1-Kolom

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

I.

KOLOM
1.1 Pengertian Kolom

Kolom adalah elemen struktur yang menahan beban tekan tanpa


memperhatikan apakah ada momen lentur yang bekerja pada elemen itu.
Fungsi kolom adalah meneruskan beban dari sistim latai ke fondasi.

Kolom beton bertulang mempunyai tulangan longitudinal yang parelel


dengan arah kerja beban; penyusunannya menurut pola segi empat, bujur
sangkar, atau lingkaran. Batasan tulangan pada kolom adalah 1-8% dari
luas penampang kolom beton Ag; lebih besar dari itu tidak ekonomis dan
mempersulit pemasangan pembesiannya. Tulangan pada kolom umumnya
diikat oleh tulang melintang, ditempatkan pada interval tertentu yang
disebut sengkang.

Fungsi sengkang adalah mengurangi bahaya pecah pada beton yang dapat
mempengarauhi keliatan kolom. Penampang kolom yang diberi tulangan
melintang transversal dalam bentuk sengkang atau spiral akan
meningkatkan kekuatan dan keliatan kolom. Lilitan melingkar (spiral)
memberikan tekanan kekang (confine) lebih bagus jika dibandingkan dengan
sengkang yang hanya dipasang pada sudut-sudut,sebab sisi sengkang akan
cenderung membengkok pada bagian sisi sengkang kearah luar.

Penempatan sengkang yang rapat dapat memperbaiki sifat beton, sebab


dapat memberikan pengekangan yang lebih baik pada beton. Pengekangan
sengkang segi empat hanya terjadi pada bagian sudut-sudut kolong,
sedangkan sengkang spiral lebih efektif meberikan kekangan pada semua
bagian (Lihat Gambar 1.1)

1
a. Sengkang persegi dan Spiral b. Tekanan Kekang oleh Masing-masing
Sengkang
Gambar 1.1. Kolom Persegi dan Kolom Bulat

1.2 Pertimbangan dalam Perencanan

Perencanaan kolom didasarkan pada kekuatan dan kekakuan penampang


melintangnya terhadap aksi beban aksial dan momen lentur. Kekuatan
dalam kombinasi beban aksial dan lentur harus memenuhi keserasian
tegangan dan regangan. Kekuatan rencana suatu kolom beton bertulang
diperoleh dari mengalikan kekuatan nominal baik Pn maupun Mn dengan
factor reduksi Ø sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 11.3.2.2.

Seiring dengan berkurangnya kuat beban aksial rencana ØPn dari nilai
tertentu sampai nol, maka untuk beban aksial yang kecil, nilai reduksi Ø
dapat ditingkatkan, dari nilai Ø untuk struktur tekan, sampai 0,80 yang
diijinkan untuk lentur. Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur, (untuk
beban aksial dengan lentur), ke dua nilai kuat nominal dari beban aksial dan
momen harus dikalikan dengan nilai Ø tunggal yang sesuai.

a. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur ………………………. Ø = 0,80


b. Aksial tekan dan aksial tekan denganlentur:
- Komponen struktur dengan tulangan spiral ……………. Ø = 0,70
- Komponen struktur lainnya ……………………………………… Ø = 0,65
(sumber: SNI 03-2847-2002 Pasal 11.3.2.2.)

2
Regangan maksimum pada serat tekan terluar beton, besarnya selalu
diambil 0,003; selain itu dalam perhitungan, kekuatan tarik beton selalu
diabaikan. Pada prakteknya beban luar aksial yang benar-benar sentris
terhadap kolom boleh dikatakan tidak ada. Ketentuan ini dalam SNI 03-
2847-2002 tidak ada, tetapi peraturan tersebut menetapkan, bahwa
kekuatan penampang kolom yang terkena beban aksial dalam kondisi tekan
murni harus diambil sebesar 0,85 atau 0,80 dari kekuatan beban aksial
murni Po.

