Formulasi Tablet Vitamin b6
Formulasi Tablet Vitamin b6
Formulasi Tablet Vitamin b6
GRANULASI BASAH
BAB I
PENDAHULUAN
1. Tablet vaginal. Digunakan pada vagina. Biasanya mengandung bahan aktif sebagai antiinfeksi,
antifungi, atau penggunaan hormone secara local.
2. Lozenges, trochisi. Digunakan dengan cara dihisap. Untuk memberikan efek local padaa mulut
dan tenggorokan. Umumnya menngandung bahan aktif yang digunakan sebagaai antiinfeksi.
3. Tablet bukal. Digunakan dengan cara dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam rongga mulut.
Absorpsi terjadi di dalam mukosa mulut, masuk ke dalam peredaran darah. Biasanya berisi
hormone steroid.
4. Tablet sublingual. Digunakan dengan cara dimasukkan di bawah lidah, darah. Biasanya berisi
hormone steroid.
5. Tablet implantasi. Digunakan dengan cara implantasi dalam kulit. Bentuk pellet, bulat atau
oval pipih. Harus steril.
6. Tablet efferfesen. Penggunaan dengan cara dilarutkan dalam air atau didispersikan dalam air
atau didispersikandalam air sebelum pemberian.
7. Tablet kunyah. Dimaksudkan untuk dikunyah, member residu dengan rasa enak dalam rongga
mulut, mudah ditelan, dan tdak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini
digunakan dalam formulasi tablet untuk anak terutama formulasi multivitamin, antasida, dan
antibiotika tertentu. Jenis tablet ini juga digunakan untuk penderita yang mengalami kesulitan
menelan. Tablet bukal dan sublingual juga dapat digunakan untuk bahan aktif yang mengalami
peruraian dalam asam lambung atau enzim pencernaan.
Berdasarkan cara pembuatan dan tujuan khusus, dikenal:
1. Tablet salut gula (drage). Merupakan tablet salut gula. Dibuat dengan tujuan khusus,
diantaranya menutupi rasa dan bau yang tidak enak, melindungi bahan aktif dari pengaruh
luar,meningkatkan penampilan, dsb.
2. Tablet salut enteric. Merupakan tablet salut film. Jika obat dapat rusak atau inaktif karena
cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan bahan penyalut enteric, yang
bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet telah melewati lambung
3. Tablet lepas lambat. Merupakan tablet salut film. Tablet lepas lambat dibuat sedemikian
sehingga zat aktif akan tersedia dalam jangka waktu tertentu setelah obatdiberikan. Istilah efek
diperpanjang, efek pengulangan, dan lepas lambat telah digunakan untuk menyatakan sediaan
tersebut.
Formulasi Tablet
Komposisi umum tablet, secara umum terdiri dari:
· Bahan aktif (active ingredients)
· Bahan pembantu (nonactive ingredients/ excipients)
· Bahan Aktif
Adalah bahan yang diharapkan memberikan efek terapetik atau efek lain yang diharapkan.
Bahan aktif yang digunakan secara peroral / lewat mulut dibagi menjadi 2 katagori, yaitu:
1. Bahan aktif tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada saluran
pencernaan. Contoh : antasida dan absorben
2. Bahan aktif larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik dengan cara terdisolusi/
terlarut dalam usus dan selanjutnya terabsorpsi
· Bahan Pembantu
Adalah bahan yang ditambahkan agar bahan aktif dapat dibuat menjadi bentuk tablet dan
memenuhi karakteristik yang diharapkan.
Sevara umum bahan pembantu (excipients) terbagi atas enam katagori utama:
· Bahan pengisi (diluents). Kandungan bahan aktif dalam tablet berkisar 0,05-70% dari
bobot total tablet. Jika kandungan bahan aktif cukup tinggi, mungkin diperlukan pengisi dalam
jumlah kecil atau bahkan tidak diperlukan sama sekali. Pengisi diperlukan jika kandungan zat/
bahan aktif tidak cukup untuk membuat tablet dengan ukuran yang sesuai. Selain itu pengisi juga
ditamabahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dicetak atau untuk memperbaiki
aliran.
Kriteria bahan pengisi, yaitu:
a. Tidak bersifat tosik dan dapat memenuhi peraturan dari negara dimana produk akan
dipasarkan
b. Bersifat inert/ netral
c. Kompatible dengan bahan aktif maupun dengan bahan pembantu lain
d. Harus stabil secara fisik dan kimia, baik denagn bahan aktif maupun dengan bahan pembantu
lain
e. Bebas dari kontaminasi mikroba
f. Harus color compatible ( tidak mengganggu warna)
Beberapa bahan pengisi yang umum digunakan:
a. Laktosa (lactose)
b. Pati (starch)
c. Selulosa mikrokristal (microcrystalline cellulose)
d. Kalium fosfat dibasa dihidrat (dibasic calcium phosphate dehydrate)
e. Kalsium fosfat dihidrat (calcium sulfate dehydrate)
f. Mannitol
g. Sorbitol
h. Sukrosa
i. Dekstrosa
· Bahan pengikat (binders). Pengikat ditambahkan dalam formulasi tablet untuk
memberikan atau menambah daya kohesi serbuk atau untuk membebtuk ikatan granul,sehingga
jika dipadatkan akan membentuk massa yang saling melekat. Pemilihan bahan pengikat pada
dasarnya tergantung pada daya kohesi (daya ikatan) yang diinginkan untuk membentuk granul
dan bahan pengikat tersebut harus compatible dengan bahan lainnya khususnya bahan aktif.
Pengikat sebaiknya memenuhi criteria, sebagai berikut:
v Mudah larut (dalam keadaan dingin), sehingga pelarut yang diperlukan minimal
v Tidak higroskopis
v Viskositas sekecil mungkin
v Mudah membasahi campuran bahan
Penambahan bahan pengikat dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung sifat baahan aktif
dan sifat daari bahan pengikat itu sendiri.
a. Penambahan bahan pngikat dalam bentuk larutan atau dispersi dalam air
Untuk bahan aktif yang stabil terhadap pengaruh lembab dan panas. Bahan pengikat biasanya
merupakan bahan yang mudah mengembang bila didispersikan kedalam air. Bentuk bahan
pengikat seperti ini biasanya sebagai sirup atau muchilago. Konsentrasi bahan pengikat
disesuaikan daya kohesi yang diinginkan.
b. Penambahan bahan pengikat dalam bentuk kering. Untuk bahan aktif yang tidak
stabil terhadap pengaruh lembab dan panas. Umumnya berbentuk granul, sifat alir baik.
Umumnya digunakan untuk tablet cetak langsung. Juga dapat berfungsi sebagai pengisi,
penghancur, kadang-kadang lubrikan. Contoh: laktosa spray-dried, avicel
c. Penambahan bahan pengikat dalam bentuk kering atau larutan. Bahan pengikat
ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic. Contoh: polyvinyl pyrolidon (PVP).
Penambahan bahan pengikat ini dapat dilakukan dalam bentuk larutan atau dalam bentuk
kedalam campuran, kemudian diaktifkan dengan penambahan pelarut. Perbedaan bahan pengikat
yang digunakan dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada kecepatan pengeringan, lama
pengeringan, dan kelembapan pada granul. Penambahan gahan pengikat dalam bebtuk larutan
akan memberikan daya ikat yang kuat dibandingkan penambahan dalam bentuk kering,
kemudian diaktifkan dengan pelarut air atau pelarut organic. Penambahan bahan pengikat dalam
jumlah berlebihan akan menyebabkan granul yang dihasilkan terlalu keras sehingga memerlukan
tekaanan yang besar untuk pencetakannya. Selain itu pada pengayakan granul kering akan
diddapatkan serbuk halus (fines) yang besar daan sifat alir granul kurang baik.
Beberapa bahan pengikat yang umum digunakan:
a) Gom arab (acacia)
b) Tragakan (tragacant)
c) Sukrosa (sucrose)
d) Glukosa (glucose)
e) Gelatin
f) Pati (starch)
g) Selulose
h) Polyvinyl pyrolidon / PVP
i) Polymehacrylates
j) HPMC
k) Hydroxypropylcellulose
l) Ethylcellulose
m) Pregelatinized starch
· Bahan pelicin (lubricants, glidants, antiadherents). Bahan pelicin atau pelincir yang
digunakan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam campuran sebelum atau sesudah granulasi,
untuk mengatasi masalah saat pencetakan, yaitu:
ü Aliran granul yang kurang baik
ü Lengketnya masa cetak pada permukaan punc dan dies
ü Gesekan sisi tablet dengan dinding ruang cetak tablet
Sesuai fungsinya, bahan pelicin (pelincir) dapat dibagi menjadi:
· Lubrikan, yaitu zat yang berfungsi untuk mengurangi/mencegah gesekan antara 2
permukaan yang relative bergerak, seperti penolakan tablet dari ruang cetakan tablet. Dan dapat
membantu aliran granul dalam hopper.
· Antiadherent, berfungsi sebagai mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada
permukaan punch.
· Glidant, berfungsi untuk memperbaiki sifat karakteristik aliran granul dengan memperkecil
gesekan-gesekan sesama partikel.
BAB III
PRAFORMULASI
2. Amilum
Nama Lain : Pati
a. Organoleptis
Bentuk : Serbuk sangat halus.
Warna : Putih.
Bau : Tidak berbau.
Rasa : Tidak berasa.
b. Sifat Kimia
Rumus Molekul : ( C6H10O6 )n
Kadar : 5 - 20% sebagai penghancur
H : 5,5 - 6,5
Kelarutan : - Praktis tidak larut dalam air dingin
- Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.
c. Penggunaan : Penghancur tablet (disintegrant)
d. OTT :-
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering.
3. Laktosa
Nama Lain : Saccharum lactis
a. Organoleptis
Bentuk : Serbuk hablur
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Agak manis
b. Sifat Kimia
Rumus Molekul : C12H22O11. H2O
Berat molekul : 360,31
Kadar : q.s untuk pengisi tablet
H : pH larutan 10 % b/v 4.0 – 6.5
Kelarutan : - Larut dalam 6 bagian air
- Larut dalam 1 bagian air mendidih
- Sukar larut dalam etanol ( 95 % ) P
- Praktis tidak larut dalam kloroform P
- Praktis tidak larut dalam eter P
c. Penggunaan : Pengisi tablet
d. OTT : Bereaksi dengan senyawa yang memiliki gugus amin, akan menghasilkan
produk berwarna coklat
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Talk
Nama Lain : Talcum
a. Organoleptis
entuk : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit,
bebas dari butiran.
Warna : Putih atau putih kelabu
Bau : Tidak berbau
Rasa : Tidak berasa
b. Sifat Kimia
Rumus Molekul : Mg6(Si2O5)4(OH)4
Kadar : 1 – 5 % sebagai antiadheren dan glidant
H : 6,5 - 10
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
e. Penggunaan : Antiadheren dan Glidant
f. OTT : Senyawa ammonium kuartener
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
5. Mg Stearat
Nama Lain : Magnesii Stearas
a. Organoleptis
Bentuk : Serbuk halus, licin dan mudah melekat pada kulit
Warna : Putih
Bau : Lemah khas
b. Sifat Kimia
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Berat molekul : 591,27
Kadar : 0,25 – 5% sebagai lubrikant
Kelarutan : - Praktis tidak larut dalam air
- Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.
- Praktis tidak larut dalam eter P
c. Penggunaan : lubrikan
d. OTT : Asam kuat, alkalis dan garam besi
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
BAB IV
FORMULASI TABLET
R/ Vitamin B6 20 mg 20 mg
Mucilago gom arab 20% FD = 92% 60 mg
Amilum 10% 30 mg
Laktosa qs 166 mg
Amilum 5% 15 mg
Talk 2% FL = 8% 6 mg
Mg stearat 1% 3 mg
Ket: FD = Fase dalam
FL = Fase Luar
5% 15 mg
4 Pengisi Laktosa - Qs 166 mg 41,5 gr
5 Antiadherent Talk 1-5% 2% 6 mg 1,5 gr
dan glidant
6 Lubrikan Mg stearat 0,25-5% 1% 3 mg 0,135 gr
n Setelah dilakukan proses pembuatan tablet, seluruh masa mucilago gom terpakai yaitu
sebanyak 60 mg. Jadi, rencana formula tetap,
R/ Vitamin B6 5 gr
Mucilago gom 15 gr
Amilum Kering 7,5 gr
Laktosa 41,5 gr +
69 gram untuk 250 tablet
n Dan setelah dilakukan proses pengeringan didapat berat granul kering sebanyak 50 gr dengan
kadar air 2,7 %, maka terjadi perubahan jumlah tablet yang dihasilkan yaitu:
Granul kering tanpa air (kadar air 0 %) = 92/100 × 50 gr = 46 gr
Jumlah tablet = 46 gr/69 gr × 250 tablet = 166 tablet
6.1 Penampilan
Tablet diamati secara visual, meliputi warna (homogenitas), bentuk tablet bundar secara
merata atau tidak, kehalusan baik permukaan atas dan bawah maupun sisi-sisi nya.
Dari hasil penimbangan dan perhitungan % standar deviasi yang kemudian dikorelasikan
dengan persyaratan keseragaman bobot yang disyaratkan FI edisi III, untuk tablet dengan berat
diatas 300 mg yaitu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
dari bobot rata – ratanya ≥ 5%, dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata – ratanya lebih dari 10%. Pada tabel hasil pengujian, tidak ada tablet yang
menunjukan penyimpangan dari bobot rata – rata dan persyaratan yang disyaratkan oleh FI III.
6.3 Keregasan/Friabilitas
Pengujian keregasan dilakukan dengan alat friabilator.
Dilakukan terhadap 20 buah tablet yang dipilih secara random. Diuji dengan friabilator
dengan 20 kali bantingan.
Berat total tablet sebelum diuji = 6,737 gram
Berat total tablet setelah pengujian = 6,7082 gram
Friabilitas ditentukan dengan persamaan:
Friabilitas = Berat total tablet
sebelum diuji - Berat total tablet setelah pengujian X 100%
Berat total tablet setelah pengujian
Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5%-1% masih dapat dibenarkan. Tablet yang
dihasilkan telah memenuhi uji keregasan.
6.6 Kekerasan
Diuji dengan alat hardness tester. Diukur terhadap luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kilogram. Hanya saja uji ini tidak dilakukan pada
praktikkum kali ini.
6.7 Disolusi
Uji untuk mengetahui waktu tablet mulai larut dan kadar zat aktif mencapai puncak, yang
menggambarkan proses disolusi dalam saluran cerna yang diuji secara invitro. Alat yang
digunakan untuk menguji laju disolusi ini dengan menggunakan dissolution tester. Pengujian ini
tidak dilakuakan pada praktikum kali ini.
BAB VII
PROSEDUR TETAP DAN INSTRUKSI KERJA
Penanggung Prosedur
jawab
Kelompok 3 I. Rencana produksi
Membuat/memproduksi tablet Vitamin B6
a. Penimbangan
- Menyiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam
penimbangan sesuai dengan instruksi kerja no.1.
- Melakukan penimbangan bahan sesuai dengan formula yang
telah disetujui pembimbing.
f. Pencetakan
- Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada pencetakan
tablet
- Melakukan pencetakan tablet sesuai dengan instruksi kerja
no.6
g. Pengevaluasian tablet
- Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk
pengevaluasian tablet
- Melakukan pengevaluasian tablet jadi sesuai instruksi kerja
no.7
h. Pengemasan dan penyerahan produk jadi
- Mengemas dan menyerahkan produk jadi, yang telah siap
dipasarkan kepada dosen pembimbing untuk selanjutnya
dievaluasi.
- Melakukan pengemasan dan penyerahan produk jadi sesuai
dengan instruksi kerja no.8
INSTRUKSI KERJA
PENGHALUSAN DAN PENCAMPURAN
Disusun oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh No : 2
Kelompok 3 Sabrina, S.Si, Sabrina, S.Si,
Tgl. Apt Apt
Tgl. Tgl.
Tujuan Untuk memperoleh/mendapatkan bahan-bahan tercampur
dengan sempurna (homogen) antara zat aktif dan bahan
pembantu lainnya
Bahan Zat aktif : Vitamin B6
Pengikat : Mucilago gom arab
Penghancur dalam : Amilum kering
Pengisi : Laktosa
Alat - Wadah untuk pencampuran
- Sarung tangan
- Lumpang dan alu
- Sudip
No Cara kerja Operator Spv
1. Gom arab dibuat mucilago terlebih Mustikaning Kel. 3
dahulu, dengan menghaluskan gom Ayu H.P
dengan air untuk gom, dalam
lumpang. (massa 1)
2. Vitamin B6, amilum kering, dan
laktosa dicampurkan dalam baskom,
aduk dan haluskan hingga terbentuk
campuran yang homogen. (massa 2)
3. Tambahkan mucilago gom (massa 1)
kedalam massa 2 sedikit demi sedikit
sambil terus diaduk hingga didapat
massa yang dapat dikepal dan mudah
dipatahkan (terurai menjadi granul-
granul yang cukup besar) (massa 3),
hitung mucilago yang terpakai.
4. Massa 3 diayak dengan pengayak
mesh 16, granul basah kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu ±
400-500 C, selama semalaman.
5. Granul diayak dengan ayakan mesh
18 dan hasilnya ditimbang.
INSTRUKSI KERJA
PENGUKURAN PARAMETER GRANUL
Disusun oleh Diperiksa Disetujui Oleh No : 3
Kelompok 3 Oleh Sabrina, S.Si,
Tgl. Sabrina, S.Si, Apt
Apt Tgl.
Tgl.
Tujuan Untuk memperoleh/mendapatkan granul yang memiliki
karakteristik yang baik sehingga tablet yang dihasilkan
memiliki karakteristik yang baik pula.
Bahan Granul kering
Alat - Timbangan
- Spatula
- Kertas perkamen
- Sendok porcelain
- Gelas ukur
- Corong
- Statif
- Penggaris
- Sieving analyzer
- Moisturizer tester
No Cara kerja Operator Spv
1. Pengujian; Lita V Kel. 3
- Kadar air, sebanyak ± 1gram
granul ditempatkan dalam piring
analisis kadar air, ditempatkan
dalam moisturizer tester maka akan
terbaca kadar air yang terkandung
dalam granul. Kadar air normal
adalah sekitar 2-5%.
2. - Sifat alir, sebanyak 50 gram
granul ditempat dalam corong yang
ditempatkan pada statif. Lubang
bawah corong dibuka dan dihitung
waktu yang dibutuhkan oleh granul
untuk mengalir hingga habis. Ukur
tinggi puncak dan diameter puncak,
tentukan tan α. Jika tan α (sudut
henti) berada pada 24-45 maka sifat
aliran granul dapat mengalir dengan
baik.
3. - Kompresibilitas, granul
dimasukkan dalam gelas ukur, amati
volumenya. Ketuk-ketukan gelas
ukur selama ± 2 menit, amati
volume setelah pengetukan. Hitung
persen kompresibilitas dari granul.
Kompresibilitas yang baik yaitu
kurang dari 10%.
4. - Distribusi ukuran partikel, granul
ditempatkan pada ayakan teratas
pada sieving analyzer, sehingga
pada hasil akhir dapat ditentukan
INSTRUKSI KERJA
PENAMBAHAN FASA LUAR
Disusun oleh Diperiksa Disetujui Oleh No : 4
Kelompok 3 Oleh Sabrina, S.Si,
Tgl. Sabrina, S.Si, Apt
Apt Tgl.
Tgl.
Tujuan Untuk memperoleh/mendapatkan granul yang telah terlapisi
oleh fase luar
INSTRUKSI KERJA
PENCETAKAN
Disusun oleh Diperiksa Disetujui Oleh No : 6
Kelompok 3 Oleh Sabrina, S.Si,
Tgl. Sabrina, S.Si, Apt
Apt Tgl.
Tgl.
Tujuan Untuk memperoleh/mendapatkan tablet yang kompak setelah
dicetak
Bahan Granul ditambah fasa luar yang telah diuji dan siap dicetak
Alat - cetakan tablet
No Cara kerja Operator Spv
1. Set pencetak tablet, sesuaikan Lidya P Kel. 3
ukuran punch dan die dengan
ukuran yang diinginkan
2. Granul yang telah diuji dimasukan
kedalam hopper, nyalakan mesin
tablet atau dijalankan secara
manual.
3. Kumpulkan tablet yang telah dicetak
untuk selanjutnya dievaluasi.
INSTRUKSI KERJA
PENGEVALUASIAN TABLET
Disusun oleh Diperiksa Disetujui Oleh No : 7
Kelompok 3 Oleh Sabrina, S.Si,
Tgl. Sabrina, S.Si, Apt
Apt Tgl.
Tgl.
Tujuan Untuk memperoleh/mendapatkan tablet yang sesuai atau yang
memiliki kriteria sesuai dengan yang disyaratkan dalam
Farmakope Indonesia
Bahan Tablet vitamin B6
Alat - timbangan analitik
- kertas perkamen
- friabilator
- hardness tester
- disintegration tester
- jangka sorong
- alat uji disolusi
No Cara kerja Operator Spv
1. Pengujian; Nadya K Kel. 3
- Uji Penampilan, tablet dilihat dari
segi penampilan nya diamati secara
visual seperti, kehomogenitasan
warnanya, bentuknya (bundar,
kemulusan permukaan), dan hasil
pencetakan nya.
2. - Uji keseragaman bobot, sebanyak
20 tablet ditimbang kemudian
dihitung rata-rata berat tablet
tersebut dan tentukan standar
deviasinya.
3. - Uji keseragaman ukuran,
sebanyak 20 tablet diukur diameter
dan ketebalannya dengan
menggunakan jangka sorong.
Diameter tablet tidak boleh lebih
dari 3x dan tidak kurang dari 1/3
tebal tablet.
4. - Uji friabilitas, sebanyak 20 tablet
yang sebelumnya telah ditimbang,
dimasukan kedalam friabilator dan
diuji dengan 25 bantingan atau
dilakukan selama 4 menit.
Kemudian tablet ditimbang kembali
dan tentukan friabilitas (keregasan)
dari tablet tersebut.
5. - Uji waktu hancur, sebanyak 6
buah tablet dimasukan dalam
disintegration taster dan alat
dijalankan selama ±15 menit. Untuk
tablet tidak bersalut waktu hancur
tidak lebih dari 15 menit dan untuk
tablet salut gula/salut selaput tidak
lebih dari 60 menit.
6. - Uji kekerasan, dilakukan dengan
alat hardness tester, tablet dijepit
dengan alat tersebut kemudian
ditekan dan dilihat pada skala
seberapa besar beban yang telah
diberikan untuk menghancurkan
tablet tersebut.
7. - Uji disolusi, tablet dimasukan
kedalam tabung uji disolusi baik
dengan metode dayung maupun
metode keranjang dan diputar
dengan kecepatan tertentu sehingga
didapat profil disolusi tablet secara
invitro.
8. - Uji keseragaman kandungan, uji
ini dilakukan jika tablet
mengandung zat aktif kurang dari 5
mg, pengujian dilakukan terhadap
10 buah tablet.
INSTRUKSI KERJA
PENGEMASAN DAN PENYERAHAN PRODUK JADI
Disusun oleh Diperiksa Disetujui Oleh No : 8
Kelompok 3 Oleh Sabrina, S.Si,
Tgl. Sabrina, S.Si, Apt
Apt Tgl.
Tgl.
Tujuan Memperoleh/mendapatkan produk jadi yang sudah dikemas
dan siap dipasarkan, serta diserahkan kepada pengawas untuk
selamjutnya dievaluasi dan dinilai.
Bahan Tablet vitamin B6
Alat - wadah (pot)
- etiket produk
- kemasan produk
- brosur produk
No Cara kerja Operator Spv
1. Tablet dimasukan kedalam pot dan Mustikaning Kel. 3
diberikan etiket. Ayu H.P
2. Mengemas sediaan yang sudah jadi
kedalam kemasan disertai dengan
brosurnya.
3. Produk jadi diserahkan kepada
pengawas.
BAB VIII
PEMBAHASAN
Pada praktikum teknologi sediaan padat ini, memiliki tujuan utama agar mahasiswa dapat
memformulasikan tablet dengan zat aktif yang telah ditentukan oleh dosen. Zat aktif yang
diberikan adalah vitamin B6 atau piridoksin HCl, vitamin B6 dengan sifat-sifatnya seperti tahan
terhadap panas, tahan terhadap air dan memiliki sifat aliran yang baik. Dengan melihat
karakteristik dari vitamin B6 ini, vitamin B6 dapat dibuat dengan 2 pilihan metode pembuatan
tablet yakni granulasi basah dan cetak langsung, granulasi basah dapat dilakukan jika zat aktif
tahan terhadap pemanasan dan air sedangkan cetak langsung dapat dilakukan jika zat aktif
mempunyai sifat alir yang baik. Karena vitamin B6 ini dapat dibuat dengan kedua metode
tersebut diputuskan untuk dibuat dengan metode granulasi basah, dengan granulasi basah tablet
yang dihasilkan akan lebih kuat karena penambahan zat pengikat dalam bentuk mucilago,
pengikat bentuk ini memiliki daya kohesi yang kuat untuk menyatukan serbuk-serbuk tablet dan
membentuk ikatan granul-granul sehingga terbentuk tablet yang memiliki kekompakan yang
tinggi. Dengan kekompakan tablet yang tinggi menjadikan tablet tidak mudah pecah, rapuh,
ataupun retak.
