Fraktur Humerus Pada Hewan Kecil

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ILMU BEDAH UMUM VETERINER

FRAKTUR OS HUMERUS

Kelompok 4

Ainun Rizki Amalia 1409005056

Jendra Krisna Apramada 1409005057

I Kadek Pradhan Putra 1409005058

I Made Adhi Kusuma D 1409005075

Meli Rizki Purwani 1409005078

Wulandari 1409005080

I Dewa Made Nurja Sadhi S 1409005081

I Gede Rajendra WD 1409005082

Roby Rohmandhani 1409005084

Dewa Putu Pradipta B 1409005117

LABORATORIUM BEDAH VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2017
I. Terminologi

Humerus adalah tulang panjang pada bagian kaki depan pada hewan yang

terletak antara siku dan bahu. Ujung bawah tulang humerus dapat berfungsi

mendukung berbagai gerakan, seperti fleksi, pronasi, dan supinasi. Fungsi dari

tulang pada lengan bawah atau tulang radius adalah untuk ekstensor dan flexor

harus dipertahankan dengan menjaga posisi dan kesejajaran anatomik yang baik.

Ulna adalah tulang disisi lateral lengan bawah yang merupakan tulang pipa

dengan sebuah batang dan lebih panjang dari tulang radius. Beberapa anjing dewasa

dapat terkena fraktur karena memiliki tulang humerus yang lemah akibat ossifikasi

incomplete. Kejadian lemahnya tulang humerus terjadi dikarenakan genetik.

Beberapa spesies anjing yang mudah terkena ossifikasi incomplite pada tulang

humerus yaitu pugs, Cocker spaniels, Brittney Spaniels, dan Rottweilers.

Gambar 1. Os Humerus, Os Ulna dan os Radius


Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh

benturan / trauma langsung maupun tak langsung karena diskontinuitas atau

hilangnya struktur dari tulang humerus. Trauma yang terjadi pada tulang humerus

dapat menyebabkan fraktur.

Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka. Fraktur tertutup tidak

disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya

disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot tendon, ligamen, dan pembuluh darah.

Tekanan yang kuat dan berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena

dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan

menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan dan kemungkinan

terjadinya infeksi.

Gambar 2. Fraktur pada os Humerus pada Anjing


II. Etiologi

Kebanyakan fraktur humerus, dengan pengecualian fraktur condyles,

disebabkan karena kecelakaan lalu lintas. Pada survei yang dilakukan atas

peristiwa dari kelainan appendicular musculoskeletal pada anjing (Johnson et al.,

1994). Fraktur humerus terhitung sebanyak 10% dari semua fraktur appendicular.

Kebanyakan fraktur humerus diobati dengan fiksasi internal karena sulit untuk

memenuhi kriteria utama menggunakan koaptasi eksternal, pada immobilsasi

tertentu dari persendian di atas dan di bawah fraktur. Luka pada dada,

pneumothoraks, adalah komplikasi paling umum dari fraktur humerus.

Kemungjinan lainnya luka pada thorak termasuk intrapulmonum hemoragi, rupture

diaphragma, frakturnya tulang iga, dan cylothoraks. Sebuah pemeriksaan klinis dan

radiologi yang hati-hati harus dilakukan untuk mengecek dan jika diperlukan,

merawat luka pada dada sebelum memulai fiksasi fraktur. Berikut ini beberapa

etiologi dari fraaktur humerus:

a. Fraktur akibat peristiwa trauma

Fraktur ini diakibatkan oleh suatu kekuatan yang berlebihan dan

mendadak, hal ini dapat berupa pengahncuran, penarikan, pemuntiran,

penekukan, atau pemukulan. Trauma dibagi menjadi :

1. Trauma langsung : Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan

lunak rusak.

2. Trauma tak langsung : Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang

jauh dari tempat yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktur

mungkin tidak ada.


b. Fraktur kelelahan atau tekanan

Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan retak

yang terjadi pada tulang.

c. Kelemahan abnormal pada tulang / fraktur patologik

Fraktur yang dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah

(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (osteoporosis tulang).

III. Jenis-Jenis Fraktur

Fraktura dapat dibedakan berdasarkan tipe frakturanya yaitu menurut bentuk

kerusakannya, menurut perpindahan fragmen fraktur, menurut keparahan fraktur,

menurut arah patahan, menurut stabilitas fragmen fraktur, menurut lokasi fraktur.