Untuk kolom spiral: Pn maks = 0,85Po


Untuk kolom sengkang bisaa: Pn maks = 0,80Po

1.3 Kolom dengan Tulangan pada Dua Sisi

Jika suatu batang dibebani gaya aksial sebesar P dan momen sebesar M
(Gambar 1.2), maka gaya aksial P dan momen M ini dapat digantikan oleh
gaya P yang bekerja pada eksentrisitas (e) yang besarnya:

e = M/P

Gambar 1.2 Gaya Pengganti

3
Jika nilai e relatif kecil, maka seluruh penampang kolom akan tertekan;
tetapi sebaliknya, jika nilai P ataupun e relatif besar, maka kegagalan akan
terjadi dengan hancurnya beton yang disertai dengan melelehnya tulang
tekan pada sisi yang paling besar terbebani. Tulang tekan pada kolom beton
yang dibebani eksentris, pada tingkat beban ultimit umumnya akan
mencapai tegangan leleh; kecuali jika beban tersebut kecil, atau
menggunakan tulangan dengan baja mutu tinggi. Oleh sebab itulah, dalam
perencanaan umumnya dianggap bahwa baja tulang tekan sudah leleh,
kemudian barulah dilakukan pemeriksaan regangan, apakah benar-benar
baja tulang tekan benar-benar sudah leleh.

Mari kita perhatikan kolom dengan beban eksentris seperti pada Gambar
1.3. Menurut blok tegangan tekan beton, jika dianggap tulang tekan sudah
leleh, maka fs’= fs, sehingga persarnya gaya Pu adalah:
Pu = 0,85fc’. a.b + As’.fy + As.fs. ………………… (1)

Keterangan rumus: e = eksentrisitas beban ultimit


fc’ = kekuatan tekan beton silinder
fy = tegangan leleh baja tulangan
fs = tegangan pada baja tulangan tarik
As = luas tulang tarik
As’ = luas tulang tekan

Jika e = M/P maka M = P.e

sehingga: Mu = Pu.e = 0,85fs’. ab.(d -1/2a) + As’fy.(d – d’) ………… (2)

4
Gambar 1.3. Kolom dengan Beban Eksentris

Titik pusat plastis (d”) dicari dengan rumus:

d” = {0,85fc’.bh.(d-1/2h)+ As’fy (d – d’)} …………. (3)


{0,85fc’.bh + (As + As’)fy}

5
Untuk kolom dengan beban eksentris seperti pada Gambar 1.3, berlaku
rumus:

Pu.e = 0,85fc’.ab.(d - d”- 1/2a) + As’fy (d – d’ – d”) + As.fs.d” …. (4)

Dalam kondisi runtuh seimbang (balance), yaitu pada kondisi baja dan
beton leleh dalam waktu yang bersamaan, berlaku rumus:

ab = ß1cb = (0,003Es) x. (ß1d) ……………………. (5)


(0,003Es + fy)

dimana dalam kondisi keruntuhan seimbang baja tarik mengalami kelelehan


bersamaan dengan beton tekan, sehingga fs = fy dan ß1 = 0,85.

Dengan memasukkan harga ab yang dihitung dengan rumus (5) dan harga
fs kedalam persamaan (1) dan (2) maka akan diperoleh beban aksial dan
momen lentur untuk kondisi keruntuhan seimbang; tetapi karena adanya
berbagai variasi beban yang bekerja, maka ragam keruntuhan yang terjadi
bisa saja tidak selalu merupakan keruntuhan seimbang. Keruntuhan lain
yang mungkin terjadi adalah: (1) keruntuhan tarik, dan (2) keruntuhan
tekan.

Keruntuhan tarik akan terjadi jika Pu < Pb, yang berarti es > ey atau c < cb;
tegangan pada tulang tarik (fs) sama dengan tegangan leleh (fy).
Keruntuhan tekan terjadi bila Pu > Pb, yang berarti es > ey atau c > cb.
Tegangan pada tulang tarik ditentukan dengan persamaan:

es = 0,003 (ß1.d – a) ...................... (6a)


a

dan fs = es . Es = 0,003.( (ß1.d – a) . Es ………. (6b)


a

6
Hal yang perlu diingat adalah, bahwa anggapan dalam penurunan rumus ini
adalah baja tulangan tekan sudah leleh (fs’ = fy); namun demikian dalam
prakteknya belum tentu anggapan itu benar, untuk melihat kebenaran
anggapan tersebut, maka regangan pada baja tulangan harus dicek, apakah
benar baja tekan sudah meleleh. Rumus yang digunakan adalah:

es’ = 0,003 (c - d’) > fy ……………………………….. (7a)


c Es

Jika ternyata baja tulangan tekan belum leleh, yang ditandai dengan
besarnya regangan baja tekan es’ lebih kecil dari regangan ijin baja (ey),
maka nilai tegangan yang terjadi pada baja tekan (fs’) dicari dengan rumus:

fs’ = es’.Es = [0,003 (c – d’) ] . Es = 0,003 (a - ß1.d’) . Es ……… 7b)


c a

Harga fs’ yang diperoleh dari rumus ini kemudian dimasukkan ke dalam
rumus sebelumnya untuk menggantikan tegangan pada baja tulangan tekan.

Untuk penampang yang dimensi dan luas tulangannya sudah ditentukan,


dan dengan nilai gaya aksial (Pu) dan momen (Mu) yang dibuat variabel,
akan dapat dibuat diagram interaksi seperti pada Gambar 1.4 berikut ini.

7
Gambar 1.4. Diagram Interakksi
Diagram interaksi adalah, daerah batas yang menunjukkan ragam kombinasi
beban yang dapat ditahan oleh kolom secara aman.

1.4 Contoh Soal

Sebuah penampang kolom segi empat ukuran 300 x 400 mm2; luas
tulangan As = As’ = 804 mm2.. Titik pusat tulangan terletak 60 mm dari
serat tepi atas. Regangan leleh baja (fy) = 390MPa, modulus elastisitas baja
(Es) = 0,2 x 106 MPa. Jika kekuatan tekan silinder beton (fc’) besarnya 16,6
MPa. Hitunglah kemingkinan beban runtuh yang mungkin terjadi

8
Gambar 1. 5 Penampang Kolom Beton

Penyelesaian:

fc’ = 16.6 MPa


fy = 390 MPa
As = As’= 804 mm2
Es = 0,2 x 106 MPa
h = 400 mm
b = 300 mm

d = h – d’
= (400 – 60) mm
= 340 mm.

9
Kemungkinan keruntuhan:

a. Runtuh karena tekan murni


b. Runtuh seimbang
c. Runtuh di daerah tekan
d. Runtuh karena lentur murni
e. Runtuh di daerah tarik
f. Runtuh karena tarik murni.

a. Runtuh karena tekan murni

Pu = 0,85fc’. a.b + As’.fy + As.fs. …………………(1)


= 0.85 x 16,6 x 300 x 400 + 804 x 390 + 804 x 390
= (1693200 + 313560 + 313560) N
= 2320.320 N
= 2320 kN ………. digambarkan sebagai Titik A (Lihat Gambar 1.4)

b. Runtuh seimbang

Syarat runtuh seimbang adalah tulang tarik telah leleh sehingga fs = fy.
Diasumsikan tulang tekan juga sudah leleh, sehingga fs’ = fs = fy.

ab = ß1cb = (0,003Es) x. (ß1d) ……………………. (5)


(0,003Es + fy)

ab = (0,003 x 0,2 x 106) x (0,85 x 340)


(0,003 x 0,2 x 106 + 390)
= 175 mm
ab = ß1cb
sehingga cb = ab / ß1 ---- untuk fc’ = 16.6 MPa - ß1 = 0,85
cb = (175/0,85) mm
cb = 206 mm

10
Karena luas tulang tarik (As) = luas tulang tekan (As’) = 804 mm 2
menurut rumus (1) gaya pada tulangan ini saling meniadakan.

Pub = 0,85fc’. ab.b + As’.fy + As.fs. ………………… (1)


= (0.85 x 16,6 x 175 x 300) + (804 x 390) + (- 804 x 390)
= 740.775 + 313560 - 313560) N
= 740.775 N
= 740,775 kN

Mencari letak pusat titik plastis. (d”)

d” = {0,85fc’.bh.(d-1/2h)+ As’fy (d – d’)} ………………. (3)


{0,85fc’.bh + (As + As’)fy}

={0,85 x 16,6 x 300 x 400 x ( 340 - ½ x 400) + 804 x 390 x (340 – 60)}
{0.85 x 16,6 x 300 x 400 + (804 + 804) x 390}

