Efikasi N HT

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MANAJEMEN PERAWATAN DIRI

PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA PRINGAPUS KECAMATAN

PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

Oleh

JULI HARSONO

NIM. 010112a046

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2017

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MANAJEMEN PERAWATAN DIRI
PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA PRINGAPUS KECAMATAN
PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

Juli Harsono*)
Ns. Yunita Galih Yudanari, S.Kep.,M.Kep.**), Rosalina, Skp.,M,Kes.**)
*) Mahasiswa PSIK Universitas Ngudi Waluyo
**) Dosen PSIK Universitas Ngudi Waluyo

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit kronik yang membutuhkan perawatan jangka


panjang. Manajemen perawatan diri pada hipertensi akan mempengaruhi tingkat kejadian
komplikasi hipertensi yang mungkin terjadi. Efikasi diri merupakan keyakinan tentang
kemampuan menghasilkan tindakan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis hubungan efikasi diri dengan manajemen perawatan diri
pada penderita hipertensi di desa pringapus.
Desain penilitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi dengan jumlah sampel 51 orang.
Pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling dan kriteria inklusi. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner efikasi diri dan manajemen perawatan diri. Analisis data
menggunakan Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki efikasi diri dalam
kategori tinggi, yaitu sejumlah 28 orang (54,9%) dan manajemen perawatan diri dalam
kategori baik, yaitu sejumlah 25 orang (49,0%). Hasil analisis menunjukkan ada hubungan
signifikan efikasi diri dengan manajemen perawatan diri pada penderita hipertensi dengan
p-value 0,002 < (0,05).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan bagi perawat dapat
memberikan motivasi bagi masyarakat untuk meningkatkan efikasi dirinya dengan
meningkatkan keyakinan akan kemampuannya dalam merawat dirinya dan melakukan
manejemen perawatan diri.

Kata Kunci : hipertensi,tekanan darah, efikasi diri, manejemen perawatan diri.


Kepustakaan : 65 (2006-2015)

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
ABSTRACT

Hypertension is a chronic disease that requires long-term care. Self-care management


in hypertension will affect the incidence of hypertensive complications that may occur.
Self efficacy is the belief in the ability to generate action to prevent complications. The aim
of this study is to analyze the correlation between self efficacy and self care management
in patients with hypertension at Pringapus Semarang regency.
Design of this research used descriptive correlative with cross sectional approach.
The population in this study were hypertensive with a sample of 51 people. Sampling with
purposive sampling technique and the inclusion criteria. Collecting data using
questionnaires self-efficacy and self-care management. Data analysis using Chi Square.
The results showed the majority of respondents have self-efficacy in high category,
were 28 people (54.9%) and self-care management in both categories were 25 people
(49.0%). The analysis showed there was a significant correlation of self-efficacy with self-
care management in patients with hypertension with a p-
Based on the results of research conducted, it is expected for nurses to provide
motivation for people to improve their efficacy with increasing confidence in their ability
to care for themselves and perform self-care manegement.

Key words : hypertension, blood pressure, self-efficacy, self-care management.


Literatures : 65 (2006-2015)

PENDAHULUAN 9,5% pada tahun 2013. Sedangkan angka


Hipertensi merupakan penyakit yang insiden hipertensi di kabupaten semarang
sering dijumpai diantara antara penyakit pada tahun 2014 sebanyak 40.869
tidak menular. Hipertensi didefinisikan diantaranya bandungan jimbaran (1.009),
sebagai tekanan darah persisten dimana bringin (112), ungaran (608) dan
tekanan darah sistoliknya diatas 140 pringapus (922) (Dinkes, 2014).
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 Hipertensi diperkirakan
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi menyebabkan 7,5 juta kematian atau
didefinisikan sebagai tekanan darah menyumbang sekitar 12,8% dari total
sistolik 160 mmHg dan tekanan darah semua kematian. Hipertensi menyebabkan
diastolik 90 mmHg (Smeltzer & Bare, kematian pada 45% penderita penyakit
2013). jantung dan iskemik, 51% kematian pada
Prevalensi hipertensi pada tahun penderita penyakit stroke haemoragik
2009 sampai tahun 2010, 85% dari anak- pada tahun 2008 dan menjadi pembunuh
anak dan dewasa dari 44,3% memenuhi nomor 1 di dunia saat ini. Hipertensi telah
kriteria hipertensi. Hipertensi terdaftar terbukti positif dan terus berhubungan
disertifikat kematian sebagai penyebab dengan resiko stroke dan penyakit jantung
utama 63.119 kematian di Amerika pada koroner. selain itu komplikasi lain dari
tahun 2010 (AHA, 2014). Di indonesia hipertensi adalah pendarahan retina yang
angka kejadian tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gangguan
(hipertensi) berdasarkat riset kesehatan pengelihatan (WHO, 2013).
dasar (Riskesdas) Departemen kesehatan Pada penderita hepertensi umumnya
tahun 2013 mencapai sekitar 28,5%. tidak di temukan gejala ataupun tanda
Kementrian kesehatan (2013) juga klinis yang khas, sebagian besar penderita
mengatakan bahwa terjadi peningkatan hipertensi tidak terdiagnosis dengan baik.
prevalensi tekanan darah tinggi Hal ini menyebabkan penderita hipertensi
(hipertensi) dari 7,6% tahun 2007 menjadi tidak mendapatkan terapi yang tepat dan

