Standarisasi Simplisia Daun Kemiri PKL KLPK 1.2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

STANDARISASI SIMPLISIA DAUN KEMIRI (Aleurites moluccana (L.

Willd) ASAL DAERAH DESA KAMIRI, KABUPATEN BARRU,

PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH :

KELOMPOK 1.2

KELAS C11

ANGKATAN 2015

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2016
LEMBARAN PENGESAHAN

Lembaran pengesahan ini dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti

ujian praktikum Farmakognosi 1

Disusun oleh :

KELOMPOK 1.2

KELAS C11

Angkatan 2015

Disetujui oleh

Asisten Kelompok

Suci Noviyanah Ansary, S.Farm

Mengetahui,

Koordinator Praktikum Farmakognosi

Aktsar Roskiana Ahmad, S.Farm., M.Farm., Apt


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan limpahan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporanlengkap ini dengan

tepat waktu. Kmai juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Kami menyusun laporan lengkap ini berisi pembahasan tentang

simplisia (Aleurites moluccana (L.) Willd) ini untuk syarat mengikuti ujian

praktikum Farmakognosi 1.

Kami mencoba menyusun laporan lengkap ini dengan sebaik-

baiknya. Laporan ini memang masih belum sempurna. Untuk itu, kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Makassar, 22 Desember 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DARTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Maksud

D. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman

2. Nama Daerah Tanaman

3. Morfologi Tanaman

4. Kandungan Kimia

5. Manfaat Tanaman

B. Parameter Standar Mutu (Standarisasi) Simplisia

BAB III PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan

B. Cara Kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanama kemiri Aleurites muluccana (L.) Willd adalah tanaman

asli indonesia multiguna, penelitian ni berujuan untuk mengetahui

kandungan kimia ada tidaknya senyawa tanin, saponin, flavanoid pada

kemiri Aleurites muluccana (L.) Willd.

Aleurites muluccana (L.) Willd tersebar luas dikepulauan

indonesia hingga asia tenggara, daerah tropis benua Amerika

kepulauan Virgin. Tanaman kemiri merupakan tanaman yang memiliki

banyak kegunaan pada hampir seluruh bagian tanaman. Diindonesia

penggunaan empiris kulit batang kemiri untuk pengobatan disentri,

antidiare, sariawan, Dijepang kulit batang kemiri digunakan sebagai

anti tumor.

Kemiri (Aleurites moluccana) adalah tumbuhan yang bijinya

dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah.

Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong. Tanaman kemiri

dapat tumbuh sampai setinggi 20-30 m. Batang pohon kemiri tegak,

dengan permukaan batangnya terdapat banyak lentisel, dengan

percabangan simpodial, dan berwarna coklat.

Kemiri dikenal dengan banyak nama . Di antaranya, kembiri,

gambir, hambiri (batak), kemili (aceh), kemiling (lampung), buah kereh


(minang kabau), keminting (kalimantan), juga muncang (sunda),

derekan, pidekan, miri (jawa).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pemeriksaan anatomi bahan baku Aleurites

moluccana L. Willd ?

2. Bagaimana pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik Aleurites

moluccana L. Willd ?

3. Apa kandungan senyawa dalam Aleurites moluccana L. Willd ?

4. Bagaimana cara penetapan kadar abu pada tanaman Aleurites

moluccana L. Willd ?

5. Berapa kadar zat ekstraksi air dan etanol pada Aleurites

moluccana L. Willd ?

6. Bagaimana mengidentifikasi senyawa dengan pola kromatogram ?

7. Berapa susut pengeringan yang diperoleh ?

8. Berapa kadar air yang diperoleh ?

9. Apa saja cara uji metabolit primer ?

C. Maksud

Untuk mengetahui dan menentukan cara identifikasi pada

tumbuhan kemiri (Aleurites moluccana L. Willd), berdasarkan bentuk

anatomi, morfologi dan identifikasi kandungan kimia ?

D. Tujuan

1. Mendeskripsikan kandungan kimia tumbuhan kemiri (Aleurites

moluccana L. Willd).
2. Mendeskripsikan khasiat tumbuhan kemiri (Aleurites moluccana L.

Willd).

3. Mendeskripsikan cara memanfaatkan tumbuuhan kemiri (Aleurites

moluccana L. Willd) sebagai obat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheonionta

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Archichlamydae

Famili : Euphorbibiaceae

Genus : Aleurites

Spesies : Aleurites moluccana (L.) Willd.