= {1693200 x (140) + 313560 x (280)}


{1693200 + (1608) x 390}

= 237048000 + 87796800
2320320

d” = 140 mm

Substitusikan ke Rumus (4)

Pub.eb= 0,85fc’.ab.b.(d-d”- 1/2ab)+As’fy (d–d’– d”)+As.fs.d”….. (4)


= 0,85x16,6x175x300x(340–140– ½ x 175) + 804 x390 x
(340-60-140)+804x390x140
= 740775 x (112) + 313560 x (140) + 43898400
Pub x eb = 82966800 + 43898400 +43898400
= 170.763.600 Nmm = 170763,6 kNmm
Pub x eb = Mub = 170,76 kNm

11
Cek, apakah baja tekan sudah leleh?----- gunakan rumus (7a)

es’ = 0,003 (cb - d’) > fy ………………………….. (7a)


Cb Es

= 0,003 x (206 – 60)


206

es’ = 0,002126
ey = fy/ Es
= 390/ (0,2 x 106)
ey = 0,00195
es’ = 0,002126 >>> ey= 0,00195 ---- Tulang tekan sudah
leleh seperti yang diasumsikan

Harga Pub dan Mub merupakan koordinat Titik B (Lihat Gambar 1.4)

c. Runtuh di daerah tekan

Runtuh di daerah tekan terjadi jika P u melebihi Pb. Karena telah melebihi Pb,
maka pastilah tulang tekan sudah leleh, sehingga fs’ = fy.

Jika Pu > Pb maka a dipastikan melebihi harga a b. Anggap saja a = 1,15


ab.sehingga a = 1,15 x 175 mm = 201,25 mm ∞ 201 mm.

Mencari tegangan tarik (fs) menggunakan rumus 6b.

fs = es . Es = 0,003.( (ß1.d – a) . Es ………….. (6b)


a

= 0,003 x (0,85 x 340 – 201) x 0,2 x 106


201

12
fs = 600 x (289 – 201)
201

fs = 262,7 N/mm2 ∞ 263 N/mm2 < fy = 290 MPa


(tulang tarik belum leleh)

Mencari Pu menggunakan Rumus 1

Pu = 0,85fc’. a.b + As’.fy + As.fs. ………………… (1)


= 0,85 x 16,6 x 201 x 300 + (804 x 390) + (-804 x 263)
= 850833 + 313560 – 211452
Pu = 952941 N
Pu = 952,941 kN ∞ 953 kN

Mencari Mu dengan Rumus (4) ----- Mu = Pu x e

Mu = Pu.e =0,85fc’.ab.(d-d”-1/2a)+As’fy (d–d’–d”)+ As.fs.d”…..(4)


= 0,85x16,6x201x300 x(340-140-½x201) +
804x390x(340-60-140) + 804x263x140
= 828.280,80 x (99,50) + 313.560 x (140) + 29.603.280
= 82.413.939,60 + 43.898.400 + 29.603.280
= 155.919.619,60Nmm
Mu = 155,9196196 kNm ∞ 156,92 kNm

d. Runtuh karena lentur Murni

Dalam keruntuhan karena lentur murni, ada kemungkinan tulangan tekan


baja belum meleleh, artinya tegangan baja tekan masih lebih kecil dari
tegangan lelehnya (fs’ < fy). Oleh sebab itu perlu dihitung tegangan tekan
baja tekan menggunakan Rumus 7b; dalam hal ini besarnya a belum
13
diketahui, sehingga harus dicari menggunakan sunstitusi fungsi a yang
diperoleh dari Rumus 7b ke Rumus 1. Hasil substitusi berupa persamaan
kwadrat untuk menghitung a.

fs’=es’.Es=[0,003(c–d’)].Es = 0,003 (a - ß1.d’) . Es …… (7b)


c a

fs’ = 0,003 (a – 0,85.60) x 0,2 x 106


a

fs’ = 600 x (a -51) ……….. substitusi ke Rumus 1.