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
akhirnya menimbulkan efek komplikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan
jangka panjang dari hipertensi (WHO, dengan tanggung jawab individu dalam
2013). Beberapa komplikasi dari mengelola dirinya sendiri dirumah
hipertensi membuat beban yang signifikan dengan baik ketika tidak ada dokter
bagi individu dengan hipertensi. maupun perawat (Nwinee, 2011).
Komplikasi yang serius seperti stroke, Manajemen perawatan diri
gagal jantung, gagal ginjal kronis, merupakan faktor utama dalam upaya
pendengaran menurun dan kebutaan peningkatan kesehatan. Untuk
merupakan dampak apabila penyakit menjalankan upaya tersebut hal yang
hipertensi jika tidak dikelola dengan baik. perlu ada dalam diri individu dengan
Komplikasi-komplikasi dari hipertensi ini hipertensi adalah efikasi diri. Menurut
dapat menyebabkan kematian jika tidak penelitian Hu & Arou (2013), efikasi diri
ditangani dengan segera (Price & Wilson, telah diakui sebagai faktor utama yang
2006). berpengaruh dalam melakukan perawatan
Penatalaksanaan hipertensi di diri serta manajemen penyakit kronis.
perlukan untuk mencegah timbulnya Hasil penelitian Lee, et al (2010),
komplikasi, sehingga dapat menurunkan mengungkapkan bahwa dalam melakukan
angka morbiditas dan mortalitas pada perawatan diri, efikasi diri merupakan
penderita hipertensi. Penatalaksanaan faktor yang paling dominan dalam
hipertensi dapat dilakukan dengan dua mengelola hipertensi. Efikasi diri
macam terapi yaitu farmakologi dan merupakan predictor penting dalam
nonfarmakologi. Berdasarkan penelitian menentukan tingkat kepatuhan dalam
(Han et al, 2014) menyatakan bahwa melaksanakan manajemen perawatan diri.
hipertensi adalah suatu penyakit yang Semakin tinggi efikasi diri seseorang
dapat dikendalikan dengan manajemen maka semakin baik hasil manajemen
perawatan diri. Bidang utama dari perawatan dirinya (Bandura, 2006).
manajemen perawatan diri pada hipertensi Menurut Bandura (2006),
yaitu kepatuhan meminum obat mendefinisikan efikasi diri adalah
antihipertensi dan memodifikasi gaya keyakinan seseorang tentang kemampuan
hidup seperti tidak merokok, mereka untuk menghasilkan tindakan
mempertahankan berat badan normal, diet yang ingin dicapai dan mempunyai
rendah garam dan rendah lemak, rutin pengaruh pada kehidupan mereka.
aktivitas fisik seperti olahraga, membatasi Keyakinan tentang efikasi diri akan
konsumsi alkohol, manajemen stres, memberikan dasar motivasi, kesejahteraan
monitoring tekanan darah dan rutin dan prestasi seseorang. Efikasi diri akan
berkunjungan ke dokter. menentukan bagaimana seseorang merasa,
Manajemen perawatan diri berfikir, memotivasi dirinya dan
merupakan kemampuan individu berperilaku. Menurut Bandura, (2006)
mempertahankan perilaku yang efektif Efikasi diri dipengaruhi oleh beberapa hal
meliputi mengikuti diet dan olahraga, yaitu jenis kelamin, usia, tingkat
penggunaan obat diresepkan, pemantauan pendidikan dan pengalaman.
mandiri dan koping emosional (Zhong et Berdasarkan penelitian I gusti &
al, 2011). Made, (2014) tentang Efikasi diri pada
Manajemen perawatan diri yang pasien diabetes militus tipe 2 di
efektif berarti bahwa individu memiliki Puskesmas I Denpasar pada 57 responden
rasa tanggung jawab terhadap kesehatan menunjukkan hasil bahwa, usia 56-65
mereka sendiri dan memiliki peran yang tahun paling banyak memiliki efikasi diri
penting terhadap perawatan kesehatan yang baik yaitu sebanyak 17 responden
mereka sendiri (Weinert, Cudney & (29,82%), jenis kelamin perempuan paling
Kinion, 2010). Manajemen perawatan diri banyak memiliki efikasi diri baik yaitu

