Perubahan Sosial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

Perubahan Sosial

Disusun Oleh :
Aulia Salsabila R
15
XII IPA 10

Sman 17 Makassar
2019

Perubahan sosial
A. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses


pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola
pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan
penghidupan yang lebih bermartabat.

Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam
hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan
perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat
diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu
masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan
masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti
bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-peru-
bahan.

Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan


masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu
masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan
masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang
tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat
adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di
samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan
yang berlangsung dengan cepat.

Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat pada umumnya


menyangkut hal yang kompleks. Oleh karena itu Alvin L. Bertrand menyatakan
bahwa perubahan sosial pada dasarnya tidak dapat diterangkan oleh dan berpegang
teguh pada faktor yang tunggal. Menurut Robin Williams, bahwa pendapat dari
faham diterminisme monofaktor kini sudah ketinggalan zaman, dan ilmu sosiologi
modern tidak akan menggunakai interpretasi-interpretasi sepihak yang mengatakan
bahwa perubahan itu hanya disebabkap oleh satu faktor saja.

Jadi jelaslah, bahwa perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut


disebabkah oleh banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi. Karenanya
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu dikatakan berkaitan dengan hal
yang kompleks. Tentang perubahan sosial ini, beberapa sosiolog memberikan
beberapa definisi perubahan sosial yang dapat membantu kita untuk lebih mudah
memahami apa sebenarnya perubahan sosial tersebut, adalah sebagai berikut :

PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL MENURUT AHLI

1. William F.Ogburn mengemukakan bahwa “ruang lingkup perubahan-perubahan


sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang
immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan
material terhadap unsur-unsur immaterial”.
2. Kingsley Davis mengartikan “perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat”.
3. MacIver mengatakan “perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai
perubahanperubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial”.
4. JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi
maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat”.
5. Samuel Koenig mengatakan bahwa “perubahan sosial menunjukkan pada
modifikasimodifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia”.f. Definisi
lain adalah dari Selo Soemardjan. Rumusannya adalah “segala perubahanperubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan
pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian perubahan sosial adalah


perubahan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan
dalam aspek-aspek struktur dari suatu masyarakat, ataupun karena terjadinya
perubahan dari faktor lingkung an, karena berubahnya komposisi penduduk,
keadaan geografis, serta berubahnya sistem hubungan sosial, maupun perubahan
pada lembaga kemasyarakatannya.

B. Faktor Perubahan Sosial


Perubahan-perubahan pada masyarkat-masyarakat di dunia dewasa ini
merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke
bagian-bagian dunia lannya, antara lain berkat adanya komunikasi yang modern.
Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dengan
cepat dapat diketahui oleh masyarakat-masyarakat lain yang jauh dari tempat
tersebut. Hal ini menyebabkan suatu perubahan sosial budaya pada masyarakat di
suatu tempat.

Beberapa tujuan dari penulisan artikel faktor perubahan sosial ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan-perubahan sosial
dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
sosial serta untuk mengetahui proses-proses perubahan sosial.

Faktor yang menyebabkan perubahan sosial – Pada umumnya dapat


dikatakan bahwa sebab-sebab tersebut sumbernya mungkin ada yang terletak di
dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di luar masyarakat itu yaitu
datangnya sebagai pengaruh dari masyarakat lain atau dari alam sekitarnya. Sebab-
sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri adalah antar lain:

1. Bertambah atau berkurangnya penduduk

Bertambahnya penduduk yang sangat cepat di pulau jawa menyebabkan


terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama yang menyangkut
lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Berkurangnya penduduk mngkin disebabkan karena pindahnya penduduk


dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain. Perpindahan penduduk tersebut
mengakibatkan kekosongan, misalnaya dalam bidang pembagian kerja, stratifikasi
sosial dan selanjutnya yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.

2. Penemuan-penemuan Baru

Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suatu
penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru tersebar ke lain-lain bagian dari
masyarakat dan cara-cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari dan akhirnya
dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.

3. Pertentangan
Dalam masyarakat mungkin pola menjadi sebab daripada terjadnya
perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan tersebut
mungkin terjadi antara orang perorangan dengan kelompoknya atau pertentangan
antar kelompok-kelompok.

4. Terjadinya Pemberontakan atau revolusi di dalam Tubuh masyarakat itu


sendiri

Revolusi yang terjadi pada bulan Oktober 1917 di rusia menyebabkan


terjadinya perubahan besar di sana. Negara tersebut yang mula-mula mempunyai
bentuk kerajaan yang absolut, berubah menjadi diktator proletariat yang di
dasarkan pada doktrinMarxisme. Segenap lembaga-lembaga kemasyarakatan, mulai
dari bentuk negara sampai keluarga mengalami perubahan-perubahan yang besar
sampai ke akar-akarnya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG JALANNYA PROSES PERUBAHAN

a. Kontak dengan kebudayaan lain

salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah
suatu proses pnyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang-perorangan kepada
perorangan lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses
tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan baruyang telah
dihasilkan. Dengan adanya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh
msyarakat, dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat laus smapai umat
manusia didunia dapat menikmati kegunaan bagi kemajuan peradaban yaitu antara
lain proses tersebut merupakan pendorong bagi pertumbuhan suatu kebudayaan
dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan masyarakat manusia.

b. Sistem Pendidikan Formal yang Maju

Pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama


dalam membuka fikirannya serta menerima hal-hal yang baru dan juga bagaimana
cara berfikir secara ilmiah.. pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir
secara objektif , halmana akan dapat memberikan kemampuan baginya untuk
menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan zaman atau tidak.
c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat , maka masyarakat


akan memberikan pendorong bagi usaha-usaha untuk mengadakan penemuan-
penemuan baru. Hadiah Nobel misalnya merupakan pendorong untuk menciptakan
hasil-hasil karya yang baru.

d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang bukan


merupakan delik

e. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat

Sistem terbuka tersebut memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang


luas yang berarti memberi kesempatan bago orang-perorangan untuk maju atas
dasar kemampuan-kemampuannya dalam. Dalam keadaan demikian, seseorang
mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang
mempunyaistatus yang lebig tinggi. Identifikasi merupakan tingkah laku yang
sedemikian rupa, sehingga seseorang merasa dirinya berkedudukan sama dengan
orang atau golongan lain yang dianggapnya lebuh tinggi dengan harapan agar dia
diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Identifkasi terjadi di dalam hubungan
superordinasi-subordinasi. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya,
acapkali terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya.

f. Penduduk yang heterogen

Masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai


latar belakang kebudayaan yang berbeda ras, ideologi yang berbeda dan seterusnya,
mempermudah terjadinya pertentanga-pertentangan yang mengakibatkan
kegoncangan-kegoncangan. Keadaan tersebut merupakan pendorong bagi
terjadinya perubahan sosial.

g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu.

Keadaan tersebut apabila telah terjadi dalam waktu yang lama, di mana
masyarakat mengalami tekanan-tekanan dan kekecewaandapat menyebakkan
timbulnya suatu revolusi dalam masyarakat tersebut.

h. Orientasi ke masa depan


i. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar umtuk memperbaiki
hidupnya.

C. Bentuk Bentuk Perubahan Sosial

a) Perubahan yang cepat dan perubahan yang lambat.

Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat, pada umumnya disebut


dengan revolusi. Hal yang pokok dari revolusi adalah terdapatnya perubahan yang
terjadi dengan cepat, disamping itu perubahan tersebut menyangkut dasar-dasar
atau sendi-sendi pokok dari kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi secara
revolusi dapat direncanakan terlebih dahulu ataupun tidak direncanakan.

Perubahan yang terjadi secara revolusi, sebenarnya kecepatan


berlangsungnya perubahan adalah relatif, dikarenakan ada suatu revolusi yang
berlangsung lama. Misal, Revolusi Industri di Inggris yaitu perubahan-perubahan
yang terjadi dari proses produksi tanpa mesin, hingga proses produksi
menggunakan mesin. Perubahan seperti ini dianggap perubahan yang cepat, karena
mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, yaitu adanya sistem hubungan
antara buruh dan majikan.