Menurut bentuk kerusakannya, fraktur dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

fraktur komplit dan fraktur inkomplit. Fraktur komplit adalah patah tulang yang

menyebabkan tulang menjadi 2 fragmen dan biasaanya disertai dengan displasia

dari fragmen tersebut, sedangkan pada fraktur inkomplita biasanya terjadi pada

hewan muda dan ditandai denagn sebagian tulang masih menyambung dan jarang

terjadi perpindahan tulang. Fraktura menurut perpindahan fragmen fraktur dapat

dibagi menjadi 3 yaitu fraktur impact, fraktur distracted, dan fraktur depresi.

a. Fraktur impact : bagian patahan tulang dapat masuk ke bagian patahan

tulang yang lain.

b. Fraktur distracted : patahan tulang yang memisah jauh karena adanya

kontraksi otot.

c. Fraktur depresi : fragmen fraktur berpindah tempat dan menghasilkan

rongga.
Fraktur menurut keparahan fraktur dapat dibedakan menjadi 2 yaitu fraktur

tertutup atau simpel dan compound atau terbuka. Pada fraktur terturup, tulang tidak

akan keluar dan tidak menusuk otot sedangkan pada fraktur terbuka, tulang akan

menusuk otot dan tulang akan terjulur keluar.

Fraktur berdasarkan arahan patahannya :

Tranversal : garis fraktur atau patahan tulang tegak lurus dengan sumbu

tulang.

Obligue : garis fraktur membentuk garis diagonal terhadap sumbu tulang.

Spiral : garis pathan membentuk seperti spiral.

Comminuted : patahan membentuk minimal tiga fragmen fraktur tetapi

masih dapat disambungkan.

Multiple : patahan membentuk tiga atau dua fragmen dan terjadi perlukaan

pada jaringan lunak sekitar patahan

Avulsion : bagian fragmen fraktur masuk (menusuk) ke dalam otot. Menurut

stabilitas fragmen, fraktur yang terjadi dapat dibedakan menjadi :

Stabel fraktur : fragmen fraktur terfiksir setelah mengalami pengurangan

kelebihan fraktur

Instable fraktur : fragmen fraktur menjadi tidak stabil setelah mengalami

pengurangan fragmen.

Menurut lokasi fraktur :

Diaphysial fraktur : fraktur terjadi di tengah medial diaphysis.

Metaphysial fraktur : fraktur metaphysis anatomi dari tulang panjang.


Epiphysial fraktur : fraktur epiphysial yang terjadi pada hewan dewasa.

Condylar fraktur : fraktur condylus baik medial atau lateral atau keduanya.

Articular fraktur : fraktur yang terjadi subchondral tulang dan articular

kartilago.

IV. Tanda Klinis

Adapun tanda klinis dari fraktur os humerus antara lain:

Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.

Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambanh rasa nyeri.

Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri

Bengkak dan nyeri tekan: edema muncul secara cepat dari lokasi dan

ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur

Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstermitas yang tidak alami

Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

saraf/perdarahan)

Pergerakan abnormal

Krepitas.

V. Treatment

Fraktur humerus dapat ditangani dengan penanganan tanpa operasi atau

dengan melakukan operasi. Operasi dilakukan dengan tiga tahap yaitu persiapan

operasi,operasi dan pasca operasi. Terapi yang dapat dilakukan dengan banyak cara,

yang umum digunakan adalah dengan penanaman bone pinning dan pemasangan

plate.
a. Pre Operasi

Sebelum operasi anjing terlebih dulu dipuasakan selama 12 jam. Setelah itu

dilakukan premedikasi dengan pemberian atropin sulfat dengan dosis 0,04 mg /

kg berat badan secara intramuskuler dikombinasikan dengan Xylazine

hidroklorida dengan dosis 1 mg / kg berat badan secara intramuskular.

Hewan diberikan anestesi umum yang diinduksi menggunakan Ketamine

hydrochloride dengan dosis 10 mg / kg berat badan secara intramuskuler dan

Diazepam dengan dosis 0,2 mg / kg berat badan secara intravena dan dijaga

kestabilannya dengan (2 % -3 %) sevoflurane menggunakan mesin anestesi

Boyles.

