Pembahasan TPHA
Pembahasan TPHA
Pembahasan TPHA
Treponema pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) merupakan suatu pemeriksaan serologi untuk
sifilis. Untuk skirining penyakit sipilis biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR apabila
hasil reaktif kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi.
Selain itu TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat apakah adanya antibodi terhadap
treponema. Jika di dalam tubuh terdapat bakteri ini, maka hasil tes positif. Tes ini akan menjadi
negatif setelah 6 - 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-bakteri yang lain selain keluarga treponema
tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi positif.
Manfaat Pemeriksaan TPHA ini adalah sebagai pemeriksaan konfirmasi untuk penyakit sipilis dan
mendeteksi respon serologis spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis.
(Prodia,tt)
Pada praktikum ini, dilakukan pemeriksaan TPHA pada serum dengan kode (…). Pemeriksaan
dilakukan dengan dua tahap, yaitu pemeriksaan kualitatif dan semi-kuantitatif. Apabila pemeriksaan
pada tahap kualitatif dinyatakan positif barulah selanjutnya dilaksanakan pemeriksaan semi-
kuantitatif. Adapun prinsip dari pemeriksaan TPHA yang dilakukan ini yaitu: Reaksi Hemaglutinasi
secara imunologis antara eritrosit avian yang dilapisi oleh antigen Treponema pallidum (Nichols
strain) pada reagen dengan antibodi spesifik terhadap Treponema pallidum pada sampel
serum/plasma pasien.
Berdasarkan pada hasil pengamatan yang diperoleh, didapatkan hasil pemeriksaan secara kualitatif
pada serum pasien adalah negative, dan hasil ini dinyatakan valid dimana berdasarkan hasil pada
sumur 2,4, dan 6 yang masing-masing berisi sampel serum, control positif, dan control negative,
setelah penambahan reagen control cell diperoleh hasil yang negetif ditunjukkan dengan adanya
pengendapan sel pada dasar sumur seperti titik. Sedangkan hasil negative dinyatakan dimana hasil
yang diperoleh pada sumur 1 yang berisi sampel serum dan reagen test cell serupa dengan hasil
yang diperoleh pada sumur 5 yaitu control negative ditunjukkan dengan adanya pengendapan sel
pada dasar sumur seperti titik.
Setelah diketahui hasil tersebut pemeriksaan tidak dilakukan secara semi-kuantitatif, namun pada
praktikum ini tetap dilakukan pemeriksaan ini untuk memastikan hasil sampel yang diperiksa.
Namun tetap menunjukkan Reaksi negatif ditunjukkan dengan adanya pengendapan sel pada dasar
sumur seperti titik. Sehingga dapat dipastikan sampel serum yang diperiksa memang benar negative
atau tidak mengandung antibodi spesifik terhadap Treponema pallidum .
3. Tidak dapat dipakai untuk menilai hasil terapi, karena tetap reaktif dalam waktu yang lama.
2. Memiliki spesifisitas tinggi untuk mendeteksi adanya antibodi treponemal dan sensitivitas yang
tinggi dimana kadar minimum antibodi treponemal yang dapat dideteksi adalah 0,05 IU/ml.
3. Hasil reaktif/positif dapat diperoleh lebih dini.
4. Sampel yang digunakan adalah sampel serum/plasma yang bebas dari sel darah, kontaminasi
mikroba, tidak hemolisis dan tidak lipemik/ikterik.
7. Ketepatan volume pemipetan sampel dan reagen perlu diperhatikan untuk memperoleh
pengenceran yang sesuai.
8. Control cell harus selalu menunjukkan hasil negative pada proses pemeriksaan baik kualitatif
maupun semi kuantitatif.
9. Waktu inkubasi tidak boleh lebih dari 60 menit dan bebas dari getaran.
http://documents.tips/documents/pembahasan-pemeriksaan-tpha.htmlI. JUDUL :
PEMERIKSAAN TPHA
II. TANGGAL PRAKTIKUM :
III. METODE : TPHA dan Rapid test
: Tes hemaglutinasi untuk menentukan Antibodi terhadap Treponema pallidum secara
kualitatif dan kuantitatif.
: Tes STL (Syphilis TPHA Liquid) menggunakan metode Hemaglutinasi tidak langsung
(indirect hemagglutination) untuk mendeteksi antibody spesifik terhadap Treponema Pallidum.
VI. DASAR TEORI
Sipilis merupakan penyakit menular berbahaya. Penyebabnya kuman Treponema
Palledum. Penyebaran paling banyak melalui hubungan seksual. Perkembangan penyakit di
dalam tubuh melalui beberapa tahapan:
Sipilis Primer (berlangsung antara 4-6 minggu)
Sipilis Sekunder
Sipilis Laten, biasanya tanpa gejala. Penderita biasanya merasakan bahwa tubuhnya
sudah sehat/sembuh. Padahal kuman masih ada dalam darah
Sipilis stadium lanjut dapat menginfeksi syaraf. Biasanya terjadi setelah 2-20 bulan sejak
tertular. Selain syaraf, kuman juga menginfeksi pembuluh darah. Biasanya terjadi setelah 7
tahun sejak tertular. Jadi jangan kaget, sipilis juga menjadi salah satu penyebab stroke. Terjadi
setelah 20 tahun sejak terserang.
Untuk mengetahui apakah Anda tertular sipilis atau tidak, Anda harus melakukan Test
TPHA (Treponema Palledum Hemaglutination). Tindakan ini untuk mengetahui secara
spesifik apakah ada reaksi antibodi terhadap kuman treponema. Jika di dalam tubuh ditemukan
adanya kuman ini, maka hasil tes positif. Pasien dinyatakan positif tertular.