Dapat dikatakan telah terjadi suatu revolusi, bila telah memenuhi beberapa syarat
yang meliputi:

1. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. Di dalam


masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu
keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu
memimpin masyarakat tersebut.
3. Pemimpin mana dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat untuk
kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi menjadi program
dan arah gerakan.
4. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat.
Artinya adalah bahwa tujuan tersebut terutama sifatnya kongkrit dan dapat dilihat
oleh masyarakat. Di samping itu diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak,
misalnya perumusan suatu ideologi tertentu.
5. Harus ada momentum, yaitu saat dimana segala keadaan dan faktor sudah tepat dan
baik untuk memulai suatu gerakan. Apabila momentum keliru maka revolusi dapat
gagal, contoh, Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan revolusi yang
momentumnya amat tepat.

Sedangkan perubahan-perubahan sosial yang berlangsung lama, dan


merupakan serangkaian perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat, hal
ini dinamakan dengan evolusi. Perubahan yang terjadi secara lambat atau evolusi,
biasanya terjadi tanpa adanya rencana dulu. Evolusi pada umumnya terjadi karena
usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kepentingan-
kepentingan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang tumbuh seiring
dengan pertumbuhan masyarakat. Rangkaian perubahan-perubahan itu tidak perlu
sejalan dengan serangkaian peristiwa-peristiwa pada sejarah masyarakat yang
bersangkutan.

b) Perubahan Yang Besar dan Perubahan Yang kecil

Perubahan sosial yang besar pada umumnya adalah perubahan yang akan
membawa pengaruh yang besar pada masyarakat. Misalnya terjadinya proses
industrialisasi pada masyarakat yang masih agraris. Di sini lembaga-lembaga
kemasyarakatan akan terkena pengaruhnya, yakni hubungan kerja, sistem
pemilikan tanah, klasifikasi masyarakat, dan yang lainnya.

Sedangkan perubahan sosial yang kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi j


pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa akibat yang langsung pada
masya-, rakat. Misalnya, perubahan bentuk potongan rambut, tidak akan membawa
pengaruhi yang berarti bagi masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan
tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan.

c) Perubahan Yang Direncanakan Dan Yang Tidak Direncanakan

Perubahan sosial yang direncanakan adalah, perubahan yang terjadi di


dalam masyarakat, j dan hal ini terjadi karena telah direncanakan terlebih dahulu
oleh fihak-fihak yang meng-l inginkan adanya perubahan. Fihak yang menginginkan
adanya perubahan itu disebut: dengan agent of change atau agen pembaharu. Agent
of change, adalah seorang atau sekelompok orang yang memimpin masyarakat
dalam merubah sistem sosial yang ada. Tentunya agent of change ini sudah
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin adanya suatu
perubahan. Agent of change selalu mengawasi jalannya pe-i rubahan yang
dikehendaki atau direncanakan itu.

Sedangkan perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah terjadinya


perubahan-perubahan yang tidak direncanakan atau dikehendaki, dan terjadi diluar
pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak
diharapkan masyarakat. Misalnya, terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan
dan berakibat sulitnya mendapatkan penghasilan yang cukup hingga membuat
banyak anggota masyarakat nekat melakukan tindakan-tindakan kriminal, hanya
agar dapat memenuhi kelangsungan hidupnya.

Perubahan yang dikehendaki dapat timbul sebagai suatu reaksi terhadap


perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi pada waktu sebelumnya,
baik itu merupakan perubahan yang direncanakan ataupun tidak direncanakan.
Terjadinya suatu perubahan yang direncanakan, maka perubahan berikutnya
merupakan perkembangan selanjutnya, hingga merupakan suatu proses. Tetapi, bila
sebelumnya telah terjadi perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki, maka
perubahan yang dikehendaki dapat dianggap sebagai pengakuan terhadap
perubahan-perubahan sebelumnya, hingga dapat diterima oleh masyarakat luas.

D. Dampak Perubahan Sosial

Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang membentuk


organisasi sosial yang bersifat kompleks. Dalam organisasi sosial tersebut terdapat
nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berfungsi sebagai aturan-aturan untuk
bertingkah laku dan berinteraksi dalam kehidupan masvarakat.

Adanya suatu perubahan dalam masyarakat akibat perubahan sosial bergantung


pada keadaan masyarakat itu sendiri yang mengalami perubahan sosial. Dengan
kata lain, perubahan sosial yang terjadi tidak selamanya suatu kemajuan (progress).
Bahkan, dapat pula sebagai suatu kemunduran masyarakat.
Kecepatan perubahan tiap daerah berbeda-beda bergantung pada dukungan dan
kesiapan masyarakat untuk berubah. Perbedaan perubahan tersebut dapat
mengakibatkan munculnya kecemburuan sosial, yang harus dihindari.

DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL BAGI KEHIDUPAN SOSIAL

Terdapat beberapa tanggapan masyarakat sebagai dampak perubahan sosial yang


menimbulkan suatu ketidakpuasan, penyimpangan masyarakat, ketinggalan, atau
ketidaktahuan adanya perubahan, yaitu sebagai berikut.

1. Perubahan yang diterima masyarakat kadang-kadang tidak sesuai dengan


keinginan. Hal ini karena setiap orang memiliki gagasan mengenai perubahan yang
mereka anggap baik sehingga perubahan yang terjadi dapat ditafsirkan bermacam-
macam, sesuai dengan nilai-nilai sosial yang mereka miliki.
2. Perubahan mengancam kepentingan pihak yang sudah mapan. Hak istimewa yang
diterima dari masyarakat akan berkurang atau menghilang sehingga perubahan
dianggapnya akan mengancangkan berbagai aspek kehidupan. Untuk mencegahnya,
setiap perubahan harus dihindari dan ditentang karena tidak sesuai kepentingan
kelompok masyarakat tertentu.
3. Perubahan dianggap sebagai suatu kemajuan sehingga setiap perubahan harus
diikuti tanpa dilihat untung ruginya bagi kehidupan. Pembahan juga dianggap
membawa nilai-nilai baru yang modern.
4. Ketidaktahuan pada perubahan yang terjadi. Hal ini mengakibatkan seseorang
ketinggalan informasi tentang perkembangan dunia.
5. Masa bodoh terhadap perubahan. Hal itu disebabkan perubahan sosial yang terjadi
dianggap tidak akan menimbulkan pengaruh bagi dirinya.
6. Ketidaksiapan menghadapi perubahan. Pengetahuan dan kemampuan seseorang
terbatas, dampak perubahan sosial yang terjadi ia tidak memiliki kesempatan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

MASALAH YANG MUNCUL ATAU DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial mengakibatkan terjadinya masalah-masalah sosial seperti


kejahatan, atau kenakalan remaja. Meskipun begitu, tidak setiap masalah yang
terjadi pada masyarakat disebut masalah sosial. Menurut Merton (dalam Soekanto),
suatu masalah disebut masalah sosial jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu
sebagai berikut:
1. Tidak adanya kesesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan
kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial.
2. Semula ada pendapat keliru yang menyatakan bahwa masalah sosial bersumber
secara langsung pada kondisi-kondisi ataupun proses-proses sosial. Pendapat
tersebut tidak memuaskan dan telah ditinggalkan. Hal pokok di sini bukanlah
sumbernya, melainkan akibat dari gejala tersebut (baik gejala sosial maupun gejala
bukan sosial yang menyebabkan terjadinya masalah sosial.
3. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial
atau tidak. Dalam hal ini, urutannya sangat relatif.
4. Adanya masalah-masalah sosial yang terbuka dan masalah-masalah sosial yang
tertutup. Masalah sosial tersebut timbul akibat terjadinya kepincangan-kepincangan
masyarakat karena tidak sesuainya tindakan-tindakan dengan norma-norma dan
nilai-nilai masyarakat. Akibat hal tersebut, masyarakat tidak menyukai tindakan-
tindakan yang menyimpang dan berlawanan dengan nilai-nilai yang berlaku.

Masalah sosial merupakan proses terjadinya ketidaksesuaian antara unsur-unsur


dalam kebudayaan suatu masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok-
kelompok sosial. Dengan kata lain, masalah sosial menyebabkan terjadinya
hambatan dalam pemenuhan kebutuhan warga masyarakat. Hal itu berakibat terjadi
disintegrasi sosial atau rusaknya ikatan sosial.