Pu = 0,85fc’. a.b + As’.fs’ + As.fs. ………………… (1)

= 0,85x16,6x ax300+804x 600 (a–51)+{804 x(-390)}


A

Pu = 4233a + 482400a – 24602400 - 313560


a
Untuk lentur murnni Pu = 0, karena keruntuhan hanya disebabkan oleh
momen lentur saja, sehingga:

Pu = 4233a + 482400a – 240602400 - 313560 = 0


a

4233a2 + 482400a – 240602400 – 313560a = 0


4233a2 + 168840a – 240602400 = 0
a2 + 39,89a – 5812,05 = 0

a = 59 mm ------ fs’ = 600 x (a -51)


a
fs’ = 600 x (59 – 51)/ 59
fs’ = 81,35 MPa …… Substitusi ke Rumus 4

Pub.eb=0,85fc’.a.b.(d-d”-1/2a)+As’fs’(d–d’–d”)+As.fs.d” (4)
=0,85x16,6x59x300x(340-140-½x59) +

14
804x81,35x(340-60-140) + 804x390x140
= 249747 x (170,5) + 65405,4 x (140) + 43898400
= 42581863,5 + 9156756 + 43898400
= 95637019,5 Nmm
Pub.eb = 95,64 kNm

e. Runtuh di daerah tarik

Runtuh diderah tarik terjadi jika Pu lebih kecil dari P balance, (Pu < Pb)
atau a lebih kecil dari a balance (a < ab). Anggap saja a = 0,85 ab; jadi a
= 0,85 x 175 mm = 148,75 mm. Tegangan-tegangan baja diperiksa
menggunakan Rumus 6 dan 7.

es= 0,003 (ß1.d – a) .................................. (6a)


a

= 0,003 x (0,85 x 340 – 148,75)


148,75

es =0,00283 >>> ey = 0,00195 ---Tulang tarik sudah


leleh, fs=fy = 390MPa

es’ = 0,003 (c - d’) > fy ……………….. (7a)


c Es

es’ = 0,003 x {(148,75/0,85) – 60}


(148,75/0,85)

es’ = 0,003 x (175-60)


175
es’ = 0,00197 > 0,00195 --- Tulang tekan sudah leleh,
fs’=fy=390 Mpa

Menurut Rumus (1) Pu = 0,85fc’. a.b + As’.fs’ + As.fs.

Tetapi pada kondisi ini tulang tarik dan tekan sudah leleh,
sehinggga tarik hanya ditahan oleh beton saja, maka:

15
Pu = 0,85fc’. a.b
= 0,85 x 16,6 x 148,75 x 300
= 629658,75 N
Pu = 629,658 kN

sedangkan Pue dicari menggunakan Rumus 4 sehingga:

Pu.e=0,85fc’.a.b.(d-d”-1/2a)+As’fs’(d–d’–d”)+As.fs.d” …….. (4)


= 0,85x16,6x148,75x300x(340-140-½x148,75) +
804x390x(340-60-140) + 804x390x140
= 629658,75 x (125,63) + 313560 x (140) + 43898400
= 79100880,47 + 43898400 + 43898400
Pue = 166897680,47 Nmm = 166,897 kNm

f. Runtuh karena tarik murni

Runtuh karena tarik terjadi jika beban yang bekerja hanya beban tarik
langsung dan e = 0. Sesuai dengan anggapan dalam perhitungan beton,
maka kekuatan tarik beton diabaikan, sehingga beban tarik sepenuhya
ditahan oleh tulangan.

Menurut Rumus (1) ----- Pu = 0,85fc’. a.b + As’.fs’ + As.fs.


Mengingat beton dianggap tidak dapat menahan beban tarik maka rumus di
atas menjadi:

Pu = As’.fs’ + As.fs
Pu = (- 804 x 390) + (-804 x 390)
= - 313560 - 313560
Pu = - 627120 N
Pu = - 627,12 kN
Dari hasil perhitungan Pu dan Pu.e (Mu) beberapa kemungkinan kegagalam
kolom tersebut dapat dilihat bahwa nilai Pu.e merupakan absis (sumbu X)

16
sedangkan Pu merupakan ordinat (Sumbu Y) dari beberapa titik
kemungkinan keruntuhan kolom, yaitu titik A (runtuh karena tekan murni;
titik B (runtuh dalam kondisi seimbang); titik C (runtuh karena lentur
murni); titik D (runtuh karena tarik murni); titik E (runtuh di darah tarik);
dan titik F (runtuh di daerah tekan). Nilai koordinat titik-titik tersebut adalah
sebagai berikut:

Nama Jenis Keruntuhan Koordinat Titik


Titik Pu.e (Sumbu X) Pu (Sumbu Y)
kNm kN
A Runtuh karena tekan 0,00 2.320,00
murni
B Runtuh seimbang 17.076,00 740,78
C Runtuh di daerah 156,92 953,00
tekan
D Runtuh karena lentur 95,64 0,00
murni
E Runtuh di daerah tarik 166,90 629,66
F Runtuh karena tarik 0,00 -627,12
murni

Dengan data koordinat tersebut maka dapat digambarkan diagram kolom


interaksi seperti di bawah ini:

17
Gambar 1.6 Diagram Kolom Interaksi

1.5 Penggunaan Grafik

Kesulitan dalam perhitungan kolom eksentris adalah, untuk hitungan


perencanaan maupun analisis (perhitungan kontrol) harus dilakukan secara
coba-coba yang prosesnya sangat panjang dan membutuhkan waktu lama,
seperti perhitungan dan penggambaran diagram kolom interaksi yang baru
dikerjakan pada contoh sebelum ini. Memang, diagram kolom interaksi yang
dihasilkan itu dapat dipakai untuk merencanakan maupun analisis secara
akurat, akan tetapi membutuhkan proses hitungan panjang yang sangat
tidak praktis. Untuk memperpendek proses perhitungan, baik itu dalam
merencana maupun analisis kolom, telah banyak dikembangkan berbagai

18
cara menggunakan alat bantu, yang bisa berupa daftar, diagram, maupun
grafik. Salah satunya yang sudah dikenal adalah grafik-grafik dalam Buku
Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Berdasarkan SKSNI T-15-1991-
03, oleh W.C. Vis dan Gideon Kusuma (1993).

Kelemahan menggunakan grafik pada buku tersebut adalah, pembuatannya


didasarkan pada beton mutu fc’ = 150; 200, 250; 300; serta 350 kg/cm2,
dan dengan mutu baja fy 2400 dan 4000 kg/cm2; sedangkan nilai d’/h
berturut-turut digunakan 0,10; 0,15; dan 0,20. Dengan demikian untuk
mutu beton dan baja di luar itu, grafik tidak dapat digunakan. Kelemahan
lainnya adalah, ketelitian perhitungan tergantung pada intepretasi visual
masing-masing orang, sebab harga r dari grafik diperoleh berdasarkan
perkiraan, sehingga dimungkinkan antara orang satu dan lainnya
memperkirakan r dengan harga yang berbeda.

Langkah-langkah Penggunaan Tabel.

1. Pilih grafik yang sesuai dengan penulangan kolomnya, apakah


untuk penulangan dua sisi atau empat sisi (penulangan
terdistribusi)
2. Pilih tegangan leleh baja (fy) yang sesuai, fy 2400 atau 4000
kg/cm2.
3. Hal yang sama juga lakukan pada harga d’/ h, dipilih nilai yang
paling mendekati, apakah d’/h menggunakan 0,1; 0,15; atau 0,20.

4. Hitung Pu .
Ø. Agr. 0,85.fc’
5. Tentukan titik hasil hitungan tersebut pada sumbu tegak grafik, lalu
tarik garis mendatar ke kanan.

6. Hitung Pu . (e/h)
Ø. Agr. 0,85.fc’
7. Tentukan titik hasil hitungan tersebut pada sumbu mendatar grafik,
lalu tarik garis lurus ke atas.

19
8. Ke dua garis yang digambar akan berpotongan pada satu titik (titik
r), dan titik itulah yang memang diperlukan; jadi demikian harga r
dapat diketahui.
9. r = r . b. Besarnya b tergantung pada mutu beton (sudah ada
dalam grafik).
10. r = Agr/ (bh), sehingga Agr = r.(bh)

Keterangan Rumus:
d’ = tebal selimut beton, dalam cm.
h = tinggi penampang kolom (dalam catatan-catatatan
terdahulu digunakan notasi ht), dalam cm.
Pu’ = beban aksial tekan, dalam kg
Mu = beban momen, dalam kgm
Ø = faktor reduksi kolom, lihat SKSNI (hal 15), untuk
kolom dengan sengkang biasa Ø = 0,65.
e = eksentrisitas kolom, dalam cm
e = Mu/Pu (cm)
r = Agr/ (bh), persentase luas tulangan terhadap luas
kotor penampang kolom.
Agr = luas kotor penampang melintang kolom, dalam cm2.

