunan internal yang lain
Struktur Geologi adalah suatu struktur atau kondisi geologi yang ada di suatu
daerah sebagai akibat terjadinya perubahan – perubahan pada batuan olah proses
tektonik, maka batuan maupun kerak bumi akan berubah susunannya dari keadaanya
semula, contohnya : Struktur Lipatan, Kekar, Sesar, Bidang Perlapisan,
Ketidakselarasan.

3. Kekar adalah Struktur rekahan dalam blok batuan dimana tidak ada atau sedikit
sekali mengalami pergeseran (hanya retak saja),umumnya terisi oleh sedimen setelah
beberapa lama terjadinya rekahan tersebut.Rekahan atau struktur kekar dapat terjadi
pada batuan beku dan batuan sedimen. Sesar adalah suatu rekahan pada batuan yang
telah mengalami pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang
berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan.

4. Macam – Macam Kekar :


1. Srinkage Joint ( kekar pengerutan )
Yaitu kekar yang disebabkan karena gaya pengerutan yang timbul karena
pendinginan (pada batuan beku ) atau pengeringan (pada batuan sedimen ) biasanya
berbentuk polygonal yang memanjang.
2. Heet Joint ( Kekar lembar )
Sekumpulan kekar yang sejajar dengan permukaan tanah, terutama pada
batuan beku. Pembentukan kekar ini akibat menghilangnya beban batuan yang
tererosi. Penghilangan beban pada kekar ini terjadi akibat :
 Batuan beku belum benar – benar membeku secara keseluruhan
 Tiba-tiba di atasnya terjadi erosi yang dipercepat
 Sering terjadi pada sebuah intrusi konkordan (sill)dangkal.
3.Kekar akibat tektonik
Kekar tektonik terbentuk karena adanya pengaruh dari proses – proses
tektonik, ataupun gaya-gaya akibat dari pergerakan kulit bumi.
Berdasarkan genesanya atau proses terbentuknya, kekar tektonik dibedakan menjadi :
 Kekar gerus ( Shear Joint )
 Kekar gerus ini terjadi akibat adanya gaya krompresi atau tekanan. Ciri – ciri
dari kekar ini biasanya berpasangan, memotong fragmen batuan, bidang
kekarnya selalu lurus dan rata.
 Kekar ekstensi
 Kekar yang terbentuk akibat adanya gaya tarik.
 Kekar rilis
Macam – Macam Sesar :
1. Sesar naik
Merupakan pergeseran batuan kearah atas dari batuan asal. Pada sesar naik sudut
kemiringan lereng kecil bahkan cenderung tegak. Pada proses kejadian sesar naik
ini energi yang dibutuhkan cukup besar sehingga pelapisan batuan dapat terangkat.
2. Sesar normal
Merupakan pergeseran blok batuan kearah bawah yang disebabkan oleh adanya gaya
gravitasi. Sesa ini juga sering disebut sesar ekstensi karen memanjangkan atau
menipiskan kerak bumi. Pada sesar turun ini sering kita lihat pada perlapisan batuan
yang nampak pada tebing yang mengalami sesar naik.
3.Sesar mendatar
Merupakan sesar yang terbentuk secara mendatar, Pada sesar ini lapisan batuan kiri
bergerak berlawanan arah terhadap lapisan batuan kanan atau sebaiknya. Jika gerak
mengiri disebut sinitral jika bergerak menganan disebut dekstral.
5.
a. Longsoran bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang kekar,
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran
bidang :
Terdapat bidang lincir bebas (daylight) berarti kemiringan bidang lurus lebih
kecil daripada kemiringan lereng
Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan arah
lereng (maksimum berbeda 200).
Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang
lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah
tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat berupa
bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji dapat
melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun melalui garis perpotongan
kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai
berikut :
Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan
bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.
Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan
lereng.
Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua
bidang lemah.
c. Longsoran busur
Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada
batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika
batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang lemah
(rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada
longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh struktur bidang perlapisan
dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam massa diskontinuitas.
Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari
posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel
individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat.
Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cenderung bersifat seperti tanah. Tanda
pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas
atau muka lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan
atas lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya
gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya dapat
dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng tersebut .
d. Longsoran guling
Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal
dengan bidang-bidang lemah yang tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan
dengan arah kemiringan lereng. Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat.
Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut geser dalam dan
kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok dan lebar balok terletak pada bidang
miring.
Namun demikian, seringkali tipe longsoran yang ada merupakan gabungan
dari beberapa longsoran utama sehingga seakan-akan membentuk suatu tipe
longsoran yang tidak beraturan (raveling failure) atau seringkali disebut sebagai tipe
longsoran kompleks.
6. Metode Scan Line
Merupakan Salah satu cara untuk menampilkan objek 3 dimensi agar terlihat
nyata dengan menggunakan shading. Shading adalah cara menampilkan objek 3
dimensi dengan mewarnai permukaan objek tersebut dengan memperhitungkan efek-
efek cahaya. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui orientasi bidang
diskontinuitas pada permukaan yang dianggap mewakili orientasi bidang
diskontinuitas batuan secara keseluruhan.
Secara sistematik" teknik pengambilan data dalam penelitian in meliputi
1. Pengukuran panjang" arah kemiringan dan kemiringan scanline
2. Pengukuran arah dan kemiringan lereng
3. Pengukuran atribut diskontinuitas" yang terdiri dari orientasi diskontinuitas"
panjang diskontinuitas" jarak=spasi diskontinuitas" kondisi diskontinuitas"
dan lebar bukaan diskontinuitas
4. Penentuan kondisi umum keairan
5. Penilaian koefisien kekasaran permukaan diskontinuitas
6. Pengujian Schmidt hammer untuk menentukan Schmidt
7. Metode Scan Window
Metode scan window yaitu metode yang mirip dengan scan line tetapi pada
metode ini pembuatan batas berbentuk persegi sama sisi. Dalam persegi
inilah dilakukan pengambilan data berupa analisis kinematik, klasifikasi
massa batuan dan data diskontiniunitas.

8. METODE PERHITUNGAN DATA


Setelah melakukan pengumpulan data diskontinuitas dengan metode
scanline sampling" maka langkah selanjutnya adalah melihat penyebaran
orientasi bidang diskontinuitas pada bidang stereonet. & Untuk mempermudah
prosesnya digunakan program aplikasi Stereonet dan Dips. Tujuan pengeplotan
orientasi bidang diskontinuitas pada stereonet adalah mendapatkan arah umum
dari orientasinya. Dari hasil pengeplotan didapatkan bahwa orientasi umum
diskontinuitas terutama rekahan sangat dipengaruhi oleh arah tegasan utama
utara > selatan. Rekahan-rekahan tersebut memiliki arah umum utara >
selatan" baratlaut > tenggara" dan timur laut > barat daya. Berdasarkan arah
dari rekahan yang dikaitkan dengan arah tegasan utama" maka rekahan-
rekahan yang berarah utara > selatan dikelompokkan pada e) tension joints dan
pasangan kekar berarah barat laut > tenggara dan timur laut > barat daya
merupakan shear joints. Langkah berikutnya adalah membuat set
diskontinuitas dari contour plot tersebut.Penentuan kelompok diskontinuitas
dilakukan berdasarkan penyebaran orientasi bidang diskontinuitas pada bidang
stereonet. Bidang- bidang diskontinuitas yang membentuk satu kelompok
dapat dikelompokkan dalam satu set diskontinuitas.

Anda mungkin juga menyukai