Laporan Pendahuluan Tof

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TETRALOGI OF FALLOT PADA ANAK

DI RUANG PARIKESIT RST WIJAYA KUSUMA

Disusun oleh :

RIRIN SAPUTRI
(P1337420216007)

Tingkat II A

PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

TETRALOGI OF FALLOT

A. PENGERTIAN
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan suatu
bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena kelainan
perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD, stenosispulmonal,
hipertrofiventrikel kanan, dan overiding aorta (Nursalam dkk, 2005).
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung kongenital dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi Defek Septum
Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Overriding Aorta dan Hipertrofi Ventrikel Kanan. (Buku
Ajar Kardiologi Anak, 1994).
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung yang terjadi secara
kongenital dimana secara khusus mempunyai empat kelainan anatomi pada jantungnya.
TOF ini adalah merupakan penyebab tersering pada Cyanotik Heart Defect dan juga pada
Blue Baby Syndrome.
TOF pertama kali dideskripsikan oleh Niels Stensen pada tahun 1672. tetapi, pada
tahun 1888 seorang dokter dari Perancis Etienne Fallot menerangkan secara mendetail
akan keempat kelainan anatomi yang timbul pada tetralogi of fallot.
TOF merupakan penyakit jantung bawaan biru (sianotik) yang terdiri dari empat
kelainan yaitu :
1. Defek Septum Ventrikel (lubang pada septum antara ventrikel kiri dan kanan)
Terdapat defek pada septum interventrikuler kanan dan kiri. Karena ukuran VSD
ini cukup besar maka tekanan ventrikel kiri dapat sama besar dengan tekanan ventrikel
kanan. Karena itu arah pirau bergantung pada perbedaan antara tahanan vascular
pulmonal dan tahanan vascular sistemik. Secara klinis, pasien dengan Tetralogi Fallot
mengalami hambatan dalam pengosongan ventrikel kanan karena obstruksi pada arteria
pulmonale. Adanya defek pada septum ini memungkinkan darah dari ventrikel kanan
masuk ke ventrikel kiri dan masuk ke dalam aorta.
2. Stenosis pulmonal (penyempitan pada pulmonalis)
Yang menyebabkan obstruksi aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonal. Stenosis ini dapat bervariasi dalam ukuran dan distribusi, kelainan bias
terdapat infundubular,valvular,supravalvular,atau kombinasi,yang menyebabkan
obstruksi aliran darah ke dalam arteri pulmuner dapat pula terjadi atresia atau
hipoplasia. Pada beberapa individu, tingkat berbagai stenosis arteri perifer paru terjadi,
yang selanjutnya membatasi aliran darah paru.
Paru atresia menghasilkan tidak ada hubungan antara ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis utama, dalam hal ini, aliran darah paru dipertahankan baik oleh duktus
arteriosus atau sirkulasi kolateral dari pembuluh bronkial.
3. Transposisi / overriding aorta (katup aorta membesar dan bergeser ke kanan sehingga
terletak lebih kanan, yaitu di septum interventrikuler).
4. Hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan)
( Pemeriksaan Kesehatan Bayi. 2011)
Gangguan ini merupakan kumpulan 4 defek yang terdiri atas defek septum
ventrikular, stenosis pulmoner, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Pada bayi-
bayi kondisi membiru (spell) terjadi bila kebutuhan oksigen otak melebihi suplainya.
Episode ini biasanya terjadi bila bayi menangis lama, setelah makan, dan mengejan. Bayi-
bayi ini lebih menyukai posisi knee chest daripada posisi tegak. Anak-anak tampak sianotis
pada bibir dan kuku, keterlambatan tumbuh kembang, bentuk jari gada (clubbing finger),
tubuh sering dalam posisi jongkok untuk mengurangi hipoksia.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif ,
makin lama makin berat. ( buku ajar keperawatan pedriatik, 2005 )

B. ETIOLOGI
Pada sebagian kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor- faktor
tersebut antara lain:
1. Faktor endogen:
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan.
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum
obat-obatan tanpa resep dokter (thalidomide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin, jamu)
b. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya.
c. Pajanan terhadap sinar-X
d. Gizi yang buruk selama hamil
e. Ibu yang alkoholik
f. Usia ibu di atas 40 tahun.