(Sunanto, 1994)

2. Nama Daerah Tanaman

Di indonesia kemiri dikenal dengan banyak nama.

Diantaranya, kembiri, gambir, hambiri (batak), kemili (aceh),

kemiling (lampung), buah kereh (minang kabau), keminting

(kalimantan), juga muncang (sunda), derekan, pidekan, miri (jawa),

kamere, komere, mere (madura), kumbe (belitung) dan lain-lain

(Hayne, 1987).

3. Morfologi Tanaman
Tanaman kemiri dapat tumbuh sampai setinggi 20-30 m.

Batang pohon kemiri tegak, dengan permukaan batangnya

terdapat banyak lentisel, dengan percabangan simpodial, dan

berwarna coklat. Tanaman kemiri berakar tunggang.

Tanaman kemiri berdaun tunggal, bentuknya lonjong

dengan bagian tepi yang rata, ujung daun runcing, pangkal daun

tumbul, pertulangan daunnya menyirip, permukaan atas daun licin,

daun kemiri dapat tumbuh sampai sepanjang 18-2 cm, dengan

lebar 7-11 cm, tangkai daun silidris, dan daunnya berwarna hijau.

Tanaman kemiri berbunga majemuk dan berkelamin dua.

Buah kemiri berbentuk bulat telur dan beruas-ruas, pada waktu

masih muda buahnya berwarna hijau, dan akan menjadi coklat dan

berkeriput setelah tua. Biji kemiri berbentuk bulat, berkulit keras

dan beralur, diameter bijinya sekitar 2-3 cm, inti biji banyak

mengandung minyak dan berwarna putih kecoklatan.

4. Kandungan Kimia

Pohon kemiri mengandung 44,4% selulosa, 24,9% lignin,

16,1% pentosa, dan 1,4% abu. Daging biji, daun dan akar Aleurites

moluccana mengandung saponin, flavanoid dan polifenol

disamping itu daging bijinya mengandung minyak lemak, pada

korteksnya mengandung tani. (Paimin, 1997).

5. Manfaat tanaman
Daging bijinya bersifat laksasif. Di ambon korteksnya

digunakan sebagai anti tumor (Harini, 2000), dijawa digunakan

sebagai obat diare, sariawan, dan desentri, disumatera daunnya

digunakan untuk obat sakit kepala dan gonnorhea. Minyak kemiri

dibuktikan berkhasiat sebagai obat penumbuh rambut (Julaiha,

2003)

B. Parameter Standar Mutu (Standarisasi) Simplisia

Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III,

adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapaun juga kecuali dinyataka lain berupa

bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1979).

Cara pembuatan simplisisa (Ditjen POM, 1985) :

Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia

dari alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang

dikehendaki

1. Teknik pengumpulan

Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan

atau menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan

secara langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan

keterampilan si pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman

yang dikehendaki, misalnya dikehendaki daun yang muda, maka

daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak bagian tanaman

lainnya. misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari


logam untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol dan

glikosa.

a. Waktu pengumpulan atau panen

Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh

waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan

lingkungan tempat tumbuhnya,

Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :

1. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum

buah menjadi masak, contohnya, daun Athropa belladonna

mencapai kadar alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman saat

mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis diambil

daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul

09.00-12.00.

2. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.

3. Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu

dipetik sebelum buah masak.

4. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.

5. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis

(bulbus), dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya

berhenti.

b. Bagian Tanaman

1. Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas

dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya

dengan cara berselang-seling dan sebelum jaringan

kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak atsiri

atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas yang bukan

terbuat dari logam.

2. Batang (caulis)

Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,

dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.

3. Kayu (Lignum)

Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya dan

potong-potong kecil.

4. Daun (Folium)

Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu

persatu secara manual.

5. Bunga (Flos)

Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau

bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat

dipetik langsung dengan tangan.

6. Akar (Radix)

Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di

bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran

tertentu.
7. Rimpang (Rhizoma)

Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar,

dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.

8. Buah (Fructus)

Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda,

dipetik dengan tangan

9. Biji (Semen)

Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan atau

alat, biji dikumpulkan dan dicuci.

10. Bulbus

Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar

dengan memotongnya.

