Lap-Pendahuluan LHR

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 61

Laporan Pendahuluan

Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

BAB I
PENDAHULUAN
STUDI PENYUSUNAN LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA

1.1. Latar belakang

Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran


ekonomi terbesar di Indonesia, oleh sebab itu Jakarta juga sebagai
tempat tujuan untuk mendapatkan peruntungan bagi masyarakat, maka
hal ini menyebabkan tingginya urbanisasi ke Jakarta. Pesatnya arus
urbanisasi ke Jakarta memberikan dampak terlampauinya tingkat
kepadatan maksimum dan batasan daya tampung penduduk, sehingga
daerah sekitar Jakarta (Jabodetabek) menjadikan alternatif pilihan
sebagai tempat pemukiman seperti Tangerang Selatan. Tangerang
Selatan menjadi salah satu pilihan wilayah bermukim bagi para komuter
yang bekerja di Jakarta, disamping diantaranya disebabkan oleh
semakin tingginya harga tanah di Jakarta dan kompleksnya masalah
tata ruang dan lingkungan.

Tangerang Selatan adalah salah satu wilayah yang saat ini


berkembang menjadi suatu wilayah permukiman yang secara tidak
langsung berfungsi untuk mengimbangi arus urbanisasi yang terjadi di
Jakarta. Selain perkembangan wilayah permukiman, perkembangan
Kota Tangerang Selatan yang juga terjadi dalam bidang pendidikan,
perkantoran dan perdagangan.

Perubahan fisik yang terjadi begitu cepat dengan pola kehidupan kota
besar memberikan pengaruh dalam perkembangan perkotaan
Tangerang Selatan secara keseluruhan yang meliputi pembangunan
sarana dan prasarana fisik seperti jalan, sekolah, perkantoran dan

PT Satwindu Utama | 1
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

perdagangan mulai dari skala kecil, sedang dan besar. Semakin


maraknya fasilitas diatas dan fasilitas umum lainnya, dibeberapa ruas
jalan terjadinya kemacetan dan kepadatan didaerah permukiman.

Kota Tangerang Selatan yang dibentuk dengan Undang-undang Nomor


: 51 Tahun 2008 merupakan kota pemekaran Kabupaten Tangerang.
Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan yang meliputi :
Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang,
kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong
Utara dan Kecamatan Setu.

Dan dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004,


mempunyai implikasi yang luas bagi Pemerintahan Daerah (Pemerintah
Kota/Kabupaten) antara lain dalam penyelenggaraan bidang
Transportasi. Pemerintah Kota mempunyai kewenangan lebih luas dan
mempunyai peranan yang strategis dalam penyelenggaraan bidang
transportasi, namun dalam pelaksanaannya tidak mengesampingkan
kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Potensi
daerah Kota Tangerang Selatan berupa perdagangan/perekonomian
dan pusat jasa penuntut adanya transportasi yang seimbang antara
demand dan supply kondisi ini membuat Pemerintah Kota Tangerang
Selatan harus merencanakan, mendesain jalan yang mampu dengan
optimal dalam menampung arus lalu lintas yang ada. Sehingga
infrastruktur yang disediakan dapat dengan optimal mendukung
mobilitas/pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan yang ada.

Survey Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) merupakan perhitungan


jumlah arus lalu lintas yang melewati suatu ruas jalan untuk mengetahui
volume lalu lintas dan fluktuasinya yaitu jumlah arus lalu lintas
(demand) jam puncak (peak Hours) dan demand di luar jam puncak
(Off Peak Hours) suatu ruas jalan, dapat melihat karakteristik lalu lintas

PT Satwindu Utama | 2
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

dan mengukur tingkat pelayanan suatu ruas jalan (Level Of Service).


Oleh karena itu, diperlukan Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-
Rata (LHR), sehingga dalam merencanakan, mendesain dan
pengoptimalan ruas jalan dapat dilakukan dengan baik.