Proses disintegrasi sebagai akibat atau dampak perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat dapat berbentuk antara lain sebagai berikut :

1. Perubahan yang diterima masyarakat kadang-kadang tidak sesuai dengan


keinginan. Hal ini karena setiap orang memiliki gagasan mengenai perubahan yang
mereka anggap baik sehingga perubahan yang terjadi dapat ditafsirkan bermacam-
macam, sesuai dengan nilai-nilai sosial yang mereka miliki.
2. Perubahan mengancam kepentingan pihak yang sudah mapan. Hak istimewa yang
diterima dari masyarakat akan berkurang atau menghilang sehingga perubahan
dianggapnya akan mengancangkan berbagai aspek kehidupan. Untuk mencegahnya,
setiap perubahan harus dihindari dan ditentang karena tidak sesuai kepentingan
kelompok masyarakat tertentu.
3. Perubahan dianggap sebagai suatu kemajuan sehingga setiap perubahan harus
diikuti tanpa dilihat untung ruginya bagi kehidupan. Pembahan juga dianggap
membawa nilai-nilai baru yang modern.
4. Ketidaktahuan pada perubahan yang terjadi. Hal ini mengakibatkan seseorang
ketinggalan informasi tentang perkembangan dunia.
5. Masa bodoh terhadap perubahan. Hal itu disebabkan perubahan sosial yang terjadi
dianggap tidak akan menimbulkan pengaruh bagi dirinya.
6. Ketidaksiapan menghadapi perubahan. Pengetahuan dan kemampuan seseorang
terbatas, dampak perubahan sosial yang terjadi ia tidak memiliki kesempatan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

MASALAH YANG MUNCUL ATAU DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial mengakibatkan terjadinya masalah-masalah sosial seperti


kejahatan, atau kenakalan remaja. Meskipun begitu, tidak setiap masalah yang
terjadi pada masyarakat disebut masalah sosial. Menurut Merton (dalam Soekanto),
suatu masalah disebut masalah sosial jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu
sebagai berikut:

1. Tidak adanya kesesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan


kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial.
2. Semula ada pendapat keliru yang menyatakan bahwa masalah sosial bersumber
secara langsung pada kondisi-kondisi ataupun proses-proses sosial. Pendapat
tersebut tidak memuaskan dan telah ditinggalkan. Hal pokok di sini bukanlah
sumbernya, melainkan akibat dari gejala tersebut (baik gejala sosial maupun gejala
bukan sosial yang menyebabkan terjadinya masalah sosial.
3. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial
atau tidak. Dalam hal ini, urutannya sangat relatif.
4. Adanya masalah-masalah sosial yang terbuka dan masalah-masalah sosial yang
tertutup. Masalah sosial tersebut timbul akibat terjadinya kepincangan-kepincangan
masyarakat karena tidak sesuainya tindakan-tindakan dengan norma-norma dan
nilai-nilai masyarakat. Akibat hal tersebut, masyarakat tidak menyukai tindakan-
tindakan yang menyimpang dan berlawanan dengan nilai-nilai yang berlaku.

Masalah sosial merupakan proses terjadinya ketidaksesuaian antara unsur-unsur


dalam kebudayaan suatu masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok-
kelompok sosial. Dengan kata lain, masalah sosial menyebabkan terjadinya
hambatan dalam pemenuhan kebutuhan warga masyarakat. Hal itu berakibat terjadi
disintegrasi sosial atau rusaknya ikatan sosial.

Proses disintegrasi sebagai akibat atau dampak perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat dapat berbentuk antara lain sebagai berikut:

1. Pergolakan dan Pemberontakan

Proklamasi dikumandangkan sebagai pernyataan kemerdekaan Indonesia dapat


diterima di berbagai daerah walaupun tidak secara bersamaan. Rakyat menyambut
dan mendukungnya. Oleh karena itu, segera dibentuk suatu tatanan dan kehidupan
sosial baru. Rangkaian peristiwa itu disebut revolusi. Adanya pergolakan dan
pemberontakan di berbagai daerah pascakemerdekaan, berlujuan untuk
menjatuhkan kedudukan penguasa pada saat itu, sekaligus menyatakan
kelidaksetujuan mereka terhadap ideologi pemerintah.

2. Aksi Protes dan Demonstrasi

Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan manusia.
Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang mungkin
berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal menimpa kepentingan individu atau
kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa ketidakadilan akan hak yang
harus diterima. Akibatnya, individu atau kelompok tersebut tidak puas dan
melakukan tindakan penyelesaian.

Protes merupakan aksi tanpa kekerasan yang dilakukan oleh individu atau
masyarakat terhadap suatu kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara tidak
langsung sebagai rasa solidaritas antarsesama karena kesewenang-wenangan pihak
tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain.

3. Kriminalitas

Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan memberi peluang bagi setiap orang
untuk berubah, tetapi perubahan tersebut tidak membawa setiap orang ke arah
yang dicita-citakan. Hal ini berakibat terjadinya perbedaan sosial berdasarkan
kekayaan, pengetahuan, perilaku, ataupun pergaulan. Perubahan sosial tersebut
dapat membawa seseorang atau kelompok ke arah tindakan yang menyimpang
karena dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi atau terpuaskan
dalam kehidupannya.

Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secara khusus akan diuraikan


sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan kesenjangan
kehidupan atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya, tidak semua orang
mendapat kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan setiap
orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap hak dan kewajibannya.
Setiap orang harus mendapat hak disesuaikan dengan kewajiban yang dilakukan.

4. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Bangsa Indonesia yang sedang membangun perlu memiliki sistem administrasi yang
bersih dan berwibawa, bebas dari segala korupsi, kolusi, dan nepotisme. Masalah
korupsi menyangkut berbagai aspek sosial dan budaya maka Bung Hatta (dalam
Mubyarto) mengatakan bahwa korupsi adalah masalah budaya. Apabila hal ini
sudah membudaya di kalangan bangsa Indonesia atau sudah menjadi bagian dari
kebudayaan bangsa akan sulit untuk diberantas. Akibatnya, ha! tersebut akan
menghambat proses pembangunan nasional. Untuk memberantas korupsi, tidak
hanya satu atau beberapa lembaga pemerintahan saja yang harus berperan, tetapi
seluruh rakyat Indonesia harus bertekad untuk menghilangkan korupsi.

5. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu
karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat Oleh karena
itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja
merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan
sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orangtua
bekerja sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang.

Selain itu, pergeseran nilai dan norma masyarakat mengakibatkan berkembangnya


sifat individualisme. Juga pergeseran struktur masyarakat mengakibatkan
masyarakat lebih menyerahkan setiap permasalahan kepada yang berwenang.
Perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan unsur budaya lainnya dapat mengakibatkan
disintegrasi.
E. Teori Perubahan Sosial

1. Teori Siklus

Teori siklus menjelaskan bahwa perubahan sosial bersifat siklus artinya


berputar melingkar. Menurut teori siklus, perubahan sosial merupakan sesuatu
yang tidak bisa direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tertentu, tetapi
berputar-putar menurut pola melingkar. Pandangan teori siklus ini, yaitu
perubahan sosial sebagai suatu hal yang berulang-ulang. Apa yang terjadi
sekarang akan memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa yang ada di
zaman dahulu. Di dalam pola perubahan ini tidak ada proses perubahan
sosial masyarakat secara bertahap sehingga batas-batas antara pola hidup
primitif, tradisional, dan modern tidak jelas. Perubahan siklus merupakan pola
perubahan yang menyerupai spiral seperti gambar berikut.

Pandangan teori siklus sebenarnya telah dianut oleh bangsa Yunani, Romawi, dan
Cina Kuno jauh sebelum ilmu sosial modern lahir. Mereka membayangkan
perjalanan hidup manusia pada dasarnya terperangkap dalam lingkaran sejarah
yang tidak menentu.

