Makalah Degradasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Pendahuluan

Geotekstil adalah material lembaran yang dibuat dari bahan tekstil polymeric,
bersifat lolos air, yang dapat berbentuk bahan nir-anyam(non woven), rajutan atau
anyaman (woven) yang digunakan dalam kontak dengan tanah /batu dan atau material
geoteknik yang lain di dalam aplikasi teknik sipil. Geotekstil umumnya dibuat dari
polymer polypropylene (beberapa dibuat dari polyesteratau polyethylene), yang dibuat
dalam bentuk fiber-fiber, atau benang-benang, dan akhirnya dipakai untuk membuat
lembaran kain anyam (woven) atau nir-anyam (non, woven). Ketika kain tekstil ini
diletakkan di dalam tanah, maka disebut geotekstil. Dalam pembahasan ini,dibahas
mengenai penurunan kemampuan kekuatan dari geotekstil akibat pengaruh faktor lain.
Penurunan ini diakibatkan oleh beberapa faktor lain yaitu Temperatur, proses Penuaan,
Sinar Ultraviolet, proses Hidrolisis, Degradasi Biologilcal dan Kimia, Oksidasi, Faktor
Reduksi dan Nilai-nilai Ijin, Faktor Reduksi dan Nilai Ijin untuk Perkuatan,
Pembahasan

1. Pengertian Degradasi
Degradasi merupakan sifat dimana geotekstil mengalami penurunan kemampuan
akibat pengaruh eksternal.

2. Sifat sifat Degradasi


Berikut merupakan sifat-sifat yang menyebabkan degradasi, yaitu :
a) Temperatur
Temperatur mempunyai pengauh besar terhadap sifat-sifat kekuatan geosintetik, hal
ini ditunjukkan dalam Gambar 9. Bila temperatur naik, maka ke kuatan geosintetik turun.
Kenampakan ini semakin jelas terutama bila material dasarnya Polyethylene. Pada bahan
ini, bila temperatur naik dari awalnya 200C menjadi 800C, kuat tariknya bisa berkurang
menjadi hanya awalnya tinggal 25% dari ketika suhunya 20°C. Regangan ijin dalam
geosintetik juga berkurang oleh adanya pengaruh dari penuaan,serangan bahan kimia,
kerusakan mekanikal dan hidrolisis (Pilarczyk, 2000 dalam Hardiyatmo,H.C, (2008).
Perhatian harus diberikan jika meletakkan geotekstil pada kondisi temperatur sangat
tinggi, seperti contohnya ketika meletakkan aspal panas atau sambungan pengisi pada
pekerjaan rehabilitasi jalan raya. Selain itu, geotekstil jangan disimpan dalam tempat
dengan temperatur tinggi. Hal ini, karena temperatur yang tinggi menurunkan kekuatan
geotekstil. Bahan polypropylene akan cair pada temperatur 165°C dan polyester pada
250°C. Oleh sebab itu, temperatur yang sangat tinggi harus dihindari.

b) Proses Penuaan (Ageing)


Kenaikan temperatur dan radiasi ultra violet berakibat buruk pada geosintetik, yaitu
geosintetik menjadi getas dan tahanan mekanisnya berkurang. Fenomena pengurangan
kekuatan oleh akibat hal-hal tersebut, disebut penuaan. Untuk mengurangi sensitifitas
terhadappenuaan ini, maka dalam proses produksi geosintetik ditambahkan bahan anti-
oksidasi yang berupa karbon hitam dan penstabil ultra violet. Beberapa bahan penstabil
mempunyai pengaruh buruk pada sifat-sifat mekanik geosintetik.Terkait dengan proses
penuaan geosintetik, maka dalam penggunaan geosintetik harus diperhatikan (Pilarczyk,
2000 dalam Hardiyatmo, H.C, 2008):
1) Temperatur yang terjadi saat pelaksanaandan waktu dalam kondisi terbuka dengan
udara luar.
2) Lama waktu saat geosintetik berhubungan dengan sinar matahari, serta
intensitasnya.
3) Kemungkinan larut atau menjadi cairnya bahan anti oksidasi dan bahan penstabil
ultra violet dalam geosintetik, yang dapat mengakibatkan polusi tanah bawah.
4) Kemungkinan adanya kandungan rnetal di sekitar geosintetik yang dapat beraksi
sebagai katalisator dalam proses penuaan.

