Makalah Degradasi
Makalah Degradasi
Makalah Degradasi
Geotekstil adalah material lembaran yang dibuat dari bahan tekstil polymeric,
bersifat lolos air, yang dapat berbentuk bahan nir-anyam(non woven), rajutan atau
anyaman (woven) yang digunakan dalam kontak dengan tanah /batu dan atau material
geoteknik yang lain di dalam aplikasi teknik sipil. Geotekstil umumnya dibuat dari
polymer polypropylene (beberapa dibuat dari polyesteratau polyethylene), yang dibuat
dalam bentuk fiber-fiber, atau benang-benang, dan akhirnya dipakai untuk membuat
lembaran kain anyam (woven) atau nir-anyam (non, woven). Ketika kain tekstil ini
diletakkan di dalam tanah, maka disebut geotekstil. Dalam pembahasan ini,dibahas
mengenai penurunan kemampuan kekuatan dari geotekstil akibat pengaruh faktor lain.
Penurunan ini diakibatkan oleh beberapa faktor lain yaitu Temperatur, proses Penuaan,
Sinar Ultraviolet, proses Hidrolisis, Degradasi Biologilcal dan Kimia, Oksidasi, Faktor
Reduksi dan Nilai-nilai Ijin, Faktor Reduksi dan Nilai Ijin untuk Perkuatan,
Pembahasan
1. Pengertian Degradasi
Degradasi merupakan sifat dimana geotekstil mengalami penurunan kemampuan
akibat pengaruh eksternal.
c) Sinar Ultraviolet
Geotekstil sangat mudah mengalami degradasi bila terletak di udara terbuka. Hal ini,
karena sinar ultra violet dapat menyebabkan degradasi dari bahan-bahan material
organik, termasuk geosintetik yang terbuat dari bahan polymer. Degradasi menyebabkan
geotekstil berkurang baik kuat tarik maupun sifat mulurnya (elongation). Semakin lama
terbuka terhadap sinar ultra violet dari sinar matahari, semakin berkurang kinerjanya.
Banyak pengamatan menyarankan bahwa geotekstil harus dilindungi dari pengaruh sinar
ultra violet yang berkepanjangan. Untuk mengantisipasi pengaruh merugikan dari sinar
ultra violet, maka selama proses pembuatan geosintetik, perlu ditambahkan bahan anti
oksidasidan penstabil ultra violet. Bahan anti oksidasi ini adalah bahan karbon- hitam.
Beberapa bahan penstabil, termasuk karbon hitam, mempunyai pengaruh negatif pada
sifatsifat mekanikal geosintetik.
d) Proses Hidrolisis
Beberapa geosintetik seperti nylon (polyamide), dan sebagian dari polyester sensitif
terhadap hidrolisis dalam kondisi basah (yaitu be-- reaksi dengan air). Hidrolisis ini
dapat menyebabkan degradasi lewat reaksi dalam benang-benang geotekstil atau reaksi
fiber internal atau Ekstemal. Geosintetik yang dibuat terutama dari resin polyester
menjadi rusak bila dicelup dalam cairan yang mempunyai pH sangat tinggi (pH > 10)
atau sangat rendah (pH < 3) (Koerner,2005).
*Nilai kisaran terendah menunjukkan umur layanan pendek dan/atau situasi di mana deformasi rayapan
tidak begitu mempengaruhi kinerja struktur.
Tabel 4 menunjukkan faktor reduksi kekuatan yang disarankan oleh Koerner (2005),
dengan nilai kuat tarik ijin yang dinyatakan oleh:
dengan, Ta = kuat tarik ijin, Tu = kuat tarik ultimit, RFID = faktor reduksi akibat
kerusakan saat pemasangan ( 1), RFcR = faktor reduksi oleh pengaruh rayapan saat
masa layanan struktur (1), RFD = faktor reduksi degradasi terhadap pengaruh
serangan kimia dan biologi ( 1).
Dalam Persamaan ( 18) faktor reduksi yang dilibatkan dapat ditambahkan, seperti
misalnya pengaruh pelipit/jahitan dan lain-lain.
dengan, qa = debit ijin, qu = debit ultimit, RFsca = faktor reduksi akibat sumbatan
dan blinding ( 1), RFcR = faktor reduksi akibat rayapan dari rongga pori ( _ 1), RFN =
faktor reduksi akibat intrusi material di sekitar yang mengisi rongga pori geofekstil (
1), RFcc = faktor reduksi akibat sumbatan bahan kimia ( 1), RFBC = faktor reduksi
akibat sumbatan biologikal ( 1). Analog untuk permitivitas geotekstil, permitivitas ijin
(ψa)dinyatakan oleh:
dengan u = pennitivitas ultimit geotekstil yang diperoleh dari hasil uji laboratorium.
Faktor reduksi yang disarankan oleh Koerner (2005) ditunjukkan dalam Tabel 5.
Faktor reduksi yang digunakan dalam Persamaan (19) bisa lebih besar lagi, bila
terdapat masalah khusus
di lapangan, contohnya seperti teriutupnya permukaan geotekstil akibat riprap atau
blok blok beton.
Tabel 5. Faktor reduksi yang digunakan dalam Persamaan (2.19) (Koerner, 2005)
Penutup
Kesimpulan
a. Lima sifat polymer sebagai bahan dasar material geosintetik meliputi: sifat fisik, Sifat
mekanik, Sifat hidrolik, Sifat ketaharian,dan Sifat degradasi.
b. Kadar air (kelembaban) hanya berpengaruh kecil pada kekuatan geotekstil, dan hanya
polyolefins (polypropylene dan polyethylene) mempunyai berat jenis lebih ringan dari
air
c. Hidrolisis ini dapat menyebabkan degradasi lewat reaksi dalam benang-benang
geotekstil atau reaksi fiber internal atau ekstemal
d. Kenaikan temperatur dan radiasi ultra violet berakibat buruk pada geosintetik, yaitu
geosintetik menjadi getas dan tahanan mekanisnya berkurang
e. Geotekstil dapat meregang pada beban tetap yang permanen, sampai suatu saat
geotekstilnya putus atau robek.
f. Reduksi kekuatan akibat pengaruh buruk saat pelaksanaan ini, dapat dikompensasikan
dengan menggunakan faktor aman antara 1∽3 (Koerner, 2005).
g. Dalam kondisi yang sama, material yang satu dapat lebih meregang daripada material
yang lain bersama dengan berjalannya waktu.
h. Akibat pengaruh bahan kimia dan mikroorganisme di dalam tanah, kekuatan dari
geotekstil anyam dan kekedapan.
Pertanyaan
1. Pertanyaan dari Novraj Isra
Apa yang terjadi pada geotekstil jika berada pada suhu ekstrim / dingin ?
Jawaban : kuat tarik geotekstil akan berkurang pada suhu yang semakin tinggi,
namun kuat tarik geotekstil akan semakin bagus jika suhu rendah
Untuk perencanaan kita mempertimbangkan kedua kondisi tersibut,
namun untuk faktor aman lebih mengutamakan kondisi suhu tinggi.
(jawaban dari Rifki Muchni)
Yang artinya ialah semakin tinggi temperatur maka kekuatan geosintetik menurun.
Dan pada material Poliethylene penurunan yang signifikan terlihat jelas.