Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas
Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas
Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi
pada balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi
lebih 11,9%, stunting (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur,
terdapat angka tertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-5
bulan dan 6-11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa
sampai saat inimasih banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai
persepsitidak benar terhadap balita gemuk. Data masalah Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1%
dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%. Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan perbaikan gizi
adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan
tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan
yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap
maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui
kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran program dan sector terkait harus
berjalan sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam
pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.Puskesmas merupakan
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama. Untuk menjangkau
seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang
disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan untuk daerah yang jauh dari
sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat Inap. Menurut data dari Pusat
Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan per Desember tahun 2011 jumlah
Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.321 unit,diantaranya 3.025 unit
Puskesmas Rawat Inap, dan selebihnya yaitu 6.296 unit Puskesmas Non Rawat
Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat.Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam
gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual,
dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di
dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan
dilakukan di luar gedung.
Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan
masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi
di Puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status
gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang
bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi
yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas
Tompaso dan jejaringnya.
C. Sasaran Pedoman
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam buku pedoman ini adalah Penyelenggaraan
Pelayanangizi di dalam maupun luar gedung di Puskesmas
D. Batasan Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling
gizi terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling
bagi jemaah haji.
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan,gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di
berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-
pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif
pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan
kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat
masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai
dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap
maupun pengunjung rawat jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan
antaramakanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi
dan bagaimana dicerna, diserap,digunakan, dimetabolisme, disimpan dan
dikeluarkan dari tubuh
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).Kegiatan ini
pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi,PMT Ibu Hamil
dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet
Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb.Kegiatan spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek
(Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
dalam Rangka 1000 HPK).
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan.Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000
HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan
kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan proses
pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari
petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional
di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun
Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi
Gizi/Diploma III Gizi
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana
Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat
inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau
gizi..
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang,
atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien
dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi,
hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada
masyarakat,kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di
dalam dan di luar gedung
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas
BAB II
Kepala unit pelayanan gizi adalah penagnggung jawab umum organisasi unit
pelayanan gizi di sebuah puskesmas, yang di tetapkan oleh pemimpin rumah sakit dengan
berdasarkan ketentuan peraturan kepegawaian yang berlaku.kepala unit pelayanan Gizi
puskesmas bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di puskesmas, yang
pada umumnya bertanggung jawab kepada direktur bidang penunjang medis.
Tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di rumah sakit meliputi :
Kepala unit pelayanan gizi puskesmas harus memenuhi kriteria tertentu sebagai
berikut :
BAB III
BAB IV
A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif,preventif, dan
kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawatinap yang dilakukan
di dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizidi dalam gedung terdiri dari 2 (dua)
jenis yaitu pelayanan gizirawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap.
a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat mengacu pada Pedoman GiziSeimbang (PGS) dan sesuai dengan
risiko/masalah gizi.
b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, InstitusiPendidikan, Kegiatan
Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan
kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya tenaga
promosi kesehatan, antara lain:
a) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerjaPuskesmas.
b) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
c) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan
d) pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakatluas.
e) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi
f) pendidikan, pertemuan keagamaan, danpertemuan-pertemuan lainnya.
g) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja
Puskesmas
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita menggunakan
KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.
b. Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
a) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan diwilayah kerja Puskesmas
b) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan
c) pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
d) Melakukan penimbangan
e) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
f) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauanpertumbuhan di wilayah kerja
Puskesmas
g) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan
4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan
Ibu Nifas
a. MP-ASI
b. PMT Pemulihan
a) Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan giziburuk, ibu hamil KEK
(Kurang Energi Kronik).
b) PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makananringan padat gizi dengan
kandungan 350--400 kalori energidan 10--15 gram protein.
c) PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentukmakanan padat gizi dengan
kandungan 500 kalori energidan 15 gram protein.
d) Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan IbuHamil KEK adalah 90
hari makan anak (HMA) dan 90 harimakan bumil (HMB).
