Makalah Keperawatan Dalam Kebudayaan Jawa
Makalah Keperawatan Dalam Kebudayaan Jawa
Makalah Keperawatan Dalam Kebudayaan Jawa
Disusun oleh
Kelompok 13:
Aditya Jaka
Dola Nanda
Eis Winangsih
Tahun 2017
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
perlindungan-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini saya buat dengan sepenuh hati dengan bantuan dari pihak lain dalam
menghadapi berbagai kesulitan dalam proses penyelesaian makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya,penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini.kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................
Daftar Isi................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ……………...............................................................................
I.2 Tujuan…………………………………………………………..........................
I.3 Rumusan Masalah.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian pengertian sehat dan sakit menurut budaya jawa ................................
2. Hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisionl jawa........................................
3. Konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat.............................................
4. Faktor pendorong dan penghambat........................................................................
5. Solusi peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan......................
Menurut orang Jawa “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin.
Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika “batin karep raga nututi”, artinya batin
berkehendak, raga/badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti “ waras“.
Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari-hari, misalnya
bekerja di ladang, sawah, selalu gairah bekerja, gairah hidup, kondisi inilah yang dikatakan
sehat. Dan ukuran sehat untuk anak-anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap
banyak dan selalu bergairah untuk bermain.
Untuk menentukan sebab-sebab suatu penyakit ada dua konsep, yaitu konsep personalistik
dan konsep naturalistik. Dalam konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh makhluk
supernatural (makhluk gaib, dewa),dan dukun (tukang sihir). Sedangkan konsep
naturalistik, penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi kesehatan tubuh,
misalnya karena cuaca, iklim, makanan racun, bisa, kuman atau kecelakaan.
Jadi, Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif. Sehingga dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Karena semua unsur harus dalam
keadaan baik agar dapat dikatakan sehat baik jasmani maupun rohani.
2. Hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisionl jawa.
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia
sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya. Pengetahuan tentang
suatu kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk meramalkan berbagai kepercayaan dan
perilaku anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai
upaya mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut
berperan serta memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.Dalam tiap
kebudayaan terdapat berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Di pedesaan
masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis (misalnya : Ikan) karena
menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas tidak
berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak dibenarkan karena justru ikan harus
dikonsumsi karena mengandung protein sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas.
Disinilah peran petugas kesehatan untuk meluruskan anggapan tersebut.
Di sisi lain ada kebudayaan jawa yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti
kebudayaan jawa yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung
dengan aspek kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung kebudayaan
tersebut. Tetapi kadangkala rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran petugas kesehatan
adalah meluruskan anggapan tersebut. Sebagai contoh, kebudayaan yang menganjurkan
ibu menyusui untuk amakan jagung goring (di Jawa disebut “marning”) untuk
melancarkan air susu. Hal ini tidak bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung
goreng maka dia akan mudah haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak minum
inilah yang dapat melancarkan air susu.
Begitu banyak anggapan masyarakat dalam kebudayaan jawa yang masih
dipercayai sampai sekarang dalam hal mengenai kesahatan baik yang betentangan dengan
kesehatan maupun tidak bertentangan.
Berikut beberapa penyakit dan pengobatanya/penaganannya menurut
budaya jawa :
a. Apabila ada sesorang yang terkena biduran atau gatal gatal seperti terkena ulat bulu
yang berhari hari ,olesi kulitnya dengan parutan jagung muda.
b. Apabila ada bayi atau balita yang mengalami biang keringat(kringet buntet)
mandika bayi/balita dengan air cucian beras atau air rebusan telur ayam kampung.
c. Apabila ibu hamil perutnya merasa gatal itu di karenakan rambut si bayi di dalam
perut jadi tidak boleh digaruk dengan kuku tangan melainkan dengan sisir dan
tidak boleh terlalu kuat.
d. Apabila ada seorang perempuan yang sedang menstruasi dan mengalami sakit pada
perutnya akibat menstruasi tersebut cukup minum perasan parutan kunyit ditambah
sedikit garam atau sedikit gula merah.
e. Apabila ada seseorang yang mengalami cantengan pada kukunya cukup beri kutek
(pewarna kuku) yang terbuat dari tanaman pacar kayu.
f. Apabila giginnya ingin tetap kuat biasanya orang jawa terutama para nenek nenek
atau kakek kakek sering” nginang”(nginang adalah mengunyah dau sirih dicampur
kapur,pinang dan gambir).
g. Apabila bayi sering menangis tiap malam atau setiap hari pada saat menjelang
magrib bakar garam & cabai ditungku / tempat pembakaran. untuk mengusir
makhluk yang dirasa mengganggu si bayi sehingga menyebabkan bayi sering
menangis.
3. Apakah Mitos jawa yang sebenarnya ada hubungan dengan
masalah kesehatan.
Daerah Jawa adalah daerah yang masih mempercayai adanya Pamali dan Mitos
terutama di daerah-daerah pedesaan, karena kebudayaannya yang masih kental sehingga
Pamali dan Mitos ini menjadi kepercayaan turun-menurun yang diwariskan oleh orang tua
atau masyarakat Jawa tempo dulu. Pamali sendiri secara hafiah memiliki kesamaan arti
dengan pantangan atau ketabuan, Pamali Jawa adalah pantangan dari masyarakat Jawa
yang harus dihindari oleh anggota masyarakatnya sendiri. Apabila pantangan tersebut
dilanggar, pelanggar akan mendapatkan risikonya.
Sementara Mitos memiliki makna hafiah sebagai kepercayaan, keyakinan, mite atau
dongeng. Dengan demikian Mitos Jawa dapat dimaknai sebagai kepercayaan atau
keyakinan masyarakat Jawa yang sulit dibuktikan secara riil dan rasional. Pengertian lebih
luas, Mitos Jawa mengacu pada cerita tradisional Jawa.
2. Kebudayaan ini tak asing lagi ditelinga kita,sering orang tua atau mbah buyut
kita memerintahkan kepada perempuan yang sedang hamil untuk membawa
pisau, gunting atau benda tajam lain untuk dibawa kemanapun pergi.Benda ini
dianggap akan menjadi penghalang atau sebagai penangkal bagi janin dari
datangnya marabahaya yang akan menimpanya,mereka meyakini roh halus atau
jin jin penggangu takut dengan benda tajam yang dibawa oleh si ibu. kebudayaan
ini memang tak terlalu berpengaruh bagi kesehatan,akan tetapi akan berakibat
buruk ketika si ibu teledor atau ceroboh benda tajam ini akan meluakai si ibu.
Maka dari itu untuk mengatasi kebudayaan ini supaya tidak hilang dan tidak
mengakibatkan resiko berlebih kepada si ibu diperlukan menggunakan gunting
lipat untuk bisa dibawa ibu kemanapun pergi,dengan diberitahukan kepada ibu
ibu hamil untuk dibawa dengan posisi benda tak terlalu membahayakan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menyimpulkan pandangan-pandangan mengenai pengobatan tradisional, saya yakin bahwa
jika di nilai dari banyak fungsi yang di harapkan dapat memenuhi oleh pengobatan dan
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian medis yang sistematik dalam masyarakat-
masyarakat tersebut, maka system-sistem medis tradisional, yang di lihat sebagai sarana adaptif,
telah berhasil dengan baik. Mereka telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu, telah memberikan
harapan dan penyembuhan kepada yang sakit, mereka menangani juga penyakit-penyakit sosial,
dan mereka telah memberikan sumbangan terhadap penambahan populasi dunia secara lambat.
Saya juga percaya bahwa beda dengan pengobatan ilmiah ,baik dari aspek-aspek preventif dan ,
klinisnya, serta semua kekurangan dalm perawatan kesehatannya maka pengobatan tradisional
adalah cara kurang memuaskan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dari penduduk masa kini.
Hal ini bukanlah merupakan penilaian kami saja melainkan keputusan para penilai utama,
konsumen-konsumen tradisional yang semakin meningkat dalam memilih antara pengobatanya
sendiri dengan pengobatanya ilmiah lain.
B. Saran
Saya para penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca
makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikanya nanti.
dapat mengetahui bagaiman system medis tradisional ,apalagi sisi positif dan negatif dari
pengobatan system tradisional.
Contoh kasus
DAFTAR PUSTAKA
Robertha Natalia Gracia, 2010 Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan,
http://roberthanatalia.blogspot.com/
www.scribd.com/doc/87909449/makalahtranskulturalkomplit-120226032433-phpapp02
http://sitirohmie.blogspot.co.id/2013/04/makalah-pengaruh-sosial-budaya.html
https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/06/21/suku-jawa-dan-masalah-kesehatan/
http://fhiyanemyuunik.blogspot.co.id/2013/05/makalah-budaya-yang-mempengaruhi.html