Operasional Riset
Operasional Riset
Operasional Riset
METODE GRAFIK
KELOMPOK 2:
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Metode Grafik”.
Kami berterimakasih kepada Bapak Rio Jones Marpaung, SE., MM selaku dosen mata kuliah
Operasional Riset yang memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu , Kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan, dan memohon kritik dan saran yang membangun.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Progam linier secara umum adalah program linier merupakan salah satu teknik
menyelesaikan riset operasi, dalam hal ini adalah khusus menyelesaikan masalah-masalah
optimasi (memaksimalkan atau memininumkan) tetapi hanya terbatas pada masalah-
masalah yang dapat diubah menjadi fungsi linear. Model pemograman linier dijelaskan
melalui dua cara. Pertama dengan analisis geometri dan kedua dengan algoritma
Simpleks. Bab ini akan membahas penyelesaian pemograman Linier dengan analisis
geometri dua dimensi. Geometri dua dimensi dapat digunakan untuk menggambarkan
hubungan antara dua elemen penting model pemograman linier. Meskipun hanya terbatas
pada analisis dua dimensi namun analisis ini bermanfaat untuk menjelaskna perilaku
model.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem yang digunakan untuk menyatakan hubungan antara aljabar dan geometri
adalah bidang yang dibagi empat oleh sumbu tegak (absis) dan sumbu datar (ordinat).
Bidang-bidang tersebut dinamakan kuadran sehingga ada empat kuadran yang
dinamakan kuadran I, II, III dan IV. Gambar 2.1 akan memperlihatkan pembagian
bidang tersebut. Perpotongan antara sumbu tegak X2 dan sumbu datar X1 disebut titik
pusat. Pada titik pusat, nilai X1 = 0 dan X2 = 0. Koordinat X1 dan X2 sering ditulis
(X,Y), oleh karena itu koordinat (0,0) di titik pusat menunjukkan X1 = 0 dan X2 = 0.
Di dalam setiap kasus pemograman linier akan selalu dijumpai kendala bukan
bilangan negatif, artinya pemograman linier akan selalu beroperasi pada kuadran I.
Bidan yang diarsir adalah bidang kerja pemograman linier.
2
2. MENGGAMBAR PERTIDAKSAMAAN DAN PERSAMAAN
a. Kendala Persamaan
Model pemograman linier seperti yang sudah dibahas oleh kelompok 1, mengenal
3 macam kendala yaitu kendala pembatas, syarat dan keharusan. Secara matematis,
perbedaan kendala tersebut ditunjukkan oleh tandanya, yaitu “≤, ≥, dan =”.
X2 – X1 = 1.................................. A
b. Kendala Pertidaksamaan
3
kanannya dan mungki lebih besar dari ruas kanannya. Perhatikan kendala
pertidaksamaan berikut:
X2 – X1 < 1 .......................... B
Pertidaksamaan B menunjukkan bahwa (X1, X2) tidak boleh membuat nilai ruas
kiri lebih besar dari 1. Secara matematis, mungkin saja mendekati 1 namun tidak akan
pernah bernilai 1.
Dalam model matematis pemograman linier, nilai ruas kanan selalu mewakili nilai
kapasitas suatu kendala sehingga pemkasimuman atau peminimuman fungsi tujuan
terhadap fungsi-fungsi kendala berarti mengusahakan agar sluruh kapasitas itu
digunakan seluruhnya atau agar kapasitas itu bernilai nol. Oleh karena itu,
X2 – X1 ≥ 1 ................................. C
4
d. Kendala Lebih Kecil Atau Sama Dengan
X2 – X1 ≤ 1............................. D
Daerah dimana (X1, X2) memenuhi persamaan D ditunjukkan oleh daerah yang
diarsir dan dibatasi oleh garis X2 – X1 = 1 pada gambar 2.4. sebagai contoh, C(5,3)
memenuhi persamaan D karena X2 – X1 = -2; demikian pula untuk B(2,3) dan D(5,6)
karena X2 – X1 = 1. Namun, A(2,6) tidak memenuhi persamaan D karena X2 – X1 = 4.
Jadi, seluruh (X1, X2) yang menyebar disebelah kanan garis X2 – X1 = 1 dan tepat di
garis X2 – X1 = 1 akan selalu memenuhi persamaan D.
X2 – X1 ≤ 1 ............................................. E
X1 ≥ 7 ......................................... G
X2 ≤ 6......................................... H
5
X2 ≥ 3 ........................................ I
6
Sebaliknya, bila kedua variabel keputusan itu bernilai nol maka Z juga akan bernilai
nol.