2. Pencucian dan Sortasi Basah

Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk

membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah,

batu dan sebagainya), dan memisahkan bagian tanaman yang tidak

dikehendaki. Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya bagian

tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang,), untuk

membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.

3. Pengeringan

Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :

2. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat

digunakan dalam jangka relative lama.


3. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya

pembusukan oleh jamur atau bakteri karena terhentinya proses

enzimatik dalam jaringan tumbuhan yang selnya telah mati.

Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar air yang

dainjurkan adalah kurang dari 10 %.

4. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin

dibuat serbuk.

a. Pengeringan alamiah

Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

2. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman

yang keras (kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan

mengandung zat aktif yang relative stabil oleh panas)

3. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara

langsung, umumnya untuk simplisia bertekstur lunak

(bunga, daun dan lain-lain) dan zat aktif yang dikandungnya

tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).

b. Pengeringan buatan

Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat

diatur suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.

Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas (Amin, 2009) :

1. Identifikasi meliputi pemeriksaan :


1. Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari

bahan simplisia. Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu

memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang dimaksudka

untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai

syarat baku.

2. Mikroskopik, yaitu membuat uraian mikroskopik paparan

mengenai bentuk ukuran, warna dan bidang patahan atau

irisan.

3. Mikroskopoik yaitu membuat paparan anatomi penempang

melintang simplisia fragmen pengenal serbuk simplisia.

4. Tetapan fisika, melipti pemeriksaan indeks bias, bobot jenis,

titik lebur, rotasi optic, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.

5. Kimiawai, meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman,

logam, dan kompleks.

6. Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan

angka kuman, pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.

2. Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen (Zat

kandungan), kadar konstituen (Kadar abu, kadar sari, kadar air,

kadar logam), dan standarisasi simplisia.

3. Kemurnian, meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis, kolom,

kertas, dan gas untuk menentukan senyawa atau komponene kimia

tunggal dalam simplisia hasil metabolit primer dan sekunder

tanaman
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Pengumpulan Data Taksonomi

1. Spesimen segar ( koleksi herbarium )

2. Buku lapangan ( data isian )

2. Pengumpulan Data Awal Fitokimia

1. Spesimen segar

2. Buku lapangan.

3. Pengolahan herbarium

Alkohol 70%, galah, buku lapangan/catatan, kapatel,

pensil, teropong, label gantung, hand lends10x dan 20 x,

kantong plastik berbagai ukuran, penggaris, jangka sorong,

parang, stek/ gunting tanaman, kompas dan GPS, kertas bebas

asam, pinset, jarum dan benang, lem, kertas koran, selotip,

kertas karton, kamera, alat pengepres, sesak (35 x 50 cm),

alumedium bergelombang, dan tali pengikat.

4. Pengumpulan Data Etnomedisin

1. Alat tulis menulis

2. Kamera digital

3. Tape rekorder / semacamnya.

5. Pengolahan Simplisia

1. Bagian tumbuhan
2. Gunting

3. Plastik

6. Pengumpulan Data Awal Fitokimia

1. Wadah ember

2. Jepitan ( bamboo atau dari bahan stanlees steel)

3. Gabus / Styforoam

4. Es batu

5. Metanol

6. KOH 0,1 %

B. Cara Kerja

2. Pengumpulan Data Taksonomi

Pengumpulan data taksonomi berupa pengumpulan data

dokumentasi dari spesimen segar atau koleksi tumbuhan yang

langsung dari lapangan. Beberapa informasi yang harus diperoleh

baik spesimen tumbuhan tinggi maupun tumbuhan rendah adalah :

Karakter Jenis

Nama Kolektor Resti

Meidy Silvana Hasim

Mira Sartika

Nama Tanaman Aleurites moluccana (L.) Willd

Nama Daerah Kemiri

Lokasi Desa Kamiri, kec. Ballusu, Dusun,

tandru tedong. Kab, Barru


Habitat Daerah tropis, beriklim kering

PERAWAKAN

Pohon

Merambat

Herba

DAUN

Tangkai Lurus

Pangkal Lurus

Tepi

Ujung Meruncing

Urat Bercabang

BUNGA

Tunggal

Majemuk

BUAH

Keras

Lunak

3. Pengumpulan Data Awal Fitokimia

Uji Rasa

a) Ambil bagian tumbuhan yang ingin diidentifikasi lalu bersih

kan

b) Jika dalam keadaan segar maka sampel lunak dapat


diremas kemudian dikecap. Sampel yang keras dapat

dihancurkan terlebih dahulu.

c) Interpretasi rasa

Pahit memberi petunjuk adanya senyawa alkaloid.

