Perlengkapan Pribadi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Tari Pendet

Tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Pendet
merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak
seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet
dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis
Desa.
Tari yang tercipta awal tahun 70-an oleh seniman I Nyoman Kaler ini,
menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam Marcapada. Tarian ini
merupakan sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti tarian-tarian
pertunjukan yang memerlukan pelatihan intensif, tarian ini diajarkan sekadar mengikuti
gerakan. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para perempuan yang lebih senior.
Tari Pendet dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah
tari Rejang di halaman pura. Biasanya penari menghadap ke arah suci (pelinggih)
mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan
dan perlengkapan sesajen lainnya. Selain tari Pendet, di Bali ada beberapa jenis tari-tarian
yang dibawakan para gadis atau perempuan dewasa untuk kelengkapan pelaksanaan
kegiatan ritual atau upacara keagamaan.

Fungsi Tari Pendet


a. Fungsi Tari Pendet Sakral
Tari Pendet dalam tari sakral memiliki fungsi sebagai sarana upacara, dimana
gerakkannya yang sangat sederhana. Setiap sikap tangan dengan gerakan tubuh
memiliki makna dan kekuatan tertentu sehingga tarian ini tidak hanya menampilkan
keindahan rupa atau pakaian, tetapi mempunyai kekuatan sekala dan niskala.
b. Fungsi Tari Pendet Profan
Tari Pendet dalam tari profan memiliki fungsi sebagai hiburan di masyarakat ataupun
untuk menyambut tamu-tamu(Penyambutan Selamat Datang), yang gerakkannya
sedikit susah yang lebih anggun.

Ragam Gerak Tari Pendet


Macam-Macam Gerakan Kaki
Macam-macam gerakan kaki yang disebut “Gegajalan” pada tari Pendet terdiri dari
berbagai bentuk seperti berikut :
1. Tampak Sirangpada = Telapak kaki sama serong
2. Ngembang = Berjalan
3. Ngandang Arep = Berjalan ke muka
4. Milpil = Berjalan cepat
5. Nyregseg = Bergeser cepat
Macam-Macam Gerakan Tangan
Fungsi gerakan tangan disebut “pepiletan” dalam tari pendet terdapat macam-macam
yang sebagai berikut :
1. Luk Nagasatru = Haluan tangan berputar ke dalam
2. Luk Nerudut = Haluan tangan seiring
Macam-Macam Gerakan Jari
Fungsi gerakan jari disebut “tetanganan” yang terdiri dari berbagai macam tersebut di
bawah ini :
1. Nyakupbawa = Jari dicakup

2. Ulap-ulap = Melmbai-lambai

Macam-Macam Gerakan Badan


Fungsi gerakan badan disebut “leluwesan” terdiri dari bermacam-macam gerakan seperti
dibawah ini :
Ø Ngejatpala = Pangkal lengan bergetar

Macam-Macam Gerakan Mimik


Fungsi gerakan mimik disebut “entiah-tjerengu” terdiri dari ber-macam macam bentuk
sebagi tersebut di bawah ini :

· Luru = riang gembira


· Kenjungmanis = tersenyum
Macam-Macam Gerakan Leher
Fungsi gerakan leher disebut “dedengkek” terdiri dari bermacam-macam bentuk sebagai
tersebut di bawah ini :
1. Uluwangsul = leher bergeleng halus
2. Ngotag = menggeleng gelengkan leher(keras)
Gerakan Mata
© Nyeledet(kanan/kiri)
© Ngelier

Kostum tari pendet

Selain mahkota yang dikenakan di atas kepala para penari juga mengenakan kostum yang
menunjukan ciri khas dari tarian pendet. Adapun bagian dari kostum tari pendet antara lain sbb:

 Tapih | Merupakan pakaian berbentuk kain jarik yang dikenakan sebagai bawahan para
penari, biasanya tapih tersebut dihiasi dengan motif batik crapcrap yang kemudian
dikasih sabuk stagen sebagai pengencang/ talinya.
 Kemben | Merupakan pakaian yang digunakan sebagai penutup badan mulai dari dada
hingga pinggang. Warna yang digunakan dalam kemben juga terlihat sangat mencolok
dan kontras, biasanya berwarna merah dan gold atau warna lain yang serasi dengan
keseluruhan properti tari pendet.
 Selendang | selendang merupakan bagian dari kostum yang digunakan dengan cara
melilitkan pada tubuh penari. Selendang ini biasa disebut dengan nama Kacrik Prade
dengan warna dominan merah ataupun kuning.

