AMP Teori Kinetik Gas
AMP Teori Kinetik Gas
AMP Teori Kinetik Gas
Telah diketahui bahwa gas termasuk salah satu dari tiga wujud zat. Di SMP Juga
dipelajari bahwa gas menempati ruang dan bergerak secara acak. Gas dapat
dipandang secara makroskopik dan mikroskopik. Gas memiliki besaran makroskopik,
antara lain, volume, tekanan, dan suhu. Besaran-besaran ini secara langsung dapat
diukur di laboratorium. Besaran-besaran lain seperti laju molekul, momentum
molekul, dan energi kinetik molekul adalah besaran-besaran mikroskopik. Besaran-
besaran ini tidak dapat diukur secara langsung di laboratorium. Pada bab ini Anda
akan mempelajari tentang gas ideal. Gas ideal merupakan gas yang secara tepat
memenuhi hukum-hukum gas. Pada kehidupan seharihari, tidak ada gas yang
termasuk gas ideal. Oleh karena itu, Anda akan mempelajari terlebih dahulu
mengenai hukum-hukum tentang gas ideal. Bab ini juga membicarakan mengenai
teori ekipartisi. Teori ekipartisi pada prinsipnya menjelaskan hubungan antara derajat
kebebasan dengan energi kinetik.
A. Hukum-Hukum yang Mendasari Persamaan Gas Ideal
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2
Keterangan:
P1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
P2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
Jika dibuat grafik, maka akan menghasilkan
sebuah kurva yang disebut kurva isotermal.
Perhatikan Gambar 8.1! Kurva isotermal
merupakan kurva yang bersuhu sama.
𝑉1 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
Keterangan:
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
Apabila hubungan antara volume dan suhu pada
hukum Charles Anda lukiskan dalam grafik, maka
hasilnya tampak seperti pada Gambar 8.2. Kurva
yang terjadi disebut kurva isobarik yang artinya
bertekanan sama.
𝑃1 𝑃2
=
𝑇1 𝑇2
Keterangan:
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
P1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
P2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
Apabila hubungan antara tekanan dan suhu gas pada hukum Gay Lussac dilukiskan
dalam grafik, maka hasilnya tampak seperti pada Gambar 8.3. Kurva yang terjadi
disebut kurva isokhorik yang artinya volume sama. Apabila hukum Boyle, hukum
Charles, dan hukum Gay Lussac digabungkan, maka diperoleh persamaan sebagai
berikut.
𝑃1 𝑉1 𝑃2 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
𝑃𝑉
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑇
Para ahli kimia menemukan bahwa tetapan (konstan) itu sebanding dengan jumlah
mol (n R). Oleh karena itu, persamaannya menjadi seperti berikut.
𝑃𝑉
= 𝑛𝑅 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
𝑇
R selanjutnya disebut konstanta gas umum yang nilainya 8,31 J/mol K atau 0,082 L
𝑁
atm/mol K. Persamaan ini disebut persamaan gas ideal. Jika 𝑛 = 𝑁 , maka persamaan
𝑎
gas ideal di atas dapat ditulis sebagai berikut.
𝑃𝑉 𝑁 𝑅
= 𝑅𝑇 = 𝑁 ( ) 𝑇
𝑇 𝑁𝑎 𝑁𝑎
𝑅
Jika 𝑁 = 𝑘, maka persamaannya menjadi :
𝑎
𝑃𝑉 = 𝑁𝑘𝑇
𝑚 𝑚 𝑅𝑇
𝑃𝑉 = 𝑅𝑇 = ( )
𝑀 𝑉 𝑚
𝑚
Jika = 𝜌, maka persamaannya menjadi:
𝑉
𝜌𝑅𝑇
𝑃=
𝑚
Dengan 𝜌 merupakan massa jenis benda.
CONTOH
Silinder yang volumenya 1 m3 berisi 5 mol gas helium pada suhu 770C, apabila
helium dianggap gas ideal, berapakah tekanan gas dalam silinder?
Penyelesaian:
Misalnya terdapat suatu molekul gas ideal yang berada dalam sebuah bejana
berbentuk kubus dengan panjang sisi L. Molekul gas tersebut memiliki massa m, dan
kecepatan terhadap sumbu X sebesar vx. Sebelum molekul menumbuk dinding
momentumnya m × vX. Setelah menumbuk dinding molekul berubah arahnya
sehingga momentumnya menjadi -m × vX. Jadi, setiap kali molekul menumbuk
dinding, molekul tersebut mengalami perubahan momentum sebesar selisih antara
momentum sebelum tumbukan dan momentum setelah tumbukan. Secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut.