Pedas memberi petunjuk adanya senyawa fenolik atau

turunannya.

Manis memberi petunjuk adanya senuawa golongan

karbohidrat dan senyawa glikosida.

Sepat memberi petunjuk adanya sentawa tannin atau

polifen

Uji Bau

a) Ambil bagian tumbuhan yang ingin diidentifikasi lalu

bersihkan

b) Sampel didekatkan pada indera penciuman

c) Senyawa yang menimbulkan bau adalah senyawa

golongan alkohol, keton dan aldehid dari mono- dan

seskuiterpen serta fenilpropanoid.

Nama Sampel Bagian Pengujian Interpretasi

Rasa Bau

Aleurites moluccana Daun Sepat Khas

(L.) Willd.
4. Pengumpulan Data Awal Fitokimia

Koleksi Tumbuhan

a) Tumbuhan kecil harus dikolesi seluruh organnya

b) Tumbuhan besar atau pohon, dikoleksi sebagian cabangnya

dengan panjang 3040 cm yang mempunyai organ lengkap :

daun ( minimal punya 3 daun untuk phylotaksis ), bunga dan

buah, diambil dari satu tumbuhan. Untuk pohon yang sangat

tinggi pengambilan organ generatifnya bisa dilakukan

dengan galah, ketapel atau menggunakan hewan.

c) Untuk pohon atau perdu kadang kadang penting untuk

mengkoleksi kuncup ( daun baru ) karena kadang kadang

stipulannya mudah gugur dan brakhtea sering ditemukan

hanya pada bagian bagian yang muda.

d) Tumbuhan herba dikolesi seluruh orgnanya kecuali untuk

herba besar seperti araceae.

e) Koleksi tumbuhan hidup; dianjurkan untuk ditanam di kebun

botani dan rumah kaca.

Penanganan specimen tumbuhan di lapangan

a) Setiap spesimen diberi label ( etiket gantung).

b) Kemudian spesimen dimasukkan ke dalam lipatan kertas

koran

c) Selanjutnya spesimen dimasukkan ke kantong plastik dan

disiram dengan alkohol 70 % hingga basah.


d) Tutup kantong plastic dengan isolative dengan rapat

Pengelolaan koleksi kering tumbuhan tinggi

Terdiri dari 4 kelompok kegiatan utama

1. Pengepresan Contoh Tumbuhan

Setiap potongan spesimen diselipkan dalam kertas

koran kering. Setiap potongan spesimen harus diupasyak

an untuk temuat dalam ukuran kertas pengeplakan dengan

tidak menghilangkan / menutupi informasi yang diperlukan.

Pemukaan atas dan bawah daun pada satu ranting harus

ditampilkan, sedapat mungkin daun tidak saling melekat.

Lipatan kertas Koran tambahkan ditempatkan sedemikian

rupa pada bagain bagian yang tebal seperti ranting atau

buah sehingga spesimen dapat kering secara merta. Bagian

bagian yang lepas / rontok dimasukkan daam kantong

kertas dengan tabel gantung yang sesuai. Buah besar yang

sulit dipres dapat dikeringkan terpisah dalam kotak kaleng

disebt koleksi karpologi ( buah-buah kering ) Kurang lebih

2 10 spesimen dalam lipatan keras Koran dapat

ditumpuk bersama, dilapisi kertas Koran, karton dan

alumunium bergelombang di atas dan di bawahnya,

kemudian tumpukan berikutnya diperlakukan serupa.

Setelah tumpukan mencapai 30 40 cm bagian atas d

an bawah ditumpukan ini diberi sasag kayu, kemudian diikat


dengan tali / sabuk pengikat ( biasaanya 2 buah sejajar )

dan dieratkan sekuat kuatnya. Tumpukkan bersasag kayu

disusun tegak di dalam rak oven sehingga pasnya merata

dengan suhu oven kurang lebih 60oC atau dijemur di bawah

sinar matahari. Waktu yang diperlukan sekitar 3-4 hari

namun spesimen yang tebal dan berair seperti sukulen

membutuhkan waktu yang lebih lama. Setiap haripun

dilakukan pengetatan ikatan tali sasag karena ada

penyusutan spesimen dari hasil pengeringan.