TARI TRUNA JAYA

Tari Trunajaya adalah suatu tarian yang berasal dari daerah Bali Utara (Buleleng) yang
melukiskan gerak – gerak seorang pemuda yang menginjak dewasa, sangat emosional, tingkah
serta ulahnya senantiasa untuk untuk menarik / memikat hati wanita. Tari Trunajaya termasuk
tari putra keras yang biasa ditarikan oleh penari putri. Tari ini semula diciptakan Pan Wandres
dalam bentuk kebyar Legong dan kemudian disempurnakan oleh I Gede Manik.

Iringan Musik Tari Trunajaya


Musik seni tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi merupakan patrner tari yang tidak boleh
ditinggalkan, sehingga harus betul – betul digarap agar tercapai keharmonisan. Tari Trunajaya
biasanya diiringi oleh gamelan Gong Kebyar. Lamanya waktu sangat berpengaruh pada lamanya
iringan musik. Tari Trunajaya dapat ditarikan dengan waktu yang pendek dan panjang. Waktu
yang di gunakan dalam sajian Tari Trunajaya pendek kurang lebih 11 menit dari awal sampai
akhir. Waktu yang berkaitan dengan tempo (cepat dan lambat ) dibuat bervariasi, artinya tempo
iringan disesuaikan dengan tempo gerak atau sebaliknya.
Urutan Gerak Tari Trunajaya
PEPESON
Rangkaian Pepeson dalam tari Trunajaya antara lain:

1. Berjalan kedepan dengan tangan kiri memegang kancut, tangan kanan sirang susu dan
memegang kipas
2. Agem pokok Trunajaya. (tangan kiri mapah biu dengan jari – jari ditekuk kebawah, dan
tangan kanan sirang susu)
3. Sledet capung
4. Ngoyod, sambil tangan kanan nabdab gelung
5. Agem kanan dan agem kiri
6. Nyerigsig, nyegut (tangan kiri sirang susu dan tangan kanan nepuk dada), sogok kanan-
kiri, ngeseh, tayung kanan
7. Nyegut kiri, (tangan kanan sirang susu dan tangan kiri nepuk dada), sogok kiri-
kanan,ngeseh, tayung kanan
8. Agem kanan, ngelayak
9. Tanjek 2x dengan posisi tangan agem pokok
10. Agem kanan, sledet
11. Agem kiri (tangan kiri sirang susu, tangan kanan nepuk dada), sledet
12. Agem kanan (tangan kanan sirang susu, tangan kiri nepuk dada), sledet
13. Maju kaki kiri-kanan, putar penuh
14. Ngeliput, agem kanan, ngeseh, sledet (2x)
15. Ngenjet, nyeregseg, ngepik (arah pojok kanan)
16. Gerakan tangan ke kanan-kiri diikuti mata nyeledet dan hentakan kaki, tangan ngeliput
17. Ngangsel, ngeseh, ngepik, ngocok langse
18. Ngegol diikiti dengan mengambil kancut serta kipas ngeliput
19. Tayog
20. Agem kanan, kaki diangkat bergantian
21. Milpil ke kanan dan ke kiri
22. Buang kipas

PENGAWAK
Rangkaian Pengawak dalam tari Trunajaya antara lain:

1. Agem kiri Trunajaya


2. Nyerigsig ke kanan, pindah agem kanan
3. Tayog kanan kiri, ngenjet
4. Nyeregseg kanan kiri, ngumbang
5. Bersimpuh
6. Tangan ke kanan- ke kiri dengan kipas ngeliput, sledet (3x)

PENGECET
Rangkaian Pengecet dalam tari Trunajaya antara lain:

1. Berdiri sambil ngeliput, piles kiri-kanan, agem kanan


2. Berjalan ke depan,tutup kipas,putar sambil membuka kipas
3. Ambil kancut, kipas ngeliput, ngegol, sledet, mekecos, agem kanan, sledet ( 3x)