c) Sinar Ultraviolet
Geotekstil sangat mudah mengalami degradasi bila terletak di udara terbuka. Hal ini,
karena sinar ultra violet dapat menyebabkan degradasi dari bahan-bahan material
organik, termasuk geosintetik yang terbuat dari bahan polymer. Degradasi menyebabkan
geotekstil berkurang baik kuat tarik maupun sifat mulurnya (elongation). Semakin lama
terbuka terhadap sinar ultra violet dari sinar matahari, semakin berkurang kinerjanya.
Banyak pengamatan menyarankan bahwa geotekstil harus dilindungi dari pengaruh sinar
ultra violet yang berkepanjangan. Untuk mengantisipasi pengaruh merugikan dari sinar
ultra violet, maka selama proses pembuatan geosintetik, perlu ditambahkan bahan anti
oksidasidan penstabil ultra violet. Bahan anti oksidasi ini adalah bahan karbon- hitam.
Beberapa bahan penstabil, termasuk karbon hitam, mempunyai pengaruh negatif pada
sifatsifat mekanikal geosintetik.

d) Proses Hidrolisis
Beberapa geosintetik seperti nylon (polyamide), dan sebagian dari polyester sensitif
terhadap hidrolisis dalam kondisi basah (yaitu be-- reaksi dengan air). Hidrolisis ini
dapat menyebabkan degradasi lewat reaksi dalam benang-benang geotekstil atau reaksi
fiber internal atau Ekstemal. Geosintetik yang dibuat terutama dari resin polyester
menjadi rusak bila dicelup dalam cairan yang mempunyai pH sangat tinggi (pH > 10)
atau sangat rendah (pH < 3) (Koerner,2005).

e) Degradasi Biologilcal dan Kimia


Akibat pengaruh bahan kimia dan mikroorganisme di dalam tanah, kekuatan dari
geotekstil anyam dan kekedapan geomembran dapat menurun: Contohnya, material yang
dibuat dari polyester sangat berisiko bila kondisi lingkungan mempunyai sifat alkali
tinggi. Polypropylene dapat diserang oleh jamur, yang berakibat benang-benang atau
fibernya menjadi terpisah-pisah, sehingga dapat mengurangi kinerjanya.
f) Oksidasi
Semua tipe polymer bereaksi dengan oksigen dan menyebabkan degradasi. Polymer
yang sangat mudah bereaksi dengan oksigen ini terutama polyolefin (polypropylene dan
polyethylene). Jika temperatur semakin tinggi, maka kecepatan degradasi akibat oksidasi
juga semakin tinggi. Hal ini, sesuai dengan berjalannya waktu akan mempengaruhi
sifatsifat kuat tarik, kemuluran dan modulus dari geotekstil.

g) Faktor Reduksi dan Nilai-nilai Ijin


Dalam setiap uji sifat-sifat geotekstil, umumnya dihasilkan nilai-nilai kuat tarik dan
modulusnya, Nilai-nilai ini, lalu dibagi dengan faktor reduksi untuk memperoleh nilai-
nilai yang akan digunakan dalam perancangan. Jadi, nilai-nilai hasil pengujian di
laboratorium harus diubah dulu ke dalam nilai sifat-sifat ijin sebagai berikut:

Faktor-faktor reduksi ini biasanya > 1, dan memperhatikan faktor-faktor seperti:


Kerusakan saat pemasangan; Terbambatnya aliran akibat tertekuk; Rayapan yang
menyebabkan relaksasi;Degradasi biologis; Penyumbatan tanah dan biologi; Degradasi
akibat proses kimia; Penyumbatan oleh endapan kimia. Faktor-faktor tersebut biasanya
sulit dimodelkan di laboratorium, selama itu pengujian juga mahal (Koerner, 1990 dalam
Hardiyatmo, H.C, (2008). Sifat-sifat mekanik meliputi tahanan geotekstil terhadap
beban yang bekerja dan/atau kondisi pemasangan.

h) Faktor Reduksi dan Nilai Ijin untuk Perkuatan


Dalam aplikasi geotekstil yang didasarkan pada.fungsi pemisah dan perkuatan, sifat-
sifat geotekstil yang diperoleh dari uji laboratorium umumnya merupakan nilai
maksimumnya dari kondisi yang sangat ideal. Nilai-nilai hasil uji laboratorium ini tidak
secara langsung digunakan dalam perancangan, namun diperlukan nilai reduksi yang
mempertimbangkan koadisi lapangan, ketidak tentuan hasil pengujian dan metoda
perancangannya.
Terdapat dua cara pendekatan sebagai berikut:
1. Digunakan faktor aman sangat tinggi pada akhir penyelesaian suatu masalah.
2. Digunakan faktor reduksi dari nilai hasil uji laboratorium untuk membuat nilai hasil
laboratorium tersebut ke suatu nilai ijin tertentu. Pendekatan alternatif (2) tersebut,
dilakukan dengan memberikan faktor-faktor reduksi. Alternatif (2) lebih banyak
digunakan dalam menentukan sifat-sifat ijin dari geotekstil untuk perancangan.Nilai
kekuatan geotekstil yang dipakaiakan berupa nilai yang sudah memperhatikan faktor-
faktor gangguan yang mungkinterjadi, baik saat pemasangan maupun kondisi jangka
panjangnya. Nilai-nilai ini bergantung pada kondisi spesifik lapangan.

Tabe1 4. Faktor reduksi kekuatan yang digunakan dalarn Persamaan (2.18)


(Koerner, 2005)

*Nilai kisaran terendah menunjukkan umur layanan pendek dan/atau situasi di mana deformasi rayapan
tidak begitu mempengaruhi kinerja struktur.

Tabel 4 menunjukkan faktor reduksi kekuatan yang disarankan oleh Koerner (2005),
dengan nilai kuat tarik ijin yang dinyatakan oleh:

dengan, Ta = kuat tarik ijin, Tu = kuat tarik ultimit, RFID = faktor reduksi akibat
kerusakan saat pemasangan ( 1), RFcR = faktor reduksi oleh pengaruh rayapan saat
masa layanan struktur (1), RFD = faktor reduksi degradasi terhadap pengaruh
serangan kimia dan biologi ( 1).
Dalam Persamaan ( 18) faktor reduksi yang dilibatkan dapat ditambahkan, seperti
misalnya pengaruh pelipit/jahitan dan lain-lain.

Faktor Reduksi untuk Filtrasi dan Drainase


Seperti halnya dalam aplikasi geotekstil sebagai pemisah maupun perkuatan, aplikasi
geotekstil untuk filtrasi dan drainase juga memerlukan faktor-faktor reduksi yang
memperhatikan kondisi spesifik dari lokasi pekerjaan. Koerner (2005), menyarankan
persamaan debit ijin (qa) :

dengan, qa = debit ijin, qu = debit ultimit, RFsca = faktor reduksi akibat sumbatan
dan blinding ( 1), RFcR = faktor reduksi akibat rayapan dari rongga pori ( _ 1), RFN =
faktor reduksi akibat intrusi material di sekitar yang mengisi rongga pori geofekstil (
1), RFcc = faktor reduksi akibat sumbatan bahan kimia ( 1), RFBC = faktor reduksi
akibat sumbatan biologikal ( 1). Analog untuk permitivitas geotekstil, permitivitas ijin
(ψa)dinyatakan oleh:

dengan u = pennitivitas ultimit geotekstil yang diperoleh dari hasil uji laboratorium.
Faktor reduksi yang disarankan oleh Koerner (2005) ditunjukkan dalam Tabel 5.
Faktor reduksi yang digunakan dalam Persamaan (19) bisa lebih besar lagi, bila
terdapat masalah khusus
di lapangan, contohnya seperti teriutupnya permukaan geotekstil akibat riprap atau
blok blok beton.
Tabel 5. Faktor reduksi yang digunakan dalam Persamaan (2.19) (Koerner, 2005)
Penutup

Kesimpulan
a. Lima sifat polymer sebagai bahan dasar material geosintetik meliputi: sifat fisik, Sifat
mekanik, Sifat hidrolik, Sifat ketaharian,dan Sifat degradasi.
b. Kadar air (kelembaban) hanya berpengaruh kecil pada kekuatan geotekstil, dan hanya
polyolefins (polypropylene dan polyethylene) mempunyai berat jenis lebih ringan dari
air
c. Hidrolisis ini dapat menyebabkan degradasi lewat reaksi dalam benang-benang
geotekstil atau reaksi fiber internal atau ekstemal
d. Kenaikan temperatur dan radiasi ultra violet berakibat buruk pada geosintetik, yaitu
geosintetik menjadi getas dan tahanan mekanisnya berkurang
e. Geotekstil dapat meregang pada beban tetap yang permanen, sampai suatu saat
geotekstilnya putus atau robek.
f. Reduksi kekuatan akibat pengaruh buruk saat pelaksanaan ini, dapat dikompensasikan
dengan menggunakan faktor aman antara 1∽3 (Koerner, 2005).
g. Dalam kondisi yang sama, material yang satu dapat lebih meregang daripada material
yang lain bersama dengan berjalannya waktu.
h. Akibat pengaruh bahan kimia dan mikroorganisme di dalam tanah, kekuatan dari
geotekstil anyam dan kekedapan.
Pertanyaan
1. Pertanyaan dari Novraj Isra
Apa yang terjadi pada geotekstil jika berada pada suhu ekstrim / dingin ?
Jawaban : kuat tarik geotekstil akan berkurang pada suhu yang semakin tinggi,
namun kuat tarik geotekstil akan semakin bagus jika suhu rendah
Untuk perencanaan kita mempertimbangkan kedua kondisi tersibut,
namun untuk faktor aman lebih mengutamakan kondisi suhu tinggi.
(jawaban dari Rifki Muchni)

2. Pertanyaan dari Rahmad Hakiki


Bagaimana cara mengetahui proses penuaan (umur layan )/ uji labor dan juga standar
nya !
Jawaban :

Dari tabel diatas dapat diakumulasikan jenis-jenis material yang mempengaruhi


proses penuaan sehingga dapat melihat berapa lama umur layan suatu geotekstil.
3. Pertanyaan dari Romi Julio
Bagaimana cara mengatasi solusi dari kesalahan yang tidak memperhatikan faktor
degradasi jika reduksi ≤1 ?
Jawaban : apabila memiliki nilai ≤1 maka semakin aman dalam perencanaan.
4. Pertanyaan dari Abdi Dwi Setiawan
Bagaimana cara menjelaskan grafik dari temperatur ?
Jawaban :

Yang artinya ialah semakin tinggi temperatur maka kekuatan geosintetik menurun.
Dan pada material Poliethylene penurunan yang signifikan terlihat jelas.

5. Pertanyaan dari Ibnu Iqbal


Apasaja gaya / faktor yang menyebabkan penuaan pada lereng ?
Jawaban : gaya- gaya yang menyebabkan penuaan geosintetik pada lereng adalah
gaya vertikal dan gaya horizontal dari tanah di belakang geosintetik, faktor yang
menyebabkan penuaan yaitu faktor umur layan, faktor material, suhu, dll

Anda mungkin juga menyukai