2. Pengeplakan Spesimen

Pengeplakan = menempatkan spesimen yang telah

karing pada kertas pla yang sesuai untuk penyimpanan

jangka panjang. Dilakukan untuk spesimen baru ( mounting

) dan spesimen lama ( remounting ). Setiap kertas plak

diberi nomor. Setiap spesimen yang diplak harus beserta

label informasi yang baku berdasarkan catatan lapangan

kolektor. Posisi material diatur sedemikian rupa sehingga

menarik namun tetap informative.

Semua bagian termasuk kantung bagian bagian

yang terlepas diupayakan dalam satu halaman, jika tidak

memungkinkan dapat dipotong dan ditempatkan di halaman

terpisah dengan disertai label label yang sama / sesuai.

Sedapat mungkin material tidak menutupi nomor kertas plak


dan label. Jika spesimen diplak dalam beberapa kertas plak

maka dikumpulkan dalam satu sampul dan pada bagian

bawah tengah kertas sampul dituliskan nomor kolektor.

Ranting atau buah buahan yang cukup tebal direkatkan

dengan cara dijahit jika tidak memdai dengan salotip.

Bagian spesimen yang runcing dan dapat merusak kertas

plak spesimen lain pada waktu disimpan dapat dipotong.

Jika ada bagian spesimen yang disimpan terpisah (misalnya

awetan basah atau karpologi) maka diberi label keterangan.

Spesimen yang termuat dalam lebih dari satu halaman

maka pada kertas plaknya diberi keterangan. Spesimen

karpologi dan basah diberi label dengan format tertentu

yang sesuai dengan koleksi keringnya.

3. Penyimpanan

Setap herbarium memiliki tata cara penyusunan/

pemilihan penyimpanan koleksinya sendiri yang

ditempatkan dalam lemari atau box tertentu. Di BO

(Herbarium Bogoriense), material dipilah berdasarkan

takson kemudian kawasan, malesiana, asia lainnya,

australia dan pasifik, serta kawasan lainnya. Dalam

kawasan I, material dipilah kembaliberdasarkan kelompok

pulau sesuai penglompokan dalam buku flora malesiana I.

Setiap spesimen ( kering ) baru dapat dimasukkan ke ruang


koleksi setelah ditempatkan dalam freezer selama kurang le

bih 5 hari.

5. Pengepresan Contoh Tumbuhan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaga

kelangsungan kondisi sepesimen agar tetap baik. Ancaman

utama di daerah tropis adalah serangan jamur dan

serangga. Perlakuan yang umum dengan pengaplikasian

zat kimia HgCl2 namun sudah tidak direkomendasikan

karena berbahaya bagi kesehatan. Perlakuan alternatife

adalah dengan pengetatan peraturan akses terhadap

spesimen dan pemnyimpanan dalam freezer 20oC secara

bersakala.

Material segar tidak boleh dibawah ke dalam ruang

koleksi. Semua spesimen yang akan dibawah ke dalam

ruang koleksi harus melalui proses pembekuan di ruang

freezer selama minimal 72 jam baik spesimen baru maupun

spesimen lama yang baru kembali dari peminjaman.

Spesimen tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

kantong plastik ber ziplock yang tertutup kemudian

disimpan dalam lemari / box koleksi. Lemari / box koleksi

harus selalu ditutup kembali.

Pengonlaan Koleksi Basah Tumbuhan Tinggi

Koleksi basah merupakan salah satu metode penyimpanan


tumbuhan dengan cara. Cara menyimpan koleksi basah adalah d

engan merendam spesimen tersebut dalam larutan tertentu berd

asarkan bagian tumbuhan yang dikoleksi.

a) Bagian tumbuhan yang akan dikoleksi ditempatkan di dalam

wadah kaca kemudian direndam dengan alkohol 75 %. Pelarut

diganti secara berskala dengan ditandanya terjadi perubahan

warna pada pelarut.

b) Bagain tumbuhan tertentu yang lunak atau tipis direndam

dengan perbandingan pelarut yaotu alkohol 96 %, aquadest,

gliserin 40 % = 70 : 20 : 1.