Seorang filsuf sosial Jerman, Oswald Spengler, berpandangan bahwa setiap


peradaban besar menjalani proses penahapan kelahiran, pertumbuhan, dan
keruntuhan. Selanjutnya, perubahan sosial akan kembali pada tahap kelahirannya
kembali. Seorang sejarawan sosial Inggris, Arnold Toynbee, berpendapat bahwa
sejarah peradaban adalah rangkaian siklus kemunduran dan pertumbuhan. Akan
tetapi, masingmasing peradaban memiliki kemampuan meminjam kebudayaan lain
dan belajar dari kesalahannya untuk mencapai tingkat peradaban yang tinggi. Salah
satu contoh adalah kemajuan teknologi di suatu masyarakat umumnya terjadi
karena proses belajar dari kebudayaan lain.

Kita dapat melihat kebenaran teori siklus ini dari kenyataan sosial sekarang.
Misalnya, dari perilaku mode pakaian, dan gaya kepemimpinan politik. Sebagai
contoh, dalam perubahan mode pakaian, seringkali kita melihat mode pakaian
terbaru kadang-kadang merupakan tiruan atau mengulang model pakaian zaman
dulu.
Dalam bidang politik, kita juga melihat adanya perubahan bersifat siklus. Sering
kita melihat upacara-upacara sosial yang dilakukan pemimpin suku di zaman kuno
dilakukan kembali oleh pemimpin politik masyarakat modern sekarang, misalnya
melakukan upacaraupacara yang sifatnya memuja dan memelihara tradisi turun-
temurun.

2. Teori Perkembangan/Teori Linier

Menurut teori ini perubahan sosial bersifat linier atau berkembang menuju
ke suatu titik tujuan tertentu. Penganut teori ini percaya bahwa perubahan sosial
bisa direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu. Masyarakat
berkembang dari tradisional menuju masyarakat kompleks modern. Bentuk
perubahan sosial menurut teori ini dapat digambarkan seperti tampak dalam
gambar berikut.

Pandangan tentang teori linier dikembangkan oleh para ahli sosial sejak
abad ke-18, bersamaan dengan munculnya zaman pencerahan di Eropa yang
berkeinginan masyarakat lebih maju. Teori linier dapat dibagi menjadi dua, yaitu
teori evolusi dan teori revolusi. Teori evolusi melihat perubahan secara lambat,
sedangkan teori revolusi melihat perubahan secara sangat drastis. Menurut teori
evolusi bahwa masyarakat secara bertahap berkembang dari primitif, tradisional,
dan bersahaja menuju masyarakat modern. Teori ini dapat kita lihat di antaranya
dalam karya sosiolog Herbert Spencer, Emile Durkheim, dan Max Weber. Herbert
Spencer seorang sosiolog Inggris, berpendapat bahwa setiap masyarakat
berkembang melalui tahapan yang pasti. Herbert Spencer mengembangkan teori
evolusi Darwin untuk diterapkan dalam kehidupan sosial.

Menurut Spencer orang-orang yang cakap akan memenangkan perjuangan


hidup, sedangkan orang-orang lemah akan tersisih sehingga masyarakat yang akan
datang hanya diisi oleh manusia-manusia tangguh yang memenangkan perjuangan
hidup.

Emile Durkheim mengetengahkan teorinya yang terkenal bahwa


masyarakat berkembang dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik. Solidaritas
mekanik merupakan cara hidup masyarakat tradisional yang di dalamnya
cenderung terdapat keseragaman sosial yang diikat oleh ide bersama. Sebaliknya,
solidaritas organik merupakan cara hidup masyarakat lebih maju yang berakar pada
perbedaan daripada persamaan. Masyarakat terbagi-bagi secara beragam atau
terjadi proses diferensiasi kerja.

Teori revolusioner dapat kita lihat dalam karya Karl Marx sebagai sosiolog.
Karl Marx juga melihat masyarakat berubah secara linier, namun bersifat
revolusioner. Semula masyarakat bercorak feodal lalu berubah secara revolusioner
menjadi masyarakat kapitalis. Kemudian, berubah menjadi masyarakat sosialis-
komunis sebagai puncak perkembangan masyarakat.

Max Weber berpendapat bahwa masyarakat berubah secara linier dan


masyarakat yang diliputi oleh pemikiran mistik menuju masyarakat yang rasional.
Terjadi perubahan dari masyarakat tradisional yang berorientasi pada tradisi turun-
temurun menuju masyarakat modern yang rasional.

2. Teori Evolusi (Evolutionary Theory)


Teori ini berpijak pada teori evolusi Darwin dan dipengaruhi oleh
pemikiran Herbert Spencer. Tokoh yang berpengaruh pada teori ini ialah Emile
Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Durkheim berpendapat bahwa perubahan
karena evolusi memengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang
berhubungan dengan kerja. Adapun Tonnies memandang bahwa masyarakat
berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan
kooperatif, menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan yang
terspesialisasi dan impersonal. Tonnies tidak yakin bahwa perubahanperubahan
tersebut selalu membawa kemajuan. Dia melihat adanya fragmentasi sosial
(perpecahan dalam masyarakat), individu menjadi terasing, dan lemahnya
ikatan sosial sebagai akibat langsung dari perubahan sosial budaya ke arah
individualisasi dan pencarian kekuasaan. Gejala itu tampak jelas pada
masyarakat perkotaan. Teori ini masih belum memuaskan banyak pihak karena
tidak mampu menjelaskan jawaban terhadap pertanyaan mengapa masyarakat
berubah. Teori ini hanya menjelaskan proses perubahan terjadi.

3. Teori Konflik (Conflict Theory)

Menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan kelas antara


kelompok tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada
perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl
Marx yang menyebutkan bahwa konflik kelas sosial merupakan sumber yang
paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Ralf Dahrendorf
berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas
di masyarakat. la yakin bahwa konflik atau pertentangan selalu menjadi bagian
dari masyarakat. Menurut pandangannya, prinsip dasar teori konflik (konflik
sosial dan perubahan sosial) selalu melekat dalam struktur masyarakat.

4. Teori Fungsional (Functional Theory)

Teori fungsional berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai pada


ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi
memengaruhi mereka. Teori ini berhasil menjelaskan perubahan sosial yang
tingkatnya moderat. Konsep kejutan budaya menurut William F. Ogburn berusaha
menjelaskan perubahan sosial dalam kerangka fungsional. Menurutnya, meskipun
unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa unsurnya
bisa saja berubah dengan sangat cepat, sementara unsur lainnya tidak.
Ketertinggalan tersebut menjadikan kesenjangan sosial dan budaya di antara unsur-
unsur yang berubah sangat cepat dan unsur yang berubah lambat. Kesenjangan ini
akan menyebabkan adanya kejutan sosial dan budaya pada masyarakat.

Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat daripada


perubahan budaya nonmaterial, seperti kepercayaan, norma, nilai-nilai yang
mengatur masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa
perubahan teknologi seringkali menghasilkan kejutan budaya yang pada gilirannya
akan memunculkan polapola perilaku yang baru meskipun terjadi konflik dengan
nilai-nilai tradisional. Contohnya, ketika alat-alat kontrasepsi pertama kali
diluncurkan untuk mengendalikan jumlah penduduk dalam program keluarga
berencana (KB), banyak pihak menentang program tersebut karena bertentangan
dengan nilai-nilai agama serta norma yang berlaku di masyarakat pada waktu itu.
Meskipun demikian, lambat laun masyarakat mulai menerima program KB tersebut
karena dapat bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendali.
Perubahan Sosial

DISUSUN OLEH :

Alfira Safitri

04

XII IPA 10

SOSIOLOGI
SMA NEGERI 17 MAKASSAR
2018 – 2019
A. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran
atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang
lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan
yang lebih bermartabat.
Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para Ahli :

1. William F.Ogburn mengemukakan bahwa “ruang lingkup perubahan-


perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material
maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur
kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial”.
2. Kingsley Davis mengartikan “perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat”.
3. MacIver mengatakan “perubahan-perubahan sosial merupakan sebagai
perubahanperubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial”.
4. JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial sebagai
suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat”.
5. Samuel Koenig mengatakan bahwa “perubahan sosial menunjukkan pada
modifikasimodifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia”.f.
Definisi lain adalah dari Selo Soemardjan. Rumusannya adalah “segala
perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat”.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial


Perubahan sosial juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
masyarakat itu sendiri diantaranya:
 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat.
1. Penemuan baru
Dengan adanya penamuan baru tentu saja nantinya akan
mempengaruhi berbagai kehidupan masyarakat. Misalkan, dengan
dikembangkannya internet, segala sesuatu menjadi lebih
praktis.Untuk mencari berbagai informasi tidak perlu jauh-jauh pergi
ke perpustakaan daerah, asalkan ada kuota dan akses internet kita bisa
mencari apapun yang kita inginkan.
2. Inovasi
3. Invention
4. Konflik social
Dalam masyarakat terutama masyarakat yang majemuk, konflik itu
selalu ada. Banyak sekali penyebab dari konflik entah itu perbedaan
pola pikir, kepentingan,pendapat dan masih banyak lagi.
5. Pemberontakan
Pemberontakan bisa menyebabkan perubahan besar di dalam
masyarakat.Misalnya bagaimana peristiwa G30S/PKI.Akibat
peristiwa tersebut segala hal yang berbau komunis di Indonesia
dilarang, dan juga mempengaruhi pandangan masyarakat tentang
komunisme.
 Faktor Eksternal
1. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Pertemuan dua kebudayaan yang memiliki latar belakang budaya
yang berbeda dapat menyebabkan perubahan sosial budaya karena
terjadi kontak antara dua kebudayaan yang bertemu sehingga ada
kemungkinan dua kebudayaan tersebut saling mempengaruhi ataupun
melebur menjadi satu.
2. Peperangan
Peperangan yang muncul pada antar kelompok atau Negara bisa
mengakibatkan perubahan sosial karena pihak yang menang akan
memiliki kebebasan untuk menguasai pihak yang kalah.
3. Bencana Alam
Bencana alam bisa membuat masyarakat di suatu daerah harus pindah
ke daerah lain yang menyebabkan masyarakat korban bencana
tersebut harus merubah sistem hidupnya.

C. Teori-Teori Perubahan Sosial


1. Teori Siklus
Seorang filsuf sosial Jerman, Oswald Spengler, berpandangan bahwa
setiap peradaban besar menjalani proses penahapan kelahiran,
pertumbuhan, dan keruntuhan. Selanjutnya, perubahan sosial akan kembali
pada tahap kelahirannya kembali. Seorang sejarawan sosial Inggris,
Arnold Toynbee, berpendapat bahwa sejarah peradaban adalah rangkaian
siklus kemunduran dan pertumbuhan. Akan tetapi, masingmasing
peradaban memiliki kemampuan meminjam kebudayaan lain dan belajar
dari kesalahannya untuk mencapai tingkat peradaban yang tinggi. Salah
satu contoh adalah kemajuan teknologi di suatu masyarakat umumnya
terjadi karena proses belajar dari kebudayaan lain.
Kita dapat melihat kebenaran teori siklus ini dari kenyataan sosial
sekarang. Misalnya, dari perilaku mode pakaian, dan gaya kepemimpinan
politik. Sebagai contoh, dalam perubahan mode pakaian, seringkali kita
melihat mode pakaian terbaru kadang-kadang merupakan tiruan atau
mengulang model pakaian zaman dulu.
Dalam bidang politik, kita juga melihat adanya perubahan bersifat
siklus.Sering kita melihat upacara-upacara sosial yang dilakukan
pemimpin suku di zaman kuno dilakukan kembali oleh pemimpin politik
masyarakat modern sekarang, misalnya melakukan upacaraupacara yang
sifatnya memuja dan memelihara tradisi turun-temurun.
2. Teori Perkembangan/Teori Linier
Pandangan tentang teori linier dikembangkan oleh para ahli sosial
sejak abad ke-18, bersamaan dengan munculnya zaman pencerahan di
Eropa yang berkeinginan masyarakat lebih maju.Teori linier dapat dibagi
menjadi dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi.Teori evolusi melihat
perubahan secara lambat, sedangkan teori revolusi melihat perubahan
secara sangat drastis.Menurut teori evolusi bahwa masyarakat secara
bertahap berkembang dari primitif, tradisional, dan bersahaja menuju
masyarakat modern.Teori ini dapat kita lihat di antaranya dalam karya
sosiolog Herbert Spencer, Emile Durkheim, dan Max Weber.Herbert
Spencer seorang sosiolog Inggris, berpendapat bahwa setiap masyarakat
berkembang melalui tahapan yang pasti.Herbert Spencer mengembangkan
teori evolusi Darwin untuk diterapkan dalam kehidupan sosial.
Menurut Spencer orang-orang yang cakap akan memenangkan
perjuangan hidup, sedangkan orang-orang lemah akan tersisih sehingga
masyarakat yang akan datang hanya diisi oleh manusia-manusia tangguh
yang memenangkan perjuangan hidup.
Emile Durkheim mengetengahkan teorinya yang terkenal bahwa
masyarakat berkembang dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik.
Solidaritas mekanik merupakan cara hidup masyarakat tradisional yang di
dalamnya cenderung terdapat keseragaman sosial yang diikat oleh ide
bersama. Sebaliknya, solidaritas organik merupakan cara hidup
masyarakat lebih maju yang berakar pada perbedaan daripada persamaan.
Masyarakat terbagi-bagi secara beragam atau terjadi proses diferensiasi
kerja.
Teori revolusioner dapat kita lihat dalam karya Karl Marx sebagai
sosiolog.Karl Marx juga melihat masyarakat berubah secara linier, namun
bersifat revolusioner.Semula masyarakat bercorak feodal lalu berubah
secara revolusioner menjadi masyarakat kapitalis.Kemudian, berubah
menjadi masyarakat sosialis-komunis sebagai puncak perkembangan
masyarakat.
Max Weber berpendapat bahwa masyarakat berubah secara linier dan
masyarakat yang diliputi oleh pemikiran mistik menuju masyarakat yang
rasional.Terjadi perubahan dari masyarakat tradisional yang berorientasi
pada tradisi turun-temurun menuju masyarakat modern yang rasional.
3. Teori Evolusi (Evolutionary Theory)
Teori ini berpijak pada teori evolusi Darwin dan dipengaruhi oleh
pemikiran Herbert Spencer.Tokoh yang berpengaruh pada teori ini ialah
Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Durkheim berpendapat bahwa
perubahan karena evolusi memengaruhi cara pengorganisasian
masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja. Adapun Tonnies
memandang bahwa masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang
mempunyai hubungan yang erat dan kooperatif, menjadi tipe masyarakat
besar yang memiliki hubungan yang terspesialisasi dan
impersonal.Tonnies tidak yakin bahwa perubahanperubahan tersebut selalu
membawa kemajuan.
Dia melihat adanya fragmentasi sosial (perpecahan dalam masyarakat),
individu menjadi terasing, dan lemahnya ikatan sosial sebagai akibat
langsung dari perubahan sosial budaya ke arah individualisasi dan
pencarian kekuasaan.Gejala itu tampak jelas pada masyarakat
perkotaan.Teori ini masih belum memuaskan banyak pihak karena tidak
mampu menjelaskan jawaban terhadap pertanyaan mengapa masyarakat
berubah. Teori ini hanya menjelaskan proses perubahan terjadi.
4. Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan kelas antara
kelompok tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada
perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl.Marx yang
menyebutkan bahwa konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling
penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial.Ralf Dahrendorf
berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik
kelas di masyarakat.la yakin bahwa konflik atau pertentangan selalu
menjadi bagian dari masyarakat. Menurut pandangannya, prinsip dasar
teori konflik (konflik sosial dan perubahan sosial) selalu melekat dalam
struktur masyarakat.

5. Teori Fungsional (Functional Theory)


Konsep kejutan budaya menurut William F. Ogburn berusaha
menjelaskan perubahan sosial dalam kerangka fungsional. Menurutnya,
meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain,
beberapa unsurnya bisa saja berubah dengan sangat cepat, sementara unsur
lainnya tidak. Ketertinggalan tersebut menjadikan kesenjangan sosial dan
budaya di antara unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan unsur yang
berubah lambat. Kesenjangan ini akan menyebabkan adanya kejutan sosial
dan budaya pada masyarakat.
Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat
daripada perubahan budaya nonmaterial, seperti kepercayaan, norma, nilai-
nilai yang mengatur masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu, dia
berpendapat bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan kejutan
budaya yang pada gilirannya akan memunculkan polapola perilaku yang
baru meskipun terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional. Contohnya,
ketika alat-alat kontrasepsi pertama kali diluncurkan untuk mengendalikan
jumlah penduduk dalam program keluarga berencana (KB), banyak pihak
menentang program tersebut karena bertentangan dengan nilai-nilai agama
serta norma yang berlaku di masyarakat pada waktu itu. Meskipun
demikian, lambat laun masyarakat mulai menerima program KB tersebut
karena dapat bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan penduduk yang
tidak terkendali.

D. Proses Perubahan Sosial


1. Difusi
Difusi secara sederhana dapat diartikan sebagai penyebaran unsur-unsur
kebudayaan lain dari satu lingkup ke kebudayaan dlainnya. Proses yang
dilakukan dengan difusi biasanya dengan adanya imitasi atau meniru dari
bentuk budaya yang lama.
Contoh Difusi
Contoh yang bisa diberikan dalam difusi misalnya saja adalah cara makan
yang dihakukan orang-orang Eropa dengan menggunakan sendok yang
kemudian makan dengan menggunakan sendok ini dianggap baik dan
ditiru oleh sebagai besar orang Indonesia, baik pejabat ataupun masyarakat
biasa.

2. Akulturasi
Akulturasi dapat diartikan sebagai sebuah proses masuknya suatu
kebudayaan asing ke dalam sekelompok masyarakat, hingga unsur
kebudayaan asing itu dapat diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
masyarakat tersebut. Cepat atau lambatnya unsur kebudayaan asing dapat
diterima kelompok masyarakat bergantung kepada cara masuk dari budaya
tersebut. Jika, unsur kebudayaan tersebut masuk dengan cara pemaksaan,
maka akulturasi akan berjalan cukup lama. Namun, jika melalui proses
yang damai, maka unsur kebudayaan tersebut relatif lebih cepat diterima.
Contoh Akulturasi
Contoh yang dapat dikemukakan dalam akulturasi misalnya ada budaya,
tepatnya adalah musik keroncong.Musik keroncong merupakan hasil
perpaduan antara musik Portugis dan juga musik asli khas Indonesia.
Keroncong pada dasarnya berasal dan jenis musik yang berkembang di
Portugis yang dikenal sebagai Fado. Dalam perkembangannya, musik
keroncong tersebut disertai pula oleh unsur kebudayaan Indonesia,
misalnya menggunakan seruling yang terbuat dari bambu dan alat musik
gamelan

3. Asimilasi
Asimilasi secara umum dapat diartikan sebagai sebuah proses pembauran
yang dialami oleh dua kebudayaan yang berbeda, sehingga kondisi ini
disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan, yang berhasil membentuk
kebudayaan-kebudayaan baru dalam masyarakat. Asimilasi ini biasanya
ditandai dengan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan antar
individu atau kelompok.Usaha-usaha tersebut mempererat kesatuan
tindakan, sikap, dan perasaan dengan terus menerus memperhatikan sikap
dan juga tujuan bersama.
Contoh Asimilasi
Contoh asimilasi yang dapat diberikan adalah adanya makanan lontong
cap go meh. Lontong cap go meh merupakan hasil pembaharuan antara
budaya Indonesia dan budaya Tionghoa dengan menghilangkan ciri khas
kebudayaan yang lama, yaitu Indonesia.

E. Dampak dari Perubahan Sosial

 Kesenjangan budaya
Kesenjangan budaya atau cultural lag, adalah dampak umum yang
terjadi akibat perubahan sosial. Perubahan sosial identik dengan perubahan
nilai dan norma yang terjadi di masyarakat, baik dalam skala kecil atau
pun besar. Pergeseran atau perubahan ini menuntut adanya penyesuaian
terhadap nilai dan norma yang baru.
Kesenjangan budaya bisa terjadi terutama dalam kasus yang
melibatkan lintas generasi. Cukup sering kita mendengar pendapat orang
tua melihat kelakuan anak muda sambil geleng-geleng kepala: ”dasar anak
jaman now”.
Sebagai contoh, anak jaman now beli bakso micinnya banyak, penjual
bakso barang kali heran, karena biasanya request pembeli justru tanpa
micin atau micinnya dikit. Besoknya, ketika ada anak kecil beli baksonya
lagi, ia menawarkan micinnya banyak atau dikit. Ketika yang ditawarkan
orang dewasa barang kali tawaran seperti itu nggak lumrah.
Di dunia perbaksoan terjadi pergeseran nilai tentang micin. Selain
micin, gaptek adalah contoh lain dimana generasi tua biasanya
mengalaminya. Mbah kita biasanya nggak punya akun Facebook, tapi kita
punya.Gaptek dan pertanyaan tentang takaran micin menimbulkan
kesenjangan budaya.

 Ketimpangan social
Perubahan sosial di suatu daerah akan menciptakan perubahan
hubungan sosial dengan daerah lain di sekitar. Apalagi jika suatu daerah
mengalami perubahan sosial yang cepat, dan daerah sebelahnya lambat
atau bahkan stagnan.
Sebagai contoh, sebuah pabrik batu bara besar didirikan di kampung
Ujung Negoro. Penduduk kampung sebelah yang tidak punya skill untuk
bekerja di pabrik akan tetap bekerja seperti semula selama tidak tergusur
untuk pembangunan jalan. Warga luar dan warga setempat dimana pabrik
didirikan yang punya skill akan masuk pabrik. Warga kampung Ujung
Negoro yang tidak tergusur meraup untung dari usaha warung makan dan
kos-kosan.
Secara ekonomi, barangkali kampung Ujung Negoro mengalami
peningkatan, tetapi kampung sebelahnya yang tidak dapet duit CSR
(corporate social (ir)responsibility) tidak. Akibatnya terjadi ketimpangan
antara kampung Ujung Negoro dengan kampung sebelahnya.

 Integrasi dan disintegrasi social


Perubahan sosial bisa menciptakan integrasi atau disintegrasi
sosial.Sumpah pemuda yang dirintis sejak era kolonial adalah contoh
integrasi sosial antar anak bangsa yang senasib.Masuknya imperialisme
mengguncang tatanan sosial yang telah mapan sebelumnya.Kekuasaan
yang sebelumnya berada di tangan rakyat, beralih ke tangan kolonial.
Rasa senasib dan sependeritaan telah menggugah jiwa-jiwa yang lelah
untuk bersatu, terikat dalam satu janji kemerdekaan.Tapi sebelumnya,
mereka harus bersatu.Disintegrasi sosial adalah kebalikannya.Contoh
disintegrasi sosial, misalnya, munculnya gerakan-gerakan separatis di
Indonesia. Rezim yang mendiskresitkan kelompok minoritas tertentu akan
memantik munculnya gerakan sosial separatis.

 Konflik Sosial
Salah satu resiko yang paling mudah diduga akibat terjadinya
perubahan sosial adalah munculnya konflik sosial.Sangat jarang sekali
perubahan sosial yang terjadi memuaskan semua pihak. Akan ada pihak
lain yang kecewa atau patah hati. Mereka yang menikmati kemapanan dan
kenyamanan biasanya tidak senang apabila ada perubahan.Kalau bisa,
kemapanan dan kenyamanan itu langgeng sampai mati.
Sebagai contoh, seorang juragan tanah kavling tiba-tiba terjerat kasus
hukum karena tanah yang dijadikannya proyek sebenarnya milik sah
pemerintah.Kondisinya yang mapan terancam setelah tahan yang diklaim
milik kakek buyutnya itu ternyata milik pemerintah.
Perubahan status kepemilikan tanah menimbulkan keresahan.Juragan
itu memanggil seluruh keluarga besarnya untuk menjadi saksi dan
melakukan protes kepada pemerintah.Timbullah konflik sosial antara
pihak keluarga yang mengklaim sebagai pemilik dan pemerintah yang juga
mengklaim sebagai pemilik.
 Anomie
Anomie menurut Emile Durkheim adalah kondisi sosial tanpa norma.
Kondisi ini lumrah terjadi setelah perubahan besar mengguncang tatanan
masyarakat.Misalnya, bencana alam atau kondisi ketika perang.
Ketika tentara asing melakukan invasi, warga setempat dihadapkan
dengan kondisi tak menentu.Sistem perekonomian tak berjalan, sistem
pemerintahan kacau-balau. Warga tak tau harus bergerak ke mana, makan
apa, tidur di mana. Ketidaktahuan tersebut merupakan wujud anomie
karena tidak adanya norma yang mengatur.
Biasanya Senin pagi pergi belajar atau bekerja, karena perang, jadinya
tak jelas. Ketidakjelasan ini menuntut pihak otoritas menentukan norma.
Misalnya presiden memutuskan untuk melawan tentara asing yang
datang.Namun, anomie sering kali sulit ditenggulangi secara cepat karena
ketiadaan otoritas.Tanpa orang yang memegang otoritas, semua orang bisa
berperang melawan semua.
Dampak perubahan sosial dan contohnya di atas dapat terjadi dimana
saja.Pembaca barang kali sudah mengetahui bahwa masyarakat itu selalu
dinamis.Oleh karenanya, perubahan sosial itu sebuah keniscayaan.Hanya
saja, perubahan sosial yang kecil sering kali terjadi tanpa disadari sehingga
seolah-olah tidak terjadi perubahan apa-apa di masyarakat.
Dampak perubahan sosial memang perlu terus diidentifikasi, dikaji,
dan diteliti agar kita senantiasa mampu mengambil mana yang berdampak
”baik”, mana yang ”buruk”. Pembaca dapat mengembangkan beberapa
contoh dampak perubahan sosial yang disebutkan di atas atau
menjadikannya referensi.Sertai sumber bila mengutip untuk menghindari
plagiasi.
PERUBAHAN SOSIAL

DISUSUN OLEH:

NAMA: FAJRIAH AMANDA RAHIM

KELAS: XII-IPA 10

NO.URUT: 21

SMA NEGERI 17 MAKASSAR

2018/2019
A. PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan Sosial menurut para ahli:


-Kingsley Davis
Perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi masyarakat. Misal: pengorganisasian buruh menyebabkan
perubahan hubungan buruh dan majikan.
-Mac Iver
Perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial (social
relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan
(equilibrium) hubungan sosial.
-Gillin dan Gillin
Perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun difusi ataupun penemuan baru
dalam masyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial merupakan
gejala pergeseran atau pergantian yang bersifat normal dan universal
artinya perubahan itu penting dan pasti terjadi pada masyarakat apapun
dan dimanapun sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun difusi ataupun penemuan baru
dalam masyarakat.
B. FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL
 Faktor pendorong:
1) Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia
saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-
penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru
tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan
perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses
tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan
memperkaya kebudayaan yang ada.
2) Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama
membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional,
dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk
menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi
perkembangan zaman atau tidak.
3) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong
seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat
akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
4) Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau
merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya
perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar
semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
5) Sistem Terbuka Masyarakat (Open Stratification)
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial ertikal atau
horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat.
Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam
menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka
kesempatan kepada para indi idu untuk dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
6) Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang
budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi
pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial.
Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya
perubahanperubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya
untuk mencapai keselarasan sosial.
7) Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat
masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya
penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
8) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat
dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan
gerakan revolusi untuk mengubahnya.
9) Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk
Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber
daya yang terbatas.

 Faktor penghambat:
1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal
ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat
menjadi statis.
2) Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang
terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi
mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah
pengaruh masyarakat lain (terjajah).
3) Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat
membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan
zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan
didominasi oleh golongan konser atif (kolot).
4) Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi
seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau
kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat
berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri
pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
5) Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan
Kuat (Vested Interest)
Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan
menghambat terjadinya perubahan. Golongan masyarakat yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya akan
mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah yang
menyebabkan terhambatnya proses perubahan.
6) Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang
pernah dijajah oleh bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat.
Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena
belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa
penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari
pengaruh-pengaruh asing.
7) Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah,
biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan
ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi
masyarakat tersebut.
8) Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya
adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah.
Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan
perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin
dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan
kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit
atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan.
9) Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah
pandangan pesimistis. Masyarakat cenderung menerima
kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur
oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak
akan memacu pekembangan kehidupan manusia.

C. TEORI PERUBAHAN SOSIAL


1) Teori Evolusioner
Perubahan sosial memiliki arah yang mantap yang dilalui
masyarakat. Semua masyarakat melewati urutan fase yang sama
serta mulai dari tahap perkembangan awal sampai perkembangan
terakhir. Bila tahap terakhir sudah tercapai, maka perubahan
evolusioner telah berakhir. Prinsip teori evolusi yang paling penting
merupakan bahwa tahap-tahap masyarakat berasal dari kelahiran,
pertumbuhan, serta kesempurnaan.
Teori ini bertumpu pada teori evolusi Darwin serta dipengaruhi
oleh pemikiran Herbert Spencer. Tokoh yang berpengaruh dari teori
ini merupakan Emile Durkheim serta Ferdinand Tonnies.
Durkheim berpendapat bahwa perubahan evolusioner
mempengaruhi cara orang mengatur, terutama berkenaan dengan
pekerjaan. Sedangkan untuk Tonnies, orang berubah dari masyarakat
sederhana dengan hubungan dekat serta kooperatif, menjadi tipe
masyarakat yang besar dengan hubungan istimewa serta impersonal.
Tonnies tidak yakin bahwa perubahan ini selalu berlanjut. Dia melihat
fragmentasi sosial (pembagian di dalam masyarakat), individu menjadi
teralienasi, serta perubahan sosio-kultural terhadap individualisasi
serta pencarian kekuasaan. Gejalanya sudah jelas di masyarakat
perkotaan.
Paul B. Horton serta Chester L. Hunt mengemukakan bahwa
terdapat sejumlah kelemahan di dalam Teori Evolusi yang mestinya
mendapat perhatian, diantaranya merupakan sebagai berikut.
-Data yang mendukung penentuan tahapan di dalam masyarakat
menjadi serangkaian tahapan yang seringkali tidak hati-hati. Bisa
disimpulkan tahapan perkembangan masyarakat ditentukan sesuai
dengan tahapan yang paling sesuai dengan teori ini.
-Urutan di dalam tahap perkembangan tidak sepenuhnya asertif,
karena ada beberapa masyarakat yang mampu melampaui tahap
tertentu serta langsung menuju tahap selanjutnya, dengan kata lain
melewati satu tahapan. Beranding terbalik dengan sebelumnya,
terdapat juga kelompok orang yang hanya berjalan mundur, tidak
berjalan maju seperti yang diinginkannya.
-Pandangan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya
ketika masyarakat telah mencapaikesejahteraan di dalam arti luas,
nampaknya perlu ditinjau ulang. Ini karena jika perubahan memang
hal yang konstan, berarti setiap urutan tahapan perubahan akan
mencapai titik akhir.
2) Teori Konflik
Teori konflik memaparkan bahwasanya konflik atau pun
perselisihan berasal dari perselisihan kelas antara kelompok yang
mengendalikan modal atau pemerintahan dengan kelompok tertindas
secara materi, sehingga mengarah pada perubahan sosial. Sumber
perubahan sosial yang paling penting di dalam perspektif ini
merupakan konflik kelas sosial di masyarakat. Perspektif ini memiliki
prinsip bahwa konflik sosial serta perubahan sosial merupakan hal-hal
yang selalu melekat pada struktur masyarakat. Teori ini didasarkan
pada pemikiran Karl Marx bahwa konflik kelas sosial merupakan
sumber terpenting serta berpengaruh di dalam semua perubahan
sosial.
3) Teori Fungsional
Teori ini menganggap bahwa setiap elemen masyarakat
memberikan fungsi pada elemen masyarakat lainnya. Perubahan
yang muncul di bagian masyarakat juga akan menyebabkan
perubahan di bagian lain.
Konsep kejutan budaya menurut William F. Ogburn mencoba
menjelaskan perubahan sosial di dalam kerangka fungsional.
Menurutnya, meski unsur masyarakat saling berhubungan satu sama
lain, beberapa elemen bisa berubah sangat cepat, sementara yang
lain tidak. Keterlambatan seperti itu membuat perpecahan sosial serta
budaya antara unsur-unsur yang berubah dengan cepat serta unsur-
unsur yang lamban. Kesenjangan ini akan menyebabkan goncangan
sosial serta budaya ke masyarakat.
4) Teori Siklus
Teori ini memiliki perspektif yang menarik di dalam melihat
perubahan sosial karena mengasumsikan bahwa perubahan sosial
tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh siapapun, bahkan orang-
orang yang terampil sekalipun. Di setiap masyarakat, terdapat siklus
yang harus diikuti. Kebangkitan serta penurunan peradaban (budaya)
tidak terelakkan serta perubahan sosial tidak selalu baik.
Oswald Spengler mengemukakan teorinya bahwa setiap
masyarakat berevolusi melalui empat tahap perkembangan seperti
pertumbuban manusia, yaitu masa kanak-kanak, remaja, dewasa,
serta tua.Oswald beranggapan bahwa masyarakat Barat telah
mencapai masa jayanya pada masa dewasa, pada abad ke-15
kebangkitan kembali. Sejak saat itu, peradaban Barat sudah mulai
menurun serta menjadi tua. Tidak ada yang bisa menghentikan
prosesnya, seperti yang terjadi pada peradaban Babilonia di Mesir,
Yunani, serta Roma yang terus menurun hingga akhirnya ambruk.

D. PROSES ATAU BENTUK PERUBAHAN SOSIAL


1) Perubahan yang lambat dan cepat
Perubahan yang lambat (evolusi) adalah perubahan yang
biasanya tak terencanakan,terjadi karena masyarakat ingin
menyesuaikan dengan kebutuhan, keadaan /kondisi baru yang timbul
sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan yang
evolusioner sering tidak dirasakan sebagai perubahan, karena
masyarakat telah berhasil menyesuaikan diri secara sempurna
terhadap perubahan yang terjadi.
Perubahan yang cepat (revolusioner) adalah perubahan ini
dapat terjadi tanpa rencana, tetapi dapat pula direncanakan terlebih
dahulu.perubahan/ pergantian secara cepat terhadap berbagai aspek
kehidupan yg penting yang mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi
pokok kehidupan masyarakat.
2) Perubahan kecil dan perubahan besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi tidak
membawa pengaruh langsung atau berarti dalam masyarakat.
Contoh: perubahan mode rambut tidak mengakibatkan perubahan
pada lembaga kemasyarakatan.
Perubahan besar adala perubahan yang terjadi membawa
pengaruh langsung atau berarti dalam masyarakat. Contoh:
industrialisasi yang pada masyarakat agraris yang akan membawa
pangaruh besar dalam masyarakat.
3) Perubahan yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki adalah perubahan yang telah
direncanakan terlebih dahulu oleh pihak yang menghendaki
perubahan dalam masyarakat (agent of change) bisa dari seseorang
maupun institusi swasta maupun pemerintah.Perencanaan perubahan
masyarakat itu dapat disebut social enginering atau social
planning.Perubahan yang sengaja direncanakan itu misalnya disebut
dengan istilah pembangunan dan modernisasi.
Perubahan yang tidak dikehendaki adalah perubahan ini
terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat
menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat,
akibat yang ditimbulkan ini kebanyakan akibat yang berdampak
negatif.

E. DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL


Dampak positif:
1. Munculnya Nilai dan Norma Baru
Adakalanya suatu nilai dan norma dirasa tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks.
Dengan adanya perubahan sosial diharapkan mampu
mendorong munculnya nilai maupun norma baru yang lebih sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman.
2. Adanya Struktur dan Hubungan Sosial Baru
Struktur dan hubungan sosial baru ini biasanya lebih
menekankan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia.
3. Adanya Upaya Memberdayakan Perempuan dan Mewujudkan
Kesetaraan Gender
Bentuk pemberdayaan perempuan harus diletakkan dalam
kerangka gender related development yaitu dengan menambah
anggaran kesehatan dan pendidikan.
Memastikan bahwa perempuan sudah mendapatkan porsi
yang layakterutama terkait dengan peningkatan pelayanan kesehatan
dan beasiswa bagi pelajar perempuan.
Kesetaraan yang harmonis diupayakan agar peranan
perempuan sebagai pelaku kegiatan ekonomi untuk meningkatkan
taraf hidup.
Perempuan diharapkan lebih leluasa menggali dan mengembangkan
potensi ataupun sumber daya yang dimilikinya.
4. Terjadinya Diferensiasi Struktural
Diferensiasi struktural yaitu berkembangnya lembaga-lembaga
sosial baru, sehingga lebih memungkinkan anggota masyarakat untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan yang semakin kompleks.
Dengan demikian, diharapkan fungsi pemenuhan kebutuhan
tersebut dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
5. Kesadaran Politik Semakin Tinggi
Tingginya kesadaran politik ditandai dengan meningkatnya
partisipasi dalam politik praktis. Pendidikan politik mulai menyentuh
lapisan bawah masyarakat, sehingga berkembang kesadaran tentang
pentingnya penggunaan hak politik.
6. Meningkatnya Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Munculnya penelitian ilmiah semakin menyadarkan manusia
terhadap pentingnya penguasaan Iptek dengan peningkatan taraf
hidupnya.
7. Berkembangnya Industrialisasi
Perkembangan ini memunculkan produktivitas dan nilai
tambah yang signifikan, sehingga menyerap banyak tenaga kerja
serta meningkatkan peluang ekspor.
8. Perlindungan dan Penghormatan terhadap Kebebasan dalam
Kehidupan Beragama
Perlindungan dan penghormatan ini mencakup penanaman
cara hidup saling menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keanekaragaman agam yang tumbuh dan berkembang di tengah-
tengah masyarakat yang plural.
Dengan demikian diharapkan akan tercipta kerukunan antar
umat beragama yang bermuara pada terwujudnya kebebasan
beragama secara hakiki.
9. Masyarakat Semakin Menghargai Waktu
Dalam orientasinya ke masa depan, anggota masyarakat
berupaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam berbagai
aktivitas.

Dampak negatif
1. Adanya Disorientasi Nilai dan Norma
Norma dan nilai terkadang diabaikan seiring semakin tingginya
kebutuhan akan kebebasan maupun independensi dari otoritas
tradisional.
2. Perubahan Tingkah Laku
Perubahan tingkah laku yang mungkin menjurus pada perilaku
menyimpang. Suatu perilaku dianggap manyimpang apabila tidak
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat.
3. Budaya Konsumtif yang Semakin Besar
Individu mengkonsumsi suatu barang karena dianggap
sebagai simbol status.
4. Berkembangnya Sifat Individualisme
Saat ini, masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi,
sehingga sering mengesampingkan kepentingan hukum.Hubungan
antar manusia bersifat sekunder, serba terbatas pada bidang
kehidupan tertentu saja.
5. Munculnya Konflik Sosial Vertikal maupun Horizontal
Konflik dan kekerasan muncul sebagai akibat adanya
perbedaan sikap dan kepentingan dalam menghadapi perubahan
sosial.
6. Lembaga-lembaga Sosial yang ada Tidak Dapat Berfungsi Maksimal
Ketidakmampuan lembaga sosial berfungsi secara maksimal
dikarenakan adanya konflik antara kelompok pendukung dan
penentang perubahan sosial.
7. Banyak Pengangguran
Di masa industrialisasi seharusnya tercipta banyak peluang
usaha dan kesempatan kerja.Namun, sebagian anggota masyarakat
tidak siap untuk menyesuaikan diri dengan pola industrialisasi,
sehingga dapat meningkatkan jumlah pengangguran.
8. Adanya Kesenjangan Sosial
Anggota masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan tentu akan mampu meningkatkan taraf hidupnya.Namun
sebaliknya, apabila masyarakat tidak mampu melakukan
penyesuaian, maka lama kelamaan akan semakin terbelakang dan
mengalami penurunan kualitas hidup.
Sehubungan bergulirnya perubahan, semakin lebar pula
kesenjangan sosial yang tercipta dalam hubungan antara dua
keadaan yang saling bertolak belakang ini.
9. Terjadinya Berbagai Bentuk Kerusakan Lingkungan dan Bencana
Alam
Pemanasan global (global warming) merupakan sebagai salah
satu bentuk kerusakan lingkungan dan bencana alam yang
diakibatkan oleh perubahan pola kehidupan masyarakat.
Hal ini telah menjadi sorotan masyarakat dunia, terutama
negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumtif tinggi.

Anda mungkin juga menyukai