Konsultan sangat memahami bahwa kondisi perkembangan suatu


wilayah mempunyai pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah
tersebut dimana sistem transportasi dan pengembangan lahan (land
use development) saling terkait.

Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa transportasi merupakan


penggerak, pendorong dan pemicu roda perekonomian dan transportasi
darat, serta menjadi tulang punggung dari penunjang pengembangan
suatu daerah. Suatu daerah dapat berkembang dan menjadi kawasan
yang berpotensi jika didukung dengan adanya infrastruktur yang
memadai (trade follow the ship) merupakan prasarana jalan yang
merupakan media penghubung baik antara simpul-simpul transportasi
maupun antara moda transportasi serta pusat-pusat kegiatan.

Menurut konsultan latar belakang ini sangat relevan dan menjadi alasan
perlunya dilakukan upaya penataan transportasi kota yang diawali
dengan mengetahui kondisi lalu lintas pada sejumlah lokasi penting.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah;

Untuk mengetahui Jumlah Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) dan


tingkat pelayanan ruas jalan (Level Of Service) di Wilayah Kota
Tangerang Selatan.

Adapun Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk:

PT Satwindu Utama | 3
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

1) Mengetahui jam puncak lalu lintas pada ruas-ruas jalan di wilayah


Kota Tangerang Selatan.
2) Mengetahui fluktuasi lalu lintas dan karakteristik lalu lintas.
3) Mengetahui kapasitas jalan.
4) Mengetahui kinerja ruas jalan.
5) Sebagai informasi bagi pengambilan keputusan dalam mengambil
kebijakan terkait merencanakan, mendesain serta pengoptimalan
suatu ruas jalan.

Maksud dan tujuan tersebut menguatkan pentingnya diperlukan Studi


Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR), sehingga dalam
merencanakan, mendesain dan pengoptimalan ruas jalan dapat
dilakukan dengan baik.

1.3. Ruang Lingkup

Secara rinci dari Pekerjaan Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-Rata


(LHR) adalah pekerjaan dilaksanakan di wilayah Kota Tangerang
Selatan, yang terdiri dari 34 (Tiga Puluh Empat) ruas jalan.

Ruas-ruas jalan dimaksud, meliputi :

1) Jl. Raya Serpong (Putar Balik BSD Simpang Tiga Gading


Serpong).
2) Jl. Raya Serpong (Sinar Mas/Cilenggang Simpang Empat
Muncul).
3) Jl. Kapten Soebianto.
4) Jl. Kapten Soetopo.
5) Jl. Puspiptek.
6) Jl. JLS.
7) Jl. Raya Siliwangi.
8) Jl. Padjajaran.
9) Jl. Dewi Sartika
10) Ir. H. Djuanda.

PT Satwindu Utama | 4
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

11) Jl. Cirendeu Raya.


12) Jl. Raya Jombang.
13) Jl. Raya Aria Putra
14) Jl. Raya Pondok Aren
15) Jl. Raya Cianter (Simpang Tiga Maruga Simpang Tiga Exit tol
BSD).
16) Jl. Bukit Indah Sarua (Simpang Tiga Maruga Simpang Tiga Bukit
Indah).
17) Jl. Pondok Benda.
18) Jl. Astek.
19) Jl. H. Taif.
20) Jl. Merpati Raya.
21) Jl. Cenderawasih.
22) Jl. Tegal Rotan.
23) Jl. Ki Hajar Dewantara.
24) Jl. Kompas.
25) Jl. WR. Supratman (Node Simpang Tiga Kompas Simpang Empat
Plaza Bintaro).
26) Jl. Pahlawan.
27) Jl. Purnawarman.
28) Jl. Bintaro Utama 3A.
29) Jl. Bintaro Utama 3.
30) Jl. Pondok Jaya.
31) Jl. Jelupang.
32) Jl. Pondok Jagung.
33) Jl. Lengkong Wetan.
34) Jl. Pondok Kacang.