Pengelolaan Koleksi Tumbuhan Rendah

Tumbuhan rendah meliputi jamur ( fungsi), lumut kerak ( lin

chens ), lumur sejati ( music). Lumut hari ( hepaticae), ganggang

(algae) diberikan penganan yang berbedabeda. Jika

memungkinkan koleksi harus meliputi bagian lengkap dari organ

tumbuhan tersebut. Pengeringan dengan menggunakan oven.

Penyimnan koleksi kering menggunakan amplop dan koleksi

basah disimpan dalam alkohol.

4. Pengumpulan Data Etnomedisin

a) Tentukan responden.

b) Lakukan komunikasi sesuai dengan mengedapankan tata krama.

c) Ajukan pertanyaan sesua informasi yang dibuthkan, meliputi:

Tumbuhan apa saja yang dikenal dan digunakan sebagai obat


dalam wilayah tersebut.

Urutkan dari yang paling sering digunakan sebagai bahan

obat dan kosmetik.

Khasiat masing masing bahan mulai khasiat utama sampai

terendah.

d) Hasil wawancara satu tumbuhan dimasukkan dalam sebuah

matriks untuk 5 narasumber ( kerjakan minimal 3 narasumber )

6. Pengolahan Simplisia

a) Koleksi bahan baku

Pengumpulan bahan baku atau panen bergantung pada bagian

tumbuhan yang akan digunakan untuk membuat simplisia

b) Pencucian dan sortasi basah

Pencucian dan sortasi basah dilakukan untuk membersihkan

bagaian tumbuhan dari zat zat asing yang bukan merupkan

bagian tumbuhan tersebut seperti pasir batu kotoran isektra dan

lain lain.

c) Pengeringan

Metode pengeringan ada dua yaitu pengeringan alamiah dan

pengeringan buatan. Pengeringan alamiah dapat dilakukan

dengan dua cara pengeringan yaitu panas sinar matahari

langsung dan tidak langsung.

d) Sortasi Kering

Tujuan Sortasi kering adalah untuk memastikan tidak ada


kontaminasi bahan asing terhadap simplisia tersebut.

e) Pengepakan dan penyimpanan

Kecuali dinyatakan lain, simpilisia disimpat di tempat terlindungi

dari sinar matahari dan pada suhu ruang.

f) Pemeriksaan mutu ( standarisasi )

Pemeriksaan mutu bahan baku simplisia atau ekstrak merujuk

pada parameter standar ekstrak Indonesia ( 2000 ) dan farmakope

herbal Indonesia ( 2008, 2010 dan 2011 ).

7. Pengumpulan data biota laut

a) Pengambilan sebaiknya dilakukan siang hari atau bergantung

pasang surut laut.

b) Biota laut dipanen dengan hati hati karena beberapa jenis dapat

berbahaya pada peneliti / praktikan.

c) Sampel yang telah dipanen, dicuci dengan air laut.

d) Biota laut ( seperti spons ) direndalam dalam metanol, jika sampel

berupa maupun laut dapat dir3endam te3rlebih dahulu dengan larut

an alkali KOH 0,1 % selama kurang elbih 12 jam. Cara lain adalah

dengan menyimpan dalam gaubs Styrofoam berisi es dan

pengolahan selnajutnya dapat dilakukan di laboratorium.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Aleurites Mollucana (L) Willd


Nama simplisia
Pegunungan/dataran tinggi di desa

Kamiri, Kecamatan Balusu, Kabupaten


Tumbuhan sumber
Barru, Sulawesi Selatan.

Kemiri
Nama daerah
Tanaman kemiri yakni terdapat jaringan

epidermis, endodermis, eksodermis,

jaringan pembuluh, jaringan korteks

dan stomata. Pada pohon kemirih

mempunyai tinggi 20-30 cm. Batangnya

tegak lurus dan berkayu serta berwarna

coklat.Daunnya tunggal, berseling


Deskripsi tumbuhan
memanjang ,tepi rata,ujungnya

meruncing, pangkalnya tumpul, dan

pertulangan menyirip, permukaan atas

daun licin , panjangnya 18-25 cm dan

lebar 7-11 cm ,bertangkai silindris

berwarna hijau. Akarnya tunggang

berwarna coklat.
Manfaat empiris Manfaatnya sebagai obat diare, obat

sakit gigi, obat sariawan,obat demam

,dan penurun kadar kolestrol.

