1-Kolom
1-Kolom
1-Kolom
KOLOM
1.1 Pengertian Kolom
Fungsi sengkang adalah mengurangi bahaya pecah pada beton yang dapat
mempengarauhi keliatan kolom. Penampang kolom yang diberi tulangan
melintang transversal dalam bentuk sengkang atau spiral akan
meningkatkan kekuatan dan keliatan kolom. Lilitan melingkar (spiral)
memberikan tekanan kekang (confine) lebih bagus jika dibandingkan dengan
sengkang yang hanya dipasang pada sudut-sudut,sebab sisi sengkang akan
cenderung membengkok pada bagian sisi sengkang kearah luar.
1
a. Sengkang persegi dan Spiral b. Tekanan Kekang oleh Masing-masing
Sengkang
Gambar 1.1. Kolom Persegi dan Kolom Bulat
Seiring dengan berkurangnya kuat beban aksial rencana ØPn dari nilai
tertentu sampai nol, maka untuk beban aksial yang kecil, nilai reduksi Ø
dapat ditingkatkan, dari nilai Ø untuk struktur tekan, sampai 0,80 yang
diijinkan untuk lentur. Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur, (untuk
beban aksial dengan lentur), ke dua nilai kuat nominal dari beban aksial dan
momen harus dikalikan dengan nilai Ø tunggal yang sesuai.
2
Regangan maksimum pada serat tekan terluar beton, besarnya selalu
diambil 0,003; selain itu dalam perhitungan, kekuatan tarik beton selalu
diabaikan. Pada prakteknya beban luar aksial yang benar-benar sentris
terhadap kolom boleh dikatakan tidak ada. Ketentuan ini dalam SNI 03-
2847-2002 tidak ada, tetapi peraturan tersebut menetapkan, bahwa
kekuatan penampang kolom yang terkena beban aksial dalam kondisi tekan
murni harus diambil sebesar 0,85 atau 0,80 dari kekuatan beban aksial
murni Po.
Jika suatu batang dibebani gaya aksial sebesar P dan momen sebesar M
(Gambar 1.2), maka gaya aksial P dan momen M ini dapat digantikan oleh
gaya P yang bekerja pada eksentrisitas (e) yang besarnya:
e = M/P
3
Jika nilai e relatif kecil, maka seluruh penampang kolom akan tertekan;
tetapi sebaliknya, jika nilai P ataupun e relatif besar, maka kegagalan akan
terjadi dengan hancurnya beton yang disertai dengan melelehnya tulang
tekan pada sisi yang paling besar terbebani. Tulang tekan pada kolom beton
yang dibebani eksentris, pada tingkat beban ultimit umumnya akan
mencapai tegangan leleh; kecuali jika beban tersebut kecil, atau
menggunakan tulangan dengan baja mutu tinggi. Oleh sebab itulah, dalam
perencanaan umumnya dianggap bahwa baja tulang tekan sudah leleh,
kemudian barulah dilakukan pemeriksaan regangan, apakah benar-benar
baja tulang tekan benar-benar sudah leleh.
Mari kita perhatikan kolom dengan beban eksentris seperti pada Gambar
1.3. Menurut blok tegangan tekan beton, jika dianggap tulang tekan sudah
leleh, maka fs’= fs, sehingga persarnya gaya Pu adalah:
Pu = 0,85fc’. a.b + As’.fy + As.fs. ………………… (1)
4
Gambar 1.3. Kolom dengan Beban Eksentris
5
Untuk kolom dengan beban eksentris seperti pada Gambar 1.3, berlaku
rumus:
Dalam kondisi runtuh seimbang (balance), yaitu pada kondisi baja dan
beton leleh dalam waktu yang bersamaan, berlaku rumus:
Dengan memasukkan harga ab yang dihitung dengan rumus (5) dan harga
fs kedalam persamaan (1) dan (2) maka akan diperoleh beban aksial dan
momen lentur untuk kondisi keruntuhan seimbang; tetapi karena adanya
berbagai variasi beban yang bekerja, maka ragam keruntuhan yang terjadi
bisa saja tidak selalu merupakan keruntuhan seimbang. Keruntuhan lain
yang mungkin terjadi adalah: (1) keruntuhan tarik, dan (2) keruntuhan
tekan.
Keruntuhan tarik akan terjadi jika Pu < Pb, yang berarti es > ey atau c < cb;
tegangan pada tulang tarik (fs) sama dengan tegangan leleh (fy).
Keruntuhan tekan terjadi bila Pu > Pb, yang berarti es > ey atau c > cb.
Tegangan pada tulang tarik ditentukan dengan persamaan:
6
Hal yang perlu diingat adalah, bahwa anggapan dalam penurunan rumus ini
adalah baja tulangan tekan sudah leleh (fs’ = fy); namun demikian dalam
prakteknya belum tentu anggapan itu benar, untuk melihat kebenaran
anggapan tersebut, maka regangan pada baja tulangan harus dicek, apakah
benar baja tekan sudah meleleh. Rumus yang digunakan adalah:
Jika ternyata baja tulangan tekan belum leleh, yang ditandai dengan
besarnya regangan baja tekan es’ lebih kecil dari regangan ijin baja (ey),
maka nilai tegangan yang terjadi pada baja tekan (fs’) dicari dengan rumus:
Harga fs’ yang diperoleh dari rumus ini kemudian dimasukkan ke dalam
rumus sebelumnya untuk menggantikan tegangan pada baja tulangan tekan.
