Tugas Ergonomi111
Tugas Ergonomi111
Tugas Ergonomi111
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2017
A. Ergonomi
1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi sering disebut Human Factor Engineering, suatu ilmu yang mengatur bagaimana
manusia bekerja. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergo (kerja) dan Nomos
(peraturan dan hukum kerja) serta dapat didefenisikan sebagai penerapan ilmu-ilmu biologi
tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai
penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya. Ergonomi
adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan oleh manusia, sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat
dijalankan dengan cara yang paling efektif termasuk alat-alat peragaan untuk memberi
informasi kepada manusia. (Sutalaksana : "Teknik Tata Cara Kerja"). Perhatian utama
ergonomi adalah pada efisiensi yang diukur berdasarkan pada kecepatan dan ketelitian
performance manusia dalam penggunaan alat. Faktor keamanan dan kenyamanan bagi pekerja
telah tercakup di dalam pengertian efisiensi tersebut.(WesleyEWoodson).
Suatu rancangan memenuhi kriteria baik apabila mampu memenuhi konsep ENASE
(Efektif, Nyaman, Aman,Sehat dan Efisien). Dan untuk mencapai konsep ENASE ini maka
ilmu ergonomi memiliki peran yang sangat besar. Karena di dalam ilmu ergonomi manusia
merupakan bagian utama dari sebuah system (Human Integrated Design), maka harus disadari
benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci penentu sukses didalam operasionalisasi
sistem manusia-mesin (produk); tidak peduli apakah sistem tersebut bersifat manual,
semiautomatics (mekanik) ataupun full-automatics.
Dalam penyelidikannya Ergonomi pada dasarnya dikelompokkan atas empat bidang
penyelidikan, yaitu :
a. Penyelidikan tentang tampilan(display)
b. Penyelidikan tentang kemampuan kekuatan fisik manusia (Biomekanika)
c. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja (Antropometri) PenyelidikanTentang
Dalam lapangan kerja, ergonomi ini juga mempunyai peranan yang cukup besar. Semua
bidang pekerjaan selalu menggunakan ergonomi. Ergonomi ini diterapkan pada dunia kerja
supaya pekerja merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Dengan adanya rasa
nyaman tersebut maka produktivitas kerja diharapkan menjadi meningkat. Secara garis
besar ergonomi dalam dunia kerja akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya.
b. Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja.
c. Peralatan apa yang mereka gunakan.
d. Apa efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan kenyamanan pekerja.
B. Antropometri
1. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos yang artinya manusiadan metri yang berarti ukuran.
Jadi antropometri diartikan sebagai suatu ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran
tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan
sebagainya.Antropometri menurut Stevenson ( 1989 ) dan Nurmianto ( 1991 ) adalah suatu
kumpulan data secara numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia
ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean ( rata-rata ) dan
standar deviasinya dari satu distribusi normal Antropometri mengkaji masalah tubuh manusia.
Informasi ini diperlukan untuk merancang suatu sistem kerja agar menunjang kemudahan
pemakaian, keamanan dan kenyamanan dari suatu pekerjaan, sehingga antropometri dapat juga
diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi tubuh (
termasuk bentuk dan ukuran tubuh ) dengan disain alat alat yang digunakan manusia.
Antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian,
ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi
tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam
gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat
perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan
membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri.
2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Variasi Data Antropometri
Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:
a. Umur/Usia Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun
untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan
bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan
yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.Manusia dapat digolongkan atas beberapa kelompok
usia yaitu:
1) Balita
2) Anak-anak
3) Remaja
4) Dewasa, dan Lanjut usia.
b. Jenis kelamin (sex). Pada umumnya dimensi pria dan wanita ada perbedaan yang signifikan
diantara rata-rata dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Pria dianggap
lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita. Oleh karenanya data
antropometri sangat diperlukan dalam perancangan sebuah alat atau produk. Secara umum
pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.
c. Suku bangsa (etnik), Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki
karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Sosio ekonomi,Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada
negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai
dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
e. Posisi tubuh (posture),
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus
posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.
Secara umum deskripsi dari pengukuran data antropometrik terdiri dari setidaknya tiga buah
tipe terminology dasar yaitu :
1. ocator yang mengidentifikasikan suatu titik atau daerah dari tubuh yang menjadi dasar
pengukuran titik atau bidang.