Hewan yang akan dioperasi dibaringkan pada posisi lateral recumbency,

daerah yang akan di operasi dibersihkan dari bulu dan diberikan antiseptik,

setelah itu di tutup dengan kain drap.

b. Operasi

Metode Bone Pinning

Setelah persiapan operasi selesai dilakukan maka dilakukan langkah operasi.

Langkah pertama adalah menyayat kulit dan otot pada distal os. humerus

bagian lateral , kemudian preparing masing-masing otot dan kuakkan.

Langkah kedua yaitu togling os. humerus agar mudah untuk dimasukkan

pins, panjang pins diukur terlebih dahulu selanjutnya pins dimasukkan ke

dalam bagian sumsum tulang dari os. humerus distal dan proximal.

Setelah os. humerus bersatu, langkah selanjutnya menjahit bagian otot untuk

memfiksir os. humerus, kemudian dilanjutkan menjahit kulit.


Langkah berikutnya yaitu membalut bekas jahitan menggunakan kasa dan

bandage .

Langkah terakhir yaitu diperiksa menggunakan X-Ray, untuk mengetahui

pemasangan pins tepat atau tidak.

Gambar 4. Tiga tipe pin utama untuk fiksasi tulang

Gambar 5. Tahapan operasi fiksasi fraktur pada os humerus


Metode Pemasangan Plate

Pandangan lateral digunakan untuk menentukan panjang pelat dan

pandangan secara craniocaudal digunakan untuk menentukan panjang dan

ukuran sekrup yang akan digunakan.

Langkah pertama lakukan sayatan pada kulit secara craniolateral.

Kemudian Vena cephalica diligasi dan ditranseksi untuk mengurangi

pendarahan. Setelah itu lakukan pemisahan jaringan secara lembut.

Tulang akan lebih terlihat setelah dilakukan pemisahan

otot brachiocephalicus , trisep dan brakialis.

Lakukan reduksi dan fiksasi secara internal dengan menggunakan 3.5mm

plate kompresi yang dinamis.

Pemilihan plate didasarkan pada berat hewan dan panjang tulang.

Setelah itu plate dimasukan pada kedua sisi kesenjangan fraktur melalui

lubang eksentrik tulang dengan menggunakan bor.

Setelah os. humerus bersatu, langkah selanjutnya menjahit bagian otot untuk

memfiksir os. humerus, kemudian dilanjutkan menjahit kulit.

Langkah berikutnya yaitu membalut bekas jahitan menggunakan kasa dan

bandage.

Langkah terakhir yaitu diperiksa menggunakan X-Ray, untuk mengetahui

pemasangan plate tepat atau tidak.


Gambar 6. Fraktur os humerus sebelum dipasang plate (kiri) dan yang sudah
dipasang (kanan).
c. Pasca Operasi

Penanganan pasca operasi dapet dilakukan dengan pemberian antibiotik

untuk mempercepat pertumbuhan kulit baru serta otot yang mengalami lisis

dipergunakan Unguentum Balsamum Peruvianum 20 % yang dicampur dalam

jumlah yang sama dengan Unguentum Jecores Ascelli 10%.

Hewan diberi perlakuan dengan meletakan hewan yang sakit pada alas yang

lembut dan empuk dan dilakukan pembalutan tekan selama 3-10 hari untuk

menyerap pembengkakan setelah operasi.

Lakukan evaluasi rutin pada fraktur dengan mengguanakan gambaran

radiografi setiap 3-4 minggu sampai fraktura mengalami persembuhan. Tahan

semua aktivitas sampai fraktur sembuh.


DAFTAR PUSTAKA

Denny Hamish R. dan Steven J. Butterworth. 2000. A Guide to Canine and Feline
Orthopaedic Surgery Fourth Edition. USA: by Blackwell Science Ltd.

Lefebvre JB, Robertson TR, Baines SJ, et al. Assessment of humeral length in dogs
after repair of Salter-Harris type IV fracture of the lateral part of the humeral
condyle. Vet Surg 2008 Aug; 37 (6): 545-51

Putra, I. G. A. P., Jaya, A. A. G. W., Gorda, I. W. 2009. Ilmu Bedah Khusus


Veteriner I. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Denpasar

Anda mungkin juga menyukai