Pemeriksaan Anatomi Akar membujur

Memiliki jaringan epidermis,

endodermis dan eksodermis.

Akar melintang

Memiliki jaringan epidermis,

endodermis dan eksodermis.

Daun membujur

Memiliki jaringan epidermis,

endodermis, eksodermis dan stomata.

Daun melintang

Memiliki jaringan epidermis,

endodermis, eksodermis dan stomata.

Batang membujur

memiliki jaringan epidermis,

endodermis, eksodermis, korteks dan

jaringan pembuluh.

Batang melintang

Memiliki jaringan epidermis,

endodermis, eksodermis, korteks dan


jaringan pembuluh.

Pemeriksaan Simplisia (daun) :


Mikroskopik Memiliki jaringan epidermis,
endodermis, fragmen dan terdapat
sromata.
Pemeriksaan Daun:
Makroskopik
Pemeriksaan Organoleptik:
1. Bentuk : persegi panjang (Haksel)
2. Warna : Hijau muda
3. Rasa : Sepat
4. Ukuran : Panjang 18-25 cm dan
Lebar 7-11 Cm
Identifikasi golongan Flavonoid : tidak mengandung
senyawa
flavonoid

Tannin : tidak mengandung tannin

Alkaloid : mengandung alkaloid

Saponin : tidak mengandung saponin

Glikosida : mengandung flavonoid

Terpen : tidak mengandung terpen

Susut pengeringan 49,902 %


Sari larut air -

Sari larut etanol -

Kadar air 11,2 %

Abu total 0,444 %

Abu tidak larut asam 7,317 %

Profil KLT 1. Uji Terpenoid


Mengandung terpen dan saponin

2. Uji Alkaloid
Mengandung alkaloid

3. Uji Fenolik
Tidak mengandung senyawa fenolik

4. Uji Flavonoid
Tidak mengandung senyawa fenolik

Identifikasi Uji Barfoed Uji Selliwanof


golongan
karbohidart
Tidak mengandung Tidak mengandung
karbohidrat karbohidrat

B. Pembahasan

Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau

karakteristik obat yang berasal dari bahan alam .Farmakognosi mencakup

seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi tanaman,


hewan, mikroorganisme, dan mineral. Perkembangan farmakognosi saat

ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak yang tentu akan sulit

dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata. Dengan

demikian, cara identifikasi juga semakin berkembang dengan

menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika.

Maksud dari penelitian ini untuk mempelajari dan mengetahui cara

memperoleh data farmakognostik yang meliputi anatomi, morfologi dan

organoleptik serta identifikasi kandungan kimia pada tanaman (Aleurates

Mollucana (L) Willd).

Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh data farmakognostik

yang meliputi anatomi, morfologi dan organoleptik serta identifikasi

kandungan kimia pada tanaman (Aleurates Mollucana (L) Willd). Obat

tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau

campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,

yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu

tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional.

Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari

ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat,

binatang, maupun mineral.


Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat

disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang

telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik

pada manusia dengan criteria memenuhi syarat ilmiah, protocol uji yang

telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat

pelaksanaan uji memenuhi syarat.

Penggunaan obat tradisional yang berasal dari bahan alam telah

lama dikenal dan sampai saat ini masih terus berlangsung bahkan

cenderung untuk meningkat karena keampuhannya dalam mencegah,

mengurangi dan mengobati berbagai macam penyakit. Sehubungan

dengan hal tersebut muncul berbagai macam upaya dalam mencari dan

menemukan bahan-bahan alam khususnya tanaman untuk dimanfaatkan

sebagai sumber bahan obat dan usaha meminilisasi kekurangannya,

salah satu caranya dengan melakukan penelitian untuk memperoleh data-

data tentang tanaman obat tradisional yang dijadikan sebagai salah satu

syarat standar resmi yang berlaku dalam pengolahan bahan baku

tanaman obat, oleh karena itu dilakukan beberapa parameter standar

mutu tanaman, dan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

tanaman putri malu (Aleurates Mollucana (L) Willd),).

Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar

mutu tanaman kemirih (Aleurates Mollucana (L) Willd), meliputi

pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap morfologi dan antomi,

serta identifikasi kandungan kimia.