Contoh Penggunaan Tabel.

Sebuah kolom persegi ukuran b = 30 cm, dan h = 50 cm, harus menahan


beban eksentris Pu = 800 kN (=800.000 N = 80.000 kg) dan beban momen
Mu = 240kNm (= 240.000 nM = 24.000 kgm). Mutu beton fc’ = 25 MPa (=
250 kg/cm2), dan mutu baja fy = 240 Mpa (= 2400 kg/cm2). Penulangan
kolom pada dua sisi; Hitung kebutuhan tulangannya.

Penyelesaian.

20
Pu’ = 80.000 kg
fc’ = 250 kg/cm2
Agr = b.h
= 30 x 50
= 1500 cm2
d’ = 5 cm
e = Mu/Pu
= 24000 kgm/ 80.000 kg
= 0,3 m = 30 cm
Ø = 0,65 (faktor reduksi untuk kolom dengan sengkang biasa)

Langkah-langkah penggunaan tabel dapat diikuti pada Gambar 1.7a dan


1.7b.

1. Karena penulangan kolom pada dua sisi, maka dipilih grafik untuk
kolom dua sisi.
2 Mutu baja fy 2400
3. d’/ h = 5/50 = 0,10

21
Gambar 1.7a. Cara memilih Grafik yang Sesuai

4 Pu . =
Ø. Agr. 0,85.fc’
= (80.000)/ {(0,65).(1500) . 0,85. (250)} = 0,386

22
5. Plot nilai 0,386 pada sumbu tegak garis yang dipilih, lalu tarik garis
mendatar ke kanan

6. Pu . (e/h) =
Ø. Agr. 0,85.fc’

80.000 . (30/50) = 0,232


0,65 . 1500 . 0,85 . 250

7. Plot 0,232 pada sumbu mendatar grafik lalu tarik garis ke atas

r = 0,017

0,232

Gambar 1.7b. Cara mencari r

8. dari grafik Gambar 1.7b, diperkirakan harga r = 0,017. (harap


diingat, ada kemungkinan orang lain mengintepretasikan r dengan
harga yang berbeda)

23
9. r = r.b dalam grafik dapat dilihat, untuk fc’ = 250 kg/ cm2 (25 MPa),
harga b = 1,0
r = 0,017. 1,0 = 0,017

10 Ast = r . b.h
= 0,017 . 30 . 50 cm2
= 25,5 cm
As = As’ = ½ . 25,5 cm2 = 12.75 cm2
Dipakai tulangan As = As’ = 2 Ø 25 + 1 Ø 22 – 13,62 cm2

Perhitungan jarak sengkang: (dipakai sengkang Ø 10 mm)

- > 16 x Ø tulang utama = 16 x 2,5 cm = 40 cm


- > 48 x Ø sengkang = 48 x 1,0 cm = 48 cm
- > lebar kolom = 30 cm
Dipakai sengkang Ø 10 – 25 cm

As = As’ = 2Ø25 + 1Ø22 =


13,62 cm2

30 cm As
As’

d’=5 cm h = 45 cm
50 cm

Gambar 1.7c. Penampang Kolom Hasil Perhitungan dengan Tabel

Buktikan bahwa penulangan kolom pada Gambar 1.7c. di atas cukup untuk
menahan gaya dan momen yang bekerja.

24
Penyelesaian:

a. Runtuh karena tekan murni (e = 0)

Pu = 0,85fc’. a.b + As’.fy + As.fs. …………………(1)


= 0.85 x (25) x (300) x (500) + (1362 x 240) + (1362 x 240)
= 3.841.260 N = 3.841 kN

b. Runtuh seimbang

Syarat runtuh seimbang adalah tulang tarik telah leleh sehingga fs = fy.
Diasumsikan tulang tekan juga sudah leleh, sehingga fs’ = fs = fy.

ab = ß1cb = (0,003Es) x. (ß1d) ……………………. (5)


(0,003Es + fy)

ab = (0,003 x 0,2 x 106) x (0,85 x 450)


6
(0,003 x 0,2 x 10 + 240)

= 273,21 mm
ab = ß1cb sehingga cb = ab / ß1; untuk fc’ = 16.6 MPa-- ß1 = 0,85
cb = (273,21/0,85) cm
cb = 321 mm

Karena luas tulang tarik (As) = luas tulang tekan (As’) = 13,62 cm 2,
menurut rumus (1) gaya pada tulangan ini saling meniadakan.