Garis Z = 2X1 + 2X2 disebut garis tujuan, adalah sebuah garis lurus yang
melewati titik pusat (0,0); artinya pada saat X1 dan X2 bernilai nol, mkaZ akan
bernilai nol. Selanjutnya kesamaan parameter, yaitu koefisien X1 dan X2 menunjukkan
bahwa gradien garis itu:
Z = 2X1 + 2X2
−2
Jika Z = 0, maka 2X2 = -2X1 dan X2 = X1 , atau X2 = -X1
2
7
Bila fungsi tujuan Z = 3X1 + 2X2 dmaksimumkan terhadap DMK maka C(8,6) pasti
menjadi titik sudut ekstrem yang akan menghasilkan nilai fungsi tujuan maksimum
yaitu Z = 3 (7) + 2 (6) = 33. Sebaliknya, bila fungsi tujuan itu diminumkan terhadap
DMK pada gambar 2.6 maka A(2,3) pasti menjadi titik sudut ekstrem yang akan
menghasilkan nilai fungsi tujuan minimum yaitu Z = 3(2) + 2(3) = 12. Jadi fungsi
tujuan bisa dimaksimumkan atau diminimumkan terhadap sebuah DMK.
Langkah pertama untuk memecahkan masalah ini adalah dengan menggambar kendala-
kendala hingga diperoleh DMK.
8
Kendala 1 : menggambar kendala 2X1 + X2 ≤ 20
9
Kendala 4: Kendala permintaan produk rasmi, X2 ≥ 2
Hal ini karena permintaan rutin sebesar 2 ton, maka Rasmi harus diproduksi lebih
dari 2 ton agar dapat memenuhi permintaan pasar.
Langah terakhir yang harus dilakukan adalah penggambaran DMK kasus Sukra Rasmi
dilakukan dengan cara penggabungan DMK seluruh kendala. Dapat dilihat pada gambar 2.11
10
Perpotongan antar garis kendala menghasilkan titik-titik sudut. Dalam kasus ini,
perpotongan garis-garis kendala itu menghasilkan empat titik sudut, yaitu A(1,2); B(9,2);
C(7,6) dan D(4,8).
Secara geometri, pemaksimuman fungsi tujuan terhadap DMK adalah sebuah proses
penggeseran garis tujuan kearah kanan sehingga ditemukan titik sudut ekstrem, yaitu titik
sudut yang dilewati paling akhir oleh garis tujuan.
Ketika garis tujuan itu digeser kearah kanan dan kemuadian berhenti di A(1,2) , nilai Z
menjadi 100. (lihat gambar 2.13) dan hal ini dijelaskan sebagai berikut:
11
Gambar 2.13 nilai Z maksimum
Koordinat A(1,2) menunjukkan produksi Sukra 1 ton dan rasmi 2 ton. Karena
Contribution Margin Sukradan Rasmi adalah Rp40,- dan Rp30,- per ton, dan dinyatakan
dalam fungsi tujuan Z = 40X1 + 30X2, maka Z = 100 untuk X1 = 1 dan X2 = 2.
Dalam hal ini, kita tidak mungkin lagi menggeser garis tujuan ke arah kanan di luar titik
sudut ekstrem itu untuk memperoleh nilai Z yang lebih besar. Garis kendala penghancuran
dan penghalusan telah membatasi penyelesaian optimal itu. Ini berarti produksi Sukra dan
Rasmi sudah tidak mungkin lagi ditambah karena seluruh kapasitas penghancuran
penghalusan telah digunakan untuk menghasilkan 7 ton Sukra dan 6 ton Rasmi. Secara
matematis,
Jadi, nilai Z maksimum di C(6,7) karena kapasitas kendala penghancuran dan penghalusan
menjadi pembatas.
Seluruh kapasitas penghancuran dan penghalusan terpakai, atau dengan kata lain
tidak ada sisa kapasitas di kedua departemen tersebut
12
Keseimbangan produksi juga terjaga karena Rasmi diproduksi dibawah batasan
yang telah ditetapkan
Permintaan rutin 2 ton terpenuhi dan perusahaan mempunyai peluang menjual 4
ton Sukra ke pasar.
Gupita adalah nama sebuah perusahaan yang menghasilkan makanan ternak. Salah satu
produk unggulannya adaah vitamin yang akan merangsang hormon-hormon tertentu dalam
tubuh hewan agar tumbuh subur dan sehat. Dua bahan baku utama untuk membuat makanan
ternak ini adalah Sanka dan Kala dengan harga masing-masing Rp20,- dan Rp30,- per kg.