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adalah multi faktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan, pembentukan jantung janin sudah selesai.
TOF lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita Syndroma Down.
TOF dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah
yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit
berwarna ungu kebiruan) dan sesak napas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di
kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik baru timbul di kemudian hari,
dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Sianosis muncul setelah beberapa bulan : jarang tampak pada saat lahir dan bertambah
berat secara progresif
2. Serangan hipersianotik
a. Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
b. Sianosis akut
c. Iritabilitas system syaraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan pingsan
dan akhirnya menimbulkan kejang, stroke dan kematian (terjadi pada 35 % kasus)
3. Jari tubuh ( Clubbing finger )
4. Pada awalnya tekanan darah normal, dapat meningkat setelah beberapa tahun
mengalami sianosis dan polisitemia berat
5. Posisi jongkok klasik mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah dan
meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenisasi arteri sistemik
6. Gagal tumbuh
7. Anemia menyebabkan perburukan gejala
a. Penurunan toleransi terhadap latihan
b. Peningkatan dispneu
c. Peningkatan frekuensi hiperpnea proksismal
d. Asidosis
e. Murmur ( sistolik dan continue )
f. Posisi lutut atau kepala ke dada selama serangan atau setelah latihan

D. PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia
kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung yang disebut fase tubing.
Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia kehamilan, terjadi fase looping dan
septasi, yaitu fase dimana terjadi proses pembentukan dan penyekatan ruang-ruang
jantung serta pemisahan antara aorta dan arteri pulmonalis. Pada minggu ke-5 sampai ke-
8 pembagian dan penyekatan hampir sempurna. Akan tetapi, proses pembentukan dan
perkembangan jantung dapat terganggu jika selama masa kehamilan terdapat faktor-faktor
resiko.
Kesalahan dalam pembagian Trunkus dapat berakibat letak aorta yang abnormal
(overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta terdapatnya defek
septum ventrikel. Dengan demikian, bayi akan lahir dengan kelainan jantung dengan
empat kelainan, yaitu defek septum ventrikel yang besar, stenosis pulmonal infundibuler
atau valvular, dekstro posisi pangkal aorta dan hipertrofi ventrikel kanan. Derajat hipertrofi
ventrikel kanan yang timbul bergantung pada derajat stenosis pulmonal. Pada 50% kasus
stenosis pulmonal hanya infundibuler, pada 10%-25% kasus kombinasi infundibuler dan
valvular, dan 10% kasus hanya stenosis valvular. Selebihnya adalah stenosis pulmonal
perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat yang normal, overriding
aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah ke arah anterior mengarah ke septum.
Klasifikasi overriding menurut Kjellberg: (1) tidak terdapat overriding aorta bila sumbu
aorta desenden mengarah ke belakang ventrikel kiri, (2) Pada overriding 25% sumbu aorta
asenden ke arah ventrikel sehingga lebih kurang 25% orifisium aorta menghadap ke
ventrikel kanan, (3) Pada overridng 50% sumbu aorta mengarah ke septum sehingga 50%
orifisium aorta menghadap ventrikel kanan, (4) Pada overriding 75% sumbu aorta asenden
mengarah ke depan venrikel kanan. Derajat overriding ini bersama dengan defek septum
ventrikel dan derajat stenosis menentukan besarnya pirau kanan ke kiri.

Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, maka :
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada septum
interventrikuler dan sebagian lagi berasal dari ventrikel kiri, sehingga terjadi
percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan belum teroksigenasi.

2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel
kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel
dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, akan tetapi apabila tekanan dari ventrikel
kanan lebih tinggi dari ventrikel kiri maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan ke
ventrikel kiri (right to left shunt).
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yg
bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi akibat stenosis pulmonal maka
lama kelamaan otot-ototnya akan mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).

Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan
berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup, dan menghadapi stenosis
pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut ke
dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan ke seluruh tubuh tidak teroksigenasi, hal
inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis. (Ilmu Kesehatan anak, 2001).
Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infundibulum berat, menangis lama,
peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien dengan TOF mengalami hipoksia spell
yang ditandai dengan : sianosis (pasien menjadi biru), mengalami kesulitan bernapas,
pasien menjadi sangat lelah dan pucat, kadang pasien menjadi kejang bahkan pingsan.
Keadaan ini merupakan keadaan emergensi yang harus ditangani segera, misalnya
dengan salah satu cara memulihkan serangan spell yaitu memberikan posisi lutut ke dada
(knee chest position).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi dari gangguan ini antara lain :
1. Penyakit vaskuler pulmonel
2. Deformitas arteri pulmoner kanan
3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau
sepsis
5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
6. Oklusi dini pada pirau
7. Hemotoraks
8. Sianosis persisten
9. Efusi pleura
10. Trombosis Pulmonal
11. Anemia relative