Pub = 0,85fc’. ab.b + As’.fy + As.fs. ………………… (1)


= (0.85 x 25 x 273,21 x 300) + (1362 x 240) +
(- 1362 x 240)
= 1.741.713,75 N
= 1.741,7 kN

Mencari letak pusat titik plastis. (d”)

25
d”= {0,85fc’.bh.(d-1/2h)+ As’fy (d – d’)} ………. (3)
{0,85fc’.bh + (As + As’)fy}

= {0,85x25x300x500x(450-½x500)+1362x240x(450– 50)}
{0.85 x 25 x 300 x 500 + (1362 + 1362) x 240}

d” = 200 mm
Cek, apakah baja tekan sudah leleh?----- gunakan rumus (7a)

es’ = 0,003 (cb - d’) > fy ………………….. (7a)


cb Es

= 0,003 x (321 – 50)


321
es’ = 0,00253

ey = fy/ Es
= 240/ (0,2 x 106)
ey = 0,0012
es’ = 0,00264 >>> ey = 0,0012 ---- Tulang tekan sudah
leleh seperti yang diasumsikan.

Substitusi ke Rumus (4)

Pub.eb= 0,85fc’.ab.b.(d-d”-1/2ab)+As’fy(d–d’–d”)+As.fs.d” …….. (4)


=0,85x25x273,21x300x(450–200–1/2x273,21)+1362x240x
(450-50-200)+1362x240x200
Pub x eb= 328.253.630 Nmm
= 328,25 kNm
c. Runtuh karena lentur Murni -- syarat lentur murni Pu = 0

Mencari a. menggunakan Rumus 7b; dan Rumus 1.

fs’ = es’.Es=[0,003(c –d’)].Es = 0,003 (a - ß1.d’) . Es … (7b)

26
c a

fs’ = 0,003 (a – 0,85.50) x 0,2 x 106


a

fs’ = 600 x (a -42,5) ……….. substitusi ke Rumus 1.


a

Pu = 0,85fc’. a.b + As’.fs’ - As.fs. ………………… (1)


= 0,85 x 25 x a x 300 + 1362 x 600 (a – 42,5) - {1362 x 240}
A

Pu = 6375a + 817200a – 34731000 - 326880


a

Untuk lentur murni Pu = 0, karena keruntuhan hanya disebabkan oleh


momen lentur saja, sehingga:

Pu = 6375a + 817200a – 34731000 - 326880 = 0


a
2
6375a + 817200a – 34731000 - 326880a = 0
6375a2 + 490320a – 34731000 = 0
a2 + 76,91a – 5448 = 0
a = 44,77 mm
fs’ = 600 x (44,77 – 42,5)
44,77
fs’ = 600 x (0,0507)

fs’ = 30,42 N/mm2 = 30,42 MPa (tulang tekan belum leleh) … Substitusi ke
Rumus 4

Pub.eb=0,85fc’.a.b.(d-d”-1/2a)+As’fs’(d–d’–d”)+As.fs.d” …….. (4)


=0,85x25x44,77x300x(450-200-½x44,77)+1362x(30,42) x
(450-50-200)+1362x240x200
= 64963312 +8286408 +65376000

27
= 138625720 Nmm
Pub.eb= 138,62 kNm

Gambar:1.7d. Kontrol Kapasitas Kolom Terhadap Beban


P = 800 kN
dan Mu = 240 kNm

Dari Gambar 1.7d. disimpulkan bahwa penulangan kolom hasil perhitungan


tidak kuat menahan beban Pu = 80.000 kg dan Mu = 24.000 kgm; kolom
akan mengalami keruntuhan di daerah tarik.

28

Anda mungkin juga menyukai