Untuk lingkup materi kegiatan penyusunan lalu lintas harian rata-rata


dari 34 (tiga puluh empat) ruas jalan dilakukan pendekatan dan
metodologi yang antara lain akan mencakup :

PT Satwindu Utama | 5
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

1) Pengumpulan Data Sekunder/informasi yang ada dari instansi


terkait berupa peta jaringan jalan, inventarisasi jalan dan fungsi
serta kewenangan jalan serta data-data dukung lainnya.
2) Pengumpulan Data Primer berupa survey
pendahuluan/inventarisasi ruas jalan, survey volume lalu lintas
terklasifikasi dan survey kecepatan kendaraan.
3) Pengambilan data survey perhitungan lalu lintas pada masing-
masing ruas jalan mewakili karakteristik lalu lintas pada saat hari
kerja dan hari libur (sabtu/minggu).
4) Melakukan input data, rekapitulasi dan tabulasi hasil survey serta
melakukan pengolahan dan analisis data hasil survey baik data
sekunder maupun data primer. Penyajian data-data hasil survey
dapat dilakukan dengan menggunakan grafik/diagram dan kinerja
ruas jalan diplot dalam satu peta jaringan jalan.
5) Melakukan analisis kinerja lalu lintas atau tingkat pelayanan jalan
(Level Of Service atau LOS) berupan penentuan V/C ratio dan
kecepatan kendaraan.

Proses pengumpulan data terdiri dari :

1. Pengumpulan data primer.


Data primer diambil langsung dari lapangan melalui inventarisasi
ruas jalan, survey volume lalu lintas terklasifikasi dan survey
kecepatan kendaraan.
2. Pengumpulan data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi seperti:
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang
Selatan, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang
Selatan serta instansi terkait lainnya. Dan data sekunder dapat juga
diperoleh dari literatur-literatur yang ada.

Lihat bagan tahapan metodologi pada gambar berikut ini:

PT Satwindu Utama | 6
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Melakukan
Pengumpulan Pelaksanaan Melakukan
Persiapan Pengumpulan input data,
Data Sekunder perhitungan Analisis kinerja
Data Primer rekapitulasi
lalu lintas lalu lintas/LOS
dan tabulasi

Bagan : Pemahaman Terhadap Lingkup dan Alur Metodologi

1.4. Hasil keluaran (Output)

Hasil keluaran (output) yang diharapkan dari Pekerjaan Penyusunan


Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) ini adalah:
1. Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR).
2. Karakteristis lalu lintas.
3. Fluktuatif lalu lintas dan komposisi kendaraan.
4. Penampang melintang lokasi survai.
5. Analisis kinerja lalu lintas berupa penentuan V/C ratio dan tingkat
pelayanan jalan (Level Of Service atau LOS).

Keluaran tersebut adalah bentuk langkah kongkrit data lokasional yang


menunjukan kinerja lalu lintas sebagai bahan pemecahan masalah
guna mengoptimalkan kinerja ruas jalan pada lokasi yang
bersangkutan.

PT Satwindu Utama | 7
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

1.5. Manfaat

Kegiatan ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal :


1. Mendorong Pemerintah Daerah untuk lebih fokus terhadap upaya
penilaian kinerja lalu lintas dan terkait dalam landasan kebijakan
manajemen rekayasa lalu lintas yang sesuai pada lokasi dimaksud.
2. Menjadi langkah yang positif bagi upaya mengatasi dan
menciptakan kondisi lalu lintas yang lebih baik.
3. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran
analisis kawasan ruas jalan dan simpang serta membuat suatu
rumusan alternative guna meningkatkan kinerja lalu lintas pada
kawasan tersebut.