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga
seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan
ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

G. PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang mengalami serangan stenosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara:
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah karena peningkatan afterload
aorta akibat penekukan arteri femoralis. Selain itu untuk mengurangi aliran darah balik
ke jantung (venous).
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM, atau IV atau dapat pula diberi Diazepam
(Stesolid) per rektal untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.
3. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian di sini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan kerena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha di atas diharapkan anak tidak lagi takipneu, sianosis berkurang
dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian:
4. Propanolol 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dngan 10 ml cairan dalam spuit,
dosis awal/bolus diberikan separuhnya, bila serangan belum teratasi sisanyadiberikan
perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
5. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penanganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen
ke seluruh tubuh juga meningkat.
Tindakan operasi dianjurkan untuk semua pasien TOF. Tindakan operasi yang
dilakukan, yaitu :
1. Blalock-Taussig Shunt (BT-Shunt), yaitu merupakan posedur shunt yang dianastomosis
sisi sama sisi dari arteri subklavia ke arteri pulmonal.
2. Waterson Shunt, yaitu membuat anantomosis intraperikardial dari aorta asending ke
arteri pulmonal kanan,hal ini biasanya dilakukan pada bayi. Pada tipe ini ahli bedah
harus hati-hati untuk menentukan ukuran anastomosis yang dibuat antara bagian aorta
asending dengan bagian anterior arteri pulmonal kanan. Jika anastomosis terlalu kecil
maka akan mengakibatkan hipoksia berat. Jika anastomosis terlalu besar akan terjadi
pletora dan edema pulmonal.
3. Potts Shunt, yaitu anastomosis antara aorta desenden dengan arteri pulmonal yang kiri.
Teknik ini jarang digunakan.
4. Total Korektif, terdiri atas penutupan VSD, valvotomi pulmonal dan reseksi
infundibulum yang mengalami hipertrofi. (Ilmu Kesehatan Anak, 2001)

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kehamilan
Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen
yang mempengaruhi).
b. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatique
atau kelelahan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit.
c. Riwayat psikososial/perkembangan
- Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
- Mekanisme koping anak/keluarga
- Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik
- Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak
biru setelah tumbuh.
- Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
- Serangan sianotik mendadak blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpneu, hypoxic spells) ditandai dengan dyspneu, napas cepat dan dalam,
lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
- Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum
ia berjalan kembali.
- Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
- Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
- Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
e. Pengetahuan anak dan keluarga
- Pemahaman tentang diagnosis
- Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
- Regimen pengobatan
- Rencana perawatan ke depan
- Kesiapan dan kemauan untuk belajar
- Perawatan di rumah
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperventilasi
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi dan
ventilasi
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelainan jantung : tetralogi of Fallot
d. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan transport
oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler
e. Risiko cidera
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq
selama makan,peningkatan kebutuhan kalori dan penurunan nafsu makan
g. Intoleransi terhadap aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
h. Kurang pengetahuan keluarga ttg diagnostic,prognosa,perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif ,kesahan dalam memahami informasi
yang ada,kurang pengalaman.
i. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan
congenital : tetralogi of fallot
3. Intervensi
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperventilasi
NIC
Menunjukkan pola pernafasan efektif dibuktikan oleh:
- Status pernafasan : kepatenan jalan nafas: jalur nafas trakeobronchial bersih
dan terbuka untuk pertukaran gas
- Status tanda vital : dalam rentang normal
NOC

1) Pemantauan Pernafasan:
- Pantau adanya pucat dan sianosis
- Pantau kecepatan , irama , kedalaman dan upaya pernafasan
- Perhatikan pergerakan dada,amati kesimetrisan,penggunaan otot – otot
bantu serta retraksi otot supraklavikular dan interkosta
- Pantau pernafasan yang berbunyi seperti : snoring,crowing,wheezing atau
gurgling
- Pantau pola pernafasan : takipnea, bradipnea,hyperventilasi,pernafasan
kussmaul, pernafasan biot , pernafasan Cheyne-Stokes,dan apnea
- Perhatikan lokasi trakea
- Auscultasi suara nafas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi
dan adanya suara nafas tambahan
- Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas dan lapar udara
- Catat perubahan SaO2, akhir tidal , dan nilai GDA
2) Pemantauan tanda vital
Pantau tanda vital : tekanan darah, nadi penafasan dan suhu
3) Informasikan pada keluarga untuk tidak merokok di ruangan
- Anjurkan keluarga untuk memberitahu perawat saat terjadi ketidakefektifan
pola nafas
- Kolaborasi pemberian oksigen dan obat
- Tenangkan pasien selama periode gawat nafas
- Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur,untuk menurunkan
ansietas dan meningkatkan perasaan kendali
- Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan penafasan
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi dan
ventilasi
NIC:
Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh status pernafasan:
pertukaran gas tidak terganggu,dengan indicator sebagai berikut: status mental (
missal : tingkat kesadaran,gelisah,konfusi ),kadar PaO2,PaCO2,Ph, dan saturasi
O2 dalam rentang toleransi.
NOC:
1) Pemantauan pernafasan
- Kaji suara paru,frekuensi dan kedalaman pernafasan
- Pantau saturasi O2 dengan oksimetri nadi
- Pantau hasil gas darah
- Pantau status mental ( missal : tingkat kesadaran,gelisah,konfusi )
- Tingkatkan pemantauan pada saat pasien mengalami penurunan kesadaran
- Observasi terhadap peningkatan sianosis
- Auscultasi suara nafas,tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan
- Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan
2) Pemantauan tanda vital : suhu , nadi, tekanan darah, pernafasan
3) Jelaskan pada keluarga alasan pemnberian oksigen dan tindakan lainnya
4) Kolaborasi dokter pentingnya pemeriksaan gas darah
5) Kolaborasi pemberian therapy oksigen
6) Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait
7) Berikan obat sesuai yang diresepkan
8) posisi pasien untuk mengurangi dyspnea
9) Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen ( misalnya,
pengendalian nyeri,demam,kecemasan )

c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelainan jantung : tetralogi of Fallot


NOC:
Menunjukkan curah jantung yang memuaskan,dibuktikan dengan:
- status sirkulasi : tidak didapati peningkatan cyanosis,toleransi aktifitas
- status tanda vita l: dalam rentang normal

NIC :

1) Status sirkulasi:
- Kaji adanya sianosis,perubahan status mental,status pernafasan
- Kaji kaji toleransi terhadap aktifitas
2) Regulasi Haemodinamik:
- Pantau denyut perifer,pengisisn ulang kapiler,dan suhu serta warna
ekstremitas
- Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung,irama ,dan nadi
- Minimalkan stressor lingkungan dengan menciptakan suasana lingkungan
yang kondusif
3) Pemantauan tanda vital:
Pantau tanda vital meliputi : suhu, nadi,pernafasan dan tekanan darah
4) Jelaskan tujuan pemberian oksigen pernasal / sungkup
5) Ajarkan pasien dan keluarga tentang perencanaan perawatan dirumah meliputi
pembatasan aktifitas,tehnik penurunan stress,pemeliharaan kecukupan asupan.

d. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan transport


oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler
NOC:
Menunjukkan perfusi jaringan cerebral yang adekuat dibuktikan:
Status Neurologis : Kesadaran, orientasi terhadap lingkungan, periode kejang
minimal
NIC:
1) Pantau tingkat kesadaran,orientasi terhadap lingkungan
2) Pantau tanda vital,ukuran bentuk dan kesimetrisan pupil
3) Cegah cidera jika terjadi kejang
4) Berikan istirahat baring
5) Kolaborasi pemberian oksigen dan anti konvulsan saat kejang
6) Pantau respon pasien terhadap therapy yang diberikan

e. Risiko cidera
Faktor risiko internal: hypoxia jaringan
NOC:
Risiko cidera akan menurun,dibuktikan oleh : keamanan personal,pengendalian
risiko, dan lingkungan yang aman
NIC:
1) Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan: perubahan status
mental, deficit sensorik atau motorik ( misalnya berjalan, keseimbangan )
Identifikasi lingkunan yang memungkinkan risiko terjatuh :(misalnya:
pengaman tempat tidur, lantai yang licin dll )
2) Berikan edukasi untuk mencegah cidera
3) Bantu ambulasi dini
4) Libatkan keluarga dalam pemantauan
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq
selama makan,peningkatan kebutuhan kalori dan penurunan nafsu makan
NOC:
Memperlihatkan status Gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh
indicator: Makanan oral ,pemberian asi, pemberian makan lewat slang,atau nutrisi
parenteral adekuat
NIC:
1) Kaji kemampuan pasien dalam pemenuhan nutrisi
2) Pantau kandungan nutrisi dan kalori asupan
3) Timbang berat badan pasien pada interval yang tepat
4) Berikan informasi nutrisi yang tepat, kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
5) Anjurkan pasien atau ibu menyusui makan makanan yang bergizi untuk
meningkatkan kualitas asupan
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis zat gizi
yang dibutuhkan
7) Ciptakan lingkungan yang kondusif