PEKAAD
Rangkaian Pekaad dalam tari Trunajaya antara lain:

1. Ngenjet, nyeregseg kanan – kiri


2. Ngumbang sambil memegang kancut
3. Agem kanan, sambil memegang kancut

Pakaian Kostum Tari Trunajaya


Pakaian memberikan ciri khas daru suatu tari. Kostum di buat semenarik mungkin agar dapat
memikat daya tarik penonton. Jenis tarian Trunajaya menggunakan Kostum adat laki-laki
inovatif dalam bentuk udeng – udengan sehingga wajah penari nampak bagus. Properti yang
digunakan dalam tarian ini adalah “kepet”, yang sekarang ini sering disebut dengan “kipas”.

Tata busana pada Tari Trunajaya adalah sebagai berikut:


1. Kamen/kancut berwarna unggu prada dengan motif wajik
Cara penggunaan kamen pada Tari Trunajaya sama halnya seperti pemakaian kain bebancihan
pada umumnya yaitu ada sisa kamen di sebelah kiri yang nantinya akan dipakai sebagai kancut.

2. Baju panjang berwarna unggu prada dengan motif mas – masan


Baju pada Tari Trunajaya ini sebenarnya hampir sama dengan tari Legong Kuntul yaitu memakai
warna unggu, namun perbedaannya terdapat pada motif. Pada Trunajaya memakai motif mas –
masan, sedangkan pada Legong Kuntul memakai motif bun – bunan.

3. Sabuk berwarna kuning prada


Penggunaan sabuk pada Tari Trunajaya, sama dengan penggunaan sabuk pada tari – tarian pada
umumnya, yaitu dililitkan pada badan penari. Biasanya penggunaan sabuk ini dimulai dari bawah
(pinggang) sampai atas (dada).

4. Memakai Ampok – ampok


Ampok – ampok yang dipakai dalam Tari Trunaja ini sama dengan ampok – ampok yang dipakai
dalam tari – tarian lainnya. Ampok – ampok dipasang pada pinggang penari.

5. Memakai simping kulit


Penggunaan simping pada Tari Trunajaya sama halnya dengan penggunaannya pada Tari
Legong, yaitu dipasang untuk menutupi bahu kanan dan kiri.

6. Tutup dada berwarna hitam


Tutup dada dipasang diatas simping, yang berfungsi untuk mengikat simping agar tidak lepas.
7. Memakai badong
Dalam tarian ini menggunakan badong lancip dan penggunaannya sama dengan tari lainnya yaitu
dipasang pada leher penari.

8. Memakai gelang kana atas


Pemakaian gelang kana ini dipasang pada bagian atas tangan (lengan)

9. Memakai gelang kana bawah


Pemakaian gelang kana ini dipasang pada bagian bawah tangan (pergelangan tangan)

10. Udeng
Pemakaian udeng pada Tari Trunajaya berbeda dari tari – tarian lainnya. Pemakaiannya dikemas
sedemikian rupa oleh penggarap sehingga mempunyai ciri khas tersendiri.

Tata Rias Tari Trunajaya

Tata rias diperlukan untuk memberikan tekanan atau aksentuasi bentuk dan garis-garis muka
sesuai dengan karakter tarian. Tari Trunajaya menggunakan rias wajah putra halus. Pada Tari
Trunajaya, sudah menggunakan rias pentas atau panggung dengan menggunakan Celak mata
berwarna kuning, merah dan biru serta pemakaian alis yang agak tinggi dari riasan tari putri serta
menggunakan taling kidang.

Hiasan kepala yang dipakai dalam Tari Trunajaya ini adalah

1. Memakai Udeng
2. Memakai garuda mungkur (dibagian belakang)
3. Memakai satu bunga sandat
4. Memakai bunga kuping (bunga merah dan bunga putih)
5. Menggunakan rumbing
TARI CENDRAWASIH