1.6. Sistematika Laporan Pendahuluan

Dalam penulisan laporan kegiatan yang diminta, yakni sebagai berikut:


BAB I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, maksud tujuan
dari kegiatan penyusunan lalu lintas harian rata-rata, beserta
dengan hasil keluaran (output) pelaporan studi.
BAB II Temuan Awal dan Gambaran umum Lokasi
Memaparkan tentang kondisi awal lokasi studi penyusunan
lalu lintas harian rata-rata berikut dengan gambaran umum
Kota Tangerang Selatan, baik secara administrasi maupun
kependudukan.
BAB III Jadwal Penugasan dan Tanggungjawabnya
Berisi tentang personalia pelaksana kegiatan beserta dengan
deskripsi tugas dan tanggung jawabnya.
BAB IV Metodologi dan Pendekatan Studi
Pada bab ini lebih pada metodologi pelaksanaan kegiatan
dengan paparan teknis berdasarkan teori yang ada tentang
lalu lintas yang mengacu pada berbagai pendekatan.
BAB V Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

PT Satwindu Utama | 8
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Berisi tentang rencana kerja pelaksanaan pekerjaan


penyusunan lalu lintas harian rata-rata sesuai dengan
kontrak yang telah di tandatangani.

Spesifikasi teknis pembuatan buku Laporan Pendahuluan adalah:


- Cover buku pelaporan dibuat dalam Soft Cover atau Hard Cover
berwarna.
- Kertas HVS ukuran A-4 atau F-4.
- Untuk CD yang berisi soft copy laporan diberi kertas label minimal
berisi/tertulis judul pekerjaan dan tahun anggaran.
Keseluruhan laporan yang diminta sebagaimana disebutkan diatas
sudah secara utuh menggambarkan keseluruhan rangkaian kegiatan
dalam pelaksaan pekerjaan ini.

PT Satwindu Utama | 9
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

BAB II
TEMUAN AWAL DAN GAMBARAN UMUM LOKASI
STUDI LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA

2.1. Temuan Awal

Kajian psikologi suatu permukiman perkotaan dapat memberikan


gambaran perilaku warga permukiman dan baik buruknya keadaan
sosial, ekonomi dan budaya yang bermukim. Keberadaan lingkungan
permukiman perkotaan yang sarat dengan permasalahan transportasi
banyak dijumpai di Indonesia sebagai negara berkembang, demikian
pula di Tangerang Selatan. Faktor ekonomi, sosial dan budaya diduga
menjadi penyebab timbulnya kemacetan di kawasan perkotaan.

Permasalahan transportasi jalan merupakan fakta yang dihadapi oleh


masyarakat di kawasan perkotaan. Perkembangan kota Tangerang
Selatan yang cukup pesat ditandai oleh semakin bertambahnya jumlah
penduduk yang tinggal di kawasan permukiman kota Tangerang
Selatan. Laju pertumbahan penduduk sebesar 4,74% berdasarkan
perhitungan BPS dari tahun 2000 sampai dengan 2010 membawa
implikasi terhadap volume kendaraan yang digunakan oleh masyarakat.
Jumlah kendaraan berbanding lurus dengan perkembangan ekonomi
dan pertambahan jumlah penduduk.

Seiring dengan perkembangan kota Tangerang Selatan, pertumbuhan


pembangunan juga meningkat dan memberi dampak pertumbuhan
volume kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat. Pola ini terus
berlanjut sehingga perlu ada tindakan yang tepat untuk menangani
masalah ini, agar tidak menyebabkan masalah yang lebih serius.

PT Satwindu Utama | 10
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Di Kota Tangerang Selatan, kepadatan jalan di ruas-ruas tertentu


menjadi masalah utama. Sehingga ditemukan permasalahan
diantaranya:
Volume kendaraan yang tinggi menjadikan kapasitas jalan tidak
menampung sehingga mengakibatkan kemacetan di jam-jam sibuk
(peak hours).
Belum adanya sistem rekayasa lalu lintas yang optimal guna
menanggulangi kemacetan.
Ruas jalan yang terbatas .
Kapasitas pelayanan angkutan umum yang tidak maksimal.

2.2. Gambaran Umum Lokasi

Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik


kordinat 10638-10647 Bujur Timur dan 061330 06 2230 Lintang
Selatan, secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan dengan
luas wilayah 147.19 km2 atau 14.79 Ha.