Formula yang dibuat untuk tablet vitamin B6 ini dengan melihat sifat-sifat dari zat aktif
maka dibuat formulasi dengan zat tambahan sebagai pengikat adalah mucilago gom arab, dengan
pertimbangan bahwa gom arab akan memberikan daya ikat yang kuat untuk serbuk ataupun
granul, terutama jika dalam bentuk mucilago. Gom arab pun telah lama digunakan sebagai
komponen pengikat dan tablet yang dihasilkannya pun cukup keras. Namun, gom arab pun
memiliki kekurangan karena berasal dari alam adanya kemungkinan kontaminasi mikroba pada
tablet. Mucilago gom arab tetap dipilih karena melihat berbagai keuntungan – keuntungannya
jika dibandingkan kekurangannya, kelemahan gom arab ini dapat diatasi dengan penambahan
pengawet. Perbedaan dalam penggunaan zat pengikat akan memberikan pengaruh pada
kekerasan tablet, pengeringan granul, dan kelembapan granul.
Komponen tambahan lainnya adalah zat pengisi (diluent), diluent yang dipilih adalah
laktosa, karena laktosa biasa digunakan, tidak OTT dengan komponen lain terutama zat aktif dan
harganya murah. Pengisi ini biasa digunakan jika kandunagan zat aktif tidak cukup untuk
membuat tablet dengan ukuran yang sesuai selain itu pengisi juga dapat meningkatkan daya
kohesi antar serbuk dan dapat memperbaiki sifat alir granul dalam hopper. Jika kandungan zat
aktif cukup tinggi, mungkin dibutuhkan pengisi yang sedikit atau bahkan tidak dibutuhkan sama
sekali. Tablet yang dibuat dengan penggunaan laktosa menunjukan laju pelepasan zat aktif yang
baik, granul yang dihasilkan akan cepat kering (terutama jika menggunakan lactosa spray-dried)
dan menunjukan waktu hancur yang bagus.
Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah komponen penghancur tablet. Zat ini
ditambahkan untuk meningkatkan daya hancur dan disolusi dari tablet, pada proses pembuatan
tablet dengan metode granulasi basah zat penghancur ditambahkan pada saat proses granulasi
dan setelah proses ini. Ketika tablet dikonsumsi, tablet kemudian akan berkontak dengan cairan
dalam saluran pencernaan, dengan adanya komponen penghancur, tablet akan mengembang dan
selanjutnya pecah menjadi granul-granul, kondisi ini karena pengaruh penghancur luar,
selanjutnya granul-granul pecah menjadi fines dengan adanya penghancur dalam. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap waktu hancur dan pelepasan zat aktif. Waktu hancur dari tablet menjadi
bertahap sehingga kadar zat aktif dalam darah dapat dikontrol dan tidak langsung memberikan
konsentrasi yang maksimal karena dikhawatirkan akan mencapai efek toksik. Komponen
penghancur yang kami gunakan dalam formulasi adalah amilum kering, karena amilum kering
sudah sangat sering digunakan sebagai penghancur, karena dapat menunjukan proses
penghancuran yang bertahap, dan tidak OTT dengan komponen lain. Saat praktikum pembuatan
tablet, terdapat kekeliruan dalam penambahan komponen penghancur yaitu yang digunakan
adalah amilum biasa dengan kadar air yang cukup tinggi, bukan amilum kering memiliki nama
lain explotab. Dengan kekeliruan ini akan berpengaruh terhadap kondisi tablet terutama dalam
hal waktu hancur. Waktu hancur akan lebih lambat karena amilum yang digunakan mengandung
sedikit air sehingga amilum ini akan terikat kuat dengan komponen yang lain, dan tidak segera
pecah ketika kontak dengan cairan pada saluran pencernaan.
Komponen selanjutnya adalah pelicin, pelicin ini ditambahkan setelah proses granulasi
untuk mengatasi hal-hal yang biasa terjadi pada proses pencetakan seperti aliran yang kurang
baik yang dapat berpengaruh pada keseragaman bobot tablet, massa cetak dapat menempel pada
dinding punch maupun die ini akan berpengaruh pada penampilan tablet dalam hal bentuk dan
akan timbul masalah pada tablet yaitu sticking dan picking, atau terjadi gesekan sisi tablet
dengan dinding ruang cetak tablet. Menurut fungsinya pelincir dapat dikategorikan menjadi 3
macam yaitu, lubrikan yang dapat bekerja dengan mengurangi gesekan antara dua permukaan
yang relatif bergerak yaitu punch dan die, dengan adanya lubrikan ini membuat punch dan die
lebih mudah dalam bergerak dan tablet yang dihasilkan memiliki bentuk yang baik. Lubrikan
yang digunakan dalam formulasi ini adalah Mg-stearat merupakan lubrikant yang tidak larut air,
karena akan lebih efektif tetapi memiliki kekurangan akan menambah lama waktu hancur dari
tablet, lubrikant pun dapat mengurangi ikatan antar partikel pada tablet sehingga kekerasan tablet
dapat berkurang, hal ini efektif untuk mengurangi kekerasan tablet karena penggunaan pengikat
mucilago gom arab. Jenis pelincin yang lain adalah antiadherent dan glidant, antiadherent
berfungsi untuk mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada permukaan punch, dan glidant
mempunyai fungsi memperbaiki sifat aliran granul. Komponen yang digunakan sebagai
antiadherent dan juga berfungsi sebagai glidant adalah talkum, talkum biasa digunakan sebagai
komponen ini, tidak OTT dengan komponen lain, dan sebagai glidant akan menutupi permukaan
partikel yang tidak beraturan. Dengan kombinasi ini tablet yang dihasilkan dapat dengan mudah
dicetak, tidak melekat pada dinding punch dan memiliki bentuk sempurna. Penambahan
komponen pelicin ini dilakukan sesaat sebelum pencetakan, karena jika ditambahkan
sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup lama atau melalui pengocokan yang terlalu lama,
pelicin yang bersifat hidrofob akan menutupi seluruh permukaan granul sehingga setelah dicetak
dan dilakukan uji waktu hancur akan didapat waktu yang terlalu lama karena granul yang telah
menjadi tablet akan semakin sulit untuk dibasahi.
Setelah dilakukan proses pencampuran dan granulasi didapat massa granul yang harus
dievaluasi karakteristiknya, seperti pengujian kompresibilitas, sifat alir, distribusi ukuran partikel
dan kadar air.
Pengujian kadar air ini dilakukan dengan alat moisturizer tester, yang dapat mengukur
kadar air yang terkandung dalam granul dengan mengeringkan granul yang diuji, dari hasil
pengujian didapat kadar air 2,7% dan termasuk kadar air dalam range normal. Kadar air yang
dapat terkandung dalam granul 2-5%, jika kadar air terlalu tinggi pada granul dapat dikeringkan
kembali dan jika kadar air terlalu rendah dapat ditambahkan lagi pengikat. Jika kadar air terlalu
tinggi pada granul dapat menyebabkan massa granul menempel cetakan punch dan jika terlalu
rendah kadar airnya dapat menyebabkan tablet mengalami capping dan lamination yaitu terpisah
sebagian atau seluruhnya atas dan bawah. Jadi, kadar ini sangat besar sekali pengaruhnya
terhadap stabilitas dari tablet maupun granul.
Pengujian yang kedua yaitu kompresibilitas. Pengujian ini menentukan kerapatan dari
granul yang sudah terbentuk, kerapatan ini akan berpengaruh pada saat pengempaan tablet dan
kemampuan tablet untuk tetap kompak setelah dilakukan pencetakan. Hal ini berkaitan dengan
distribusi ukuran partikel, yaitu penyebaran yang rata antara jumlah fines dan granul jika terlalu
banyak granul maka setelah dikempa tablet kurang kekuatannya, begitu pula jika terlalu banyak
fines. Jika jumlah fines yang ada dapat menutupi rongga-rongga yang terbentuk oleh adanya
granul maka tablet akan memiliki kompresibilitas yang tinggi dengan daya ikat antar partikel
yang kuat. Untuk distribusi ukuran partikel pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sieving analyzer, dengan alat ini dapat diketahui distribusi dari setiap fines dan granul yang ada.
% kompresibilitas yang didapat dari hasil pengujian adalah 8,045%, pengujian distribusi ukuran
partikel tidak dilakukan pada praktikum ini.
Pengujian selanjutnya adalah laju alir dari granul. Laju alir ini berpengaruh pada aliran
granul pada hopper yang dapat menyebabkan adanya perbedaan pada keseragaman kandungan
zat aktif dan perbedaan pada bobot tablet yang dihasilkan. Laju alir ini njuga dipengaruhi oleh
banyaknya granul atau fines yang ada. Dari hasil pengujian ini didapat laju alir tablet sebesar
6,25 gram/detik dengan laju alir yang baik karena sudut henti yang dihasilkan dibawah 30 0 yaitu
29,20.
Setelah granul yang diuji tidak terjadi penyimpangan maka tahap selanjutnya adalah
tahap pencetakan. Massa granul dimasukan kedalam hopper pada alat pencetak tablet untuk
selanjutnya dicetak. Dari hasil pencetakan didapatkan tablet sebanyak 116 tablet hal ini sangat
jauh dari perhitungan yang seharusnya menghasilkan 166 tablet, massa granul yang hilanh ini
diperkirakan terbuang saat proses pencetakan, tertinggal dalam cetakan dan sisa granul yang ada
yang sudah tidak bisa lagi untuk dicetak.
Tablet yang sudah jadi dilakukan pengujian/evaluasi yang meliputi, pengujian
penampilan, tablet diamati secara visual apakah ada tablet yang tidak rata bentuknya atau
terdapat retakan-retakan pada tablet. Pengujian selanjutnya adalah keseragaman bobot, dengan
cara 20 buah tablet sebagai sampling dan timbang satu persatu yang kemudian didapat bobot
rata-rata tablet yaitu 0,3368 gram dari rencana pembuatan sebesar 300 mg tiap tablet. Dan
setelah dihitung standar deviasinya atau penyimpangannya, tidak ada tablet yang
penyimpangannya lebih besar dari 5% jadi tablet yang dihasilkan telah memenuhi uji
keseragaman bobot.
Uji selanjutnya yakni uji keregasan tablet, dengan menggunakan alat friabilator. Tablet
yang diuji sebanyak 20 tablet sebagai sampling. Tablet dimasukan kedalam alat dan alat diputar
hingga 20 x bantingan, kemudian dihitung massa tablet sebelum dan sesudah dilakukan
pengujian. Persentase dari uji ini didapat 0,429%, nilai ini masih dapat dibenarkan dan tablet
tidak terlalu regas, dan memenuhi standar. Keregasan ini berkaitan dengan kekuatan tablet pada
saat pembuatan, pengepakan dan pendistribusian. Keregasan sangat berkaitan erat dengan
kekerasan tablet, pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan alat hardness tester, namun
sayangnya pengujian ini tidak dilakukan. Kekerasan tablet akan sangat berpengaruh terhadap
waktu hancur dan disolusi dari tablet, jika tablet terlalu keras maka waktu hancur dan disolusinya
meningkat, sehingga pelepasan zat aktif tidak segera dan dikhawatirkan jika pelepasannya terlalu
lama dapat menyebabkan konsentrasi untuk mencapai efek terapi tidak tercapai.
Pengujian waktu hancur menggunakan alat disintegration tester, sebanyak 6 buah tablet
sebagai sampling diuji dengan alat ini, waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk hancur selama
14 menit 59 detik, waktu ini memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam FI III. Waktu hancur
tablet ini sangat dipengaruhi oleh penghancur yang digunakan dan kekuatan ikatan antara
partikel pada tablet. Pengujian lainnya yaitu laju disolusi dari tablet namun pengujian ini tidak
dilakukan. Laju disolusi ini menggambarkan waktu yang dibutuhkan tablet untuk melarut dan
melepaskan komponen zat aktif yang selanjutnya diabsorpsi oleh tubuh untuk selanjutnya
didistribusikan untuk mencapai efektor.
Pengujian tablet yang lain adalah pengujian keseragaman kandungan zat aktif, uji ini
dilakukan terutama untuk kandungan zat aktif dibawah 5 mg. Keseragaman ukuran, uji ini
dilakuakn dengan mengukur diameter dan tinggi tablet dengan menggunakan jangka sorong,
dengan syarat diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1/3 tebal tablet.
Formula ini telah diujikan dan dibuat serta menghasilkan granul dan tablet yang
menunjukan hasil evaluasi baik. Kekurangan hanya terjadi karena menggunakan amilum biasa
bukan amilum kering. Tablet akan memiliki bentuk yang lebih baik (mulus) jika dicetak dengan
mesin yang dijalankan dengan listrik bukan dengan tangan.
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Pada pengkajian praformulasi, kita dapat mengetahui secara jelas sifat dan karakteristik
vitamin B6 sebagai bahan aktif dan beberapa bahan tambahan yang digunakan sehingga dapat
menghasilkan tablet yang kompak dan bagus baik secara fisik maupun kimia.
- Metode pembuatan tablet vitamin B6 dapat dilakukan dengan cara granulasi basah maupun
dengan metode cetak langsung. Karena berdasarkan kajian praformulasi vitamin B6 memiliki
sifat tahan terhadap air dan pemanasan serta memiliki sifat alir yang baik.
- Hasil evaluasi tablet vitamin B6 yang kami buat adalah sebagai berikut :
a. Penampilan tablet: bentuk bundar, warna putih susu, permukaan rata dan sedikit licin dan
cetakan garis tengah patah.
b. Keregasan (friabilitas) 0,429 % (ideal kurang dari 1 %).
c. Keseragaman bobot zat aktif dalam 1 tablet adalah 336,8 mg.
d. Waktu hancur 14 menit 59 detik (syarat FI untuk tablet vitamin B6 tidak lebih dari 30 menit).
e. Kompresibilitas 8 % (Syarat FI 5-15%)
9.2 Saran
Formulasi tablet vitamin B6 yang kami buat sudah sangat baik, bila dilihat dari hasil uji
evaluasi tablet yang kami lakukan sehingga tidak perlu mengalami perubahan dalam
formulasinya. Demikian pula pada metode pembutannya, metode granulasi basah sangat tepat
untuk pembuatan tablet vitamin B6. Sehingga tablet kami dapat lansung diproduksi dan
diedarkan ke pasaran.
DAFTAR PUSTAKA
- Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 1998. ISO Indonesia. Volume 32. Jakarta : PT.
Anem Kosong Anem.