Rheuma Neer
Rheuma Neer
Rheuma Neer
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (DepKesRI).
Jamu adalah obat tradisional yang disiapkan dan disediakan secara tradisional. Berisi
seluruh bahan Tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta
digunakan secara tradisional berdasarkan pengalaman. Jamu telah digunakan secara turun-
temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini
dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur atau pengalaman leluhur. Sifat jamu
umumnya belum terbukti secara ilmiah (empirik) namun telah banyak dipakai oleh masyarakat
luas. Belum ada pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi digunakan dengan bukti empiris
berdasarkan pengalaman
b) Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam (dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral). Untuk
melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan berharga mahal,
ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan
pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang
dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan
mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat,
standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan telah dilakukan uji toksisitas akut
maupun kronis.
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang bukti ilmiah sampai
dengan uji klinik pada manusia dengan criteria- memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang
telah disetujui, dilakukan oleh pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat
pelaksanaan uji memenuhi syarat.
Dengan dilakukannya uji klinik, maka akan meyakinkan para praktisi medis ilmiah
untuk menggunakan obat herbal ke dalam sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa
didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara
ilmiah.
Logo Fitofarmaka
Kriteria Fitofarmaka
a. Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Beberapa tahapan yang harus diuji untuk obat-obatan fitofarmaka antara lain:
a) Tahap Seleksi
Untuk memilih bahan alami yang berkhasiat mengobati penyakit utama berdasar
pengalaman pemakaian empiris sebelumnya serta diperkirakan dapat menjadi alternatif
pengobatan untuk penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.
Tujuannya untuk menyaring ada atau tidaknya efek farmakologi yang mengarah ke
khasiat terapetik dan ada tidaknya efek keracunan akut atau spektrum toksisitas dan sistem
organ mana yang paling peka terhadap efek keracunan tersebut.
c) Tahap Penelitian Farmakodinamik
Rheumaneer sudah melalui uji preklinis yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) selama 4 bulan dan uji klinis oleh Pusat Penelitian Obat Tradisional (PPOT)
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pengujian preklinis, meliputi toksisitas dan khasiat, yang
berlangsung sejak Oktober hingga Maret 2001. Pada tikus percobaan di lab, Rheumaneer tidak
menampakkan efek samping .Pengujian di Yogyakarta, Kepala Lab Farmakologi Klinik PPOT
UGM, dilakukan untuk menguji efek anti-inflamasi, toksisitas, dan uji klinis produk
Kunyit adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai
bumbu dalam berbagai jenis masakan. Kunyit memiliki nama latin Curcuma domestica
Val. Kunyit termasuk salah satu suku tanaman temu-temuan (Zingiberaceae). Menurut
Winarto (2003), dalam taksonomi tanaman kunyit dikelompokkan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan
batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna kekuningan dan tersusun
dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang
hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat.
Tanaman kunyit dapat dilihat pada Gambar 1.
Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit adalah tanaman berumur panjang dengan daun besar berbentuk
elips, 3-8 buah, panjang sampai 85 cm, lebar sampai 25 cm, pangkal daun meruncing,
berwarna hijau seragam. Batang semu berwarna hijau atau agak keunguan, tinggi sampai
1,60 meter.
Bentuk bunga majemuk bulir silindris. Mahkota bunga berwarna putih. Bagian di
dalam tanah berupa rimpang yang mempunyai struktur berbeda dengan Zingiber (yaitu
berupa induk rimpang tebal berdaging, yang membentuk anakan, rimpang lebih panjang
dan langsing) warna bagian dalam kuning jingga atau pusatnya lebih pucat (Sudarsono
dkk., 1996).
Efek Farmakologis
Pemberian ekstrak kunyit 200 mg/kg bobot badan tikus menunjukkan aktivitas
sebagai anti hiperkolesterol serta dapat menurunkan LDL tanpa mempengaruhi HDL.
Ekstrak etanol rimpang kering kunyit dosis 30 mg/kg bb, diberikan kepada tikus secara
intragastrik setiap 6 jam selama 48 jam, memiliki aktivitas anti hiperkolesterolemia
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Sifat
Akar kunyit mempunyai bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas dan dapat
bertindak sebagai astringensia (Prawiro, 1977). Astringensia merupakan zat yang bekerja
lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil daya penetrasinya
sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi. Serbuk akar kunyit menberikan zat
warna yang berwarna kuning jika dilarutkan didalam air. Serbuk akar kunyit juga telah
lama digunakan secara tradisional terutama oleh kaum India sebagai zat warna di kulit.
Selain itu, akar kunyit telah digunakan berabad-abad sebagai pewarna dan sebagai
komponen pewarna makanan seperti bubuk kari dan lain-lain (Sudarsono dkk., 1996).
Banyak lahan di tingkat petani yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat-zat manfaat
lainnya. Rimpang kunyit mengandung 28% glukosa, 12% fruktosa, 8% protein, dan
kandungan kalium dalam rimpang kunyit cukup tinggi, 1,3-5,5% minyak atsiri yang
terdiri 60% keton seskuiterpen, 25% zingiberina dan 25% kurkumin berserta turunannya
(Winarti dan Nurdjanah, 2005). Keton Seskuiterpen yang terdapat dalam rimpang kunyit
adalah tumeron dan antumeron, sedangkan kurkumin dalam rimpang kunyit meliputi
kurkumin (diferuloilmetana), dimetoksikurkumin (hidroksisinamoil feruloilmetan), dan
bisdemetoksi-kurkumin (hidroksisinamoil metana) (Maiti, 2004).
Kunyit memiliki kandungan bioaktif dengan manfaat kesehatan yang yang sangat
baik. Akhir-akhir ini, sains mulai mengumpulkan fakta mengenai informasi yang dimiliki
oleh orang India selama bertahun-tahun bahwa kunyit memang memiliki kandungan yang
bermanfaat untuk pengobatan. Kandungan ini dikenal dengan nama kurkuminoid, dan
kandungan paling penting dari kurkuminoid adalah kurkumin. Kurkumin adalah bahan
aktif utama dalam kunyit.
. Demam: rimpang kunyit yang dicuci (20g), diparut, ditambah dengan air
matang 100ml, diperas dengan saringan kain. Airnya diminum 2 kali sehari.
. Diare: kunyit diiris, direbus dengan air, ditambah 1 sendok teh air kapur sirih,
aduk sampai rata. Dinginkan. Saringan airnya diminum 3 kali sehari sampai sembuh.
. Borok: kunyit diparut sebesar ibu jari, ditambah satu sendok teh air kapur sirih
dan perasan air 1 jeruk nipis, aduk sampai rata. Oleskan campuran pada bagian tubuh
yang sakit.
. Gatal (cacar air): sepotong kunyit, segenggam daun asam dicuci, diblender
hingga halus seperti bubur. Oleskan pada bagian tubuh yang gatal.
. Keputihan: Kunyit tua (15g) dikupas dan diparut. Ditambah 150ml air asam
dan gula jawa, aduk rata. Peras dengan kain, dan minum setiap hari.
. Radang amandel: setengah jari kunyit diparut, ditambah 2 sendok air minum,
aduk sampai rata, peras dan ambil airnya. Tambah 1 kuning telur ayam kampung dan
sedikit air kapur sirih. Kocok adunan, minum 1 hingga 2 kali sehari.
. Radang gusi: setengah ibu jari kunyit dan 3 potong gambir diiris. Rebus
dalam 2 gelas air sehingga tersisa 1 gelas. Gunakan air itu untuk berkumur 3 hingga 4
kali sehari.
. Telat haid: kunyit dan daun sigading (15g), biji pala dan kapulaga (10g),
ketumbar, jinten hitam dan cengkeh (5g). Rebus bahan tersebut dengan 3 gelas air
sehingga tersisa 1 gelas. Dinginkan, saring, bagi menjadi 3 bagian untuk diminum 3 kali
sehari.
. Kesehatan kulit dan umum (jamu): 100g rimpang kunyit segar, 100 ml air
jeruk nipis, 11/2 sendok makan madu dan air secukupnya. Kunyit dihaluskan dengan
blender, campurkan pasta kunyit tersebut dengan madu dan air jeruk nipis. Tambahkan
air secukupnya. Minum secara teratur.
Curcumae domesticae rhizoma (kunyit) Siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat
panen yang terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya
daun kedua. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya
pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang
semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).Panen kunyit dilakukan
dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul.
Selain itu kandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan proses
pengeringannya
Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale Roxb.
Di dalam rimpang jahe merah terkandung zat gingerol, oleoresin, dan minyak
atsiri yang tinggi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat (Lantera,
2002).Jahe banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional yang berfungsi sebagai obat
pencernaan dan perut kembung, sakit kepala, kerongkongan, mulas dan batuk kering
(Rukmana, 2001).
Minyak atsiri jahe termasuk jenis minyak yang mudah menguap dan merupakan
suatu komponen yang memberi bau harum khas jahe.Minyak atsiri jahe terdiri dari
zingiberol, zingiberen, n-nonyl aldehida, d-camphen, dbphellandren, methyl heptanon,
sineol, stral, borneol, linalool, asetat, kaprilat, phenol, dan chavicol(Koswara, 1995).Jahe
juga mengandung oleoresin yang lebih banyak mengandung komponen-komponen non-
volatil yang merupakan zat pembentuk rasa pedas pada jahe.Umumnya oleoresin jahe
tersusun oleh gingerol, zingeron, shogaol, dan resin.Semakin tua umur rimpang jahe,
semakin besar pula kandungan oleoresinnya (Koswara, 1995).
Efek Farmakologis
Efek farmakologi jahe antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti
muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi,
anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah
lambung dan getah empedu.
1. Asma
Bahan : Jahe 25 g, bunga melati 15 g, air 600 cc Pemakaian : Jahe dan bunga
melati direbus
dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat
sebanyak gelas. Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 1999).
2. Rematik
Bahan : Jahe 25 g, gula merah secukupnya, air 400 cc Pemakaian : Jahe dan gula
merah direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi
hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 1999).
4. Masuk angin
5. Hernia
Bahan : Jahe 20 g, adas 5 g, pulosari 1 ibu jari, kapulaga 5 butir, kayu manis 1
ruas ibu jari, air secukupnya Pemakaian : Bahan direbus dengan air secukupnya. Setelah
hangat, airnya diminum. Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 1999).
3. Curcumae xanthorrhiza
Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau
gelap. Rimpang induk dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit rimpang cokelat
kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang orange tua atau kuning.
Rimpang temulawak terbentuk di dalam tanah pada kedalaman sekitar 16 cm. Tiap
rumpun umumnya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah rimpang muda. Rimpang
Temulawak sangat berkhasiat untuk antiradang, anti keracunan empedu, penurun kadar
kolesterol, diuretik (peluruh kencing), penambah ASI, tonikum, dan penghilang nyeri
sendi (Galeriukm, 2011).
Batang
Daun
Bunga
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan bunganya
berukuran pendek dan lebar, warna putih atau kuning tua dan pangkal bunga berwarna
ungu. Bunga mejemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9- 23 cm, lebar 4-6 cm.
Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar dan
beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah. Bunga
mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu di sore hari, kelopak bunga berwarna
putih berbulu, panjang 8 13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang
keseluruhan 4,5 cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan
ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjangnya hingga 1,25 2 cm dan lebar
1cm.
Buah
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging
buahnya berwarna kekuning-kuningan. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau
kuning tua, sedangkan warna daging rimpang orange tua atau kuning (Galeri ukm, 2011).
Kelas : Monocotyledonae.
Ordo : Zingiberales.
Keluarga : Zingiberaceae.
Genus : Curcuma.
Kandungan Kimia
Efek Farmakologis
Selain itu, infusa rimpang temulawak 5, 10 dan 20% dapat meningkatkan daya
regenerasi sel hati secara nyata dibanding kontrol pada tikus putih jantan yang dirusak sel
hatinya dengan 1,25 ml karbon tetraklorida/kg bb, per oral. Ekstrak air temulawak 10%
dengan dosis 6,8 dan 10 ml/hari dapat menurunkan kadar SGOT dan SGPT darah kelinci
yang terinfeksi virus hepatitis B (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010)
2. Membersihkan darah
Rimpang temulawak diiris tipis-tipis, lalu dijemur hingga kering. Rimpang ini
diseduh dengan air hangat, kemudian diminum seperti the. Agar tidak terlalu pahit,
sewaktu meminumnya dapat dicampur dengan gula merah.
Rimpang diparut dan diperas airnya, kemudian diminum. Dapat juga dengan
minum air rebusan rimpang temulawak yang kering.
4. Badan letih
Rimpang temulawak dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan.
Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah
menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
Cara panennya, tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan
rimpangnya. Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim
kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun
demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya
dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan
menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan
rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya
4. Panduratae rhizoma
Temu kunci (Boesenbergia panduratum (Roxb) Schult) termasuk dalam family
Zingiberaceae. Tanaman ini dikenal dengan beberapa sebutan di berbagai daerah,
misalnya kunci di Jawa, temo kunce (Madura), temu konci (Bali), dumu kunci (Bima),
tampute (Ternate), dan tamu konci (Makasar), dan tumbu konci (Ambon) (Muhlisah,
2011). Temu kunci biasa digunakan untuk bumbu sayur bayam dan berkhasiat obat.
Rimpangnya berbentuk seperti jari memanjang dan bergerombol, beraroma khas, tidak
pahit, dan tidak pedas. Senyawa aktif yang terkandung didalamnya antara lain sineol,
kamfen, d-borneol, d-pinen-seskuiterpen, zingiberene, kurkumin, zedoarin, dan pati.
Beberapa khasiat temu kunci yaitu peluruh dahak untuk menanggulangi batuk, penambah
nafsu makan, sariawan, dan pemacu produksi ASI (Indartiyah et al, 2012).
Nama tumbuhan
Nama Lokal : Temu kunci (Indonesia), koncih (Sumatera), Tamu kunci (Minangkabau),
Konce (Madura), Kunci (jawa tengah), Dumu kunci (Bima), Tamu konci (Makasar),
Tumu kunci (Ambon), Anipa wakang (Hila-Alfuru), Aruhu Konci (Haruku), Sun (Buru)
Rutu kakuzi (Seram), Tamputi (Ternate)Nama asing : Fingerroot (Inggris), Krachai
(Thailand), Chinese key (Cina).
Klasifikasi tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Morfologi
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu
tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah
sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm.
Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada
umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian
daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah
berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering
sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak
jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut
terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm.
Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi
oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun
terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya
merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-
belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil
besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-
bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul,
6 pertulangan, dan ukurannya 257 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang,
banyak biji dalam setiap ruang (Plantus, 2008).
Habitat dan penyebaran
Tanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu
berbunganya pada bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat
tanaman ini adalah tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini
tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan
pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering
tergenang air, atau becek pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat busuk)
(Plantus, 2008). Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan pemotongan
rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) dan
penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.
Peluruh kentut. Rimpang temu kunci 3 jari, dibuat seperti jus, dan diminum.
Pemacu produksi ASI. Rimpang dicuci, diiris tipis, direbus dengan 1 gelas air
hingga tersisa 1 mendidih 45 menit, ditambah 1/2 sendok teh garam, disaring dan
diminum
Sariawan. Temu kunci dicuci, dikunyah dan ditelan. Jika ditambah irisan pinang
Panduratae rhizoma ekstrak, (temu kunci) Waktu panen : dilakukan pada umur 1
tahun Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Retrofracti fructus
Nama Tanaman :
Nama Ilmiahnya : Piper retrofractum, Nama Lokal : Cabean, cabe alas, cabe
areuy, cabe jawa, c. sula (Jawa),; Cabhi jhamo, cabe ongghu, cabe solah (Madura).; Lada
panjang, cabai jawa, cabai panjang (Sumatera).; Cabia (Makasar). Long pepper (Inggris).
Klasifikasi Tanaman :
Penggunaan
Bagian yang digunakan :Buah yang sudah tua tetapi belum masak, akar, dan daun,
dikeringkan.
Indikasi :
disentri, diare,
batuk, demam,
hidung berlendir,
lemah syahwat,
sukar melahirkan,
Cara Pemakaian :
Buah sebanyak 2,5 5 g dijadikan pil atau direbus, lalu diminum. Untuk
pemakaian luar, buah dijemur kering lalu digiling menjadi bubuk. Bubuk ini dihirupkan
melalui hidung atau dimasukkan ke gigi yang berlubang (karies dentis). Juga digunakan
untuk rematik dan parem setelah melahirkan.Akar sebanyak 2,5 g direbus, atau dijadikan
pil, bubuk. Pemakaian luar untuk obat luka dan sakit gigi. Daun untuk obat kumur pada
radang mulut.
Komposisi :
Sifat Kimiawi dan efek farmakologis Buah rasanya pedas dan panas, masuk
meridian limpa dan lambung. Akar cabe jawa pedas dan hangat rasanya. Kandungan
kimia : Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmitic acids,
tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene, piperidin, rninyak
asiri, isobutyideka-trans-2-trans-4-dienamide, dan sesamin. Piperine mempunyai daya
antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf pusat. Bagian akar
mengandung piperine, piplartine, dan piperlonguniinine.
Waktu Panen Tanaman cabe jamu mulai berbuah setelah umur 1 1,5 tahun.
Setelah buah berwarna semburat merah sekitar 25% - 50% sudah dapat dipanen. Cara
Panen dilakukan dengan cara memetik satu persatu. Untuk itu diperlukan tangga agar
buah yang siap dipanen terjangkau tangan dan tanaman tidak rusak. Produksi rata-rata
untuk tanaman muda sekitar 2-3 kg buah basah atau setara dengan 0,5 kg buah kering.
Untuk tanaman dewasa produksi sekitar 4-5 kg buah basah atau setara dengan 1,5 kg
buah kering.
DAFTAR PUSTAKA
Kristina, dkk., 2008, Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyaarkat
Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten sleman (online), (diakses 10 desember
2013).
Winarti, C. dan Nurdjanah, N., 2005, Peluang Tanaman Rempah dan Obat
Sebagai Sumber Pangan Fungsional, Jurnal Litbang Pertanian, 24(2), 47- 55.