Setiap kg makanan ternak harus mengandung tidak kurang dari 30 unit unsur Alfa dan paling
banyak 280 unit unsur Beta, dan peraturan Dirjen Peternakan menetapkan bahwa jenis
vitamin itu harus mengandung paling sedikit 120 unit unsur Gama. Di samping itu, ketentuan
teknis menghendaki agar perbandingan berat masing-masing unsur Sanka dan Kala dalam
setiap kapsul paling banyak delapan banding satu. Data teknis yang diberikan oleh pemasok
mcnunjukkan bahwa setiap kg Sanka mengandung 6 unit unsur Alfa, 20 unit unsur Beta, dan
10 unit unsur Gama; sedang setiap kg Kala mengandung 3 unit unsur Alfa; 40 unit unsur
Beta, dan 40 unit unsur Gama. Juga, karena Sanka mudah rusak maka perusahaan hanya
menyediakan 8 kg untuk setiap kali proses.
MODEL MATEMATIS
13
DMK Kasus Gupita
Peminimuman fungsi tujuan terhadap DMK
adalah usaha untuk menggeser garis tujuan ke
arah kanan hingga ditemukan titik ekstrem yang
akan menghasilkan nilai fungsi tujuan minimum.
Titik ekstrem yang disentuh pertama kali oleh
garis tujuan pada gambar disamping adalah titik
sudut O (4, 2) dan akan menghasilkan Z minimum
= 20 (4) + 30 (2) = 140.
BAGAIMANA JIKA?
Dalam persamaan di atas, campuran bahan baku Sanka (2 kg) dan Kala (4 kg) berjumlah 6
kg. Dalam kasus nyata, kemasan harus dikemas ke dalam kemasan 10 kg. Untuk menghadapi
tuntutan kemasan ini kita perlu menambahkan kendala kemasan, yaitu:
X1 + X2 = 10
Kendala kemasan ini berupa kendala keharusan, artinya kendala ini akan memaksa
penyelesaian optimal berada pada garis kendalanya.
14
30X2. Garis tujuan ketika Z = 0, yaitu ketika
Sanka dan Kala bernilai nol, adalah X2 = -
2/3X1. Seperti gambar di atas, garis tujuan itu
akan menyentuh pertama kali titik sudut
ekstrem S (8, 2). Titik sudut ekstrem ini
menghasilkan nilai fungsi tujuan minimum
yaitu Z = 20(8) + 30(2) = 220.
Kendala aktif adalah kendala yang membentuk titik sudut ekstrem. Sedangkan kendala
tidak aktif adalah kendala yan tidak membentuk titik sudut ekstrem. Melihat kendala aktif
dan kendala tidak aktif dalam kasus PT. Sukra Rasmi dan kasus Gupita.
15
Model Matematis Kasus Gupita
1) Fungsi Tujuan: Min 20X1 + 30X2
Terhadap kendala-kendala:
2) 2X1 + X2 ≥ 10
3) X1 + 2X2 ≤ 14
4) X1 + 4X2 ≥ 12
5) X1 - 8X2 ≤ 0
6) X1 ≤ 8
kendala aktif kasus Gupita adalah kendala
pada baris ke-2 dan 4 yaitu kendala
kebutuhan Alfa dan Gama. Seandainya
kendala tidak aktif pada baris ke-3, 5, dan
6 diabaikan maka titik sudut ekstrem pasti
tidak akan berubah.
16
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Daerah yang memenuhi kendala atau DMK adalah daerah dimana variabel-variabel
keputusan memenuhi seluruh kendala. DMK dibatasi oleh garis-garis kendala, dan
perpotongan antar garis kendala membentuk titik sudut.penyelesaian optimal akan terletak
pada titik sudut ekstrem, yaitu titik sudut yang akan menghasilkan nilai fungsi tujuan
ekstrem.
Sebuah DMK bisa dimaksimumkan dan diminimumkan oleh fungsi tujuan. Kendala yang
membentuk titik sudut ekstrem tersebut disebut kendaa aktif, sedang sebaliknya yaitu kendala
yang tidak membentuk sudut ekstrem disebut kendala tidak aktif. Perubahan parameter pada
kendala aktif pasti mengubah penyelesaian optimal sedang perubahan pada kendala tidak
aktif tidak akan berpengaruh pada penyelesaian optimal.
17
DAFTAR PUSTAKA
18