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan

PT Satwindu Utama | 11
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

2.2.1. Batas Administrasi

Kota Tangerang Selatan merupakan sebuah kota yang berada di


Banten yang belum lama berdiri. Kota ini terdiri dari 7 kecamatan
yakni Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara,
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, Kecamatan
Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Setu.
Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah kecamatan dan
kelurahan yang ada di Kota Tangerang Selatan.

Adapun kota yang belum lama berdiri ini berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan


Kota Tangerang

Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan


Kota Depok

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan


Kota Depok

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

2.2.2. Kepadatan Penduduk

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan

Luas Wilayah Prosentase terhadap


No Kecamatan
(Ha) luas kota (%)
1 Serpong 2.404 16.33

2 Serpong Utara 1.784 12.12

3 Ciputat 1.838 12.49

4 Ciputat Timur 1.543 10.48

5 Pamulang 2.682 18.22

PT Satwindu Utama | 12
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

6 Pondok Aren 2.988 20.30

7 Setu 1.480 10.06

Jumlah 14.719 100


Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan 2010

Dengan luas wilayah 147,19 kilometer persegi, kepadatan


2
penduduk Kota Tangerang Selatan mencapai 8.856 orang/km ,
sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu 4.391
2
orang/km . Berdasarkan data yang diperoleh BPS Kabupaten
Tangerang dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk berada
di Kecamatan Pondok Aren dan Pamulang dengan jumlah
penduduk diatas 200.000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
terkecil terdapat di Kecamatan Setu dengan jumlah penduduk
kurang dari 70.000 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Tangerang
2
Selatan pada tahun 2010 sebesar 8.856 orang/km , yaitu dengan
Kecamatan Ciputat Timur mempunyai kepadatan terbesar yaitu
2
11.881 orang/km . Sedangkan kepadatan penduduk terendah
2
berada di Kecamatan Setu 4.391 orang/km

Tabel. 2. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Kota Tangerang


Selatan
Jumlah Luas Wilayah Kepadatan
Kecamatan
Penduduk (km2) (Jiwa)
(Jiwa)
Setu 64.985 15.61 4.163

Serpong 137.398 24.87 5.525

Pamulang 288.511 27.66 10.431

Ciputat 195.900 18.54 10.566

Ciputat Timur 183.330 16.42 11.165

PT Satwindu Utama | 13
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Pondok Aren 307.154 28.83 10.654

Serpong Utara 126.291 18.85 6.700

Jumlah 1.303.569 147.19 8.146


Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan 2010

Kepadatan penduduk tinggi di Kota Tangerang Selatan


disebabkan peningkatan jumlah dari waktu ke waktu selain
peningkatan secara alami dan faktor daya tarik wilayah yang
berdampak migrasi penduduk Kota DKI Jakarta. Wilayah
Tangerang Selatan yang berbatasan langsung dengan provinsi
DKI Jakarta menjadi wilayah limpahan penduduk kota Jakarta.

2.3. Gambaran Lokasi Lalu Lintas Harian Rata-Rata

Jl. Raya Serpong (Cilenggang


Simpang Empat Muncul).
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 11 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan propinsi yang
menghubungkan antara Tangerang
Selatan dengan Parung Kabupaten
Bogor, dimana pada ruas ini
terdapat beberapa titik rawan
kemacetan yaitu simpang tiga
Cisauk, Pasar Serpong dan
simpang tiga Taman Tekno.

PT Satwindu Utama | 14
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Jl. Raya Serpong (Putar Balik


BSD Simpang Tiga Gading).
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 20,00 meter dengan lebar
dengan tipe jalan 6 lajur 2 arah dan
memiliki ROW 24 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang
menghubungkan antara Kota
Tangerang dengan Kabupaten
Bogor, dimana pada ruas ini
terdapat beberapa titik rawan
kemacetan yaitu depan WTC,
bunderan Plaza BSD.