∆𝑝 = 𝑝1 − 𝑝2
= (𝑚 𝑥 𝑣𝑥 ) − (−𝑚 𝑥 𝑣𝑥 )
= 2𝑚𝑣𝑥
Molekul tersebut akan menumbak dinding untuk kedua kalinya setelah selang waktu
2𝐿
∆𝑡 =
𝑣𝑥
Sehingga momentum persatuan waktu yang diberikan oleh molekul ke dinding bejana
adalah:
∆𝑝 2𝑚𝑣𝑥 2𝑚𝑣 2 𝑥
𝑝𝑥 = =
∆𝑡 2𝐿 2𝐿
𝑣𝑥
𝑁𝑚𝑣 2 𝑥
𝑝𝑥 =
𝐿𝑋
Diketahui bahwa molekul gas bergerak dalam tiga dimensi (ke segala arah). Sesuai
dengan anggapanbahwa setiap molekul bergerak acak ke segala arah, maka rata-rata
kecepatan kuadrat kelajuan pada arah sumbu X,Y, dan Z adalah sama besar (𝑣 2 𝑥 =
𝑣 2 𝑌 = 𝑣 2 𝑍 ). Jadi, resultan rata-rata kuadrat kecepatan (𝑣 2 ) adalah sebagai berikut.
1
𝑣 2 = 𝑣 2 𝑥 = 𝑣 2 𝑌 = 𝑣 2 𝑍 = 3𝑣 2 𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑣 2 = 𝑣 2
3
Oleh karena itu, besar momentum per satuan waktu yang diterima dinding bejana
kubus dapat di tulis sebagai berikut
1
𝑁𝑚 (3 𝑣 2 ) 1 𝑁𝑚𝑣 2
𝑝= =
𝐿3 3 𝐿3
1 𝑁𝑚𝑣 2 1 𝑁 1
𝑝= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝 = 𝑚𝑣 2 ( ) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝𝑉 = 𝑚𝑣 2 𝑁
3 𝑉 3 𝑉 3
1
Jika dihubungkan dengan energi kinetik rata-rata (𝐸𝑘 = 2 𝑚𝑣 2 ), maka persamaan
menjadi:
2 𝑁 2
𝑝 = 𝐸𝑘 ( ) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃𝑉 = 𝐸𝑘 𝑁
3 𝑉 3
Keterangan:
P : tekanan gas (Nm–2)
N : jumlah molekul
v : kecepatan (m/s)
m : massa molekul (kg)
V : volume gas (m3)
Ek : energi kinetik (J)
2 2𝑁𝐸𝑘
𝑛𝑅𝑇 = 𝐸𝑘 𝑁 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇 =
3 3𝑛𝑅
𝑁1 𝑣1 2 + 𝑁2 𝑣2 2 + 𝑁3 𝑣3 2 + ⋯ + 𝑁𝑖 𝑣𝑖 2 ∑ 𝑁𝑖 𝑣𝑖 2
𝑣2 = =
𝑁1 + 𝑁2 + 𝑁3 + ⋯ + 𝑁𝐼 ∑ 𝑁𝑖
Kecepatan efektif vrms (rms = root mean square) didefinisikan sebagai akar
dari rata-rata kuadrat kecepatan.
√3𝑅𝑇
𝑣 2 𝑟𝑚𝑠 =
𝑀
m
o
l
e
kul gas diatomik atau beratan dua, di samping melakukan gerak translasi,
molekul juga melakukan gerak rotasi dan vibrasi. Perhatikan Gambar 8.5
berikut!
Dalam model yang melibatkan gerak translasi dan rotasi, molekul gas
diatomik digambarkan sebagai dua buah bola yang dihubungkan oleh batang.
Pusat massa molekul melakukan gerak translasi dengan komponen energi
kinetik pada arah sumbu X, Y, dan Z,
1 1 1
(2 𝑚𝑣 2 𝑥 , 2 𝑚 𝑣 2 𝑌 , 𝑑𝑎𝑛 2 𝑚𝑣 2 𝑍 ) sehingga memiliki tiga derajat kebebasan.
Molekul juga dapat melakukan gerak rotasi terhadap sumbu X, Y, dan Z
1
dengan energi kinetik rotasi masing-masing 𝐸𝑘𝑥 = 2 𝐼𝑥 𝜔2 , 𝐸𝑘𝑦 =
1 2 1
𝐼 𝜔 , 𝑑𝑎𝑛 𝐸𝑘𝑧 = 2 𝐼𝑧 𝜔2 . Namun, karena kedua atom merupakan massa titik
2 𝑦
dengan batang penghubung terletak pada sumbu X sebagai proses, maka
momen inersia terhadap sumbu X, yaitu IX= 0. Akibatnya energi kinetik rotasi
1
terhadap sumbu X yaitu𝐸𝑘𝑥 = 2 𝐼𝑥 𝜔2 , = 0. Oleh karena itu, gerak rotasi hanya
memiliki dua komponen energi kinetik yaitu EkY dan EkZ. Hal ini
menunjukkan bahwa gerak rotasi molekul hanya memiliki dua derajat
kebebasan.