PDCA Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas
PDCA Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas
PDCA Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas
PENDAHULUAN
Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi
kematian ibu dan bayi di banyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya
pertolongan difokuskan pada periode intrapartum. Upaya ini terbukti telah
menyrelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai
dengan penyulit prroses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan
jiwa. Namun, tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu negara dapat dengan serta
merta dijalankan dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan di negara
lain.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25- 50 % kematian wanita subur
disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa produktivitasnya. Tahun
1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil
atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita kemungkinan 1: 18 meninggal akibat kehamilan/
persalinan selama kehidupannya ; dibanyak negara Afrika 1: 14; sedangkan di
Amerika Utara hanya 1: 6366.
AKI di Indonesia yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 1994) tertinggi di
ASEAN, penempatan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas. Penyebab
langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah perdarahan,
infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus
terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit
yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis.
(prawiroharjo, 2009)
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan awam
merupakan masa nifas. Masa ini penting sekali untuk terus dipantau. Nifas merupakan
masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid.
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira- kira 6 minggu. ( sitti saleha, 2009)
1. Apa yang dilakukan bidan pada saat pelayanan ibu dan bayi baru lahir pada
masa nifas?
2. Apakah pelayanan yang diberikan oleh bidan sudah sesuai dengan standar?
1.3.TUJUAN PENULISAN
1.3.1. Agar pembaca dapat memehami tentang pelayanan bidan pada ibu dan bayi di masa nifas
PEMBAHASAN
Pada hal ini masalahnya adalah pelayanan bidan pada masa nifas bidan tidak
memberikan imunisasi pada bayi di BPSnya tetapi ibu di anjurkan untuk melakukan
imunisasi di puskesmas.
Program menjaga mutu yaitu dengan meningkatkan unsur Lingkungan, dimana yang
dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan, organisasi, menejemen, dalam
kasus ini kebijakan yang dilakukan harus di ubah untuk menjaga program mutu.
1.4.1. Tujuan
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan
memberikan penyuluhan ASI esklusif
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau
melalui kunjungan ke rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam
setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makan bergizi, asuhan bayi
baru lahir, pemberian ASI, imunisasi, dan KB
1.4.3. Hasil
Bidan memberikan pelayanan selama nifas di puskesmas, BPS atau melalui kenjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu ke enam setelah persalinan
melakukan perawatan tali pusat yang benar, penemuan komplikasi nifas dan segera
menanganinya, melakukan identifikasi penanganan pada bayi dengan diare,
memberikan penjelasan tentang asuhan bayi baru lahir, ASI, dan KB
1.4.4. Prasarat
1. System yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan pelayanan pasca
persalinan dari bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik di
rumah, puskesmas, atau rumah sakit
2. Bidan telah terlatih dan terampil dalam :
perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi dengan cara yang benar
membantu ibu untuk memberikan ASI
mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada masa nifas
penyuluhan dan pelayanan KB/ penjarangan kelahiran
3. bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja sama dengan juru
imunisasi di puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat.
4. terseida alat perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan, yaitu sabun, air
bersih dan handuk bersih, sarung tangan bersih/ DTT
5. Tersedia kartu pencatatan, kartu ibu, kartu bayi, buku KIA
1.4.5. Proses
1. Pada kunjungan rumah, sapalah ibu dan suami/ keuarganya dengan ramah
2. Tanyakan pada ibu dan suami/ keluarganya jika ada masalah atau kekhawatiran
tentang ibu atau bayinya
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi
4. Periksa tanda-tanda vital ibu ( suhu tubuh, nadi, dan tekanan darah ). Periksa
payudara ibu, amati bila puting retak, dan tanda-tanda atau gejala-gejala saluran
ASI tersumbat atau infeksi payudara. Periksa involusi uterus ( pengecilan uterus
sektar 2 cm/ hari selama 8 hari pertama ). Periksa lochea, yang pada hari ketiga
seharusnya mulai berkurang dan berwarna coklat, dan pada hari ke- 8 – 10
menjadi sedikit dan berwarna merah muda. Jika ada kelainan segera rujuk ( lihat
daftar tanda-tanda bahaya dan tanda-tandanya di akhir satndar ini ). Jika dicurigai
sepsis puerperalis gunakan ( standar 23 ). Untuk penanganan perdarahan pasca
persalinan gunakan standar 22 )
5. Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perdarahan berat selama
proses persalinan, periksa Hb pada hari ketiga. Nasehati ibu supaya makan
makanan bergizi dan berikan tablet tambah darah
6. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan diri,
memakai pembalut yang bersih, makanan bergizi, istirahat cukup dan cara
merawat bayi
7. Cucilah tangan, lalu periksalah bayi. Periksalah tali pusat pada setiap kali
kunjungan. ( paling sedikit sampa hari ketiga, minggu kedua, dan mingg ukeenam
). Tali pusat harus tetap kering. Ibu perlu diberitahu bahayanya membubuhkan
sesuatu pada tali pusat bayi, misalnya minyak atau bahan lain. Jika ada kemerahan
pada tali pusat, perdarahan atau tercium bau busuk, bayi segera dirujuk
8. Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan pada ibu pemberian ASI, misalnya bayi
tidak mau menyusu, waktu jaga, cara bayi menangis, berapa kali BAK, dan bentuk
fesesnya
9. Perhatikan warna kuit bayi, apakah ada icterus atau tidak. Ikterus pada hari ketiga
postpartum adalah icterus fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan. Namun,
bila icterus terjadi sesudah hari ketiga/ kapan saja, dan bayi mala untuk menyusu
dan tampak mengantuk, maka bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit
10. Bicarakan pemberian ASI, dan bila mungkin perhatikan apakah bayi
menyusu dengan baik ( amati apakah ada kesulitan atau masalah )
11. Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif sedikit 4 sampai 6
bulan. Bicarakan bahaya pemberian unsur tambahan ( susu formula, air, atau
makanan lain ) sebelum bayi berumur 4 bulan
12. Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat dimulai. Sebaiknya hal ini
didiskusikan dengan kehadiran suaminya
13. Catat dengan tepat semua yang ditemukan
14. Jika ada hal-hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu dan/ atau bayi ke
puskesmas/ rumah sakit
Planning :
a. Topik:
d. Target :peningkatan jumlah pasien yang melahirkan di BPS dalam 2 bulan ke depan
dapat mendapatkan pelayanan imunisasi di BPS
e. Aktivitas :
PLANING
DO
CHECK
ACTION