Jl. Kapten Soetopo.


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 20,00 meter dengan tipe
jalan 6 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 30 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang BSD Junction sampai
dengan Exit Tol Ciater, dimana
pada ruas ini terdapat titik rawan
kemacetan yaitu simpang tiga
Santa Ursula.

Jl. Puspiptek.
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 8,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 11 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan propinsi yang dimulai
dari simpang tiga Pamulang 2

PT Satwindu Utama | 15
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

sampai dengan simpang empat


muncul, dimana pada ruas ini
terdapat beberapa titik rawan
kemacetan yaitu simpang tiga
Pamulang 2, simpang empat viktor
dan simpang empat Muncul.

Jl. JLS
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 10 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang empat Muncul sampai
dengan arah menuju Cisauk
Kabupaten Tangerang, dimana
pada ruas ini terdapat titik rawan
kemacetan yaitu simpang empat
Muncul.

Jl. Pondok Jagung.


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 4,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang tiga Graha Bintaro
Bhayangkara sampai dengan
simpang tiga jalan Rawa Kutuk,
yang juga merupakan jalan
alternatif dari Perumahan Graha
Bintaro menuju Jalan Raya
Serpong tanpa melalui Alam
Sutera.

PT Satwindu Utama | 16
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Jl. Jelupang.
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 4,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 6 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang tiga Lengkong Wetan
sampai dengan Graha Bintaro.
Ruas ini nampak tidak terlalu padat
namun pada simpang lengkong
wetan agak tersendat karena lebar
jalan cukup sempit pada saat
kendaraan akan berbelok.

Jl. Lengkong Wetan.


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 4,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 6 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
jalan Raya Serpong Binus BSD
dengan Kelurahan Parigi dan
Perumahan Bintaro.

Jl. Raya Ciater. ( Simpang Tiga


Maruga Simpang Tiga Exit Tol
BSD)
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
simpang tiga Maruga dengan

PT Satwindu Utama | 17
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

simpang tiga exit Tol BSD dengan


ruas yang sempit serta adanya
proyek perlebaran jalan turut
mempengaruhi kemacetan jalan
tersebut.

Jl. Pondok Kacang


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,20 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan propinsi yang dimulai
dari Kelurahan Pondok Kacang
Timur dengan Ciledug Kota
Tangerang.

Jl. Pondok Aren


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
Jl. Raya Jombang dan Jl. Ceger
yang akan tembus pada Tanah
Kusir Jakarta. Dimana titik rawan
kemacetan terjadi pada simpang
tiga Jl. Pondok Aren dan simpang
Tiga Pondok Jaya karena
pertemuan arus lalu lintas dan tidak
terdapat rambu maupun lampu
merah.

PT Satwindu Utama | 18
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Jl. Pondok Jaya


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,20 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7 meter. Ruas ini termasuk
dalam jalan kota yang dimulai dari
Jl. Raya Pondok Aren dan Jl.
Bintaro sektor 9

Jl. Bintaro Utama 3A


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 12,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 15 meter.
Ruas yang terdapat ditengah
Perumahan Bintaro sektor 3 yang
telah menjadi jalan utama dengan
sisi kanan dan kiri dipenuhi dengan
toko-toko. Potensi kemacetan
dapat terjadi jika adanya angkot
yang berhenti menunggu
penumpang terlalu lama. Titik pusat
perbelanjaan Bintaro Plasa
terhubung dengan Bintaro Sektor 5
Pusat Bisnis Bank Mega serta
akses tol JORR

Jl. Bintaro Utama 3


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 14,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 18 meter.

PT Satwindu Utama | 19
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Merupakan ruas jalan terusan


Bintaro Utama 3A yang menuju ke
Bintaro sektor 1, dan ruas ini juga
bukanlah termasuk lalu lintas
padat.

