Kerajaan Lamuri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Menurut T.

Iskandar (1958), diperkirakan bahwa Kerajaan Lamuri ini berada di tepi laut
(pantai), tepatnya berada di dekat Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam. H. M. Zainuddin, salah seorang peminat sejarah Aceh,
menyebutkan bahwa kesultanan ini terletak di Aceh Besar dekat dengan Indrapatra, yang
kini berada di Kampung Lamnga.

Peminat sejarah Aceh lainnya, M. Junus Jamil, menyebutkan bahwa Kerajaan ini terletak
di dekat Kampung Lam Krak di Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar,
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Berdasarkan sejumlah data di atas, sejarah berdirinya dan letak Kerajaan Lamuri masih
menjadi perdebatan di kalangan pakar dan pemerhati sejarah Aceh. Namun demikian,
dapat diprediksikan bahwa letak Kerajaan Lamuri berdekatan dengan laut atau pantai dan
kemudian meluas ke daerah pedalaman.

Persisnya, letak kesultanan ini berada di sebuah teluk di sekitar daerah Krueng Raya.
Teluk itu bernama Bandar Lamuri. Kata “Lamuri” sebenarnya merujuk pada “Lamreh” di
Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya). Istana Lamuri sendiri berada di tepi Kuala Naga
(kemudian menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande sekarang ini dengan nama
Kandang Aceh.
Berdasarkan sumber-sumber berita dari pedagang Arab, Kerajaan Lamuri telah ada sejak
pertengahan abad ke-IX M. Artinya, kesultanan ini telah berdiri sejak sekitar tahun 900-
an Masehi. Pada awal abad ini, Kerajaan Sriwijaya telah menjadi sebuah kerajaan yang
menguasai dan memiliki banyak daerah taklukan.

Pada tahun 943 M, Kerajaan Lamuri tunduk di bawah kekuasaan Sriwijaya. Meski di
bawah kekuasaan Sriwijaya, Kerajaan Lamuri tetap mendapatkan haknya sebagai
kerajaan Islam yang berdaulat. Hanya saja, kesultanan ini memiliki kewajiban untuk
mempersembahkan upeti, memberikan bantuan jika diperlukan, dan juga datang melapor
ke Sriwijaya jika memang diperlukan.

Menurut Prasasti Tanjore di India, pada tahun 1030 M, Kerajaan Lamuri pernah diserang
oleh Kerajaan Chola di bawah kepemimpinan Raja Rayendracoladewa I. Pada akhirnya,
Kerajaan Lamuri dapat dikalahkan oleh Kerajaan Chola, meskipun telah memberikan
perlawanan yang sangat hebat. Bukti perlawanan tersebut mengindikasikan bahwa
Kerajaan Lamuri bukan kerajaan kecil karena terbukti sanggup memberikan perlawanan
yang tangguh terhadap kerajaan besar, seperti Kerajaan Chola.

Berdasarkan sumber-sumber berita dari pedagang Arab, Kerajaan Lamuri merupakan


tempat pertama kali yang disinggahi oleh oleh pedagang-pedagang dan pelaut-pelaut
yang datang dari India dan Arab. Ajaran Islam telah dibawa sekaligus oleh para
pendatang tersebut.
Berdasarkan analisis W. P. Groeneveldt, pada tahun 1416 M semua rakyat di Kerajaan
Lamuri telah memeluk Islam. Menurut sebuah historiografi ‘Hikayat Melayu’,
Kesultanan Lamiri (maksudnya adalah Lamuri) merupakan daerah kedua di Pulau
Sumatera yang ‘di-Islam-kan’ oleh Syaikh Ismail sebelum ia mengislamkan Kesultanan
Samudera Pasai. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Kesultanan Lamiri jelas
merupakan salah satu kerajaan Islam di Aceh.

