Sap Etika Merokok
Sap Etika Merokok
Sap Etika Merokok
I. LATAR BELAKANG
Menurut laporan WHO terakhir mengenai konsumsi tembakau dunia,
angka pravelensi merokok di Indonesia merupakan salah satu diantara yang
tertinggi di dunia, dengan 46,8 persen laki-laki dan 3,1 persen perempuan
usia 10 tahun ke atas yang diklasifikasikan sebagai perokok (WHO, 2011).
Jumlah perokok mencapai 62,8 juta, 40 persen diantaranya berasal dari
kalangan ekonomi bagian bawah (Reimondos, dkk., 2012).
Meskipun faktanya kebiasaan merokok menjadi masalah kesehatan utama
di Indonesia dan menyebabkan lebih dari 200.000 (Barber dkk., 2008)
kematian pertahunnya. Indonesia merupakan satu-satunya negara di wilayah
Asia Pasifik yang belum menandatangani Kerangka Konvensi WHO tentang
Pengendalian Tembakau (Reimondos, dkk., 2012).
Sejak awal 2000 kebijakan mengenai merokok di Indonesia telah mulai
difokuskan pada aspek kesehatan. Pada tahun 2003 (Peraturan Pemerintah
No.19) Pemerintah Indonesia telah menetapkan peraturan yang
mengharuskan mencatumkan peringatan behaya merokok bagi kesehatan
pada setiap kemasan rokok. Sebesar 10 persen halaman muka kemasan rokok
harus disediakan untuk tulisan peringatan bahaya merokok bagi kesehatan
(Reimondos, dkk., 2012). Namun hal itu tidak semudah membalikan telapak
tangan, masih banyak dari penduduk Indonesia yang mengkonsumsi
tembakau meskipun mengetahui bahaya dari rokok bagi kesehatan.
Berbagai macam resiko yang ditimbulkan akibat merokok membuat
Pemerintah mengeluarkan aturan terkait merokok yang tercantum dalam
Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009 yang intinya yakni pengendalian
promosi dan iklan karena tembakau atau rokok termasuk zat adiktif,
memberikan peringatan yang lebih efektif untuk mencegah anak-anak dan
remaja menjadi perokok pemula dan menjaga kebersihan lingkungan. Hal
serupa juga diikuti oleh Peraturan Gubernur DIY No 42/2009 terkait
Kawasan Dilarang Merokok. Hal yang paling ditekankan dalam peraturan
tersebut adalah bagaimana cara berperilaku yang baik dan sehat seorang
perokok sehingga tidak memberikan dampak negativ bagi orang lain
disekitarnya.
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, masyarakat RT 42, RT
43 dan RT 69 mampu dan memahami terkait etika merokok.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan, masyarakat RT 42, RT 43 dan RT
69 dapat menjelaskan tentang:
1. Definisi Merokok
2. Kandungan Zat Berbahaya dalam Rokok
3. Bahaya Merokok Bagi Kesehatan
4. Etika Merokok
5. Kawasan Dilarang Merokok
III. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
IV. MEDIA
a. Leaflet
b. Slide show power point
V. MATERI
Materi (terlampir) :
1. Definisi merokok
2. Kandungan zat beracun dalam tembakau/rokok
3. Dampak bagi kesehatan
4. Etika merokok
5. Kawasan dilarang merokok
1 Pendahuluan
Memberi salam Menjawab salam
Memberi pertanyaan apersepsi Menjawab
5’
Mengkomunikasikan pokok Mendengarkan
bahasan
Mengkomunikasikan tujuan Mendengarkan
2 Kegiatan Inti
Menjelaskan tentang definisi Memperhatikan
merokok, kandungan dalam
rokok, dampak bagi kesehatan,
etika merokok, dan kawasan 30’
dilarang merokok.
Memberi kesempatan peserta Bertanya
untuk bertanya
Menjawab pertanyaan peserta Memperhatikan
3 Penutup
Menyimpulkan materi Memperhatikan
penyuluhan bersama peserta dan menjawab
5’
Memberikan evaluasi secara Memperhatikan
lisan
Memberi salam penutup Menjawab
Total 40’
VII. PENGORGANISASIAN
Preseptor Pendamping : Eni Susanti, Am.KL dan Yoyok Prasetyo, SKM
Koordinator : Cicirosnita J. Idu, S.Kep
Presentator : Siti Aminah, S.Kep
Notulen : Radna Vilusa, S.Kep
Fasilitator : a. Rahmat Fernando, S.Kep dan
b. Riski Husna W., S.Kep
Observer : Eva Adriyani M., S.Kep
Timer : Avif Noer, S.Kep
Moderator : Deska Kusuma Yudha, S.Kep
Dokumentasi : Egi Ade Susanto, S.Kep
B. Pelaksanaan Penyuluhan
1. Penyuluhan dimulai pada pukul ..........
2. Peserta penyuluhan selesai pada pukul ........
3. Pada sesi tanya jawab muncul pertanyaan meliputi:
a. ...
b. ...
c. ...
d. ...
4. Jawaban:
a. ....
b. ....
c. ....
d. ....
IX. REFERENSI
Barber, S., Adioetomo, S.M., Ahsan A., Setynoaluri D., 2008. Tobacco
Ekonomics in Indonesia. Paris: International Union Against Tuberculosis and
Lung Diseases.
http://www.tobaccofreeunion.org/assets/Technical%2OResources/Economics
%20-2OEN.pdf. Accedessed 27 November 2015.
Reimodos, A., Utomo, I.D., McDonald, P., Hull, T., Suparno, H., Utomo, A.,
2012. The 2010 Greter Jakarta Transition to Adulthood Survey Policy
Background No. 2. Australian Demographic and Social Research Institute:
The Australian National University. http://www.adsri.anu.edu.au.
LAMPIRAN
1. Definisi Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya,
baik menggunakan rokok bantangan maupun menggunakan pipa
(Muhamad, 2008). Asap rokok terdiri dari asap utama (mainstream) atau
asap yang dihisap siperokok (perokok aktif) dan asap sampingan
(sidestream) udara atau asap yang dihirup oleh bukan perokok (perokok
pasif). Asap samping memiliki konsentrasi lebih tinggi dan resiko yang
lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan, karena tidak melalui
proses penyaringan yang cukup. Para perokok pasif mengalami resiko 14
kali menderita kanker paru-paru, mulut dan tenggorokan, 4 kali menderita
kanker esophagus, 2 kali menderita kanker kandung kemih dan 2 kali
serangan jantung bila dibandingkan dengan perokok aktif (Saleh, 2008).
4. Etika Merokok
Etika merokok menurut Ferli (2015) yaitu meliputi:
a. Budayakan merokok diluar ruangan, baik didalam rumah, maupun
didalam rumah, perkantoran, tempat umum, kendaraan umum dan
toilet.
b. Minta izin kepada orang disamping anda saat ingin merokok.
c. Budayakan membuang puntung rokok dalam keadaan mati pada
tempatnya.
d. Hindari merokok saat berkendara.
e. Hormati warga negara lain seperti anak-anak, bayi dan ibu hamil, ibu
menyusui, orang tua, kawan dan lain-lain yang ingin sehat.
f. Jangan menyuruh anak anda untuk membelikan rokok anda.