Tari Cendrawasih bertema percintaan yang menggambarkan gerak gerik kehidupan burung
Cendrawasih jantan dan betina yang sedang memadu kasih di pegunungan Irian Jaya pada masa
mengawan. Tari Cendrawasih pada kaset video ini disajikan dalam bentuk duet (berpasangan)
oleh 2 orang penari wanita. Tarian ini diciptakan oleh Ni Luh Nyoman Swasthi Widjaja Bandem
pada tahun 1988. Tempat pementasan Pada rekaman video ini adalah di gedung Ksirarnawa, Art
Center Denpasar. Bentuk tarian ini memang berpasangan tetapi dalam penyajiannya diawali
dengan 1 orang penari yang menari sebagai burung jantan, kemudian penari satunya keluar
sebagai burung betina. Dari hasil pengamatan penyusun, analisis dari Tari Cendrawasih
dapat dibagi menjadi 3 yaitu analisis pada penari, gerak tari, dan kostumnya. Analisanya adalah
sebagai berikut:

1. Penari
Tari Cendrawasih pada video tersebut ditarikan 2 orang penari perempuan, yaitu Anak
Agung Sri Gamatri dan Ni Putu Setyarini. Penampilan penari pada video tersebut terdapat
kekurangan dan kelebihannya antara lain:

– Dari postur tubuh penari sudah bagus karena tinggi penari yang sama, badan yang
ramping dan wajah yang menarik, basic dan kualitas geraknya merata

– Saat bagian papeson, penari mampu membawakan karakter burung jantanyang lincah dan
energik terlihat dari gerak – gerak tarinya yang berpindah ke kanan dan kiri, dari ekspresi sudah
bagus dan terlihat menarik karena bola mata yang besar saat mendelik, namun pada satu gerakan
gandang uri yang diakhiri dengan ngagem tanjek kanan, penari terlihat hampir lupa
melakukannya tetapi akhirnya dapat dilakukan walaupun terkesan terburu-buru

– Penari satunya keluar saat peralihan menuju bagian pangawak sebagai burung betina, ia
melakukan gerakan yang lebih lembut. Pada bagian pengawak, karakter jantan dan betina tidak
diperlihatkan karena menggunakan gerak-gerak kiasan dan sama-sama dilakukan oleh kedua
penari, meskipun melakukan gerakan yang sama namun masih saja terlihat kurang kompak pada
beberapa gerakan, misalnya kipekan, tanjek, dan arah hadap wajah, sepertinya hal kecil tersebut
masih sangat perlu diperhatikan dan diadakan latihan-latihan demi menyatukan rasa pada
pasangan menari, sama seperti halnya penari pada bagian pepeson yang hampir salah bergerak,
dilakukan pula oleh penari yang kedua pada bagian ngagem, mungkin ada sedikit rasa gugup dan
kurang percaya diri.

– Kedua penari terlihat bergerak tidak over tetapi menggunakan rasa dari dalam, pada
bagian berputar sepertinya kurang diluweskan untuk ngelayak, jika mampu dilakukan mungkin
akan terlihat lebih menarik dan indah. Saat peralihan menuju pangecet, kedua penari berhadap-
hadapan dan melakukan gerak yang berbeda sebagai tanda mulai adanya perbedaan karakter
jantan dan betina

– Pangecet ditandai dengan kedua penari bergerak dengan berputar sambil


mengembangkan sayap seperti burung yang memang sedang memadu kasih, terlihat kelincahan
dari gerakan berkejar-kejaran ke kanan dan kiri dengan posisi penari sebagai burung betina
duduk dan penari burung jantan berdiri, ada gerakan ngegol pada burung betina yang
memperlihatkan kecantikannya, dan burung jantan melakukan gerakan kipekan untuk melihat
pasangannya

– Pada bagian pakaad, kedua penari melakukan gerakan ngebet tetapi kurang ngegol dan
saling mencari, seperti dilakukan hanya sekedar, mungkin faktor kelelahan karena gerak
sebelumnya banyak berlari dengan tempo cepat