2. Orientator yang mengidentifikasikan arah atau tujuan dari suatu dimensi tubuh.
3. Potensioner yang menandakan asumsi dari posisi tubuh subyek dalam pengukuran,
seperti posisi duduk.
A. Data Antropometri
Data antropometri adalah data mengenai ukuran dimensi tubuh manusia. Data antropometri
diperoleh dari pengukuran bagian tubuh manusia, jenis-jenis pengukuran tersebut dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.4 Ukuran Tubuh Manusia pada Pengukuran Antropometri
Dimensi tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri dari dua jenis, yaitu struktural dan
fungsional. Dimensi tubuh struktural yaitu pengukuran tubuh manusia dalam keadaan tidak
bergerak. Sedangkan dimensi tubuh fungsional adalah pengukuran tubuh manusia dalam keadaan
bergerak. Secara umum data antropometri yang sering digunakan untuk merancang produk dan
stasiun kerja adalah :
1. Antropometri Struktural
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada beberapa
metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Disebut juga pengukuran dimensi
struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat
badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang
lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Antropometri struktural
ini diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu, tinggi pertengahan
pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan tinggi mata pada posisi duduk.
2. Antropometri Fungsional
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam
keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja
tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan
fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas
ataupun ruang kerja.
3. Persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang
memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, persentil ke-95 akan
menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan
persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu.
Dalam antropometri, angka persentil ke-95 akan menggambarkan ukuran manusia yang
terbesar dan persentil ke-5 sebaliknya akan menunjukkan ukuran terkecil. Bilamana
diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka
diambil rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil sebagai batas-batasnya. Pemakaian nilai-nilai
persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri ada pada tabel
berikut.
Diamna x2c dibandingkan dengan tabel normal (distribusi Chi kuadrat) dan
mempertimbangkan nilai (tingkat signifikasi) dan v (derajat kebebasan).
3. Uji kecukupan data Apabila semua nilai rat-rata sub grup berada dalam batas control, maka
semua data-data dapat digunakan. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang
diperlukan untuk menghitung banyaknya pengukuran digunakn rumus :
Keterangan :
N = jumlah data yang diperlukan
N = jumlah data yang telah di lakukan
= tingkat kepercayaan
= tingkat ketelitian
>900 4
Berdasarkan gambar 1, dengan posisi lengan atas tertekuk sekitar 20 maka didapatkan
skor 1 dan dikarenakan bahu tidak naik ataupun lengan tidak berputar/bengkok maka
tidak didapatkan skor tambahan. Sehingga skor total untuk lengan atas adalah 1.
1) Lengan Bawah (Lower Arm)
Berdasarkan gambar 1, dengan posisi lengan bawah lurus atau 60-1000 maka
didapatkan skor 1 dan dikarenakan posisi lengan bawah bekerja keluar dari sisi tubuh
maka didapatkan skor +1. Sehingga skor total lengan bawah adalah 2.
2) Pergelangan Tangan (wrist)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi netral 1
Berdasarkan gambar 1, dengan posisi pergelangan tangan >150 maka didapatkan skor
3 dan +1 karena pergelangan tangan menjauhi sisi tengah. Jadi nilai total pergelangan
tangan 4.
3) Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)
Upper Lower 1 2 3 4
Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3
1
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 3 3 3 4 4
2
3 2 3 3 3 3 4 4 5
1 2 3 3 3 4 4 5 5
2 2 3 3 3 4 4 5 5
3
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 4 5 5
4
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5
0-100 1
+ 1 jika leher
10-200 2
berputar/bengkok
>200 3 + 1 batang tubuh
Ekstensi 4 bengkok
Berdasarkan gambar 1, posisi leher sekitar >200 didapatkan skor 3. Karena batng leher
bergerak +1 dan badan tubuh bengkok +1, maka skor yang diperoleh 5.
>600 4
Berdasarkan gambar 1, posisi batang tubuh dalam kondisi normal (>600) skor 4. Leher
bengkok +1 dan batang tubuh bengkok +1, maka skor yang diperoleh 6.
3) Kaki (legs)
Skor 1 = kaki ikut bergerak
Skor 2 = kaki diam
Berdasarkan gambar 1, posisi kaki ikut bergerak maka didapatkan skor 1.