Selain Test TPHA dilakukan juga test VDRL (Venereal Desease Research Laboratory).
Test VDRL dilakukan juga sebagai tindakan skrining awal. Di laboratorium petugas akan
mengambil sampel cairan dari tubuh Anda. Kuman TREPONEMA PALLEDUM ini awalnya
berkembang biak di tempat masuknya. Bisa dari saluran kencing atau luka infeksi. Kemudian
sebagian kuman akan masuk menyerang kelenjar getah bening yang berdekatan dan peredaran
darah. Maka biasanya pemeriksaan dilakukan dengan mengambil cairan jaringan dari lesi,
kelainan kulit dan darah.
Jika positif dokter biasanya memberikan antibiotik. Setelah selesai pengobatan terhadap
sifilis maka kembali dilakukan test VDRL yang biasanya menjadi negatif setelah setahun
sembuh. VDRL biasanya dipakai untuk menilai hasil efektifitas pengobatan. Jadi seseorang
yang terjena sipilis, selama pengobatan harus melakukan VDRL berulang. Tes ini akan menjadi
negatif setelah 6-24 bulan setelah pengobatan. Walau pun banyak juga yang tidak berhasil
sembuh setelah pengobatan. Bahayanya lagi, sipilis sering juga disertai dengan penyakit
menular seksual (PMS) lainnya. Seperti Gonoerhoe (kencing nanah). Untuk melakukan 2 test
ini Anda tinggal mendatangi laboratorium klinik di kota Anda.
(http://digilib.unimus.ac.id)
Treponema Pallidum Hemagglutination (TPHA) merupakan suatu pemeriksaan serologi
untuk sipilis dan kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap awal/primer) sipilis.
Manfaat Pemeriksaan Pemeriksaan konfirmasi untuk penyakit sipilis dan mendeteksi respon
serologis spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut/akhir sipilis.
(http://prodia.co.id/imuno-serologi/tpha)
Sifilis yang mempunyai nama lain Great pox, lues venereum, dan morbus gallicus
merupakan suatu penyakit kronik dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh Treponema
pallidum. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai
banyak penyakit, mempunyai masa laten, dapat ditularkan melalui kontak seksual dan dari ibu
ke janin. Penyakit ini juga mempunyai stadium remisi dan eksaserbasi. Di Indonesia
insidensinya 0,61% dengan penderita terbanyak adalah stadium laten, disusul stadium 1 yang
jarang, dan yang langka adalah sifilis stadium II. Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan
akuisita (dapatan). Sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis dini (sebelum 2 tahun), lanjut
(setelah 2 tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut 2 cara, yaitu secara klinis
dan epidemiologik. Menurut klinis sifilis dibagi menjadi 3 stadium: Stadium I, stadium II, dan
stadium III. Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi: Stadium dini menular (dalam
dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium I (9-90 hari), stadium II (6 minggu-6 bulan atau
4-6 bulan setelah muncul lesi primer, dan stadium laten dini (dalam 2 tahun infeksi). Stadium
lanjut tak menular (setelah dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut (lebih dari
2 tahun), dan stadium III (3-20 tahun).
(http://www.djamilah-najmuddin.com/sifilis-pada-wanita)
XI. PEMBAHASAN
Sipilis merupakan penyakit menular berbahaya. Penyebabnya kuman Treponema
Palledum. Penyebaran paling banyak melalui hubungan seksual.
Secara garis besar pemeriksaan serologis Treponema palidum dibagi menjadi 2, yaitu
pemeriksaan non treponema (uji Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal Disease
Research laboratory) dan pemeriksaan treponema ( TPPA, FTA-Abs, MHA-TP / TPHA, EIA,
uji Western Blot). Pemeriksaan non treponema yaitu uji yang dilakukan dengan menggunakan
suspensi dari sisa jaringan yang telah terinfeksi oleh Bakteri Treponema palidum sebelumnya.
Sementara untuk uji Treponama yaitu uji yang menggunakan suspense langsung bakteri
Treponema plidum.
Uji non-treponema adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap materi-
materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid (lipoidal like
antigen) Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung mendeteksi terhadap keberadaan
Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini bersifat non-spesifik. Uji ini akan menjadi negatif
1-4 minggu setelah pertama kali memberi hasil positif (seiring dengan pengobatan atau
menyembuhnya lesi), sehingga hanya digunakan untuk melihat keberhasilan pengobatan
terhadap penyakit sifilis. Uji non-treponemal meliputi VDRL (Venereal disease research
laboratory), USR (unheated serum reagin), RPR (rapid plasma reagin), dan TRUST (toluidine
red unheated serum test).
Pada praktikum kali ini dilakukan uji Treponema terhadap pasien, dan di perolah hasil
negative yang ditandai dengan tidak terbentuknya aglutinasi.
XII. KESIMPULAN
pemeriksaan serologis Treponema palidum dibagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan non
treponema (uji Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal Disease Research laboratory) dan
pemeriksaan treponema (TPPA, FTA-Abs, MHA-TP / TPHA, EIA, uji Western Blot).
Pada pemeriksaan yang di lakukan diperolah hasil negative karena tidak terjadi aglutina
pada sumur uji.
Reagen :
Bahan Pemeriksaan:
Cara Kerja :
a.Kualitatif / Skrining
Interpretasi Hasil :
http://nothingweyy.blogspot.co.id/2013/02/pemeriksaan-laboratorium-tpha-treponema.html