7. Surveilence Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala
Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi
dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkanuntuk melakukan tindakan segera maupun untuk
perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai
acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan
buku Surveilans Gizi,Kementerian Kesehatan RI, 2014.
a. Tujuan:
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibuhamil, ibu menyusui,
pekerja serta lansia.
a) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi bburuk disuatu wilayah pada
kurun waktu tertentu
b) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu
B. Strategi / Metode
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan Pelayanan Gizi. Ada tiga
strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung
pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambil keputusan
dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk meyakinan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan
bahwa program kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab
itu perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat
pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas
lain..
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan
dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat berasal
dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh
dimasyarakat. Tujuannnya adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan
antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai
penerima program kesehatan. Strategi ini dapat dikatanan sebagai upaya membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan
tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan
sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi
keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan.
Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.
C. Langkah Kegiatan
a). Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian gizi
b.Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
1) Pengkajian Gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabmelalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secarasistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:
(a) Data Antropometri
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagaicara meliputi
pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan(PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar
Lengan Atas (LiLA),Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul
(RLPP), dll
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik
meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot,
kulit, baggy pants,penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu
secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebiasaan makan/polamakan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi
makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untukmendapatkan gambaran
asupan zat gizi sehari, dengan cararecall 24 jam, yang dapat diukur dengan
menggunakan bantuan food model.
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta
menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini
dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi
terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat
digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL,HDL, trigliserida, ureum,
kreatinin, dll.
Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain:
1. Perkembangan data antropometri
2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/klinis
4. Perkembangan data asupan makan
5. Perkembangan diagnosis gizi
6. Perubahan perilaku dan sikap
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
tenaga kesehatan Puskesmas untukmenetapkan pasien berisiko masalah gizi atau tidak.
Skrining gizisetidaknya dilakukan pada pasien baru 1x24 jam setelah pasien masuk
rawat inap. Pasien yang berisikomasalah gizi antara lain adalah pasien gizi
kurang/buruk dengan komplikasi medis, pasien dengan kondisi khusus seperti Diabetes
Melitus, hipertensi, dll. Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inap
diPuskesmas Rawat Inap apabila di Puskesmas sudah ada tenagaatau tim asuhan
gizi yang dilatih Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB) serta mempunyai sarana dan
prasarana perawatan yangmemadai untuk anak gizi buruk. Apabila tenaga
kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan memperoleh
asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab
melalui pengumpulan, verifikasi, daninterpretasi data secara sistematis. Kategori data
pengkajian gizi meliputi:
a. DataAntropometri
b. Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
c. Data Riwaya Gizi
d. Data Laboratorim
2) Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifatsementara sesuai dengan respon
pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa
menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan
profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan. Tujuan diagnosis gizi adalah
mengidentifikasi adanyamasalah gizi, faktor penyebab, tanda dan gejala
yangditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizidapat merujuk pada Buku
Pedoman Proses Asuhan GiziTerstandar, Kementerian Kesehatan RI 2014, atau di Buku
Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan KementerianKesehatan.
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi direncanakan
dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan
kegiatan dan metoda pelayanan gizi yang akan dilaksanakan.Prosedur pengadaan
barang dilakukan oleh koordinator program gizi berkoordinasi dengan petugas
pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk
mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program gizi berkoordinasi
dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya
puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action ).
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN/ SASARAN
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan Pelayanan gizi perlu diperhatikan
keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya pencegahan
resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan gizi perlu diperhatikan
keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan resiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan Pelayanan gizi dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut :
a. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
b. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
c. Ketepatan metoda yang digunakan
d. Tercapainya indikator Pelayanan Gizi
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lintas program setiap bulan sekali dan
lintas sector 4 bulan sekali.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terait pelayanan gizi dengan
tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.Keberhasilan
pelayanan gizi tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya
peningkatan pelayanan gizi di Pusesmas Tompaso