Laporan Perencanaan Pabrik Pengolahan (Nikel)
Laporan Perencanaan Pabrik Pengolahan (Nikel)
Laporan Perencanaan Pabrik Pengolahan (Nikel)
Di susun oleh :
Syahri eko prasetio (10070111023)
M. Rangga Eko (10070111038)
Agung Permana (10070111043)
Al Imam Achmad F (10070111064)
S I TA S
R
IS
UNIVE
LAM
B
AN G
DUN
Puji dan Syukur kehadiran Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan perencanaan pabrik
pengolahan Nikel, Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu mohon kritik dan saran
yang sifatnya membangun untuk memperbaiki tugas ini. Semoga laporan ini
berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua mahasiswa yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR FOTO .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................ vi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................... 3
1.2.1 Maksud …………………………………….. ................. 3
1.2.2 Tujuan ……………………………………… ................. 3
1.3 Ruang Lingkup Masalah ..................................................... 3
1.4 Anggapan Dasar ................................................................. 3
ii
4.2.8 Perhitungan Makro Ekonomi ...................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR FOTO
No. Halaman
3.1 Jaw Crusher ................................................................................. 19
3.2 Hammer Mill ................................................................................... 21
3.3 Ball Mill ........................................................................................... 22
3.4 Grizzly Screen ................................................................................ 23
3.5 Magnetic Separator ........................................................................ 24
4.1 Jaw Crusher ................................................................................... 30
4.2 Cone Crusher ................................................................................. 31
4.3 Ball Mill ........................................................................................... 31
4.4 Hydrocyclone .................................................................................. 32
4.5 Magnetic Separator ........................................................................ 33
4.6 Belt Conveyor ................................................................................. 34
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
2.1 Peta Kesampaaian Daerah dan Lokasi Penelitian ................... 5
2.2 Flora dan Fauna khas Soroako ....................................................... 6
2.3 Peta Topografi Daerah Kesampaian ............................................... 8
2.4 Peta Geologi Daerah Penelitian ...................................................... 11
2.5 Penampang Umum Ni-Laterit Soroako ........................................... 14
4.1 Flowsheet Pengolahan Nikel di PT VALE ....................................... 28
4.2 Flowsheet Pengolahan Nikel di PT VALE ....................................... 28
v
DAFTAR TABEL
No. Halaman
2.1 Daftar Curah Hujan dari bulan Januari 2013 – Agustus 2004 . 9
4.1 Peralatan Pengolahan yang dibutuhkan ......................................... 9
vi
DAFTAR GRAFIK
No. Halaman
3.1 Grafik Produksi Ferro Nikel di Indonesia 2005-2010 (dalam ton) .... 18
3.2 Grafik Bijih Nikel di Indonesia ......................................................... 18
vii
BAB I
PENDAHULUAN
ada di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari. Selain keras, nikel sekaligus juga
dapat ditempa, tahan karat dan tetap mempertahankan ciri mekanis dan fisiknya
walaupun ditempatkan pada suhu yang sangat tinggi. Logam putih keabu-abuan ini,
yang dihasilkan dari produk matte PT Vale, dikenal sebagai nikel “primer” karena
diperoleh dari bijih nikel. Baja nirkarat dewasa ini menguasai kira-kira dua pertiga
dari konsumsi nikel primer Dunia Barat, naik kira-kira 50 persen dari satu dekade
sebelumnya. Kurang lebih 76 persen produksi baja nirkarat Dunia Barat dalam
tahun-tahun belakangan ini terdiri dari austenitic atau jenis yang mengandung nikel.
Rata-rata, baja nir karat austenitic mengandung kurang lebih delapan sampai
Pada umumnya, jenis bijih nikel di dunia adalah sulfida dan mineral oksida.
Di Indonesia Timur, kita sering melihat mineral oksida nikel yang disebut laterit nikel.
Bijih nikel laterit terbentuk oleh pelapukan batuan tropis intensif ultrabasa di atas
semua serpentinites, yang sebagian besar terdiri dari magnesium silikat serpentin
dan berisi approx. 0,3% nikel. Konten nikel awal sangat diperkaya dalam lateritisasi.
Dua jenis laterit bijih nikel harus dibedakan yaitu: jenis limonit dan jenis silikat.
Pertama, saprolit yaitu nikel yang memiliki kandungan besi yang rendah. Umumnya,
saprolit mengandung nikel 1,5-2,5% dan sebagian besar terdiri Magnesium. Dalam
1
2
kantong dan celah dari batuan serpentinit garnierite hijau bisa hadir dalam jumlah
kecil, namun dengan isi nikel yang tinggi - Sebagian besar 20-40%.
Stainless steel merupakan salah satu jenis baja yang banyak digunakan
dalam industri khususnya untuk industri yang membutuhkan bahan yang memiliki
ketahanan terhadap korosi tinggi serta sifat mekanis yang baik Industri manufaktur
material cor tahan karat di Indonesia selama ini menggunakan bahan baku seperti,
ferromolybden (Fe-Mo), dan scrap low carbon steel. Semua bahan baku tersebut
diimpor dari luar negeri, kecuali scrap low carbon steel. Masalah yang dihadapi
adalah harga nikel murni yang cukup mahal yaitu sekitar $ 17.770/kg [1] Sehingga
nikel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga produk baja tahan karat
bahan galian berupa ferronickel yang bisa dijadikan bahan baku untuk pembuatan
coran tahan karat. Ferronickel ini saat ini lebih banyak diekspor keluar negeri untuk
pembuatan material cor tahan karat hanya perlu ditambahkan sedikit unsur krom
(Cr).
3
1.2.1 Maksud
kebutuhan dan memasok bijih Nikel murni yang dapat di manfaatkan sebagai
1.2.2 Tujuan
secara rinci)
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
5
Gambar 2.1
Peta Kesampaian Daerah dan Lokasi Penelitian
5
6
Daerah Sorowako Project Area (SPA) yang terdiri dari daerah East Block
dan West Block, lokasinya dipisahkan oleh pabrik (Plant Site) dan secara umum
berbatasan dengan:
a. Bagian Utara dengan Desa Nuha dan Danau Matano
b. Bagian Timur dengan Danau Mahalona
c. Bagian Selatan dengan Desa Wawondula Kecamatan Towuti
d. Bagian Barat dengan Desa Wasuponda Kecamatan Nuha
Gambar 2.2
Flora dan Fauna khas Soroako
7
2.3 Morfologi
Tinjauan mengenai morfologi yang meliputi daerah penelitiandan
sekitarnya didasari pada laporan hasil pemetaan geologi lembar Malili
Sulawesiyang disusun oleh Simanjuntak (1991).Morfologi daerah ini terbagi atas
daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah karst, dan daerah dataran
rendah.
Daerah pegunungan menempati bagian Barat dan Tenggara. Di bagian
barat terdapat dua rangkaian pegunungan yakni Pegunungan Tineba dan
Pegunungan Koroue ( 700 - 3.016 m ) yang memanjang dari baratlaut-
tenggara dibentuk oleh batuan granit dan malihan. Sedang bagian tenggara
ditempati Pegunungan Verbeck dengan ketinggian 800 - 1.346 meter di atas
permukaan laut yang tersusun oleh batuan basa, ultrabasa dan batugamping
(Gambar 2.3).
Daerah perbukitan menempati bagian tenggara dan timurlaut
dengan ketinggian 200 - 700 meter dan merupakan perbukitan agak landai
yang terletak di antara daerah pegunungan dan daerah pedataran.Perbukitan
ini dibentuk oleh batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Dengan puncak
tertinggi adalah Bukit Bukila (645m).
Daerah karst menempati bagian timurlaut dengan ketinggian 800–1700
m dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina dan
sungai bawah permukaan. Puncak tertinggi adalah Bukit Wasupute ( 1.768 m ).
Daerah dataran menempati daerah selatan dan dibentuk oleh endapan
aluvial seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah timur. Pola aliran
sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola dendritik. Sungai -
sungai besar yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Larona dan Sungai
Malili yang mengalir dari timur ke barat serta Sungai Kalaena yang mengalir dari
utara ke selatan. Secara umum sungai-sungai yang mengalir di daerah ini
bermuara ke Teluk Bone.
8
Gambar 2.3
Peta Topografi Daerah Penelitian
9
2.4 Iklim
Daerah penelitian termasuk dalam daerah berhujan tropis dengan ciri-ciri
intensitas hujan sangat bervariasi dari rendah sampai lebat dan mempunyai dua
musim, yaitu musim hujan dan kemarau akibat bertiupnya muson barat (bulan
November – April) dan musim kemarau akibat bertiupnya angin muson timur
(bulan Mei – Oktober).
Iklim di daerah penyelidikan, secara umum adalah iklim tropis basah
dengan suhu rata-rata 30ºC. Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Rain Fall
Harapan PTVI, kriteria penilaian bulan basah (>200 mm), bulan lembab ( 100 –
200 mm) dan bulan kering (<200 mm) selama periode 1 tahun 8 bulan (Tahun
2013-2014), maka diperoleh nilai antara perbandingan rata-rata bulan kering
dengan rata-rata bulan basah, yaitu = 0.331567 (Tabel 2.1).
Dan menurut Schmidt, Ferguson dan Tjasyono B., (1999) klasifikasi iklim
di wilayah studi termasuk dalam tipe B (basah), dimana nilai Q nya berkisar
antara 0.143 Q < 0.333.
Hal ini sangat wajar karena letaknya yang hampirmendekatigaris
khatulistiwa dan termasuk daerah hujan tropis.Curah hujan rata-rata pada setiap
tahunnya (periode tahun 2013 – 2014) adalah sebesar 2907.85 mm, sedangkan
curah hujan bulan tertinggi terjadi pada Bulan April, yaitu 459.35mm.
Hal ini dikarenakan pada bulan tersebutmerupakan puncak terjadinya
hujan, sedangkan rata-rata curah hujan bulanan terendah terjadi pada Bulan
Agustus, yakni sebesar 108.2mm.
Tabel 2.1
Data Curah Hujan dari Bulan Januari 2013 – Agustus 2014
Curah Hujan (mm)
Thn Jml
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des
2013 225.3 325.4 378.3 514.2 478.7 354.8 458.1 108.2 152.3 91.4 208.3 224 3519
2014 171.6 203.1 410.5 404.5 431.3 359.6 207.9 108.2 0 0 0 0 2296.7
Jml 396.9 528.5 788.8 918.7 910 714.4 666 216.4 152.3 91.4 208.3 224 5815.7
Rata2 198.45 264.25 394.4 459.35 455 357.2 333 108.2 76.15 45.7 104.15 112 2907.85
Maks. 225.3 325.4 410.5 514.2 478.7 359.6 458.1 108.2 152.3 91.4 208.3 224 3556
Sumber :Data Rain Fall Harapan 2013 & 2014
10
Gambar 2.4
Peta geologi Daerah Penelitian
12
16
17
17
Grafik 3.1
Grafik Produksi Ferro Nickel di Indonesia 2005 – 2010 (dalam ton).
Grafik 3.2
Grafik Produksi bijih nikel di Indonesia 2005 – 2010 (dalam ton).
18
3.3 Pengolahan
Pengolahan atau mineral dressing merupakan suatu proses pemisahan
antara mineral yang berharga dari mineral pengotornya dengan menggunakan
sifat fisik ataupun sifat kimia tanpa merubah identitas fisika dan kimianya. Proses
pengolahan ppada umumnya dapat dibagi menjadi empat yaitu cominution,
sizing, concentration dan dewatering.
Secara umum proses pengolahan timbal sebagai berikut:
3.3.1 Kominusi
Proses kominusi merupakan proses pengecilan ukuran material dengan
memecahkan bongkah batuan menjadi butir-butir kecil sehingga terjadi liberasi
pada setiap mineralnya. Kominusi ini biasanya dilakukan dengan dua tahap atau
lebih. Pada kominusi dibagi menjadi dua tahap yaitu crushing dan grinding,
sedangkan secara garis besar proses kominusi dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu primary crushing, secondary crushing dan fine grinding. Primary crushing
merupakan tahap awal penghancuran bongkah yang besar-besar, alat yang
biasa digunakan adalah jaw crusher dan gyratory crusher.
Foto 3.1
Jaw Crusher
Usaha untuk meremukan bijih tergantung pada sifat material dan gaya
yangdilakukan terhadap partikel bijih. Terdapat 3 (tiga) cara/mekanisme
meremuk partikel, yaitu :
19
a. Compression (Tekanan) yaitu peremukan yang dilakukan di antara dua
ermukaan di mana kerja dilakukan pada salah satu atau kedua
permukaantersebut. Alat yang menerapkan cara ini adalah jaw crusher,
gryratory crusher,roll crusher. Partikel yang dihasilkan berukuran besar.
b. Impact (Benturan) yaitu benturan suatu bijih dengan bijih lainnya atau
denganalat. Alat yang menerapkan cara ini adalah hammer mill, impactor.
Parikel remuk yang dihasilkan bervariasi mulai dari berukuran besar
sampai berukuran kecil.
c. Abrasion yaitu gesekan pada permukaan bijih. Partikel remuk yang
dihasilkanada dua ukuran yaitu berukuran besar dan halu. Alat yang
menerapkan caraini adalah Ballmill, Rod Mill.
Dalam proses kominusi, variable yang biasa di ukur adalah Derajat
Liberasi (DL) :
Kominusi terdiri dari dua tahap yaitu crushing (peremukan) dan grinding
(penggerusan).
1. Crushing
Crushing merupakan suatu proses peremukan material dari hasil
penambangan melalui perlakuan mekanis. Batuan dari tambang yang
memilikiukuran besar dijadikan lebih kecil melalui mekanisme peremukan.
Biasanya ada2 tahap dalam proses peremukan yaitu primary crushing dan
secondary crushing, namun hal itu disesuaikan dengan kebutuhan parameter
yang diinginkan
Primary crusher adalah peremuk yang digunakan untuk mengecilkan
ukuran bijih yang datang dari tambang pada tahap pertamadan dioperasikan
secara terbuka. Jenis-jenis primary crusher adalah Jaw Crusher, Gyratory
Crusher, dan Impact Crusher. Masing-masing alat mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Salah satu jenis Primary crusher yang paling banyak digunakan
adalah Jaw Crusher, mekanisme kerja Jaw Crusher adalah dua plat yang dapat
membuka dan menutup seperti rahang. Salah satu dari rahang diam, dan yang
lainnya bergerak maju mundur. Jaw crusher meremuk material dengan kompresi
di dalam rongga remuk. Material yang masuk rongga remuk akan segera
20
mendapat kompresi oleh jaw yang bergerak kemudian material turun hingga
mendapat jepitan baru. Jaw Crusher termasuk dalam arrested crushing karena
peremukan material hanya disebabkan oleh kerja alat terhadap material,
sedangkan peremukanyang disebabkan oleh kerja alat juga materialnya yang
saling meremuk disebut choke crushing. Choke crushing menghasilkan material
halusyang banyak dan bila tidak dikendalikan dapat merusak alat. Jenis jaw
crusher baik digunakan jika bijih dari ROM sifatnya keras dan kompak. Ukuran
dari partikel hasil peremukan tergantung pada pengaturan dari mulut
pengeluaran (setting) yaitu bukaan maksimum dari mulut. Setting terdiri dari
bukaan maksimum (opensetting) dan bukaan minimum (closed setting). Ukuran
maksimum yang dapat masuk alat adalah 85% dari gape (lebar mulut alat)
sedangkan produk peremukan umumnya berukuran lebih kecil dari 85% ukuran
bukaan maksium. Tipe jaw crusher terdiri dari Blake Crusher dan Dodge Crusher.
Blake Crusher dibedakan menjadi single toggle dan doubletoggle.
Pada secondary crusher, bongkah yang sebelumnya telah di olah dengan
primary crusher kemudian di olah lagi hingga mencapai ukuran biasanya kurang
dari 15 cm. Adapun alat yang digunakan pada secondary crusher ini adalah
hammer mill, roll crusher, gravity stamp mill dan gyratory cone crusher.
Foto 3.2
Hammer Mill
2. Grinding
Selanjutnya fine grinding ini disebut juga tertiary crushing dimana tahap
ini ukuran partikel-partikelnya sudah mengecill oleh kombinasi gaya pukulan
21
(impact) dan gaya gerus (abrasion). Proses fine grinding ini dilakukan dengan
alat alat ball mill, tube mill, rod mill, pebbles mill, overflow discharge mill dan
grade discharge mill.
Foto 2.3
Ball Mill
3.3.2 Sizing
Proses sizing merupakan penyeragaman ukuran, sizing dapat dilakukan
dengan cara screening, classifiying dan cyclon. Screening ini dilakukan untuk
mendapatkan material yang mempunyai ukuran yang sama, dimana pada
screening ini dilakukan dengan pengayakan. Dengan demikian akan didapat
material yang berukuran lebih besar akan tertahan diatas dan yang paling kecil
akan terus lolos ke ayakan terbawah. Screen ini dibagi lagi menjadi dua yaitu
stationary screen (saringan diam) dan moving screen (saringan bergerak). Alat-
alat stationary screen ini adalah grizzly dan sieve bend screen. Sedangkan alat-
alat untuk moving screen yaitu moving grizzly, revolving screen, shaking screen
dan vibrating screen.
Classifiying ini dilakukan untuk pemisahan butiran-butiran yang sangat
halus sudah sangat sukar dilakukan dengan saringan. Classifiying ini merupakan
metode pemisahan butiran-butiran mineral berdasarkan perbedaan kecepatan
mengendap butiran-butiran dalam cairan. Classifiying ini dilakukan dengan alat
classifier.
22
Foto 3.4
Grizzly Screen
3.3.3 Konsentrasi
Proses konsentrasi, merupakan proses pemisahan butir-butir mineral
berharga dari mineral pengotornya. Proses konsentrasi dapat dilakukan dengan
empat cara yaitu, konsentrasi gravity, konsentrasi magnetis, konsentrasi
elektrostatis, konsentrasi secara flotasi. Pada proses konsentrasi berdasarkan
gravity dilakukan pemisahnya berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Adapun
alat-alat konsentrasi yang digunakan berdasarkan konsentrasi ini adalah jig,
sluice box, dulang/panning, shaking table, dll. Konsentrasi berdasarkan magnetis
atau sifat kemagnetannya dapat dilakukan dengan magnetic separator.
Konsentrasi berdasarkan sifat elektrostatisnya dapat dilakukan dengan
elektrostatis separator.
23
Foto 3.5
Magnetic Separator
3.3.4 Dewatering
Proses dewatering, merupakan proses untuk mengurangi atau
menghilangkan kandungan air dari hasil akhir proses pengolahan bahan galian.
Pengolahan emas pada umumnya dapat dilakukan dengan proses-proses
pengolahan secara umum, akan tetapi biasanya alat dan metode pengolahan
yang digunakan berbeda. Pada proses konsentrasinya dapat dilakukan dengan
furnace, sianidasi dan amalgamasi.
3.3.5 Perhitungan Hasil Pengolahan
Untuk menghitung Jumlah Recovery yang dihasilkan dapat
menggunakan rumus :
𝑪.𝒄
𝑹 = 𝑭.𝒇 × 𝟏𝟎𝟎%
𝑭
𝑲=𝑪
24
Selain itu untuk menghitung berat tailing (T) dan kadarnya (t), dengan
rumus :
Material Balance
F=C+T
b. Metallurgical Balance
Keterangan:
F = Berat Feed (gr)
F = Kadar Feed (%)
c = Kadar Konsentrat Berat Tailing (gr)
t = kadar Tailing (%)
T = Berat Tailing (gr)
25
paduan nikel yang mempunyai koefisien muai yang sama dengan gelas,
digunakan sebagai kawat listrik yang ditanam dalam kaca misalnya pada bolam
lampu pijar. Serbuk nikel digunakan sebagai katalisator misalnya pada
hidrogenansi (pemadatan) minyak kelapa dan juga pada pengolahan minyak
tanah.
Persentase terbesar dari peruntukan ini adalah untuk baja nirkarat yaitu
mencapai 67%. Sedangkan penggunaan feronikel hanya untuk alloy steel dan
baja nirkarat mencapai 98%. Perkembangan produksi baja nirkarat 2004-2009
mencapai puncaknya tahun 2006 dengan produksi mencapai sekitar 28 juta ton.
26
BAB IV
KEGIATAN DAN PENGOLAHAN
27
28
Gambar 4.1
Flow Sheet Pengolahan Nikel di PT Vale
29
Gambar 4.2
Flow Sheet Pengolahan Nikel di PT Vale
30
Foto 4.1
Jaw Crusher
4.2.2 Secondary Crushing
Kemudian material ditransportasikan dengan belt conveyor untuk
diremukkan kembali di cone crusher tipe HPT 100 dengan menggunakan
material yang berukuran 80mm hasil primary crusher. Diharapkan dapat
menghasilkan produkta berukuran 19 mm. Hal ini disesuaikan dengan
spesifikasi alat berupa : feeding size (100 mm), output size (19 mm), capacity
(50-140 t/h), motor power (160 kw), weight (50,3 t), overall dimension
(4870x3600x4192 mm). Untuk Cone Crusher dibutuhkan 1 unit dengan tipe HPT
200.
31
Foto 4.2
Cone Crusher
4.2.3 Grinding
Produkta dari cone crusher tersebut dibawa dengan belt conveyor akan
digerus pada ball mill sehingga mencapai ukuran butiran 0,074 mm yang
nantinya akan menjadi umpan pada tahap konsentrasi dengan menggunakan
alat wet magnetic separator. Hal ini disesuaikan dengan spesifikasi alat berupa :
Type (Ф5500×8500) speed bucket (13.8 r/min), weight of ball (338), size of feed
opening (< = 25 mm), size of out pitting feed (0,075-0,4 mm), production (108-
615 t/h), power (4500kw), weight (4500 ton). Untuk kegiatan pengolahan bijih
nikel ini dibutuhkan 2 unit Ball mill.
Foto 4.3
Ball Mill
32
4.2.4 Hydrocyclone
Pada proses ini produkta dari hasil ball mil akan dipisahkan berdasarkan
ukurannya, yaitu 0.4 mm, 0.25mm, 0.105mm, dan 0.074mm. Material yang
berukuran lebih dari 0.074 mm akan dipisahkan dan kembali masuk ke proses
pengecilan ukuran oleh ball mill. Adapun spesifikasi alat yang digunakan adalah :
Type (FX-660), Inner diameter (660mm) cone angle (200), feeding size maksimal
(16mm), feeding presseure (0,03-0,2 mpa) processing capacity (250-360m 3/h),
dan separation size (74-220 x 10-6 m). jumlah alat yang digunakan adalah satu
buah.
Foto 4.4
Hydrocyclone
Adapun spesifikasi alat yang digunakan oleh perusahaan ini adalah: type
(CTS(NB)-1540), magnetic intensiti (1000-7000GS), productivity (115-220 t/h)
motor power (11kw), dan weight (10500 kg). jumlah alat yang digunakan
sebanyak satu buah.
Foto 4.5
Magnetic Separator
Foto 4.6
Belt Conveyor
Diketahui :
Jumlah Shift =2
20800 ton
Target prod. per-hari = 26 hari
= 800 𝑡𝑜𝑛/hari
800 ton
Target prod. per-jam = 7jam/shift x 2 shift = 57,14 𝑡𝑜𝑛 / jam / shift
Target produksi
Jumlah alat=
Kapasitas prod. alat
57,14 ton
Jumlah alat= = 0,879 ≈ 1 unit
65 ton
57,14 ton
Jumlah alat = =0,408 ≈ 1 unit
140 ton
57,14 ton
Jumlah alat = =0,714 ≈ 1 unit
80 ton
57,14 ton
Jumlah alat = =0,952 ≈ 1 unit
60 ton
57,14 ton
Jumlah alat = =0,952 ≈ 1 unit
60 ton
36
Tabel 4.1
Peralatan Pengolahan yang Dibutuhkan
Peralatan yang
Jumlah
dibutuhkan
Jaw Crusher 1 Unit
Cone Crusher 1 Unit
Ball Mill 1 Unit
Magnetic Separator 1 Unit
37
DAFTAR PUSTAKA
40
Gambar
Peta Layout Tambang
Gambar
Peta Kesampaian Daerah
Gambar
Peta Topografi
Gambar
Peta Geologi Regional