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
sebanyak 22 responden (36,60%), pada disertai manajemen perawatan diri yang
tingkat pendidikan SMA paling banyak kurang baik.
memiliki efikasi diri yang baik yaitu
sebanyak 19 responden (33,33%). Dan METODE PENELITIAN
lama menderita DM tipe 2 5 tahun Desain penelitian mengguankan
paling banyak memiliki efikasi diri yang deskriptif koleratif yaitu penelitian yang
baik yaitu sebanyak 18 responden bertujuan mengetahui ada tidaknya
(31,58%). hubungan antara variabel bebas dan
Efikasi diri dibutuhkan agar variabel terkait (Notoadmodjo, 2010).
penderita hipertensi termotivasi untuk Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dapat memperoleh derajat kesehatan yang hubungan antara efikasi diri dengan
lebih baik lagi melalui keyakinannya manajemen perawatan diri pada penderita
menjalankan manajemen perawatan diri. hipertensi. Penelitian dilkukan dengan
Dengan menjalankan manajemen menggunakan cross sectional yaitu
perawatan diri yang efektif dapat peneliti membutuhkan waktu yang cukup
meminimalkan komplikasi, meningkatkan singkat tanpa harus mengikuti terus
kepuasan, meningkatkan rasa percaya diri menerus dan jangka waktuntersebut cukup
dan kemandirian serta meningkatkan untuk melakukan pengambilan data secara
kualitas hidup penderita hipertensi focus dan lengkap (Wasis, 2008). Populasi
(Permatasari et al, 2014). dalam penelitian ini adalah penderita
Berdasarkan studi pendahuluan yang Hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan
dilakukan di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang yaitu
Pringapus Semarang pada tanggal 14 sebanyak 106 orang pada bulan Oktober
november 2016 dengan melakukan 2016 (Puskesmas Pringapus). Sampel
pengukuran tekanan darah terhadap 10 yang diteliti dalam penetitian ini adalah
orang penderita hipertensi. Kemudian penderita hipertensi di Desa Pringapus
peneliti membagikan kuesioner efikasi diri Kecamatan Pringapus Kabupaten
dan manajemen perawatan diri kepada Semarang. Sampel penelitian ini
responden dan didapatkan hasil 6 dari 10 ditentukan dengan menggunakan rumus
orang responden memiliki efikasi diri Slovin. Sehingga sampel yang diambil
yang rendah disertai manajemen dalam penelitian ini adalah 51 orang
perawatan diri yang kurang baik, dengan hipertensi.
berdasarkan tingkat pendidikan SD Teknik sampling dalam penelitian
dengan usia 50-60 tahun, 2 orang ini menggunakan non random sampling
responden memiliki efikasi diri yang yaitu purposive sampling.
rendah disertai manajemen perawatan diri
yang cukup baik, berdasarkan tingkat HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan SMP dengan usia 44 dan 45 A. Analisis Univariat
tahun, 2 orang responden lainya memiliki 1. Gambaran efikasi diri penderita
efikasi diri yang tinggi disertai hipertensi di Desa Pringapus
manajemen perawatan diri yang baik, Kecamatan Pringapus Kabupaten
berdasarkan tingkat pendidikan SMA Semarang Jawa Tengah 2017.
dengan usia 38 dan 40 tahun. 2. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Efikasi
Berdasarkan fenomena di atas maka Diri Penderita Hipertensi di Desa
peneliti tertarik untuk melakukan Pringapus Jawa Tengah 2017.
penelitian tentang Hubungan Efikasi diri Presentase
Efikasi diri Frekuensi
Dengan Manajemen perawatan diri Pada (%)
Penderita Hipertensi. Karena sebagian Tinggi 28 54,9 %
besar responden memiliki efikasi rendah Rendah 23 45,1 %
Total 51 100 %

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui Responden yang efikasi dirinya rendah
bahwa sebagian besar efikasi diri sebagian besar manajemen perawatan
penderita hipertensi di Desa Pringapus dirinya cukup baik yaitu sebanyak 11 dari
dalam kategori tinggi, yaitu sejumlah 28 23 orang (47,8%).
orang (54,9%). Berdasarkan uji Chi Square
3. Gambaran manajemen perawatan diri diperoleh p-value 0,002 dengan ( = 0,05)
penderita hipertensi di Desa Pringapus yang menunjukkan bahwa ada hubungan
Kecamatan Pringapus Kabupaten yang signifikan antara efikasi diri dengan
Semarang Jawa Tengah 2017. manajemen perawatan diri pada Penderita
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan
Manejemen Perawatan Diri Penderita Pringapus Kabupaten Semarang Tahun
Hipertensi Di Desa Pringapus Jawa 2017.
Tengah 2017
Manajemen PEMBAHASAN
Presentase
perawatan Frekuensi A. Gambaran efikasi diri penderita
(%)
diri hipertensi di Desa Pringapus
Baik 25 49.0 % Kecamatan Pringapus Kabupaten
Cukup baik 13 25,5 % Semarang Jawa Tengah 2017.
Kurang 13 25,5 % Hasil penelitian terhadap 51
Jumlah 51 100 % responden di desa Pringapus Kabupaten
Semarang pada tanggal 20 januari 2017,
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui didapatkan sebagian besar efikasi diri
bahwa manajemen perawatan diri penderita hipertensi di Desa Pringapus
penderita hipertensi di Desa Pringapus dalam kategori tinggi, yaitu sejumlah 28
dalam kategori baik, yaitu sejumlah 25 orang (54,9%).
orang (49,0%). Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa efikasi diri penderita
B. Analisis Bivariat hipertensi sangatlah tinggi, hal ini
1. Hubungan Efikasi Diri Dengan menunjukan bahwa kemampuan penderita
Manajemen Perawatan Diri pada hipertensi di Desa Pringapus dalam
Penderita Hipertensi di Desa Pringapus melakukan manajemen perawatan dirinya
Kecamatan Pringapus Kabupaten baik. Keyakinan yang dimiliki
Semarang Tahun 2017. menandakan kesiapan untuk merubah
Tabel 3 Hubungan Efikasi Diri Dengan perilakunya dan kesiapan tersebut mampu
Manajemen Perawatan Diri Pada memengaruhi kemampuan untuk
Penderita Hipertensi di Desa Pringapus melakukan perilaku tertentu. Keyakinan
Jawa Tengah Tahun 2017. tersebut yang dinamakan efikasi diri.
Pakseresht, Mead, Gittelsohn, Roache dan
Efikasi
Manajemen perawatan diri Sharma (2010), mengatakan bahwa efikasi
Cukup Kurang p-
diri merupakan keyakinan diri dan
Diri Baik Total
baik baik value
f % f % f % f % kemampuan diri untuk melakukan suatu
Tinggi 1 67,9 2 7,1 7 25,0 28 100 perilaku dengan berhasil. Efikasi diri
0,002
9 memiliki tiga dimensi yaitu magnitude,
Rendah 6 26,1 11 47,8 6 26,1 23 100
Total 25 13 13 51 100
generality dan strength. Efikasi diri
membantu seseorang untuk menentukan
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui pilihan dan mempunyai komitmen dalam
bahwa responden yang efikasi dirinya mempertahankan tindakan yang
tinggi sebagian besar manajemen dipilihnya. Penderita yang memiliki
perawatan dirinya baik yaitu sebanyak 19 keyakinan terhadap kemampuan mereka
dari 28 orang (67,9) lebih banyak. dalam melakukan manajemen diri akan