Jl. WR Supratman
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 14,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 18 meter. Dimulai dari
simpang empat Bintaro Plasa
sampai dengan Jl. Ir H. Juanda
kampus UIN, ruas ini termasuk
lebar jalan yang cukup sempit
dengan volume kendaraan yang
cukup tinggi. Sehingga terdapat
titik-titik kemacematan pada
beberapa persimpangan
diantaranya simpang kompas,
simpang deplu dan perlintasan
kereta api pondok ranji.

Jl. Kompas
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 7,00 meter. Penghubung
antara Jl. WR Supratman dengan
simpang empat Duren, ruas ini

PT Satwindu Utama | 20
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

termasuk yang tidak rawan


kemacetan
Jl. Merpati Raya
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 8,00 meter. Ruas ini dimulai
dari simpang empat Duren sampai
dengan Jl. Raya Jombang, kondisi
jalan sudah relatif baik sehingga
tidak terdapat potensi kemacetan
yang berarti.

Jl. Tegal Rotan


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,80 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9,00 meter. Memiliki potensi
kemacetan sedang karena ada
beberapa titik sedang mengalami
perbaikan jalan terutama di exit tol
Pondok Aren JORR. Ruas ini
menghubungkan exit tol Pondok
Aren dengan Perumahan Bintaro
sektor 9.

Jl. Cendrawasih
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,10 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9,00 meter. Ruas ini dimulai
dari exit tol Pondok Aren sampai
dengan simpang empat Duren yang

PT Satwindu Utama | 21
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

juga terkena dampak perbaikan


jalan di exit tol Pondok Aren,
dimana lebar jalan yang sempit
serta menjadi akses utama dari
wilayah ciputat untuk menuju tol
JORR.

Jl. Ki Hajar Dewantoro


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,10 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9,00 meter. Ruas jalan ini
menuju langsung ke Pasar Ciputat
dari simpang empat Duren, kondisi
rawan kemacetan pada pagi , siang
dan sore hari. Karena terdapat
pasar, sekolah dan terminal
bayangan yang ada di daerah
tersebut menyebabkan potensi
kemacetan yang cukup tinggi pada
waktu-waktu tertentu
Jl. Ir. H, Juanda
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 14,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 20,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan negara, yang
berfungsi sebagai ruas jalan utama
menuju DKI Jakarta dari Ciputat
dan Depok, sehingga ruas ini
merupakan ruas yang padat
dengan beban kendaraan tinggi .

PT Satwindu Utama | 22
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Jl. Pahlawan
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 6,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 8,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota dimana
terletak di wilayah rempoa menuju
Jl Ir. H. Juanda. Pada pagi dan
sore hari merupakan jalur padat
dimana banyaknya warga yang
berangkat dan pulang pada peak
hours.

Jl. Raya Cirendeu


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,30 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 10,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota yang
merupakan ruas alternatif dari
Pamulang menuju Pasar Jumat /
Lebak Bulus, dan banyak
disekitarnya perumahan-
perumahan cluster menjadikan
area yang rawan kemacetan, selain
banyak juga angkot yang berhenti
mencari penumpang.

Jl. Purnawarman
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,50 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 8,00 meter. Ruas ini

PT Satwindu Utama | 23
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

termasuk dalam jalan kota yang


merupakan sebagai penghubung
atau jalan pintas dari Ciputat
menuju Jl. Cirendeu menjadikan
ruas favorit warga untuk melintasi
jalan ini, selain mulai banyak
cluster perumahan kelas menengah
pada jam sibuk terjadi kemacetan
hanya di simpang cirendeu saja.

Jl. Dewi Sartika


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 15,00 meter dengan tipe
jalan 4 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 20,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan negara yang
terletak di Pasar Ciputat sehingga
selain jumlah kendaraan yang
tinggi dari arah Jakarta menuju
Pamulang, Sawangan dan
sekitarnya dan arah sebaliknyanya
mengakibatkan rawan kemacetan
baik di pagi, siang, sore dan malam
hari.