7
Gambar 1.4. Diagram Interakksi
Diagram interaksi adalah, daerah batas yang menunjukkan ragam kombinasi
beban yang dapat ditahan oleh kolom secara aman.
Sebuah penampang kolom segi empat ukuran 300 x 400 mm2; luas
tulangan As = As’ = 804 mm2.. Titik pusat tulangan terletak 60 mm dari
serat tepi atas. Regangan leleh baja (fy) = 390MPa, modulus elastisitas baja
(Es) = 0,2 x 106 MPa. Jika kekuatan tekan silinder beton (fc’) besarnya 16,6
MPa. Hitunglah kemingkinan beban runtuh yang mungkin terjadi
8
Gambar 1. 5 Penampang Kolom Beton
Penyelesaian:
d = h – d’
= (400 – 60) mm
= 340 mm.
9
Kemungkinan keruntuhan:
b. Runtuh seimbang
Syarat runtuh seimbang adalah tulang tarik telah leleh sehingga fs = fy.
Diasumsikan tulang tekan juga sudah leleh, sehingga fs’ = fs = fy.
10
Karena luas tulang tarik (As) = luas tulang tekan (As’) = 804 mm 2
menurut rumus (1) gaya pada tulangan ini saling meniadakan.
={0,85 x 16,6 x 300 x 400 x ( 340 - ½ x 400) + 804 x 390 x (340 – 60)}
{0.85 x 16,6 x 300 x 400 + (804 + 804) x 390}
= 237048000 + 87796800
2320320
d” = 140 mm
11
Cek, apakah baja tekan sudah leleh?----- gunakan rumus (7a)
es’ = 0,002126
ey = fy/ Es
= 390/ (0,2 x 106)
ey = 0,00195
es’ = 0,002126 >>> ey= 0,00195 ---- Tulang tekan sudah
leleh seperti yang diasumsikan
Harga Pub dan Mub merupakan koordinat Titik B (Lihat Gambar 1.4)
Runtuh di daerah tekan terjadi jika P u melebihi Pb. Karena telah melebihi Pb,
maka pastilah tulang tekan sudah leleh, sehingga fs’ = fy.
12
fs = 600 x (289 – 201)
201
Pub.eb=0,85fc’.a.b.(d-d”-1/2a)+As’fs’(d–d’–d”)+As.fs.d” (4)
=0,85x16,6x59x300x(340-140-½x59) +
14
804x81,35x(340-60-140) + 804x390x140
= 249747 x (170,5) + 65405,4 x (140) + 43898400
= 42581863,5 + 9156756 + 43898400
= 95637019,5 Nmm
Pub.eb = 95,64 kNm
Runtuh diderah tarik terjadi jika Pu lebih kecil dari P balance, (Pu < Pb)
atau a lebih kecil dari a balance (a < ab). Anggap saja a = 0,85 ab; jadi a
= 0,85 x 175 mm = 148,75 mm. Tegangan-tegangan baja diperiksa
menggunakan Rumus 6 dan 7.
Tetapi pada kondisi ini tulang tarik dan tekan sudah leleh,
sehinggga tarik hanya ditahan oleh beton saja, maka:
15
Pu = 0,85fc’. a.b
= 0,85 x 16,6 x 148,75 x 300
= 629658,75 N
Pu = 629,658 kN
Runtuh karena tarik terjadi jika beban yang bekerja hanya beban tarik
langsung dan e = 0. Sesuai dengan anggapan dalam perhitungan beton,
maka kekuatan tarik beton diabaikan, sehingga beban tarik sepenuhya
ditahan oleh tulangan.
Pu = As’.fs’ + As.fs
Pu = (- 804 x 390) + (-804 x 390)
= - 313560 - 313560
Pu = - 627120 N
Pu = - 627,12 kN
Dari hasil perhitungan Pu dan Pu.e (Mu) beberapa kemungkinan kegagalam
kolom tersebut dapat dilihat bahwa nilai Pu.e merupakan absis (sumbu X)
16
sedangkan Pu merupakan ordinat (Sumbu Y) dari beberapa titik
kemungkinan keruntuhan kolom, yaitu titik A (runtuh karena tekan murni;
titik B (runtuh dalam kondisi seimbang); titik C (runtuh karena lentur
murni); titik D (runtuh karena tarik murni); titik E (runtuh di darah tarik);
dan titik F (runtuh di daerah tekan). Nilai koordinat titik-titik tersebut adalah
sebagai berikut:
17
Gambar 1.6 Diagram Kolom Interaksi
18
cara menggunakan alat bantu, yang bisa berupa daftar, diagram, maupun
grafik. Salah satunya yang sudah dikenal adalah grafik-grafik dalam Buku
Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Berdasarkan SKSNI T-15-1991-
03, oleh W.C. Vis dan Gideon Kusuma (1993).