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
lebih mungkin untuk melakukan tugas- mengontrol hipertensi peningkatan efikasi
tugas tersebut. Oleh karena itu individu diri dapat dimodifikasi secara personal.
dengan efikasi diri yang tinggi akan lebih Efikasi diri merupakan bagian
mampu untuk mengelola penyakitnya penting dalam manajemen perawatan diri
(Sulistyaningsih, 2012). dan berhubungan dengan manajemen
Berdasarkan distribusi frekuensi berat badan dan antihipertensi. Hal ini
kuesioner efikasi diri pada penderita sesuai dengan penelitian yang dilakaukan
hipertensi di Desa Pringapus oleh Al-qutab et al., (2011) menyatakan
menunjukkan 12 (23,5%) responden yakin bahwa efikasi diri sangat berperan
akan kemampuannya dalam melakukan terhadap proses pencarian pengobatan.
olahraga, 13 (25,5%) responden yakin Menurut hasil penelitian McAuley et al.,
akan kemampuannya dalam memilahara (2006) bahwa efikasi diri memberikan
BBnya tetap normal, 12 (23,5%) kontribusi terhadap pemahaman yang
responden yakin akan kemampuanya lebih baik dalam proses perubahan
dalam memodifikasi dietnya, 12 (23,5%) perilaku kesehatan sehingga efikasi diri
responden yakin akan kemampuanya sangat penting untuk meningkatkan
dalam membatasi konsumsi garam pada pengetahuan, perilaku dan keterampilan
makanan, 37 (72,5%) responden sangat (Varekamp et al., 2009). Tingginya efikasi
yakin akan kemampuanya dalam diri yang ada pada dalam diri seseorang
membatasi konsumsi alkohol, 8 (15,7%) tidak lepas dari faktor-faktor yang
responden yakin akan kemapuanya dalam mempengaruhinya. Bandura (2006)
memantau tekanan darahnya, 14 (27,5%) mengungkapkan tinggi rendahnya efikasi
responden yakin akan kemamuanya dalam diri seseorang dalam tiap tugas sangat
memanajemen stress, 41 (80,4%) bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya
responden sangat yakin akan beberapa faktor yang berpengaruh dalam
kemampuanya untuk tidak merokok, 15 mempersepsikan kemampuan diri
(29,4%) responden yakin akan individu. Menurut Bandura (2006) ada
kemampuanya akan kepatuhan dalam beberapa yang mempengaruhi efikasi diri
pengobatan, 16 (31,4%) responden yakin yaitu usia, jenis kelamin, tingkat
akan kemampuanya untuk berkunjung ke pendidikan, dan pengalaman.
dokter. Penelitian dari Findlow, Seymour Pada penelitian Wantiyah, (2010)
dan Huber (2012), menyatakan bahwa mengungkapkan bahwa faktor yang lebih
individu dengan efikasi diri yang tinggi berpengaruh dalam efikasi diri pasien
akan mengalami peningkatan yang adalah pengetahuan pasien dan didapatkan
signifikan terhadap kepatuhan bahwa pengetahuan yang tinggi akan
pengobatan, diet rendah garam, terlibat meningkatkan efikasi diri pasien.
dalam aktivitas fisik, tidak merokok, dan Pendidikan erat dihubungkan dengan
melakukan manajemen berat badan. pengetahuan dan bukan merupakan salah
Menurut penelitian Hu & Arao, (2013), satu penyebab terjadinya hipertensi akan
Efikasi diri telah diakui sebagai faktor tetapi pendidikan dapat mempengaruhi
utama yang berpengaruh dalam pola hidup. Semakin tinggi tingkat
melakukan perawatan diri serta pendidikan dan pengetahuan diharapkan
manajemen penyakit kronis. Hal yang akan berdampak pada peningkatan
sama diungkap oleh Lee at al, (2009) perilaku hidup sehat. Kemampuan untuk
dalam penelitiannya yang berpendapat memotivasi diri dan melakukan perilaku
bahwa efikasi diri merupakan faktor yang yang bertujuan berdasarkan atas aktivitas
berkontribusi paling signifikan dalam kognitif, kemampuan kognitif seseorang
melakukan manajemen perawatan diri akan membentuk kemampuan untuk
pada hipertensi, selain itu untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan
dengan penyakit dan menggunakan

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
pengetahuan tersebut untuk menjaga kadang-kadang mengkonsumsi makanan
kesehatan diri sendiri (Potter & Perry, rendah lemak setiap hari, 12 (23,5%)
2006). responden kadang-kadang mengkonsumsi
Hal ini didukung oleh penelitian makanan rendah garam setiap hari, 16
Prasetyo (2012) tentang faktor-faktor yang (31,4%) responden kadang-kadang
mempengaruhi self care management mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari,
(manajemen perawatan diri) pada asuhan 18 (35,3%) responden kadang-kadang
keperawatan pasien dengan hipertensi, melakukan olahraga 30 menit settiap hari,
dimana self care manegement (manajemen 18 (35,3%) responden dapat memanjen
perawatan diri) dipengaruhi oleh efikasi stresnya, 16 (31,4%) responden berusaha
diri seseorang, hasil penelitian menujukan menjaga berat badanya tetap normal, 36
berdasarkan tingkat pendidikan bahwa (70,6%) responden tidak pernah
responden yang berpendidikan SD mengkonsumsi alkohol, 37 (72,5%)
memiliki peluang 3,8 kali melakukan self responden tidak merokok, 16 (31,4%)
care management (manajemen perawatan mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter,
diri) yang baik disbanding responden yang 17 (33,3%) responden kadang-kadang
tidak sekolah, responden yang rutin berkunjung ke dokter.
berpendidikan SMP memiliki peluang 4,7 Kemampuan melakukan manajemen
kali melakukan self care management perawatan diri di Desa Pringapus tidak
(manajemen perawatan diri) yang baik terlepas dari banyak faktor. Faktor-faktor
dibandingkan dengan responden yang tersebut antara lain, yaitu usia,
tidak sekolah, responden yang pengalaman, pendidikan, status social
berpendidikan SMA memiliki peluang 21 ekonomi, keluarga (Huda, et al, 2013).
kali, melakukan self care management Hal ini sesuai dengan Lee, (2010) bahwa
(manajemen perawatan diri) yang baik semakin meningkatnya usia maka
dibanding responden yang tidak sekolah. terjadinya penurunan manajemen
Dapat disimpulkan bahwa Pemberdayaan perawatan diri karena kondisi fisik
dan efikasi diri dibentuk dengan psikososial sehingga aktivitas manajemen
memupuk pengetahuan pasien sebanyak dirinya pun menurun. sedangkan factor
mungkin tentang penyakit yang dialami. lain seperti pendidikan dan pengalaman
B. Gambaran manajemen perawatan sangat berpengaruh sekali dalam proses
diri penderita hipertensi di Desa manajemen perawatan diri, hal ini sesuai
Pringapus Kecamatan Pringapus dengan Cameron et al., (2012)
Kabupaten Semarang Jawa mengatakan manajemen perawatan diri
Tengah 2017. adalah proses yang melibatkan individu
Hasil penelitian terhadap 51 sehingga dapat mengelola kesehatan
responden di desa Pringapus Kabupaten mereka dengan mengadopsi keterampilan
Semarang pada tanggal 20 januari dan perilaku untuk mencegah penyakit,
2017,dapat diketahui bahwa manajemen merawat penyakit dan memulihkan
perawatan diri penderita hipertensi di kesehatan. Perawatan diri melibatkan
Desa Pringapus dalam kategori baik, yaitu kemampuan individu untuk merawat
sejumlah 25 orang (49,0%). Hasil dirinya sendiri dan kegiatan untuk
penelitian tersebut menunjukan bahwa mencapai, mempertahankan, atau
penderita hipertensi dalam kategori yang mempromosikan kesehatan secara optimal
baik dalam melakukan manajemen (Richard & Shea, 2011).
perawatan diri. Sedangkan keluarga merupakan
Berdasarkan distribusi frekuensi faktor predisposisi yang mendukung
kuesioner manajemen perawatan diri pada pelaksanan manajemen perawatan diri
penderita hipertensi di Desa Pringapus seseorang, peranan keluarga dalam
menunjukkan 6 (11,8%) responden memelihara dan meningkatkan kesehatan

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
setiap anggota keluarga serta dalam kepatuhan terhadap pembatasan cairan
menjamin keberhasilan dalam manajemen sehari-hari dan pembatasan diet. Semakin
perawatan diri keluarga amat penting tinggi efikasi diri yang dilaporkan oleh
sekali, karena keluarga memang punya respondenya, semakin tinggi kepatuhan
arti dan kedudukan tersendiri dalam terhadap pembatsan cairan dan diet.
masalah kesehatan (Azwar, 2007). Dengan membangun kepercayaan diri
Kesehatan keluarga dapat tergambar dari penderita terhadap kemampuanya (efikasi
kemampuan keluarga memberikan diri) dalam mempengaruhi hasil yang
bantuan kepada anggota keluarga untuk mereka targetkan sepertinya merupakan
memenuhi kebutuhan perawatan diri dan jalan positif lain yang dapat mendorong
kemampuan keluarga memenuhi fungsi manajemen diri yang sukses pada pasien
keluarga serta mencapai tugas dengan penyakit kronis (Curtin, 2006).
perkembangan yang sesuai dengan tingkat Efikasi diri menurut Bandura (2006)
perkembangan keluarga (Friedman, adalah keyakinan seseorang tentang
Bowden, & Jones dalam Maglaya et al., kemampuan mereka untuk menghasilkan
2009). tindakan yang ingin dicapai dan
Kesimpulanya bahwa pelaksanaan mempunyai pengaruh pada kehidupan
manajemen perawatan diri didukung oleh mereka. Keyakinan tentang Efikasi diri
beberapa faktor namun tetap berfokus akan memberikan dasar motivasi,
pada individu itu sendiri dalam kesejahteraan dan prestasi seseorang.
memanajemen dirinya. Hal ini sesuai Efikasi diri akan menentukan bagaimana
dengan Richard (2012), perawatan diri seseorang merasa, berfikir, memotivasi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dirinya dan berperilaku, sedangkan
oleh individu untuk menjaga kesehatannya perawatan diri merupakan suatu aktivitas
secara mandiri. Dalam teori self care, yang dilakukan oleh individu untuk
Orem mengatakan bahwa perawatan diri menjaga kesehatannya secara mandiri
merupakan kegiatan untuk membentuk (Orem dalam Potter & Perry, 2009).
kemandirian individu guna Kemampuan dalam melakukan
mempertahankan kesehatan. manajemen perawatan diri dipengaruhi
C. Hubungan Efikasi Diri Dengan oleh faktor internal dan eksternal. Secara
Manajemen Perawatan Diri pada internal perawatan diri dapat dipengaruhi
Penderita Hipertensi di Desa oleh individu, sementara faktor eksternal
Pringapus Kecamatan Pringapus dipengaruhi oleh lingkungan (Prasetyo,
Kabupaten Semarang Tahun 2017. 2012). Keyakinan yang dimiliki
Berdasarkan hasil penelitian pada 51 menandakan kesiapan untuk merubah
responden pada tanggal 20 januari 2017, perilakunya dan kesiapan tersebut mampu
dengan uji Chi Square diperoleh p-value memengaruhi kemampuan untuk
0,002 dengan ( = 0,05) yang melakukan perilaku tertentu. Keyakinan
menunjukkan bahwa ada hubungan yang tersebut yang dinamakan efikasi diri.
signifikan antara efikasi diri dengan Pakseresht, Mead, Gittelsohn, Roache dan
manajemen perawatan diri pada Penderita Sharma (2010), mengatakan bahwa efikasi
Hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan diri merupakan keyakinan diri dan
Pringapus Kabupaten Semarang Tahun kemampuan diri untuk melakukan suatu
2017. Hasil tersebut menunjukan bahwa perilaku dengan berhasil. Hasil penelitian
ada kaitan yang erat antara efikasi diri Lee, et al (2010), mengungkapkan bahwa
seseorang dengan pelaksanaan manajemen dalam melakukan manajemen perawatan
perawatan diri. diri, efikasi diri merupakan faktor yang
Berdasarkan penelitian Jhon (2012), paling dominan dalam mengelola
melaporkan bahwa terdapat hubungan hipertensi. Selain efikasi diri, faktor
yang kuat antara efikasi diri dengan penentu keberhasilan penderita hipertensi

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
dalam merawat diri yaitu faktor eksternal untuk hipertensi. Praktisi kesehatan harus
dari dukungan sosial. Karena penderita menilai aktivitas perawatan diri individu
hipertensi membutuhkan bantuan dan dan mengarahkan mereka ke arah teknik-
dukungan dari orang-orang terdekat untuk teknik praktis untuk membantu
membantu dalam melakukan manajemen meningkatkan kepercayaan diri mereka
perawatan diri untuk mengontrol tekanan dalam mengelola tekanan darah mereka.
darahnya. (Rubin & Peyrot 2002; Peters,
2015) melaporkan bahwa 77% klien yang Keterbatasan Penelitian
memiliki penyakit kronis merasa Pelaksanaan penelitian ini, peneliti
membutuhkan dukungan dari keluarga. menjumpai suatu keterbatasan dari hasil
Keluarga merupakan sumber utama dalam penelitian ini yaitu : beberapa variabel
perawatan dan peningkatan keyakinan. yang kemungkinan dapat menimbulkan
Kaakinen, et al (2010), berpendapat bias tidak bisa dikontrol sepenuhnya
bahwa keluarga bertanggung jawab dalam seperti tingkat pendidikan usia
pemberian perawatan. Upaya peningkatan pengalaman dan motivasi dari responden
kemampuan merawat diri dapat diterapkan dalam melakukan manajemen perawatan
oleh perawat komunitas dengan diri.
melibatkan peran serta dari keluarga
dalam pemberian informasi terkait KESIMPULAN
perawatan diri hipertensi, keluarga dapat Berdasarkan hasil penelitian dan
menjalankan perannya untuk memberikan pembahasan tentang Hubungan Efikasi
motivasi pada penderita dalam mengatasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri
masalah kesehatan akibat faktor-faktor pada Penderita Hipertensi di Desa
ketidaktahuan, ketidakmauan dan Pringapus Kecamatan Pringapus
ketidakmampuan sehingga seseorang Kabupaten Semarang Tahun 2017, maka
memiliki keyakinan untuk dapat merubah dapat diambil kesimpulan sebagaiberikut :
perilaku dan gaya hidupnya sehari-hari. 1. Gambaran efikasi diri penderita
Penelitian yang dilakukan Findlow, hipertensi di desa Pringapus dalam
RB dan LR, (2011), Mewawancarai 190 kategori tinggi, yaitu sejumlah 28
orang di Afrika-Amerika dengan orang (54,9%).
hipertensi tentang efikasi diri dan kegiatan 2. Gambaran manajemen perawatan diri
perawatan diri. Lebih dari setengah (59%) penderita hipertensi di Desa Pringapus
dari sampel memiliki efikasi diri baik dalam kategori baik, yaitu sejumlah
dalam mengelola hipertensi mereka. 25 orang (49,0%).
Karena hasil kegiatan perawatan diri pada 3. Ada hubungan yang signifikan antara
hipertensi bukan kejadian langka, Lebih efikasi diri dengan manajemen
dari setengah (59%) dari peserta perawatan diri pada Penderita
melaporkan memiliki efikasi yang tinggi Hipertensi di Desa Pringapus
untuk mengelola hipertensi mereka. Eikasi Kecamatan Pringapus Kabupaten
diri yang tinggi secara statistik signifikan Semarang Tahun 2017 p-value 0,002
berhubungan dengan peningkatan dengan ( = 0,05).
prevalensi kepatuhan terhadap pengobatan
(PR = 1,23, 95%), makan diet rendah SARAN
garam (PR = 1,64, 95%), terlibat dalam Berdasarkan hasil penelitian yang
aktivitas fisik (PR = 1,27, 95%), tidak telah dilakukan dan mengingat
merokok (PR = 1,10, 95%), dan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini,
manajemen berat badan (PR = 1,63, 95%). maka ada beberapa saran yang perlu
Efikasi diri sangat terkait dengan disampaikan peneliti sebagai berikut:
kepatuhan lima dari enam aktivitas 1. Bagi Masyarakat
perawatan diri yang telah dianjurkan

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
Masyarakat diharapkan dapat patients with chronic heart
meningkatkan perawatan diri dalam failure. Heart Lung and
mengelola masalah kesehatan seperti Circulation, 21(12),806-808.
hipertensi, dengan meningkatkan Curtin., Roberta, Braun dkk. (2006). Self
efikasi diri dalam merawat diri dan Management with Patient with
melakukan perawatan diri pada End Stage Renal disease:
hipertensi dengan mengikuti kegiatan
Exploring Domains and
kesehatan seperti mengikuti kegiatan Dimensions. Nephrology
posyandu secara rutin, penyuluhan Nursing Journal.
kesehatan tentang hipertensi.
2. Bagi pelayanan kesehatan Findlow, J. W., & Seymour, R. B.,
Puskesmas pringapus dalam Brunner, Huber, L. R. (2012).
menjalankan upaya promotif dan The Association Between Self
preventif pentingnya efikasi diri untuk Efficacy dan Hypertension Self
meningkatkan keyakinan dan Care Activities Among African
pengetahuan masyarakat dalam American Adults. Journal
merawat diri terkait masalah kesehatan Community Health. 37(1): 15
seperti hipertensi. 24. doi:10.1007/s10900-011-
3. Bagi penelitian selanjutnya 9410-6
Untuk peneliti selanjutnya Findlow, J. W., & Seymour, R. B.,
diharapkan dapat melakukan Brunner, Huber, L. R. (2011).
penelitian lebih lanjut mengenai Prevalence Rates of
hubungan anatara efikasi diri dengan Hypertension Self Care
penerapan pelaksanaan fungsi Activities Among African
perawatan kesehatan keluarga. Americans. Journal Natl Med
Assoc. 103(6):503-512
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qutab, R.,Bergreen,V.,Halabi,Y., Han, H. R. Lee. H., Mensah, Y. C., Kim,
Jouni, S. (2011). Educational M. (2014). Development and
Intervention to improve Breast Validation of the Hypertension
Health Knowledge among Self-Care Profile : A Practical
Women in Jordan. Asian pasific Tool to Measure Hypertension
J Cancer Prev, 11, 1167-1173. Self-Care. Journal
Cardiovascular Nursing. 29 (3)
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori : e11-e20. Doi :
dan Pengukuranya, Edisi 2, 10.1097/JCN.0b013e3182a3fd4
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 6.
Bandura, A. (2006). Guide for Hayes, M.K., (2010). Influence of Age
Contructing Self Efficacy and Health Behavior on Stroke
Scales. In f. Pajares & t. Urdan Risk : Lesson from
(eds). Self Efficacy Beliefs in Longitudinal Studies. Journal
Adolescents, (vol. 5, 307-337). Compilation The American
Greenwich, CT : Imformation Geriatrics society, 6, 12-19.
Age Publishing.
Hu, H., Li, G., & Arao, T. (2013).
Bandura, A. (2006). Self Efficacy. The Validation of chinese version of
Exercise of Control. New York the self-efficacy for managing
: W. H. Freeman and Company chronic disease 6-item scale in
Cameron, J.,Ski,C.F., & Thomson, D. R. patients with hypertension in
(2012). Screening for primary care. ISRN public
determinants of self care in health

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
Huda, S., Amatayakul, A., Management Nursing Model.
Karuncharernpanit, S. (2013). West African Journal of
Factors Associated with Self Nursing, 22,91-98.
Care Management Among Potter, Patricia A & Anne G. Perry
Adult People with Hypertension (2009). Fundemental
in Jepara, Central Java, Keperawatan Buku I Ed. 7.
Indonesia. Provided by the
Jakarta : Salemba Medika.
Directorate General Of Higher
Education of Indonesia Potter, Patricia A & Anne G. Perry
(DGHEI). (2006). Buku Ajar Fundemental
Keperawatan Vol. 2 Ed. 4.
Jhon., Ansy. (2012). The Relationship Jakarta : EGC
Between Self Efficacy and
Fluid and Dietary Compliance Pakseresht, M., Mead, E., Gittesohn, J.,
in Haemodialysis Patients. Roache, C., & Sharma, S.
(2010). Awarness of chronic
Kaakinen, J.R., Gedaly-Duft, V., & disease diagnosis amongst
Coehlo, D.P. (2010). Family family members is associated
Health Care Nursing : Theory, with healthy dietary knowledge
Practice and Research. FA but not behavior amongst Inuit
Davis. in Arctic Canada. Journal of
Lee, J.E., Han, H., Song, H., Kim, J.,Kim, Hummannutrition and
B.,Ryu,J.P., et al, (2010). Dietetics.
Correlates of self-care
Permatasari. L.I., Lukman, M. (2014).
Behafiors for Managing Hubungan Dukungan Keluarga
Hypertension Among Korean dan Self Efficacy dengan
American : A questionnare Perawatan Diri Lansia
survey. International Jurnal of Hipertensi. Jurnal Kesehatan
Nursing Studies, 47, 411-417. Komunitas Indonesia.
Lee, Y.Y., & Lin, J.L. (2009). The Effect Vol.10.No.2
of trust in physician on self- Peters & Templin,.(2008). Measuring
efficacy, adherence and diabetes Blood Pressure Knowledge and
outcomes. Social Science & Self-Care Behaviors of African
Medicine. 68(6), 1060-1068. Americans. Research in
McAuley, C & Bunting, L. (2006). The Nursing Health ; 31(6): 543
views, cares and aspirations of 552. doi:10.1002/nur.20287.
care experienced and young Peters-Bascombe. (2015). Self
people . Belfast: Voice of management of Hypertension :
Young People in Care. Among Residents of St. Vincent
National Heart, Lung, and Blood Institute. and the Grenadines. Publisher :
(2014). Your Guide to Lowering Xlibris. ISBN
Blood Pressure. U.S. 13:9781514404447.
Departement of Health and Prasetyo, S.A. (2012). Analis Faktor-
Human Services. Faktor yang Berhubungan
Notoatmodjo. (2010). Metodologi dengan Self Care Management
Penelitian Kesehatan. Jakarta : pada Asuhan Keperawatan
Rineka Cipta Pasien Hipertensi di RSUD
Kudus. Tesis. FIKUI.
Nwinee, J.P. (2011). Nwinee Socio-
Behavioural Self-Care

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
Price, Sylvia. A. & Wilson, Lorraine. M. Rural dwellers. Public Health
(2006). Patofisiologi : Konsep Nursing 27, 263-269
Kinis Proses-Proses Penyakit. Wantiyah. (2010). Analisis Faktor-Faktor
Jakarta : Penerbit Buku EGC. yang Mempengaruhi Efikasi
Richard A, Shea, K. (2011). Delineation Diri Pasien Penyakit Jantung
of Self-Care and Associated Koroner Dalam Konteks
Concepts. Journal Nursing Asuhan Keperawatan di RSD
Scholarship. 43 : 255-264. DOI dr. Soebanji Jember. Tesis,
: 10.1111/J.1547- FIKUI.
5069.2011.01404.x Zallman,L., Himmelstein, D.H.,
Richard, Sara. (2012). Self care a nursing Woolhandler, S. et al. (2013).
essential. Self Care Forum Undiagnosed and Unconrolled
Board Member. Hypertension and
hyperlipidemia Among
Sulistyaningsih., Dwi, R. (2012).
Imigrants in the US. Journal of
Efektifitas Training Efikasi Diri
Immigrant and Minority Health,
pada Pasien dengan Penyakit
15(5): 858-865. Doi:
Ginjal Kronik dalam
Meningkatkan Kepatuhan 10.1007/s10903-012-9695-2.
Terhadap Intake Cairan ; 1-15. Zhong, X., Tanasugar, C., et al (2011).
Awarnes and practice of self
Silvestri, L, A. (2010). Self efficacy and
management and influence
the predictors for NCLEX-RN
factor among individuals with
seccues for baccalaureate
type diabetes inurban
nursing student. University of
community setting in Anhui
Nevada Las Vegas.
province, China. Xuefeng
Smeltzer, Suzzane C. & Bare, Brenda G. Zhong, Institute of Health
(2013). Buku Keperawatan Education, Anhui Provincial
Medikal Bedah Brunner & Center for Disease Control and
Suddarath.ed.8. : Jakarta : Prevention (AHCDC), vol.42,
EGC. no. 21, hal. 184-196.
Varekamp, I.,Heutink, A.,Landman, S.,
Koning, C.E., De Vries,G.,&
Van Dijk, F.J. (2009).
Facilitating Enpowerment in
employess with chronic disease
: qualitative analysis of the
process of change. Journal of
Occupational Rehabilitation,
19(4), 398-408.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis
Untuk Profesi Perawat. Jakarta
: EGC
Weinert, C., Cudney, S, Kinion, E.,
(2010). Development My
Health Companion to Enhance
Self Care Management of
Chronic Health Condition in

Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Perawatan Diri Pada Penderita


Hipertensi Di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

Anda mungkin juga menyukai