Laporan Pendahuluan Abses Hepar
Laporan Pendahuluan Abses Hepar
Laporan Pendahuluan Abses Hepar
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH:
Yogie Bagus Pratama, S. Kep
NIM 182311101027
Mahasiswa
Ns. Mulia Hakam S., M.Kep., Sp.Kep.MB Maria Christiana, S.Kep., Ners
NIP. 19810319 201404 1 001 NIP. 19680625 198902 2 001
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ABSES HEPAR
2. Definisi
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh
karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang
bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses
supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik,
sel-sel inflamasi atau sel darah di dalam parenkim hati. Organisme
mencapai hati melalui satu jalur berikut: 1) infeksi asendens di saluran
empedu (kolangitis asendens); 2) melalui pembuluh darah, baik porta atau
arteri; 3) infeksi langsung ke hati dari sumber di sekitar; 4) luka tembus
(Wenas, 2007).
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh.
Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati,
paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan
menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat
(Microsoft Encarta Reference Library, 2004).
Jadi dapat disimpulkan bahwa abses hepar adalah rongga berisi nanah
pada hati yang diakibatkan oleh infeksi.
3. Etiologi
Abses hepar secara umum dibedakan atas dua, yaitu abses hati amoeba dan
abses hati pyogenic.
1. Abses hati amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai
parasit non-patogen dalam mulut dan usus, tetapi hanya Entamoeba
histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya sebagian kecil
individu yang terinfeksi Entamoeba histolytica yang memberikan gejala
amebiasis invasif, sehingga diduga ada 2 jenis Entamoeba histolytica yaitu
strain patogen dan non-patogen. Bervariasinya virulensi berbagai strain
Entamoeba histolytica ini berbeda berdasarkan kemampuannya
menimbulkan lesi pada hati (Sofwanhadi, 2007).
E.histolytica di dalam feces dapat di temukan dalam dua bentuk
vegetatif atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar
tubuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap
suasana kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana
kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa
eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase dan
mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi jaringan.
4. Patofisiologi/Patologi
Hati menerima darah dari sirkulasi sistemik dan sistem porta. Adanya
infeksi dari organ-organ lain di tubuh akan meningkatkan pemaparan hati
terhadap bakteri. Tetapi hati mempunyai sel-sel Kuppfer yang terlatak
sepanjang sinusoid-sinusoidnya yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri,
jadi akan sulit untuk terjadi infeksi.
Terdapat beberapa faktor yang berperan sampai dapat terjadinya abses
pada hati.
1. Abses piogenik pada hepar merupakan akibat dari asending dari infeksi
biliaris
2. penyebaran hematogen lewat sistem portal
3. septikemia generalisata yang melibatkan hepar lewat sirkulasi arteri
hepatica
4. penyebaran langsung dari infeksi organ-organ intraperitoneal
5. sebab lainnya, disini termasuk trauma pada hepar.
Penyakit traktus biliaris (kolangitis, kolesistitis) merupakan penyebab
tersering dari abses hepar (60 % kasus). Tersumbatnya aliran empedu
menyebabkan proliferasi dari bakteri. Penyebab tersering yang kedua
adalah septikemia generalisata, diikuti oleh appendisitis akut/perforasi dan
divertikulitis.
Trauma tajam dengan penetrasi ke hepar dapat langsung
memasukkan bakteri ke parenkim hepar dan menyebabkan abses.
Sedangkan trauma tumpul pada hepar dapat meyebabkan nekrosis jaringan
hepar,perdarahan intrahepatik dan keluarnya asam empedu akibat robekan
dari kanalikuli. Lesi yang terjadi pada kasus seperti ini biasanya soliter.
Abses dapat bersifat multipel atau soliter, biasanya yang berasal dari
infeksi organ lain yang lewat aliran darah akan menjadi abses yang
multipel. Lesi akan memberikan gambaran jaringan hati yang pucat.
Ukuran rongga abses biasanya bermacam-macam dan umumnya
bergabung, pada kasus-kasus yang lanjut akan tampak gambaran
honeycomb” yang mengandung sel-sel PMN dan jaringan hati yang
nekrosis. Kebanyakan lesi akan terjadi pada lobus dekstra dari hepar.
5. Manifestasi Klinis
Keluhan atau tanda gejala yang muncul adalah demam/menggigil,
nyeri abdomen, anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan berat badan,
keringan malam, diare, demam (T > 38°), hepatomegali, nyeri tekan
kuadran kanan atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan
kematian. (Cameron 1997)
Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klisik berupa
nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk
kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya. Demam/panas tinggi
merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila
AHP letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma
sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi
atelektesis, rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi
penurunan berat badan yang unintentional
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien abses hati amebik, pemeriksaan hematologi didapatkan
hemoglobin 10,4-11,3 g% sedangkan lekosit 15.000-16.000/mL 3 . pada
pemeriksaan faal hati didapatkan albumin 2,76-3,05 g%, globulin 3,62-3,75 g
%, total bilirubin 0,9-2,44 mg%, fosfatase alkali 270,4-382,0 u/L, SGOT
27,8-55,9 u/L dan SGPT 15,7-63,0 u/L. Jadi kelainan yang didapatkan pada
amubiasis hati adalah anemia ringan sampai sedang, leukositosis berkisar
15.000/mL3. Sedangkan kelainan faal hati didapatkan ringan sampai sedang.
Uji serologi dan uji kulit yang positif menunjukkan adanya Ag atau Ab yang
spesifik terhadap parasit ini, kecuali pada awal infeksi. Ada beberapa uji yang
banyak digunakan antara lain hemaglutination (IHA),
countermunoelectrophoresis (CIE), dan ELISA. Real Time PCR cocok untuk
mendeteksi E.histolityca pada feses dan pus penderita abses hepar (Brailita,
2008; Wenas, 2007; Friedman et al., 2008).
Pada pasien abses hati piogenik, mungkin didapatkan leukositosis dengan
pergeseran ke kiri, anemia, peningkatan laju endap darah, gangguan fungsi
hati seperti peninggian bilirubin, alkalin fosfatase, peningkatan enzim
transaminase, serum bilirubin, berkurangnya konsentrasi albumin serum dan
waktu protrombin yang memanjang menunjukkan bahwa terdapat kegagalan
fungsi hati. Kultur darah yang memperlihatkan bakterial penyebab menjadi
standar emas untuk menegakkan diagnosis secara mikrobiologik.
Pemeriksaan biakan pada permulaan penyakit sering tidak ditemukan kuman.
Kuman yang sering ditemukan adalah kuman gram negatif seperti Proteus
vulgaris, Aerobacter aerogenes atau Pseudomonas aeruginosa, sedangkan
kuman anaerib Microaerofilic sp, Streptococci sp, Bacteroides sp, atau
Fusobacterium sp. (Wenas, 2007; Sofwanhadi, 2007).
2. Pemeriksaan radiologi
Pada pasien abses hati amebik, foto thoraks menunjukkan peninggian
kubah diafragma kanan dan berkurangnya pergerakan diafragma efusi pleura
kolaps paru dan abses paru. Kelainan pada foto polos abdomen tidak begitu
banyak. Mungkin berupa gambaran ileus, hepatomegali atau gambaran udara
bebas di atas hati. Jarang didapatkan air fluid level yang jelas, USG untuk
mendeteksi amubiasis hati, USG sama efektifnya dengan CT atau MRI.
Gambaran USG pada amubiasis hati adalah bentuk bulat atau oval tidak ada
gema dinding yang berarti ekogenitas lebih rendah dari parenkim hati normal
bersentuhan dengan kapsul hati dan peninggian sonic distal. Gambaran CT
scan : 85 % berupa massa soliter relatif besar, monolokular, prakontras
tampak sebagai massa hipodens berbatas suram. Densitas cairan abses
berkisar 10-20 H.U. Pasca kontras tampak penyengatan pada dinding abses
yang tebal. Septa terlihat pada 30 % kasus. Penyengatan dinding terlihat baik
pada fase porta (Sofwanhadi, 2007).
Gambar 3. Gambaran CT Scan pada Abses Hati Amebic
Pada pasien abses hati piogenik, foto polos abdomen kadang-
kadang didapatkan kelainan yang tidak spesifik seperti peninggian diafragma
kanan, efusi pleura, atelektasis basal paru, empiema, atau abses paru. Pada
foto thoraks PA, sudut kardiofrenikus tertutup, pada posisi lateral sudut
kostofrenikus anterior tertutup. Secara angiografik abses merupakan daerah
avaskuler. Kadang-kadang didapatkan gas atau cairan pada subdiafragma
kanan. Pemeriksaan USG, radionuclide scanning, CT scan dan MRI
mempunyai nilai diagnosis yang tinggi. CT scan dan MRI dapat menetapkan
lokasi abses lebih akurat terutama untuk drainase perkutan atau tindakan
bedah. Gambaran CT scan : apabila mikroabses berupa lesi hipodens kecil-
kecil < 5 mm sukar dibedakan dari mikroabses jamur, rim enhancement pada
mikroabses sukar dinilai karena lesi terlalu kecil. Apabila mikroabses > 10
mm atau membentuk kluster sehingga tampak massa agak besar maka
prakontras kluster piogenik abses tampak sebagai masa low density berbatas
suram. Pasca kontras fase arterial tampak gambaran khas berupa masa dengan
rim enhancement dimana hanya kapsul abses yang tebal yang menyengat.
Bagian tengah abses terlihat hipodens dengan banyak septa-septa halus yang
juga menyengat, sehingga membentuk gambaran menyerupai jala. Fase porta
penyengatan dinding kapsul abses akan semakin menonjol dan sekitar dinding
abses tampak area yang hipodens sebagai reaksi edema di sekitar abses.
Sebagian kecil piogenik bersifat monokuler, tidak bersepta, dan menyerupai
abses amoebiasis. Pembentukan gas di dalam abses biasanya pada infeksi
oleh kuman Klebsiella (Wenas, 2007; Sofwanhadi, 2007).
Gambar 4. Gambaran CT Scan dengan Multifokal Abses Hati
Piogenik Pada Segmen IV. Abses lainnya Terdapat pada Segmen VII dan
VIII
Karateristik abses pada pemeriksaan MRI adalah lesi dengan penyengatan
kontras yang berbentuk cincin dan bagian sentral yang tidak tampak
penyengatan. Cincin penyengatan tetap terlihat pada fase tunda.(2) Sangat
sukar dibedakan gambaran USG antara abses piogenik dan amebik. Biasanya
sangat besar, kadang-kadang multilokular. Struktur eko rendah sampai cairan
( anekoik ) dengan adanya bercak-bercak hiperekoik (debris) di dalamnya.
Tepinya tegas, ireguler yang makin lama makin bertambah tebal (Iljas, 2008).
7. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Derivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit
intestinal/ekstraintestinal atau kista. Obat ini dapat diberikan secara
oral atau intravena. Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai
berikut :
a. Metronidazole : 3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah dengan ;
b. Kloroquin fosfat : 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20
hari, ditambah;
c. Dehydroemetine : 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuskular (maksimum
99 mg/hr) selama 10 hari.
2. Tindakan aspirasi terapeutik
Indikasi :
a. Abses yang dikhawatirkan akan pecah
b. Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada.
c. Abses di lobus kiri karena abses disini mudah pecah ke rongga
perikerdium atau peritoneum.
d. indakan pembedahan
3. Pembedahan dilakukan bila :
a. Abses disertai komplikasi infeksi sekunder.
b. Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang
interkostal.
c. Bila teraoi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil.
d. Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardial.
8. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture abses sebesar 5-
15,6%, perforasi abses keberbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru,
pericardium, usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang dapat terjadi
superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase.
Dapat juga komplikasi seperti:
a. Infeksi sekunder
Merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus.
b. Ruptur atau penjalaran langsung
Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses. Perforasi
paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga intraperitoneum,
selanjutnya pericardium dan organ-organ lain.
c. Komplikasi vaskuler
Ruptur kedalam v. porta, saluran empedu atau traktus gastrointestinal
jarang terjadi.
d. Parasitemia, amoebiasis serebral
E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di
organ lain misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik dari
lesi fokal intrakranial.
B. Clinical Pathway
Fungsi Pembedahan
Mempengaruhi
neurotransmiter metabolisme
nutrisi
Inkontinuitas Kerusakan
terganggu
Menyebabkan jaringan kulit integritas
terjaga dan
kulit
meningkatkan
Kebutuhan Port de entry
kewaspadaan
nutrisi tidak kuman/bakteri
terpenuhi
Sulit memulai
tidur Resiko infeksi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Gangguan pola
kebutuhan
tidur
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien lengkap meliputi nama umur tanggal lahir agama
alamat nomer register, tanggal masuk rumah sakit
b. Keluhan utama: adanya rasa nyeri pada daerah perut kanan atas
c. Riwayat penyakit sekarang: mengkaji kronologi terkait penyakit yang
dialami serta upaya pengobatan yang sudah dilakukan sebelum masuk
rumah sakit bersangkutan.
d. Riwayat penyakit dahulu: mengkaji adanya penyakit dahulu seperti
riwayat hipertensi, riwayat DM dsb.
e. Riwayat penyakit keluarg: mengkaji adanya keluarga yang memiliki
penyakit yang sama seperti pasien atau adanya riwayat penyakit
menurun seperti DM.
f. Pola kebiasaan
1) Pola nutrisi: pasien dengan abses hepar umumnya nutrisinya akan
terganggu, muncul mual muntah, tidak nafsu makan, penurunan
berat badan.
2) Pola eliminasi: pasien cenderung mengalami gangguan pada
eliminasi BAB,hal ini dikarenakan adanya gangguan pada system
pencernaan dan juga intak nutrisi yang kurang.
3) Pola istirahat: pada pola isirahat dapat muncul gangguan tidur yang
diakibatkan oleh nyeri yang dirasakan pasien
4) Pola aktivitas: pasien dengan abses hepar cenderung mengalami
penurunan dalam berakhtifitas, hal ini dikarenakan nyeri yang
dirasakan pada daerah perut sehingga pasien akan mengalami
kesulitan dalam beraktivitas.
5) Personal hygiene: pasien masih mampu melakukan personal
hygiene namun harus dibantu.
6) Riwayat psikologis: pasien biasanya akan mengalami rasa takut,
cemas ketika akan dilakukan pembedahan atau operasi
7) Riwayat social: umumnya hubungan social pasien tidak terganggu.
g. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pada perut kanan atas, terjadi
peningkatan temperature, kesadaran composmentis, pasien lemas.
h. Pengkajian nyeri didapatkan
P: akibat abses hepar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: daerah perut kanan atas
S: skala nyeri 4-6 (nyeri sedang)
T: hilang timbul
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan persaan tidaknyaman
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan diet
kurang
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan post operasi drainase
e. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry akibat pembedahan.
3. Intervensi
No. Masalah NOC NIC
Keperawatan
1. (00132) Nyeri akut Kontrol nyeri (1605): Manajemen nyeri
1. Mengenali nyeri yang (1400):
terjadi 1. Kaji nyeri pasien
2. Menggambarkan 2. Observasi TTV
faktor penyebab pasien
3. Melaporkan nyeri 3. Gunakan strategi
yang terkontrol komunikasi
Tingkat nyeri (2102): terapeutik
1. TTV dalam rentang 4. Kolaborasi
normal pemberian
2. Ekspresi wajah analgesic
menunjukkan nyeri Terapi relaksasi
ringan (6040):
3. Nafsu makan kembali 1. Ciptakan
normal lingkungan aman
4. Pasien dapat dan nyaman untuk
beristirahat dengan pasien
baik 2. Minta pasien rileks
dan merasakan
sensasi yang
terjadi
3. Berikan informasi
tentang terapi
relaksasi
4. Ajarkan terapi
relaksasi seperti
nafas dalam atau
guided imagery
dengan mata
tertutup
2 Resiko Infeksi Kontrol resiko proses Kontrol infeksi (6540)
(00004) infeksi (1924) : 1. Manajemen
1. Mengidentifikasi lingkungan yang
faktor resiko infeksi baik dengan cara
(192426) rutin dibersihkan
2. Mengetahui 2. Ajarkan cuci
konsekuensi terkait tangan yang baik
infeksi (192402) dan benar pada
3. Mengidentifikasi tanda perasat dan juga
dan gejala infeksi keluarga.
(192405) 3. Gunakan sabun
4. Memonitor faktor selama proses
lingkungan yang pelaksanaaan cuci
berhubungan dengan tangan
resiko infeksi 4. Jaga lingkungan
(192409) agar tetap bersih
dan rapi
5. Anjurkan pasien
untuk istirahat yang
cukup
6. Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan
yang lain dalam
pemberian
antibiotik
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan Wound care
jaringan keperawatan selama 3 x 24 1. Jaga kulit sekitar
berhubungan dengan jam kerusakan integritas luka tetap bersih
post operasi drainase kulit teratasi dengan dan kering
kriteria hasil : 2. Lakukan perawatan
Wound healing luka secara steril
- Menunjukkan terjadi 3. Observasi keadaan
proses penyembuhan luka meliputi
luka lokasi, kedalaman,
- Perfusi jaringan sekitar ukuran,
luka normal karakteristik, warna
cairan, nekrotik,
epitelisasi,
granulasi dan tanda-
tanda infeksi lokal
4. Berikan posisi yang
mengurang tekanan
pada area luka
5. Gunakan dressing
sesuai indikasi
C. Discharge Planning
Discharge palannin pada abses meliputi berikut ini :
1. Berhenti merokok
2. Biasakan hidup bersih.
3. Makan makanan yang mengandng vitamin dan hindari minuman minuman
beralkohol.
4. Berolahraga secara rutin.
5. Bersihkan luka dengan benar dan hindari memencet abses
DAFTAR PUSTAKA