4. Hitung Pu .
Ø. Agr. 0,85.fc’
5. Tentukan titik hasil hitungan tersebut pada sumbu tegak grafik, lalu
tarik garis mendatar ke kanan.
6. Hitung Pu . (e/h)
Ø. Agr. 0,85.fc’
7. Tentukan titik hasil hitungan tersebut pada sumbu mendatar grafik,
lalu tarik garis lurus ke atas.
19
8. Ke dua garis yang digambar akan berpotongan pada satu titik (titik
r), dan titik itulah yang memang diperlukan; jadi demikian harga r
dapat diketahui.
9. r = r . b. Besarnya b tergantung pada mutu beton (sudah ada
dalam grafik).
10. r = Agr/ (bh), sehingga Agr = r.(bh)
Keterangan Rumus:
d’ = tebal selimut beton, dalam cm.
h = tinggi penampang kolom (dalam catatan-catatatan
terdahulu digunakan notasi ht), dalam cm.
Pu’ = beban aksial tekan, dalam kg
Mu = beban momen, dalam kgm
Ø = faktor reduksi kolom, lihat SKSNI (hal 15), untuk
kolom dengan sengkang biasa Ø = 0,65.
e = eksentrisitas kolom, dalam cm
e = Mu/Pu (cm)
r = Agr/ (bh), persentase luas tulangan terhadap luas
kotor penampang kolom.
Agr = luas kotor penampang melintang kolom, dalam cm2.
Penyelesaian.
20
Pu’ = 80.000 kg
fc’ = 250 kg/cm2
Agr = b.h
= 30 x 50
= 1500 cm2
d’ = 5 cm
e = Mu/Pu
= 24000 kgm/ 80.000 kg
= 0,3 m = 30 cm
Ø = 0,65 (faktor reduksi untuk kolom dengan sengkang biasa)
1. Karena penulangan kolom pada dua sisi, maka dipilih grafik untuk
kolom dua sisi.
2 Mutu baja fy 2400
3. d’/ h = 5/50 = 0,10
21
Gambar 1.7a. Cara memilih Grafik yang Sesuai
4 Pu . =
Ø. Agr. 0,85.fc’
= (80.000)/ {(0,65).(1500) . 0,85. (250)} = 0,386
22
5. Plot nilai 0,386 pada sumbu tegak garis yang dipilih, lalu tarik garis
mendatar ke kanan
6. Pu . (e/h) =
Ø. Agr. 0,85.fc’
7. Plot 0,232 pada sumbu mendatar grafik lalu tarik garis ke atas
r = 0,017
0,232
23
9. r = r.b dalam grafik dapat dilihat, untuk fc’ = 250 kg/ cm2 (25 MPa),
harga b = 1,0
r = 0,017. 1,0 = 0,017
10 Ast = r . b.h
= 0,017 . 30 . 50 cm2
= 25,5 cm
As = As’ = ½ . 25,5 cm2 = 12.75 cm2
Dipakai tulangan As = As’ = 2 Ø 25 + 1 Ø 22 – 13,62 cm2
30 cm As
As’
d’=5 cm h = 45 cm
50 cm
Buktikan bahwa penulangan kolom pada Gambar 1.7c. di atas cukup untuk
menahan gaya dan momen yang bekerja.
24
Penyelesaian:
b. Runtuh seimbang
Syarat runtuh seimbang adalah tulang tarik telah leleh sehingga fs = fy.
Diasumsikan tulang tekan juga sudah leleh, sehingga fs’ = fs = fy.
= 273,21 mm
ab = ß1cb sehingga cb = ab / ß1; untuk fc’ = 16.6 MPa-- ß1 = 0,85
cb = (273,21/0,85) cm
cb = 321 mm
Karena luas tulang tarik (As) = luas tulang tekan (As’) = 13,62 cm 2,
menurut rumus (1) gaya pada tulangan ini saling meniadakan.
25
d”= {0,85fc’.bh.(d-1/2h)+ As’fy (d – d’)} ………. (3)
{0,85fc’.bh + (As + As’)fy}
= {0,85x25x300x500x(450-½x500)+1362x240x(450– 50)}
{0.85 x 25 x 300 x 500 + (1362 + 1362) x 240}
d” = 200 mm
Cek, apakah baja tekan sudah leleh?----- gunakan rumus (7a)
ey = fy/ Es
= 240/ (0,2 x 106)
ey = 0,0012
es’ = 0,00264 >>> ey = 0,0012 ---- Tulang tekan sudah
leleh seperti yang diasumsikan.
26
c a
fs’ = 30,42 N/mm2 = 30,42 MPa (tulang tekan belum leleh) … Substitusi ke
Rumus 4
27
= 138625720 Nmm
Pub.eb= 138,62 kNm
28