Berdasarkan hal tersebut, untuk Pengamatan morfologi dilakukan

dengan mengamati bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan

bentuk simplisia dan merupakan salah satu cara dalam memperkenalkan

tanaman karena mengingat tanaman yang sama belum tentu mempunyai

bentuk morfologi yang sama pula. Dari pemeriksaan diperoleh tanaman

jambu monyet termasuk dalam tumbuhan dikotil yang memiliki akar pena

atau tunggang, berbatang bulat, besar, tebal dan kokoh juga termasuk

dalam daun tidak lengkap, karena daunnya hanya terdiri atas helaian

daun dan tangkai daun, warna daun hijau, dan permukaan daun yang

licin, memiliki bunga yang berwarna kuning-kemerahan, dan buah yang

berwarna kuning hingga merah.

Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan

jaringan yang diuji berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari

simplisia. Dari pemeriksaan diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari

epidermis bawah ,epidermis atas,sklerenkim. Identifikasi kandungan kimia

Simplisia yang diuji berupa simplisia tunggal baik dalam bentuk rajangan,

serbuk, ekstrak, yang ditambahkan dengan pereaksi tertentu, dan reaksi

warna dilakukan untuk pemastian identifikasi.Dari pemeriksaan diperoleh

kemirih (Aleurates Mollucana (L) Willd),.) mengandung tannin, alkaloid.

Khasiat dari tanaman kemirih (Aleurates Mollucana (L) Willd),

daunnya berkhasiat obat sakit kepala, pereda deman (antipiretik). Dan

bagian tanaman yang digunakan adalah daun dalam bentuk segar atau
yang telah dikeringkan. Dapat juga digunakan sebagai obat diare, obat

sakit gigi, obat sariawan, dan penurun kadar kolestrol.

Cara pemakaian yaitu untuk yang diminum ,direbus 15 -30 g daun

segar,lalu air rebusannya diminum. Dan untuk pemakaian luar,giling daun

segar sampai halus

Pada praktikum metabolit primer , hanya dilakukan 2 pengujian

yaitu uji barfoed dengan hasil negatif mengandung karbohidrat, dan uji

selliwanof juga tidak mengandung karbohidrat.


BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari dapa diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari pemeriksaan organoleptik dapat diketahui bahwa kemiri (Aleurites

moluccana (L.) Willd) memiliki warna hijau muda, berasa sepat dan

berbau khas. Selain itu, simplisia kering yang telah diamati, memiliki

panjang 8-25 cm dan lebar 7-11 cm.

2. Pada identifikasi golongan senyawa pada tanaman kemiri (Aleurites

moluccana (L.) Willd) diperoleh hasil bahwa kemiri (Aleurites

moluccana (L.) Willd) tidak mengandung flavonoid, tanin, saponin

,dan terpen. Tetapi, positif mengandung alkaloid dan glikosida.

3. Anatomi dari kemiri yakni terdapat jaringan epidermis, endodermis,

eksodermis, jaringan pembuluh, jaringan korteks dan stomata. Pada

kemirih mempunyai cabang-cabang kecil yang menyebar horizontal

dan tingginya dapat mencapai 20-30 meter. Batang tegak lurus dan

berwarna coklat,daun tunggal ,berseling, tepi rata,dan meruncing

serta permukannya licin. Tangkainya silindris berwarna hijau, berakar

tunggang dan berwarna coklat.

4. Kadar abu total yang diperoleh pada tanaman jambu monyet sebesar

0,444%; kadar abu tidak larut asam 7,317%,kadar air 11,2% dan

susut pengeringan 49,902%.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2016. Penuntun dan Lembaran Kerja Praktikum Farmakognosi I.


UMI : Makassar

Amin, Asni dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakognosi I. UMI.


Makassar.

Ditjen POM. 1979.Farmakope Indoneia Edisi III. Depkes RI :Jakarta.

Harini, M., Zuhud, E.A.M., Damayanti, Ellyn K., 2000. Kamus Penyakit

dan Tumbuhan Obat Indonesia. Yayasan Obat Indonesia : Jakarta

Julaiha, S., 2003. Pengaruh Fraksi PE Ekstrak Etanolik Biji Kemiri

terhadap Kecepatan Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan dan Uji

Kuantitatif Kandungan Asam Lemak dan Sterolnya. Fakultas

Farmasi UGM : Yogyakarta.

Hayne, K.., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 2. Sarana Wana

Jaya : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai