Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Glukosa Terbentuk Dan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393

Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia


Yogyakarta, 22 Februari 2011

Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Glukosa Terbentuk dan


Konstanta Kecepatan Reaksi pada Hidrolisa Kulit Pisang
Jatmiko Wahyudi1*, Wusana A Wibowo2, Yulian A Rais2, Atika Kusumawardani2
1*
Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati
Jl. Panglima Sudirman No.26 Pati, Jawa Tengah
E-mail: [email protected]
2
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36 A Surakarta, Jawa Tengah

Abstract

As an organic waste, banana peels contain enough of starch, that can be converted to glucose by hydrolysis
reaction. The objectivesof this research were not only to study the effect of temperature and time reaction
but also to determine reaction rate constant (k’) on hydrolysis reaction. In this research, banana peels were
processed to produce glucose by acid hydrolysis using HCl as catalyst, ratio of solid-aquadest was 1:10,
mass of solid was 25 grams, size of solid was 80 mesh, mixing speed was 350 rpm, and reaction times were
30 - 180 minutes. A 50 mL HCl 0.15 N was added into reactor. Reaction temperatures were varied at
29°C(room temperature), 60°C, 101°C(boiling temperature). Samples were taken every 30 minutes and
glucose concentrations were analyzed by Lane-Eynon method. We found that the highest glucose
concentration was 0.292 mol/L at 60 oC and 180 minutes reaction time. The value of hydrolysis reaction
rate constant (k’) as a function of temperature was 6.499 x 10-3 . e -96,662/T minutes-1.
Keywords : banana peels, hydrolysis, glucose, reaction rate constant

Pendahuluan buah pisang sebanding dengan potensi kulit pisang


Tanaman Pisang (Musaceaea sp) merupakan yang dihasilkan.
tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di Selama ini limbah kulit pisang umumnya
Indonesia. Pisang adalah nama umum yang digunakan sebagai makanan ternak dan kadang
diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun hanya dibuang begitu saja menjadi sampah. Hal ini
besar memanjang dari suku Musaceae. Buahnya akan menimbulkan kerugian, karena kulit pisang
banyak disukai untuk dikonsumsi secara langsung akan terbuang sia-sia dan bahkan hanya menjadi
atau diolah menjadi produk konsumsi lain sepert sale limbah yang akan mengganggu masyarakat.
pisang, kripik pisang, selai pisang, dan lain Komposisi kulit pisang mengandung air sebesar
sebagainya. 68,90 % dan karbohidrat sebesar 18,50 %
Pisang merupakan salah satu komoditas buah (Suprapti, 2005). Karbohidrat pada kulit pisang
unggulan Indonesia. Luas panen dan produksi pisang dapat diubah menjadi etanol melalui proses hidrolisa
selalu menempati posisi pertama. Produksi pisang dan fermentasi. Dengan proses ini kulit pisang dapat
sebagian besar dipanen dari pertanaman kebun ditingkatkan nilai ekonomisnya.
rakyat. Data produksi buah pisang di Indonesia pada Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh
tahun 2005-2008 disajikan pada tabel 1. temperatur dan waktu reaksi pada proses hidrolisa
kulit pisang, khususnya mengetahui kondisi operasi
Tabel 1. produksi buah Pisang di Indonesia optimum hidrolisa, serta mengetahui tetapan
Tahun Produksi (ton) kecepatan reaksi (k) hidrolisa pati kulit pisang pada
2005 4 874 439 variasi temperatur.
Pada penelitian ini kulit pisang diubah menjadi
2006 5 177 608 glukosa melalui proses hidrolisis dengan katalis HCl
2007 5 037 472 dengan perbandingan solid : aquades 1:10, massa
2008 5 454 226 solid 25 gram, ukuran padatan 80 mesh dan
(www.bps.go.id, 2009) kecepatan pengadukan 350 rpm. Kulit pisang yang
digunakan adalah kulit pisang raja.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa produksi
pisang di Indonesia cukup besar. Misal pada tahun Landasan Teori
2008, produksi pisang mencapai 5.454.226 ton.
Sementara produksi pisang di propinsi Jawa Tengah Menurut Groggins, (1958), hidrolisis adalah
pada tahun 2008 mencapai 831.158 ton suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu
(www.bps.go.id, 2009). Tingginya potensi produksi senyawa pecah atau terurai. Reaksi ini merupakan
reaksi orde satu, karena air yang digunakan berlebih,

B09-1
sehingga perubahan air dapat diabaikan. Ada BeMiller (1965) melakukan hidrolisis pati kentang
beberapa hidrolisa yaitu: dengan asam HCl 0,2 M yang dipanaskan pada 45
o
1. Hidrolisa murni, sebagai reaktan hanya air. C.; dan Indrawati. (2009) menghidrolisis sagu
2. Hidrolisa dengan katalis larutan asam, bisa menjadi glukosa dengan waktu idrolisis 20 menit
berupa asam encer atau asam pekat. dan, konsentrasi HCl 0,01 N, 0,1 N, 1 N.
3. Hidrolisa dengan katalis larutan basa, bisa Proses hidrolisa pati dengan menggunakan asam
berupa basa encer atau basa pekat. dipengaruhi oleh ukuran bahan, konsentrasi asam,
4. Hidrolisa dengan menggunakan katalis enzim. suhu, waktu, ratio bahan dan pengadukan. Suhu
5. Alkali fussion, dengan sedikit atau tanpa air berpengaruh terhadap konstanta kecepatan reaksi.
pada temperatur tinggi. Jika suhu tinggi, konstanta kecepatan reaksi akan
semakin besar sehingga reaksi dapat semakin cepat.
Zat – zat penghidrolisa: (Kirk, and Othmer, 1983).
1) Air Gusmarwani dkk, (2009) meneliti pengaruh suhu
Kelemahan zat penghidrolisa ini adalah pada hidrolisis bonggol pisang dengan katalis asam
prosesnya lambat kurang sempurna dan hasilnya sulfat dan diperoleh suhu optimal yaitu 120oC.
kurang baik. Biasanya ditambahkan katalisator Tewari, H. K., et. all, (1986) meneliti hidrolisa kulit
dalam industri. Zat penghidrolisa air ditambah zat- pisang dengan katalis asam sulfat selama 15 menit,
zat yang sangat reaktif. Untuk mempercepat reaksi hasil penelitian menunjukkan pada tekanan 15 psi
dapat juga digunakan uap air pada temperatur tinggi. diperoleh glukosa maksimum lebih besar daripada
2) Asam hidrolisa pada tekanan 10 psi. Menurut persamaan
Asam biasanya berfungsi sebagai katalisator gas ideal, tekanan berbanding lurus dengan suhu
dengan mengaktifkan air dari kadar asam yang sehingga kenaikan tekanan menyebabkan kenaikan
encer. Umumnya kecepatan reaksi sebanding dengan suhu.
ion H+ tetapi pada konsentrasi yang tinggi Gusmarwani dkk, (2009) meneliti pengaruh
hubungannya tidak terlihat lagi. Di dalam industri perbandingan solid dan waktu reaksi pada hidrolisis
asam yang dipakai adalah H2SO4, HCl. H2C2O4 bonggol pisang pada suhu 120oC. Glukosa
jarang dipakai karena harganya mahal, HCl lebih maksimum yang terbentuk terjadi pada hidrolisis
menguntungkan karena lebih raktif dibandingkan dengan perbandingan solid:liquid 1:5 dengan variasi
H2SO4. perbandingan solid antara 1:4,375 – 1:6,25. Waktu
3) Basa reaksi optimum dicapai pada 80 menit pada rentang
Basa yang dipakai adalah basa encer, basa pekat variasi 10-90 menit.
dan basa padat. Reaksi bentuk padat sama dengan Waktu hidrolisis yang semakin lama akan
reaksi bentuk cair. Hanya reaksinya lebih sempurna memperbanyak jumlah tumbukan zat- zat pereaksi
atau lebih reaktif dan hanya digunakan untuk sehingga molekul-molekul yang bereaksi semakin
maksud tertentu, misalnya proses peleburan benzene banyak dan memperbanyak hasil yang terbentuk
menjadi phenol. Rasio bahan yang semakin besar berdampak
4) Enzim konsentrasi glukosa hasil hidrolisis semakin banyak
Suatu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, pula. Karena dengan semakin besar rasio bahan
biasanya digunakan sebagai katalisator pada proses semakin besar pula bahan yang bereaksi dengan
hidrolisa. Penggunaan dalam industri misalnya larutan sehingga dihasilkan pula hasil yang semakin
pembuatan alkohol dari tetes tebu oleh enzim. banyak (Supranto, 1998).
Hidrolisa dengan air murni berlangsung lambat
dan hasil reaksi tidak komplit, sehingga perlu Tinjauan Kinetika Reaksi Hidrolisa. Menurut
ditambahkan katalis asam untuk mempercepat reaksi Matz (1970), reaksi hidrolisa yang terjadi :
dan meningkatkan selektivitas (Groggins, 1958). (C6H10O5)n + n H2O n(C6H12O6)
Laju proses hidrolisa akan bertambah oleh Pati Air Glukosa
konsentrasi asam yang tinggi. Konsentrasi asam Dari persamaan reaksi diatas bila dianggap
yang tinggi juga akan mengakibatkan terikatnya ion- sebagai reaksi elementer dan reaksi samping
ion pengontrol seperti SiO2, Phospat,dan garam- diabaikan, maka persamaan kecepatan reaksi adalah
garam seperti Ca, Mg, Na, K dalam pati (Kirk, and n
! rA k .C A .C B (1)
Othmer, 1950).
Asam khlorida (HCl) merupakan asam Bila dibuat konsentrasi B sangat besar, maka
yang paling sering digunakan sebagai katalis konsentrasi B dapat dianggap bernilai konstan untuk
terutama untuk industri makanan karena sifatnya setiap nilai n. Maka persamaan (1) menjadi :
n
mudah menguap sehingga memudahkan pemisahan - rA k '.C A dengan k ' k .C B
dari produknya. Selain itu asam tersebut dapat dC A
menghasilkan produk yang berwarna terang. ! k '.C A (2)
Penggunaan HCl sebagai katalis karena harganya dt
murah, mudah diperoleh dan memiliki efektifitas karena CA = CA0 (1-x) maka persamaan (2)
yang tinggi dalam meningkatkan kecepatan reaksi. menjadi :

B09-2
dC A0 (1 ! x) Percobaan diulangi untuk suhu yang berbeda
! k '.C A0 .(1 ! x) sehingga didapat hasil percobaan untuk variasi suhu
dt
29 °C (tanpa pemanasan), 60oC dan 101oC.
d (1 ! x) Rangkaian alat hidrolisa ditunjukkan pada gambar 1
! C A0 . k '.C A0 .(1 ! x)
dt
d (1 ! x)
! k '.(1 ! x)
dt
d (1 ! x) (3)
! k '.dt
(1 ! x)
Jika diintegralkan dengan batasan t = 0, x = 0
dan t = t, x =x, maka persamaan (3) menjadi:
! ln(1 ! x) k '.t " C (4)
Persamaan (4) menunjukkan hubungan antara
konversi reaksi dengan waktu. Dengan x adalah
konversi reaksi yang menyatakan perbandingan
jumlah glukosa hasil reaksi dengan jumlah pati
mula-mula, dan C adalah suatu konstanta
(Levenspiel,1972).
Tinjauan kinetika reaksi pada hidrolisa tersebut Gambar 1. Rangkaian Alat Hidrolisa
berhubungan dengan persamaan Arhenius :
k ' A . e -EA/RT (5) Keterangan :
1. Motor pengaduk 6. Pemanas mantel
Metodologi 2. Klem 7. Air pendingin keluar
3. Pengaduk merkuri 8. Pendingin bola
1. Analisa kadar pati 4. Termometer 9. Statif .
Metode yang digunakan untuk menganalisa 5. Labu Leher tiga 10. Air pendingin masuk
kadar pati mengacu pada buku Prosedur Analisa
untuk Bahan Makanan dan Pertanian (Sudarmadji,
1997). 10 gram kulit pisang yang sudah dihaluskan Hasil dan Pembahasan
dan dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan Kadar pati yang didapat dari analisa kadar pati
menambahkan 100 ml HCl 1 N. Melakukan adalah sebesar 18,009g/25g kulit pisang. Hasil ini
hidrolisa selama 1 jam pada titik didih campuran. menunjukkan bahwa kadar pati pada kulit pisang
Menyaring larutan hasil hidrolisa lalu mengambil 1 raja kering adalah 72,04%.
ml larutan untuk diencerkan menjadi 100 ml dengan Hasil penelitian pengaruh suhu terhadap berat
aquadest dalam labu takar dan memasukkannya ke glukosa reduksi yang dihasilkan pada bahan baku
dalam buret. Mengambil 5 ml Fehling A dan Fehling yang digunakan, yaitu kulit pisang dapat dilihat pada
B, memasukkan dalam erlenmeyer, dan tabel 2 dan gambar 2 berikut.
menambahkan 15 ml larutan filtrat. Memanaskan
diatas kompor sampai mendidih kemudian Tabel 2. Konsentrasi Glukosa Reduksi (mol/L)
menambahkan 3 tetes methyl blue dan menitrasinya Kulit Pisang pada Berbagai Variasi Suhu
dengan filtrat larutan hasil hidrolisis. Titrasi
CA(mol/L)
dihentikan bila telah muncul endapan berwarna Suhu
30 60 90 120 150 180
merah bata. Mencatat volume glukosa cair yang Operasi
(mnt) (mnt) (mnt) (mnt) (mnt) (mnt)
digunakan. Kadar pati adalah 0,9 kali dari kadar 29 °C 0,184 0,194 0,212 0,212 0,226 0,280
glukosa yang diperoleh. 60 °C 0,208 0,230 0,244 0,268 0,279 0,292
101 °C 0,194 0,204 0,224 0,239 0,268 0,286
2. Proses Hidrolisis dengan Asam (HCl)
25 gram kulit pisang yang telah dihaluskan
dengan ukuran 80 mesh dicampurkan dengan 250 ml
aquades. Kulit pisang dan aquades diblender agar
pencampuran maksimal dan larutan lebih homogen.
Selanjutnya bahan baku dimasukkan ke alat
hidrolisa dan ditambahkan 50 ml HCl 0,15 N,
dengan kecepatan pengadukan konstan 350 rpm.
Larutan dipanaskan sampai suhu 101oC dan suhu
dijaga konstan.
Pengambilan sampel dilakukan setiap 30 menit
sampai 180 menit. Konsentrasi glukosa dalam
sampel dianalisa dengan metode Lane and Eynon.

B09-3
Untuk mendapatkan persamaan (4) pada masing-
Konsentrasi Glukosa Terbentuk pada variasi suhu
(HCl 0,15 N)
masing variasi suhu, maka dibuat grafik hubungan
antara -ln(1-x) dengan waktu reaksi (t)
0,35
Hubungan antara -ln(1-x) dengan waktu reaksi
Konsentrasi glukosa 0,3 pada T = 29 °C
1,5
0,25
(mol/L)
-ln(1-x) = 0,0047t + 0,4709
0,2 1,2

0,15

-ln (1-x)
0,9
0,1
30 60 90 120 150 180
0,6
w aktu (m enit)
0,3
29 °C 60 °C 101 °C

0
0 30 60 90 120 150 180
Gambar 2. Grafik hubungan antara waktu hidrolisa (t)
waktu (menit)
dengan konsentrasi glukosa yang diperoleh
(Ca) Gambar 3. Hubungan Antara –ln(1-x) dengan Waktu
Reaksi pada T = 29oC
Berdasarkan tabel 2 dan gambar 2 dapat dilihat
bahwa semakin tinggi suhu reaksi, makin cepat pula Hubungan antara -ln(1-x) dengan waktu reaksi
jalannya reaksi. Kadar glukosa tertinggi dicapai pada pada T = 60°C
saat proses hidrolis dilakukan dengan suhu operasi 1,8

60°C. Hal ini dikarenakan reaksi hidrolisa -ln(1-x) = 0,0049t + 0,6675


1,5
merupakan reaksi endotermis sehingga memerlukan
panas untuk dapat bereaksi. Tetapi, jika suhu terlalu -ln (1-x) 1,2
tinggi, maka katalis (HCl) akan menguap yang
0,9
mengakibatkan melambatnya reaksi hidrolisa
tersebut yang juga akan berakibat pada konsentrasi 0,6
glukosa yang diperoleh.
0,3
Pada penelitian Gusmawarni dkk. (2009)
hidrolisa optimum pada suhu 120oC, hal ini 0
dimungkinkan sebab bahan yang dipakai adalah 0 30 60 90 120 150 180
waktu (menit)
bonggol pisang yang tergolong lignoselulosa dengan
kandungan lignin dan hemiselulosa cukup tinggi. Gambar 4. Hubungan Antara –ln(1-x) dengan Waktu
Reaksi pada T = 60oC
Untuk mengkonversi lignoselulosa menjadi glukosa
diperlukan proses penghilangan lignin (delignifikasi)
sehingga akan diperoleh senyawa selulosa Hubungan antara -ln(1-x) dengan waktu reaksi
Hasil penelitian juga menunjukkan pada T = 101°C
1,8
bertambahnya waktu reaksi mengakibatkan glukosa
-ln(1-x) = 0,005t + 0,5231
yang terbentuk semakin banyak. Kondisi ini terjadi 1,5
pada semua perlakuan variasi suhu, hal ini sesuai
1,2
dengan dasar teori (Supranto, 1998). Namun bila
-ln (1-x)

diamati kenaikan glukosa yang terbentuk pada menit 0,9


180 cenderung mulai konstan. Hal ini menunjukkan
0,6
reaktan sudah hampir terkonversi semua menjadi
glukosa. 0,3

0
Kinetika Reaksi Hidrolisa. 0 30 60 90 120 150 180
waktu (menit)
Konversi pati menjadi glukosa pada hidrolisa kulit
pisang pada variasi suhu disajikan pada tabel 3.
Gambar 5. Hubungan Antara –ln(1-x) dengan Waktu
Tabel 3. Konversi Reaksi pada Variasi Suhu
Reaksi pada T = 101oC
x (konversi reaksi)
Suhu
Operasi 30 60 90 120 150 180 Dengan menggunakan persamaan (4) pada
(mnt) (mnt) (mnt) (mnt) (mnt) (mnt)
masing-masing suhu seperti tampak pada gambar 3,
29 °C 0,497 0,194 0,573 0,610 0,679 0,757
60 °C 0,561 0,621 0,658 0,723 0,754 0,789
4 dan 5 serta dilakukan regresi linier didapatkan
101 °C 0,523 0,552 0,606 0,646 0,723 0,771 harga konstanta kecepatan reaksi (k') dan C yang
berbeda tiap suhu.

B09-4
Tabel 4. Harga C dan k’ pada Berbagai Suhu x = Konversi reaksi yang menyatakann
Suhu C Harga k’ perbandingan jumlah glukosa hasil reaksi
29 °C 0,4709 0,0047 dengan jumlah pati mula-mula
60 °C 0,6675 0,0049 t = Waktu, menit
101 °C 0,5231 0,005 k’ = Konstanta kecepatan reaksi, menit-1
Untuk mendapatkan nilai k sebagai fungsi suhu
maka dibuat plot grafik antara ln k’ dengan 1/T, Daftar Pustaka
sesuai persamaan (5) :
BeMiller, J. N., 1965, Acid hydrolysis and other
k ' A . e -EA/RT
lytic of starch. In: R.L Whistler and E. F.
E 1 Paschal (eds)., Stach: Chemstry and technology,
ln k ' ln A - A ( ) (6)
R T fundamental aspect, vol. 1495 – 520, Academic
Press.
Hubungan antara konstanta kecepatan reaksi Groggins, P.H., 1958, “Unit Process In Organic
dengan suhu reaksi Synthesis”, Mc Graw Hill Book Company, New
-5,2 York.
Gusmarwani, S.R., Budi, M.S.P., Sediawan, W.B.,
-5,25 Hidayat, M., (2009), Pengaruh Suhu Pada
Hidrolisis Bonggol Pisang Dalam Rangka
Pembuatan Bioetanol, Prosiding Seminar Tjipto
ln k

-5,3

ln k = -96,662 (1/T) - 5,0361


Utomo 2009, hal B6.1-7.
-5,35 Gusmarwani, S.R., Budi, M.S.P., Sediawan, W.B.,
Hidayat, M., (2009), Pengaruh Perbandingan
-5,4 Berat Solid dan Waktu Reaksi Terhadap
0,0026 0,0028 0,003 0,0032 0,0034
1/T
Glukosa Terbentuk Pada Hidrolisis Bonggol
Pisang Untuk Pembuatan Bioetanol, Prosiding
Gambar 6. Hubungan antara konstanta kecepatan Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia
reaksi dengan suhu reaksi 2009, hal ETU18-5
Indrawati, Y., 2009, “Hidrolisis Sagu Menjadi
Dengan menggunakan garis linier didapat suatu Glukosa”, Pekan Baru: Universitas Riau
persamaan garis yang dapat dipakai untuk Levenspiel, O., 1972, “Chemical Reaction
menghitung nilai k fungsi suhu sesuai persamaan (5) Engineering”, 2nd. John Willey and Sons Inc,
sebagai berikut : New York
k’ = 6,499. 10-3 . e -96,662/T Kirk, R.E and Othmer,D.F.,1950, “Encyclopedia of
Chemical Technology”, The Interscience
Kesimpulan Encyclopedia Inc., New York
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Kirk, R.E and Othmer,D.F.,1983, “Encyclopedia of
sebagai berikut : Chemical Technology”, The Interscience
1. Semakin tinggi suhu operasi yang digunakan Encyclopedia Inc., New York
maka kadar glukosa juga akan semakin Matz, S.A., 1970, “Sereal Technology”, The Avi
meningkat sampai suhu optimum. Publishing. Co.Inc., West Port, Connecticut
2. Suhu operasi optimum yang dicapai adalah 60 Sudarmadji, S., “Prosedur Analisa untuk Bahan
o Makanan dan Pertanian”, Ed 4, Liberty,
C. Kondisi optimum yang didapat berlaku pada
kondisi berat bahan baku 25 gram, kecepatan Yogyakarta
pengadukan 350 rpm, perbandingan berat bahan Suprapti, L., 2005, “Aneka Olahan Pisang”,
baku dan volume pemasakan 1:10, waktu Kanisius, Yogyakarta
hidrolisa 180 menit. Supranto, 1998, “Proses Industri Kimia II”, Teknik
3. Pada penelitian ini diperoleh konstanta Kimia FT UGM, Yogyakarta
kecepatan reaksi hidrolisa kulit pisang yang Tewari, H. K., Marwaha S. S and. Rupal K, 1986,
dapat dinyatakan dengan persaan berikut: Ethanol from Banana Peels, Agriculture wastes,
k’ = 6,499. 10-3 . e -96,662/T p. 135-146
Persamaan ini berlaku untuk kisaran suhu antara 29 --------, 2011, Pisang, http://id.wikipedia.org, 17
o
C – 101 oC Januari 2011
--------, 2009, Produksi Buah-buahan di Indonesia,
Daftar Notasi www.bps.go.id, 16 juli 2010
CA = Konsentrasi Pati, mol/Liter --------,2009, Produksi Buah-buahan menurut
CB = Konsentrasi Air, mol/Liter Provinsi, www.bps.go.id, 16 juli 2010
CAO = Konsentrasi pati mula- mula, mol/Liter
T = Temperatur, oK
n = Orde reaksi

B09-5

Anda mungkin juga menyukai