Menurut Hikayat Atjeh, salah seorang sultan yang cukup terkenal di Kerajaan Lamuri
adalah Sultan Munawwar Syah. Konon, ia adalah moyang dari salah seorang sultan di
Aceh yang sangat terkenal, yaitu Sultan Iskandar Muda. Pada akhir abad ke-15, pusat
pemerintahan Kesultanan Lamuri dipindahkan ke Makota Alam (kini dinamakan Kuta
Alam, Banda Aceh) yang terletak di sisi utara Krueng Aceh.

Pemindahan tersebut dikarenakan adanya serangan dari Kerajaan Pidie dan adanya
pendangkalan muara sungai. Sejak saat itu, nama Kerajaan Lamuri dikenal dengan nama
Kesultanan Makota Alam.

Dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya pada tahun 1513 M, Kerajaan Lamuri beserta
dengan Kerajaan Pase, Daya, Lingga, Pedir (Pidie), Perlak, Benua Tamiang,dan
Samudera Pasai bersatu menjadi Kesultanan Aceh Darussalam di bawah kekuasaan
Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M).
Jadi, bisa dikatakan bahwa Kerajaan Lamuri merupakan bagian dari cikal bakal
berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam. Nama kesultanan ini berasal dari salah satu desa
di Kabupaten Aceh Besar, yang pusat pemerintahannya berada di Kampung Lamreh.

Kepemimpinan pertama kerajaan Lamuri yaitu Maharaja Indra Sakti yang masih
memeluk agama Hindu. Sesudah peperangan terjadi, Maharaja Indra Sakti dan seluruh
rakyatnya akhirnya masuk agama Islam.

Pada masa tersebut keberadaan kerajaan Lamuri, Ramni ataupun Lambri telah cukup
diperhitungkan mengingat hasil alam yang sangat penting dan menjadi mata dagangan
yang cukup laku di perdagangan internasional. Letak kerajaan yang berada di perairan
Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang penghubung dua pusat kebudayaan besar di
Asia menjadi salah satu aset penting kerajaan Lamuri.

Peran penting kerajaan Lamuri dalam sektor perdagangan menarik perhatian petualang-
petualang asing yang banyak diabadikan dalam catatan perjalanan. Keberadaan kerajaan
Lamuri, Lambri, atau yang disebut Ramni pada masa itu dapat disejajarkan dengan
bandar-bandar perdagangan terkenal lainnya di Asia Tenggara seperti Barus, Kota Cina,
Kampei di Sumatera Utara, Pasai, Singkil di NAD, Tumasik (Singapura), dan Malaka.

Situasi kerajaan Lamuri yang memiliki peran penting dalam perdagangan menjadi buruan
kerajaan lain. Dalam sebuah prasasti, pada masa raja Rajendra Cola I pada tahun 1030 di
Tanjore (India Selatan) menyerang beberapa kerajaan di Sumatera dan semenanjung
Melayu yang membuat lemah (1023/1024) dan disebutkan bahwa Rajendra Cola I
mengalahkan Ilmauridacam (Lamuri) yang telah memberikan perlawanan yang hebat dan
dapat dikalahkan dalam suatu pertempuran habis-habisan.
Dan kira-kira 75 tahun kemudian kerajaan Majapahit melakukan serangan ke Sumatera,
diantara yang diserang termasuk kerajaan Samudera Pasai dan Lamuri. Sesudah serangan
Majapahit, Lamuri juga pernah didatangi oleh Laksamana Cheng Ho (1414). Akibat
peristiwa yang berlangsung dalam lebih kurang tiga abad (serangan Cola, serangan
Majapahit dan akhirnya Cheng Ho) membuat kerajaan Lamuri menjadi lemah.

Setelah kekalahan dan keruntuhan kerajaan Lamuri, di daerah bekas kerajaan beberapa
kampong bersatu atau disatukan kembali di bawah kekuasaan seorang raja, dan kemudian
terdengar berbagai nama disamping kerajaan Lamuri lenyap diantaranya Darul Kamal,
Meukuta Alam, Aceh Darussalam dan juga disebut nama Darud Dunia.

Anda mungkin juga menyukai