Metalografi
Metalografi
Metalografi
5.1 tujuan
35
a. Fraksi volume
Perhitungan fraksi volume dilakukan untuk menentukan fraksi volume dari fasa tertentu
atau dari suatu kandungan tertentu. Teknik yang paling sederhana yaitu dengan melihat
struktur mikro, memperkirakan fraksi luas. Atau dengan membandingkan struktur mikro
dengan pembesaran tertentu terhadap standar tertentu yang terdiri dari beberapa jenis
dan gambar struktur yang ideal dengan persentase yang berbeda.
Dengan metode perhitungan ada dua cara. Cara yang pertama adalah dengan analisa
luas yang diperkenalkan pertama kali oleh Delesse, Geologis Jerman pada tahun 1848,
yang menunjukkan fraksi luas Aa, dari potongan dua dimensi adalah suatu perhitungan
fraksi volume :
Vv = A /AT
Dimana A adalah jumlah luas fasa yang dimaksud AT adalah luas total pengukuran.
Pengukuran dapat dengan metode planimetri atau dengan memotong foto fasa yang
dimaksud dan mencoba membandingkan lebar fasa yang dimaksud dengan lebar foto
yang dimaksud. Metode ini kurang sesuai untuk fasa halus.
Cara yang kedua adalah dengan analisa garis, metode ini diperkenalkan oleh Reziwal
seorang Geologis Jerman pada tahun 1898. Ia mendemonstrasikan ekuivalensi antara
fraksi garis LL dan fraksi volum. Pada analisa garis, total panjang dari garis-garis yang
ditarik sembarangan memotong fasa yang diukur L dibagi dengan total panjang garis
LT untuk memperoleh fraksi garis :
LL = L /LT = Vv
Thomson 1933, Glagolev 1933, Chalkley 1943. Metode ini menggunakan point grind
dua dimensi. Caranya test grind diletakkan pada lensa okuler atau dapat diletakkan di
depan layar proyeksi atau foto dengan bantuan lembaran plastik. Pembesaran harus
cukup tinggi sehingga lokasi titik uji terhadap struktur tampak jelas. Pembesaran sekecil
36
mungkin dimana hasil memungkinkan pembesaran disesuaikan dengan daya pisah dan
ukuran area untuk ketelitian statistik. Semakin kecil pengukuran semakin banyak daerah
yang dapat dianalisa dengan derajat ketelitian statistik tertentu. Titik potong adalah
perpotongan 2 garis grind:
Pp = P /PT = L /nPo
Dimana n adalah jumlah perhitungan dan Po jumlah titik dari grind. Jadi PT = nPo,
jumlah total titik uji pada lensa okuler umumnya menggunakan jumlah titik terbatas
yaitu 9, 16, 25, dan seterusnya dengan jarak teratur. Sedangkan untuk grind yang
digunakan didepan screen mempunyai 16, 25, 29, 64 atau 100 titik. Fraksi volume
sekitar 50% sangat baik menggunakan jumlah grind yang sedikit, seperti 25 titik. Untuk
volume fraksi yang amat rendah baik digunakan grind dengan jumlah titik yang banyak
dalam kebanyakan pekerjaan, fraksi volume dinyatakan dengan persentase dengan
dikalikan 100. Ketiga metode dapat dianggap mempunyai ketelitian yang sama.
V V = A A = L L = P
37
PL = P / (LT/M)
-L3 = 1 / PL
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik adalah sebuah pemeriksaan untuk mengamati
struktur dengan perbesaran 10-100 kali, biasanya digunakan mikroskop
cahaya.
b. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik adalah sebuah pemeriksaan untuk mengamati
struktur dengan perbesaran diatas 100 kali, biasanya digunakan mikroskop
cahaya ataupun mikroskop elektron dan mikroskop optik.
38
Dalam praktikum ini metode yang digunakan ada dua yaitu
Metoda Heyn
𝑛.𝐿
̅̅̅
𝐿𝑘 =
𝑣.∑ 𝑃𝑘
Dimana:
Lk :besarbutir rata – rata (mm)
n :Jumlahgarisuji
l: Panjanggarisuji (mm)
v: pembesaranfoto
∑ 𝑃𝑘 : Jumlahbatasbutir yang terpotong
Metoda ini (ASTM Spesification E562) dapat dipergunakan untuk menghitung jumlah fasa
tertentu.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑥 100%
% fasa yang ditinjau =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
∑𝑃
PT= 𝑃𝑇
selain dua cara diatas ada juga cara lain seperti Metoda bidang datar Metoda lingkaran, besar
butir rata – rata (Fm) dalam mm2 ditentukan dengan persamaan
𝐹𝑘
Fm =
(0,67𝑛+𝑍).𝑣
Dimana:
Fm: besarbutir rata – rata (mm2)
Fk: lingkaran (mm2)
Z: banyaknyabutirdalamlingkaran
V: pembesaranfoto
39
Metoda Planimetric
Metoda ini dilakukan untuk mengukur besar butir yang terelongasi yaitu dengan cara
pengukuran besar butir metoda garis pada berbagai arah (misalnya: 0o,30o, 60o, 90o). Hasilnya
𝐿𝑚𝑎𝑥
kemudian diplot secara grafis atau dihitung ratio antara 𝐿𝑚𝑖𝑛
Metoda Hillard
𝐿𝑡
G= -10-6,64 Log
𝑃.𝑀
Hubungan ukuran butir dengan jumlah butiran per in2 (N) dalam pembesaran 100x adalah:
N=2G-1
Metoda garis potong (intercept) ditentukan oleh banyaknya butir yang terpotong oleh sebuah
garis lurus (setidaknya 50 butir)
𝐿
̅̅̅
𝐿𝑘 =
𝑛.𝑣
Dimana:
l: panjanggarislurus (mm)
v: pembesaranfoto
40
5.3 tata cara praktikum
5.3.1 Skema proses
Metode point count
Siapkan alat dan bahan
Tempel mikrograf
Analisa
kesimpulan
Metode Heyn
Analisa
kesimpulan
41
Metoda Heyn
1. Penggaris
2. Alat hitung
3. Mikrograf
4. Alat tulis
5.4.2 Bahan
1. gambar
UNS G10150
Etsa Picral 4% + Nital 2%
Pembesaran 200x
Rumus Point Count
%𝑓𝑎𝑠𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
= 𝑥100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
Tabel 5.1
42
Besi Cor Noduler
Etsa Nital 4%
Pembesaran 100x
Rumus Point Count
%𝑓𝑎𝑠𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
= 𝑥100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘
Tabel 5.2
IF Steel
Etsa Marschall Reagent
Pembesaran 400x
Rumus Heyn
𝑛. 𝑙
𝐿𝑘 =
𝑉. ∑𝑝𝑘
Tabel 5.3
43
5.5.2 Pengolahan Data
UNS G10150
22
%𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑡𝑒 = 99 𝑥100% &Total = 22.22+62.12 = 84.3%
= 22.22 %
61.5
%𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑖𝑡𝑒 = 𝑥100%
99
= 62.12%
IF Steel
5.60
𝐿𝑘 = = 0.01𝑚𝑚
400.75
44
5.6 Analisa dan Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan perhitungan struktur mikro pada gambar yang
berada di modul menggunakan metoda point count dan metoda Heyn, pada metoda
point count gambar yang digunakan adalah UNS G10150 dan Besi cor noduler
sementara metoda Heyn menggunakan gambar IF Steels.
Pada metoda point count hasil yang didapatkan adalah persen fasa yang
terbentuk dari struktur mikro seperti perlite, ferrite dan grafit, metoda ini berguna untuk
menentukan berapa banyak fasa yang terbentuk.
Pada metoda Heyn hasil yang didapatkan adalah besar butir suatu fasa, meoda
ini digunakan untuk menentukan kerapatan dan kekuatan teoritis suatu logam.
5.7 Kesimpulan
1) Praktikum ini hanya menghitung fasa dari gambar modul
2) Metoda point count menentuka persen fasa pada struktur mikro suatu
logam
3) Metoda Heyn menentukan besar butir suatu fasa pada struktur mikro
suatu logam
45