Sehingga didapatkan skor :
Leher = 5
Batang tubuh = 6
Kaki = 1
1 2 3 4 5 6
Neck
Legs legs Legs Legs Legs Legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 7 7 7 6
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
Untuk memperoleh skor akhir (Grand Score), skor yang diperoleh untuk postur tubuh
grup A dan grup B dikombinasikan ke Tabel 3.
Tabel 3. Grand Total Score Table
Score Group B
Score
Group
1 2 3 4 5 6 7+
A
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
+8 5 5 6 7 7 7 7
Hasil skor dari Tabel 3. tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level resiko
pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4. postur kerja Pengelas Kapal pada gambar pertama memiliki level
resiko sedang.
2. Penilaian Postur Kerja Pengelas Kapal dengan Posisi Pengelasan yang Berbeda
>900 4
Berdasarkan gambar 2, dengan posisi lengan atas tertekuk sekitar 20 0-450 maka
didapatkan skor 1 dan +1 karena lengan berputar/bengkok. Sehingga skor total untuk
lengan atas adalah 2.
2) Lengan Bawah (lower arm)
Berdasarkan gambar 2, dengan posisi lengan bawah tertekuk >100 maka didapatkan
skor 2. Jadi skor total lengan bawah adalah 2.
Posisi netral 1
Berdasarkan gambar 2, dengan posisi pergelangan tangan lurus atau netral maka
didapatkan skor 1. Jadi nilai total pergelangan tangan 1.
Upper Lower 1 2 3 4
Arm Arm Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3
1
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 3 3 3 4 4
2
3 2 3 3 3 3 4 4 5
1 2 3 3 3 4 4 5 5
2 2 3 3 3 4 4 5 5
3
3 2 3 3 4 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 4 5 5
4
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5
Jadi skor postur kerja grup A = 2
>600 4
Berdasarkan gambar 2, posisi batang tubuh dalam kondisi normal 00-200 didapatkan
skor 2. Posisi leher bengkok +1 dan batang tubuh bengkok +1, jadi total skor 4.
3) Kaki (legs)
Skor 1 = kaki ikut bergerak
Skor 2 = kaki diam
Berdasarkan gambar 2, posisi kaki tidak ikut bergerak maka didapatkan skor 2.
Sehingga didapatkan skor :
Leher =2
Batang tubuh =4
Kaki =2
Kemudian lihat tabel skor grup B.
Tabel 6. Skor Group B Trunk Postur Score
Trunk Postur Score
1 2 3 4 5 6
Neck
legs legs Legs Legs Legs Legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 7 7 7 6
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
+8 5 5 6 7 7 7 7
Hasil skor dari Tabel 7 tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level
resiko pada Tabel 8.
Tabel 8. Kategori Tindakan RULA
Kategori
Level Resiko Tindakan
tindakan
12 Minimum Aman
3. Perbaikan Sikap
Berdasarkan dari hasil pengolahan data dan analisa yang dilakukan terhadap setiap
elemen kegiatan pada kegiatan Teknisi yang sedang mengelas kapal, postur kerja yang harus
segera dilakukan perbaikan menurut metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah
pada posisi kesatu dan kedua perlu dilakukan dalam waktu dekat karena memberikan nilai
resiko pada level sedang. Kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung
secara terus menerus dan terakumulasi akan menyebabkan lelah kronis. Untuk menghindari
hal tersebut perlu dilakukan beberapa alternatif perbaikan untuk mendapatkan postur kerja
yang baik yaitu dengan cara merancang alternatif alat bantu yang baik dan nyaman untuk
pekerja. Alternatif pengembangan alat bantu yang akan dilakukan antara lain:
1. Membuat sebuah dudukan/tempat pijakan yang ergonomis, konstruksinya disesuaikan
dengan anthropometri tubuh orang Indonesia secara umum. Terutama untuk postur kerja
jongkok dan bungkuk.
2. Menggunakan fullbody harness, agar lebih mudah mengerjakan perbaikan sehingga
posisi dari lengan tangan atas membentuk sudut 00 bila diukur dari batang tubuh.
3. Mendesain alat kerja sejajar dengan pandangan kita saat punggung dan leher lurus atau
membentuk sudut 00.
4. Membeli sebuah mesin yang dapat mengangkat dan mengatur ketinggian alat yang
diangkat, hal ini dapat membantu untuk memudahkan pekerja dalam melakukan aktifitas
dengan posisi lengan bawah membentuk sudut 900 bila diukur dari postur tubuh.