2. Gerak Tari

Dari pengamatan penyusun, struktur Tari Cendrawasih pada kaset video ini terdiri dari : Papeson
2 kali , Pangawak 2 kali, Pangecet 3 kali dan Pakaad. Ragam gerak tari yang terdapat dalam Tari
Cendrawasih adalah gerak-gerak tari yang umumnya dipakai dalam tari Bali dan memenuhi 4
unsur pokok tari Bali seperti Agem, Tandang, Tangkis dan Tangkep. Kendatipun demikian
dapat pula terlihat interpretasi penata dalam menemukan bentuk-bentuk baru yang tercermin dari
gerakan-gerakan tari yang bertemakan percintaan burung, ciri khas dalam Tari Cendrawasih
terletak pada agem yang terbuka dengan tangan kanan yang agak lurus dan tangan kiri menyudut
(agem kanan) telapak tangan menghadap ke belakang, pergelangan tangan ditekuk dan jari
tangan dibuka, gerakan kecas kecos dan maaras-arasan yang dilakukan dengan mengembangkan
sayap. Berikut adalah ragam gerak Tari Cendrawasih yang dilakukan pada kaset video tersebut :

 Papeson

– 1 penari : Ngumbang, gelatik nut papah, agem kanan, sledet, nyregseg agem kiri, sledet,

– Gelatik nut papah, kipek-kipek, agem kanan sledet, dilakukan pula ke kiri, gandang uri,
tanjek kanan, agem menghadap pojok kanan kiri depan, ngengsog, nyalud tanjek, sledet pojok

– Nyregseg sambil mengembangkan sayap, agem kanan dan kiri, anggut-anggut seperti
mengusap-usap bulunya, diakhiri ngagem dan sledet, ngumbang kanan kiri, tanjek, ngegol, kecas
kecos, makesiab, ngagem

– 2 penari : Ngumbang, maaras-arasan


 Pangawak

– Sogok kiri, ngagem, luk nglimat, makecos, gerak menjongkok seperti nginem yeh, loncat,
gerakan kaki seperti ngehkeh, ngagem, mapincer dengan ngotag, kecas kecas, ngengsog, sogok,
agem kiri, gerakan dilakukan ke kiri.

 Pangecet

– Berhadapan, ngegol bertukar arah, penari 1 ngagem, penari 2 mengembangkan sayap,


kembali ke tempat, penari 1 ngagem dan gerakan mencium penari 2 yg duduk.

– Ngumbang, Maaras-arasan, tayung, penari 1 ngumbang ke kiri dan kanan dengan kipekan
memperhatikan penari 2 yang ngegol memperlihatkan keindahan tubuh dan sayapnya, kemudian
berputar, penari 2 duduk, penari 1 berdiri, berpindng-pindah tempatke kiri dan kekanan
berlawanan. Gerakan ini diulang 3 kali menghadap belakang ke depan kembali ke belakang,
diakhiri dengan ngengsog dan ngagem

 Pakaad

– Makesiab, ngebet, ngegol dengan menggunakan sayap, nyregseg, ngumbang, ngagem


kanan, kiri, piles agem kanan, ngelayak, berputar, ambil sayap, ngumbang

Menurut penyusun, dari mengamati gerak tari dalam tari Cendrawasih ini dapat memunculkan
suatu pemikiran bahwa pemilihan desain-desain gerak tarinya memang sangat tepat karena betul-
betul terlihat penggambaran dua ekor burung yang sedang memadu kasih dengan gerakan-
gerakan yang lincah, hanya saja semuanya ditentukan oleh kemampuan penari membawakan
tarian tersebut. Disamping itu pula konsep tari duet sudah sangat terlihat dari gerak-geraknya
yang memiliki keterkaitan satu dan lainnya yang terlihat dari gerak maaras-arasan, ngumbang
dan lain-lai.

3. Tata Rias dan Kostum


Analisa dari tata rias dan kostum

– tata rias wajah menggunakan rias tari Bali (putri halus)

– rok berwarna merah marun

– sayap berwarna kuning

– ankin berwarna merah marun

– Ampok-ampok

– tutup dada berwarna merah marun,

– badong kulit

– gelang kana atas dan bawah

– gelungan

– bunga kamboja putih untuk sumpang

– accessories rumbing dan subeng

Pemilihan dan penggunaan kostum serta tata rias menurut pengamatan sudah sangat sesuai
dengan karakter dan percerminan seekor burung, efek dari kain sebagai sayap yang berwarna
kuning terlihat indah dan kostum bagian lainnyapun terlihat nyaman dipakai dan sederhana.
Ditambah gelungan yang mencirikan kepala burung yang berjangga, sangat harmonis dengan
pemakaian gerak dan temanya.

Anda mungkin juga menyukai