g. Intoleransi terhadap aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai dan


kebutuhan oksigen
NOC:
Menunjukkan toleransi aktifitas yang dibuktikan indicator sebagai berikut: tidak
sesak nafas saat beraktifitas, saturasi oksigen dalama rentang normal,tandavital
dalam rentang normal
NIC:
1) Kaji tingkat kemampuan aktifitas pasien
2) Pantau respon kardiovaskuler terhadap aktifitas :
takikardi,dyspnea,pucat,tekanan hemodinamik, frekwensi pernafasan.
3) Jelaskan pentingnya asupan nutrisi yang baik
4) Ajarkan tindakan untuk menghemat energy misalnya : menyiapkan alat / benda
dekat dan mudah terjangkau
5) Ajarkan teknik perawatan diri yang meminimalkan konsumsi oksigen
6) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

h. Kurang pengetahuan keluarga ttg diagnostic,prognosa,perawatan dan pengobatan


berhubungan dengan keterbatasan kognitif ,kesahan dalam memahami informasi
yang ada,kurang pengalaman.
NOC:
Memperlihatkan pengetahuan keluarga: diagnostic,prognosa,perawatan dan
pengobatan yang dibuktikan dengan indicator sebagai berikut:
Mendiskripsikan diagnose, prognosa, perawatan dan pengobatan pasien
NIC:
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang diagnose,prognosa,perawatan dan
pengobatan pasien
2) Kaji kemampuan untuk menerima informasi
3) Beri penyuluhan terkait pengetahuan yang diperlukan
4) Kolaborasi dokter untuk memberikan informasi tentang diagnose, prognosa
dan pengobatan
5) Jelaskan program perawatan selama di rumah sakit dan di rumah

i. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kelainan


congenital : tetralogi of fallot
NOC:
Pasien akan mencapai tingkat kesejahteraan, kemandirian,pertumbuhan dan
perkembangan tertinggi sesuai dengan status penyakit atau ketunadayaan pasien
NIC:
1) Lakukan pengkajian kesehatan secara seksama : tingkat pertumbuhan dan
perkembangan dan lingkungan keluarga
2) Identifikasi masalah pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dan
buat rencana tindakannya
3) Kaji keadekuatan asupan nutrisi
4) Pantau interaksi dan komunikasi anak dengan orang tua
5) Ajarkan tahapan penting perkembangan normal dan perilaku yang berhubungan
6) Bantu keluarga membangun strategi untuk mengintegrasikan
7) Berikan aktifitas yang meningkatkan interaksi diantara anak – anak
8) Dorong anak untuk mengekspresikan diri melalui pujian atau umpan yang
positif atas usaha – usahanya
9) Beri mainan atau benda – benda yang sesuai dengan usianya
10) Dukung pasien untuk mengemban tanggungjawab perawatan diri sebanyak
mungkin
11) Dukung orang tua untuk mengkomunikasikan secara jelas harapan terhadap
tanggung jawab atas perilaku anak.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Andi dkk. 2005. Buku ajar keperawatan pedriatik wong, ed. Vol:2. Jakarta:EGC.

Nelson, B. 1999. Ilmu Kesehatan Anak vol 2 edisi 15. Jakarta : EGC

Veldam, James. 2003.Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC

Oesman I.N, 1994. Gagal Jantung. Dalam buku ajar kardiologi anak. Binarupa Aksara.
Jakarta. Hal 425 – 441

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Cardiovaskuler. Jakarta : salemba medika

Davis, Lorna. 2011. Pemeriksaan Kesehatan Bayi: pendekatan Multi Dimensi. Jakarta : EGC

Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta : EGC

(Buku Ajar Kardiologi Anak, 2002).

(Sumber : Ilmu Kesehatan Anak, 2001)

(Buku ajar Keperawatan Kardiovaskuler, 2001).

Anda mungkin juga menyukai