Makalah Penatalaksanaan Tingkah Laku Anak
Makalah Penatalaksanaan Tingkah Laku Anak
Makalah Penatalaksanaan Tingkah Laku Anak
Disusun oleh :
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi kewajiban ujian
Kelancaran penyusunan makalah ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak,
baik moral dan materi dalam bentuk bimbingan, dukungan, motivasi, pengambilan
keputusan, dan saran maupun kritik yang membangun. Pada kesempatan ini, penulis
Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan dalam makalah ini. Semoga Allah
SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya atas kebaikan semua pihak, serta semoga
makalah ini dapat menjadi satu karya yang bermanfaat dan menambah pengetahuan
bagi pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema segitiga perawatan gigi anak (Pinkham, et al., 2005)......11
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
keterampilan dokter gigi, serta kesanggupan anak untuk bekerja sama selama
perawatan. Pada umumnya, anak yang datang ke praktik dokter gigi besikap kooperatif,
tetapi ada sebagian anak yang bersikap non kooperatif dan memiliki tingkah laku
negatif terhadap perawatan gigi. Tingkah laku anak ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu perkembangan psikologis, pengaruh dari orang tua, keadaan fisik anak, dan rasa
Terdapat tiga komponen penting dalam perawatan gigi anak. Skema komponen
digambarkan dalam bentuk segitiga yang dikenal sebagai segitiga perawatan gigi anak.
Masing-masing sudutnya diisi oleh dokter gigi, keluarga (terutama ibu), dan anak
sebagai pasien terletak pada puncak segitiga. Segitiga tersebut saling berhubungan
secara dinamik dan bertujuan agar anak bersikap kooperatif sehingga perawatan gigi
Anak dapat bersikap kooperatif dan menerima perawatan gigi dengan baik
karena itu, dokter gigi yang merawat pasien anak harus memiliki pengetahuan dan
laku anak agar anak bersikap kooperatif terhadap perawatan gigi. Teknik
dan non farmakologis, komunikatif (komunikasi dan panduan komunikatif) dan teknik
1
2
penatalaksanaan tingkat lanjut. Penatalaksanaan tingkah laku pada anak adalah dasar
untuk memulai perawatan gigi untuk mengembangkan sikap anak agar mau menjalani
perawatan sehingga dicapai kesehatan gigi dan mulut tanpa menimbulkan rasa takut.
TINJAUAN PUSTAKA
berikut:
1.Kooperatif
antusias menerima perawatan gigi. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan
2. Kurang Kooperatif
Anak yang berusia sangat muda dan belum dapat berkomunikasi dengan
baik tergolong ke dalam pasien yang kurang kooperatif. Selain itu, anak yang
3.Potensial Kooperatif
merupakan perbedaan yang penting. Ketika memiliki ciri khas sebagai pasien
yang potensial kooperatif, tingkah laku anak tersebut bisa diubah menjadi
kooperatif.
3
4
Menurut Frankl, tingkah laku anak dibagi menjadi 4 skala, yaitu sebagai
berikut:
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Tingkah Laku Anak terhadap Perawatan Gigi
Anak yang sangat takut atau cemas memiliki pengalaman kunjungan yang tidak
kecemasan yang lebih rendah. kecemasan atau rasa takut mempengaruhi tingkah laku
anak dan secara luas menentukan keberhasilan perawatan gigi. Ada beberapa faktor
dokter gigi. Efek dari kecemasan ibu terhadap kunjungan ke dokter gigi anak
tingkah laku kooperatif anak pada kunjungan perawatan gigi yang pertama.
mengenai pendidikan serta disiplin anak dapat mempengaruhi tingkah laku anak.
Dokter gigi perlu melihat pengaruh orang tua dan lingkungannya terhadap cara
berpikir dan tingkah laku seorang anak agar perawatan dapat berjalan dengan
baik. Pengamatan pada anak dapat dilakukan dengan berbicara dan bertanya
pada orang tua mengenai keadaan rumah tangga dan bentuk tingkah laku anak.
Sikap orang tua terhadap perawatan gigi akan tercermin pada anaknya dan akan
berpengaruh terhadap kerjasama anak. Menurut Gesell dan Ilg terdapat 3 macam
falsafah yang umum dianut orang tua dalam mendidik anak yaitu:
menurut ukuran tingkah laku tertentu. Hal ini menyebabkan anak bereaksi
negatif karena merasa tidak aman dan bertindak bertolak belakang dari yang
diinginkan.
2. Liberal (Laissezfair)
membiarkan anak karena anak akan mengetahui dan memilih apa yang terbaik
6
3. Perkembangan (Developmental)
terbaik pada anak. Paham ini memberikan kepercayaan pada anak untuk
pengaturan diri dan penyesuaian diri setelah diberi pengarahan yang baik.
Falsafah yang dianut orang tua merupakan interaksi yang mereka peroleh dari
orang tua mereka dan melihat bagaimana hubungan anak dengan orang tuanya.
Beberapa sikap orang tua telah diidentifikasi dan dapat menentukan tingkah laku
tertentu yang kurang baik pada anak-anak, sikap tersebut antara lain sebagai
berikut:
1) Over Affection
anak tunggal, anak bungsu, atau anak angkat. Orang tua biasanya memanjakan,
kehendak anak. Orang tua cenderung mempunyai sikap kasih sayang yang
berlebihan dan tidak memberi kesempatan pada anak untuk berkembang. Anak
2) Over Protection
terhadap situasi yang baru, dan kurang rasa percaya diri. Anak sering menolak
3) Over Indulgence
adalah anak suka ribut, berteriak, atau berbuat kekerasan jika kehendaknya tidak
dipenuhi. Anak belajar memanipulasi orang tuanya untuk memenuhi apa yang
mereka kehendaki.
4) Over-Anxiety
atau mempunyai anak tunggal. Perasaan perlindungan dan kasih sayang yang
melewati batas yang wajar sehingga pergaulan anaknya sangat dibatasi. Anak
menjadi tergantung pada orang tuanya dalam segala hal, anak menunjukkan
perasaan gelisah, mudah takut, pemalu, ditandai dengan anak suka menggigit
kuku.
5) Over Authority
Orang tua bersikap kritis, selalu mencari kesalahan anak, segala kegiatan
anak dibatasi sehingga anak sering mencari jalan dengan berdusta, kurang
dalam bentuk negativisme, berupa sikap acuh tak acuh, dan sulit diajak
berunding. Anak mengalami rasa takut yang berlebihan terhadap dokter gigi dan
perawatan gigi.
6) Under Affection
Orang tua kurang acuh terhadap anaknya, tidak mempunyai waktu untuk
anak karena alasan keadaan sosial atau keuangan. Hubungan ayah dan ibu yang
tidak harmonis, adanya ayah atau ibu tiri dapat menyebabkan perasaan anak
8
kurang aman. Orang tua yang menyerahkan anak ke panti asuhan dapat juga
menyebabkan kurang kasih sayang. Demikian juga pada keluarga yang tidak
stabil, ayah yang bersikap kurang baik, atau perselisihan antara ayah dan ibu di
masa lampau.
7) Rejection
Sikap ini dapat timbul karena kecurigaan antara ayah dan ibu, faktor
ekonomi, orang tua belum matang untuk berkeluarga, dan kurangnya rasa
tanggung jawab. Seorang anak yang merasa ditolak keberadaannya akan merasa
mempunyai orang tua seperti hal tersebut, akan berkembang menjadi orang yang
gigi. Beberapa keadaan fisik yang perlu diperhatikan ketika merawat gigi anak,
yaitu:
1. Anak Sakit
Anak yang mendapat perawatan di rumah sewaktu sakit dalam jangka waktu
yang lama, permintaannya selalu dipenuhi dan dimanja, hal ini berlangsung
terus setelah anak sembuh. Sikapnya akan menyulitkan pada waktu dirawat
giginya. Sebaliknya anak yang dirawat dirumah sakit dalam waktu lama
bersama-sama anak lainnya yang sebaya sudah terbiasa menjalani perawatan dan
9
2. Keadaan Gizi
menjadi perasa, lemah dan gelisah, sehingga anak terganggu pada waktu dirawat
giginya.
3. Kelelahan Fisik/Mental
Hal ini dapat menyebabkan tingkah laku yang negatif pada waktu perawatan
gigi, misalnya tidurnya kurang. Sebaiknya anak-anak akan berobat gigi disuruh
Cara –cara khusus perlu dilakukan pada anak yang memiliki keterbatasan
fisik/ mental. Anak yang menderita cerebral palsy, biasanya kurang mendapat
perhatian dalam ruang praktek dokter gigi. Selain cerebral palsy, berlaku pula
5. Hypochondriasis
Secara medis tidak ditemukan kelainan fisik, tetapi secara klinis penderita
merasa sakit yang berat dan ketakutan. Simptom yang terjadi dapat berupa sakit
kepala, kelemahan, mau muntah dan perasaan sakit didada dan panas. Keadaan
ini dapat diatasi dengan meyakinkan penderita bahwa dia tidak sakit.
selama bertahun-tahun. Beberapa dokter gigi anak percaya bahwa riwayat medis
10
memiliki sedikit pengaruh pada tingkah laku anak di klinik gigi, sedangkan yang
dokter gigi.
pertimbangan lain dalam sejarah medis anak. Rasa sakit mungkin sedang atau
hebat, nyata atau imajiner. Meskipun demikian, keyakinan orang tua tentang
rasa sakit medis masa lalu juga secara signifikan berkorelasi dengan tingkah
tingkah laku pada kunjungan gigi pertama, tapi ini tidak terjadi pada kunjungan
berikutnya.
laku negatif pada kunjungan gigi pertama ketika anak percaya bahwa ada
masalah pada gigi. Tingkah laku tersebut dapat dihasilkan dari ketakutan yang
ditransmisikan kepada anak oleh orang tua. Dokter gigi memiliki peran untuk
Gambar 2.1 Skema segitiga perawatan gigi anak (Pinkham, et al., 2005)
Terlihat pada skema ini bahwa anak terletak pada puncak segitiga dan
mempunyai fokus perhatian dari keluarga dan dokter gigi. Peran keluarga dan
menunjukkan bahwa hubungan antara ketiga unsur, yaitu pasien, anak, keluarga, dan
kemampuan untuk dapat mengarahkan mereka melalui pengalaman dental mereka. Pada
perawatan dental bagi mereka dalam waktu sesegera mungkin. Pada jangka panjang,
efek keuntungan dapat diperoleh ketika kesehatan gigi ke depannya di tanam sejak
kecil. Hal paling penting dalam perawatan pasien anak adalah hubungan yang dinamis
diantara ketiga sudut segitiga, yaitu pasien anak, keluarga dan dokter gigi (Koch G. dan
dan sosial serta keragaman sikap dan temperamen. Oleh karena itu, penting untuk
seorang dokter gigi memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan berbagai
teknik penatalaksanaan tingkah laku Pedoman tingkah laku bukan merupakan teknik
kecemasan. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk mengelola tingkah laku anak pada
saat perawatan gigi. Perpaduan antara komunikasi yang baik dan perhatian dokter gigi
pada anak merupakan kunci untuk menciptakan sikap kooperatif pada anak sehingga
perawatan dapat berjalan dengan lancar (AAPD, 2015; Pinkham, et al., 2005).
anak untuk pasien yang kooperatif maupun tidak. Pada kunjungan pertama,
sikap anak. Dokter gigi dapat menggunakan teknik instruksi yang tegas,
(misalnya, “Buka mulut yuk, supaya aku bisa memeriksa gigi kamu”, “Kamu
harus duduk diam ya sehingga kita bisa mengambil foto X-ray”) serta
13
memberitahu anak apa yang harus dilakukan untuk menjadi anak yang kooperatif.
sebelum masuk ke ruang praktek dokter gigi. Tujuan dari citra positif pra-
kunjungan adalah untuk memberikan anak dan orang tua informasi visual
2. Observasi Langsung
langsung ketika ada seorang pasien muda yang kooperatif, yang sedang
langkah khusus yang ada dalam prosedur perawatan gigi, serta memberi
prosedur perawatan gigi. Indikasi teknik ini adalah semua pasien anak yang
3.Tell-Show-Do
merupakan salah satu teknik yang populer digunakan dalam kedokteran gigi.
penjelasan yang telah diberikan serta tanpa ancaman. Tahap terakhir adalah
reinfrcement.
Pada teknik ini, penjelasan yang diberikan tidak perlu panjang lebar
Teknik ini diindikasikan untuk semua pasien anak, khususnya yang baru
pertama kali datang ke dokter gigi dan memiliki kecemasan pada perawatan
Beberapa hal yang dilakukan oleh dokter gigi pada teknik ini adalah
sebagai berikut:
1)
Memberikan pertanyaan sebelum, selama, dan setelah perawatan. Hal ini
pilihan tersebut. Oleh karena itu, jangan menanyakan anak mau atau
kepercayaan diri anak dapat diperoleh, lalu rasa takut berubah menjadi
4. Ask-Tell-Ask
Tahap awal dari teknik ini adalah bertanya mengenai kunjungan dan
dan bahasa yang tidak mengancam, yang sesuai dengan tingkat kognitif anak
(tell); lalu sekali lagi bertanya apakah anak mengerti dan bagaimana
perasaannya tentang perawatan yang akan dilakukan (ask). Jika pasien masih
5. Kontrol Suara
anak, menghindari tingkah laku negatif atau penghindaran dari anak, serta
untuk semua pasien anak, tetapi tidak dapat diterapkan untuk pasien yang
6. Komunikasi Nonverbal
melalui kontak yang tepat, postur, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Tujuan
perhatian dan kepatuhan anak. Teknik ini diindikasikan untuk semua pasien
modulasi suara positif, ekspresi wajah, pujian verbal, dan demonstrasi fisik
yang tepat oleh tim dokter gigi. Pujian deskriptif menekankan kepada sikap
kooperatif yang spesifik (misalnya, "Terima kasih sudah duduk dan diam.",
18
8. Distraksi
9. Restrukturisasi Memori
telah diuji pada anak-anak yang menerima anestesi lokal di kunjungan awal
19
restorasi gigi dan telah terbukti mengubah ketakutan terkait anestesi lokal
dapat berupa foto anak yang sedang tersenyum pada kunjungan pertama
orang tuanya mengenai tingkah lakunya yang baik saat kunjungan terakhir.
Anak diminta untuk bermain peran dan memberi tahu dokter gigi apa
pengalaman yang kurang baik atau negatif mengenai perawatan gigi di masa
Indikasi teknik ini adalah pasien anak yang memiliki pengalaman negatif
atau kunjungan yang kurang baik saat perawatan gigi. Tidak ada
kontraindikasi.
20
orang tua untuk hadir selama perawatan anaknya bukan berarti mereka tidak
nyaman jika tidak dapat memastikan keselamatan anak mereka secara visual.
Oleh sebab itu, penting bagi dokter gigi untuk memahami kebutuhan
emosional orang tua karena orang tua memiliki naluri alami untuk menjadi
pelindung anak-anaknya.
Tujuan kehadiran orangtua /tidak bagi orang tua itu sendiri adalah
menenangkan anak yang usianya sangat muda secara fisik dan dukungan
yang efektif antara dokter gigi, anak, dan orang tua, meminimalkan
tingkah laku. Teknik ini dapat digunakan untuk semua pasien. Tidak ada
kontraindikasi.
1. Inhalasi N2O-O2
Inhalasi N2O-O2 adalah teknik yang aman dan efektif untuk mengurangi
efek mudah dititrasi dan reversibel, serta proses pemulihan cepat dan lengkap.
2005).
lebih dari 50% atau dalam kombinasi dengan agen sedatif lain (misalnya,
mengurangi gerakan dan reaksi yang tidak diinginkan selama perawatan gigi,
Indikasi inhalasi N2O-O2 meliputi anak yang takut, cemas, atau sulit
yang refleks muntahnya dapat mengganggu perawatan gigi, anak yang tidak
dapat diberikan anestesi lokal, dan anak kooperatif yang menjalani prosedur
22
perawatan gigi yang lama. Kontraindikasi penggunaan N2O-O2 adalah anak yang
(AAPD,2015).
sebagai berikut:
1) Memeriksa mesin.
alkohol.
10) Mengatur mixture dial secara vertikal menuju 90% oksigen (10%
11) Mengubah mixture dial menuju 80% oksigen (20% N2O-O2). Tunggu
O2 adalah 50%.
12) Pada level sedasi yang sesuai, prosedur perawatan gigi dapat dimulai.
menjadi 30-35%.
14) Jika perawatan sudah selesai, ubah mixture dial ke oksigen 100% dan
15) Lepaskan nasal mask, lalu ubah tombol kontrol laju oksigen ke nol
16) Instruksikan pasien untuk bernapas secara normal selama 5-15 menit
2. Sedasi
Sedasi digunakan secara aman dan efektif pada pasien yang tidak kooperatif
mental, fisik, atau medis. Terdapat tiga jenis sedasi berdasarkan cara
pemberiannya, yaitu sedasi inhalasi, sedasi enteral (oral dan rectal), dan sedasi
refleksnya normal, termasuk refleks batuk. Tujuan sedasi adalah sebagai berikut
(AAPD, 2015):
Sedasi diindikasikan untuk anak yang takut dan cemas karena teknik
panduan perilaku dasar belum berhasil, anak yang tidak kooperatif karena
keterbatasan mental, fisik, atau medis, serta anak yang perkembangan fisiknya
perawatan gigi minimal, serta prediksi kondisi medis dan/atau fisik yang
berikut:
25
perawatan selesai
1) Sedasi Oral
agen sedatif hipnotik, agen antiansietas, narkotika. Agen sedatif hipnotik terdiri
dari 2 golongan obat, yaitu barbiturat dan non-barbiturat. Chloral hydrate adalah
agen sedatif hipnotik golongan non barbiturat yang paling umum digunakan.
Dosis untuk efek sedasi minimal-moderat adalah 24-40 mg/kgBB. Untuk sedasi
primer inisial pada reticular activating system dan area otak yang
anestesi umum, koma, bahkan kematian. Efek samping dari agen sedatif
µg/kgBB. Dosis untuk anak usia 6 tahun antara 3,9-6,6 mg. Sedangkan, untuk
anak berusia lebih tua, misal 15 tahun, dosisnya antara 9,7-18,9 mg. Agen
antiansietas memiliki kurva respon dosis yang lebih merata daripada agen
27
sedatif hipnotik. Mekanisme kerja golongan obat ini adalah pada sistem limbik.
tepatnya pada reseptor opioid dan memiliki efek analgesik. Contoh obatnya
orang tua/wali menuju dan setelah selesai dari ruangan. Anak sudah makan
makanan ringan 2 jam sebelum prosedur sedasi dimulai (misal, teh dan roti).
3. Anestesi Umum
bahwa anestesi umum adalah keadaan tidak sadar yang terkendali disertai
napas secara mandiri dan menanggapi rangsangan fisik atau perintah lisan.
Kebutuhan diagnosis, perawatan, serta keamanan pasien, praktisi, dan staf harus
diperlukan untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi pada anak kecil.
“Dengan tidak adanya bukti konklusif, tidak etis untuk melarang sedasi dan
penundaan perawatan, kebutuhan gigi anak, efek pada kualitas perawatan gigi,
reaksi yang tidak diinginkan saat perawatan, membantu perawatan pasien yang
nyeri pasien. Anestesi umum diindikasikan untuk anak yang tidak koperatif
fisik, atau keterbatasan medis; anak yang tidak dapat diberikan anestesi lokal
29
karena infeksi akut, variasi anatomi, atau alergi, anak atau remaja yang sangat
tidak kooperatif, takut, cemas, atau tidak komunikatif, anak yang membutuhkan
prosedur bedah yang signifikan, dan anak yang membutuhkan perawatan gigi
anestesi umum adalah anak yang sehat dan kooperatif dengan kebutuhan
perawatan gigi minimal, pasien usia muda yang dapat dirawat dengan intervensi
terapeutik, dan kondisi predisposisi medis yang akan terjadi jika dilakukan
consent, instruksi yang diberikan kepada orang tua, tindakan diet dan
mencakup denyut jantung pasien, tekanan darah, laju pernapasan, dan saturasi
pengeluaran yang telah ditentukan telah tercapai; nama, rute, situs, waktu, dosis,
dan efek obat yang diberikan kepada anak, termasuk anestesi lokal, serta efek
teknik yang diuraikan dalam panduan tingkah laku dasar. Teknik-teknik tersebut
seharusnya membentuk pondasi untuk semua kegiatan tatalaksana yang diberikan oleh
dokter gigi. Kadang, anak tidak kooperatif karena kurangnya kematangan psikologis
30
dan emosional dan/atau memiliki keterbatasan mental, fisik, atau medis. Panduan teknik
penatalaksanaan tingkah laku lanjutan yang biasa digunakan dalam program pelatihan
pediatrik adalah stabilisasi pelindung, sedasi, dan anestesi umum. Hal tersebut adalah
ekstensi dari keseluruhan bimbingan tingkah laku kontinu untuk memfasilitasi tujuan
komunikasi, kerjasama, serta penyampaian perawatan kesehatan gigi dan mulut yang
berkualitas pada pasien yang tidak patuh. Ketepatan diagnosis dan implementasi teknik-
teknik ini secara aman dan efektif memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang
Roberts, 2010).
1. Stabilisasi Pelindung
pembatasan kebebasan bergerak pasien, dengan atau tanpa izin pasien, untuk
seperti bahaya psikologis atau fisik, kehilangan martabat, dan pelanggaran hak
dengan gangguan pernapasan (misalnya, asma) dan / atau untuk pasien yang
31
akan menerima obat (yaitu, anestesi lokal atau obat penenang) yang dapat
menekan pernafasan. Karena risiko yang terkait dan konsekuensi yang mungkin
menyeluruh penggunaan alat ini pada setiap pasien dan alternatif perawatan lain.
kadang-kadang diperlukan untuk melindungi pasien, dokter gigi, staf, atau orang
tua dari cedera saat perawatan gigi. Pelindung stabilisasi dapat dilakukan oleh
dokter gigi, staf, atau orang tua dengan atau tanpa bantuan alat yang membatasi.
keamanan pasien, dokter gigi, staf, dan orang tua harus dipertimbangkan
tingkah laku, kebutuhan perawatan gigi pasien, efek pada kualitas perawatan
gigi, perkembangan emosi pasien, serta pertimbangan medis dan fisik pasien.
dokter gigi, dilakukan oleh tim dokter gigi, dan membutuhkan persetujuan dari
mengenai kebutuhan untuk menahan diri, lalu berikan kesempatan bagi pasien
Untuk mencegah reaksi yang tak terduga terhadap perawatan gigi, maka
dokter gigi wajib melindungi pasien dan staf dari bahaya. Mengikuti intervensi
segera untuk menjamin keamanan, jika teknik perawatan harus diubah, dokter
melindungi pasien, staf, dokter gigi, dan orang tua dari resiko cedera, dan
tidak terkontrol, beresiko terhadap keselamatan pasien, staf, dokter gigi, atau
orang tua jika tanpa menggunakan stabilisasi pelindung serta pasien yang
pasien yang tidak dapat diimobilisasi dengan aman karena kondisi medis,
psikologis, atau fisik yang terkait, pasien dengan riwayat fisik atau trauma
psikologis karena imobilisasi (kecuali tidak ada alternatif lain yang tersedia),
pasien yang tidak membutuhkan perawatan emergensi gigi seluruh kuadran atau
apakah ada kondisi medis (misalnya, asma) yang dapat mengganggu fungsi
pernapasan.
2. Keketatan dan durasi stabilisasi harus dipantau dan dikaji ulang secara
berkala.
1. Indikasi stabilisasi
2. Jenis stabilisasi
berlaku)
Hand Over Mouth Exercise (HOME) ini adalah teknik lain dari
dekade. Hal ini telah dipromosikan dan juga ditentang oleh berbagai pihak
dengan berbagai keyakinan. Tujuan dari teknik ini adalah untuk mendapatkan
dalam hal penguatan negatif, jika anak menghentikan protesnya dan menjadi
anak yang hanya cukup untuk menahan kebisingan anak dan untuk komunikasi
yang lebih efektif. Hal ini mungkin perlu diulang beberapa kali. Ketika anak
tenang, lalu tangan dokter dilepaskan, maka setiap ada kesempatan harus
diinginkan dari anak, baik untuk memfasilitasi perawatan dan juga untuk
mencegah bahaya yang dapat terjadi pada anak dan staf kedokteran gigi. HOME
digunakan untuk membangun komunikasi antara dokter gigi dan anak yang
histeris atau anak yang mengamuk dengan perkiraan usia anak sekitar 3-8 tahun
pasien tidak mampu untuk bekerja sama. Pengekangan dilakukan ketika sedasi
35
atau anestesi umum tidak tersedia atau diizinkan oleh orang tua. Kontraindikasi
tindakan ini untuk setiap anak dengan kemampuan mental dan penguasaan
(Magnusson, 1981).
BAB III
PENUTUP
Anak-anak yang datang ke tempat praktek dokter gigi memiliki tingkah laku
yang berbeda-beda. Keragaman tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor.
kecemasan anak terhadap prosedur perawatan gigi sehingga perawatan gigi anak dapat
36
DAFTAR PUSTAKA
Available at www.aapd.org/media/Policies_Guidelines/G_BehavGuide.pdf
Finn SB. 1973. Clinical Pedodontics 4th ed. Philadelphia: WB Saunders Company.
Pinkham, J. et al. 2005. Pediatric Dentistry: Infancy Through Adolescence. 4th ed.
London: Mosby.
Roberts J.F., Curzon M.E., Koch G., Martens L.C. 2010. Review: Behaviour
Singh H, et al. Techniques for the Behavior Management in Pediatric Dentistry. Int J
Welbury, R. 2001. Paediatric Dentistry. 2nd ed. Oxford: Oxford University Press.
Wright, G.Z.. 1975. Behaviour Management in Dentistry for Children. W.B. Saunders
Company.
Munksgaard. p.327-8.
37