Jl. Pajajaran
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 9,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 12,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota dengan
ruas penghubung Ciputat menuju
Pamulang dan beberapa titik

PT Satwindu Utama | 24
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

terdapat lubang dan bergelombang


turut memicu hambatan perjalanan
pengendara terutama di simpang
menuju Jombang melalui Jl H. Taif,
sementara rambu-rambu masih
sangat minim terpasang.

Jl. H. Taif
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 8,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota dan
berfungsi sebagai jalan pintas dari
Pamulang yang akan menuju
Jombang menjadikannya alternatif
masyarakat dari pada memutar
melalui pasar Ciputat. Sehingga
ruas ini relatif selalu ramai.

Jl. Aria Putra


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 10,00 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 12,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang
menghubungkan pasar Ciputat
dengan pasar Jombang dengan
ruas yang cukup lebar masih
anggap mampu menampung
kapasitas kendaraan kecuali di
ujung ruas Jl. Aria Putra yang
bertepatan di Pasar Ciputat relatif

PT Satwindu Utama | 25
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

rawan kemacetan karena adanya


penyempitan ruas jalan serta
kondisi jalan yang kurang baik.

Jl. Bukit Indah Serua ( Simpang


Tiga Maruga Simpang Tiga
Bukit Indah)
Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 7,20 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 11,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan kota adalah
akses dari Serua menuju exit tol
BSD menjadikan jalur ini ramai
pada jam-jam sibuk, kemacetan
terjadi biasanya pada simpang
pamulang 2

Jl. Raya Jombang


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 5,70 meter dengan tipe
jalan 2 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 9,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang
merupakan ruas jalan yang cukup
panjang dimulai dari pasar
Jombang hingga Ciledug sehingga
terdapat ruas-ruas padat dan tidak
terlalu padat. Terutama simpang-
simpang yang bersinggungan ruas
jalan potensial seperti simpang
empang empat bintaro, simpang
pondok aren.

PT Satwindu Utama | 26
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Jl. Kapten Soebiyanto


Ruas jalan ini memiliki lebar jalur
lalu lintas 20,00 meter dengan tipe
jalan 6 lajur 2 arah dan memiliki
ROW 32,00 meter. Ruas ini
termasuk dalam jalan propinsi yang
terletak di depan German Center
yang dimulai dari BSD Junction
sampai dengan exit tol Serpong.
Pada ruas ini terdapat titik rawan
kemacetan di traffic light German
Center.

PT Satwindu Utama | 27
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

BAB III
JADWAL PENUGASAN
STUDI LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA

3.1. Tenaga Ahli dan Tanggungjawabnya

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan


ini, konsultan mengajukan posisi
tenaga ahli sesuai dengan kualifikasi
dalam KAK. Tenaga ahli akan bekerja
sesuai dengan porsi yang sesuai
dengan perhitungan usulan biaya.

Tabel .1.3. Posisi Keahlian

Posisi Tenaga Ahli Rekomendasi Spesifik


Tahun Pengalaman
sesuai KAK Keahlian
Ahli Madya Perencanaan
S2 Teknik Sipil
Transportasi (Sebagai 6 Tahun
Transportasi
Team Leader)
Ahli Muda Manajemen S1 Teknik Sipil
6 Tahun
Rekayasa Lalu Lintas Transportasi

Kepala Surveyor - S1 Teknik Sipil

Surveyor - D3

Juru Gambar / Drafter - D3 Teknik sipil

Operator Komputer SMA/sederajat

PT Satwindu Utama | 28
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

3.2. Deskripsi Tugas dan Tanggungjawab

TENAGA AHLI
(Personil Inti)

Tenaga
Posisi Jumlah
Ahli Lingkup
Nama Personil Perusahaan Yang Lingkup Pekerjaan Orang
Lokal/ Keahlian
Diusulkan Bulan
Asing

1. Ir. Oentoeng Kartono, MT PT. Sat Lokal Ahli Madya Ketua Tim / Memimpin dan mengkoordinasikan pekerjaan secara 2
Windu Teknik Sipil Ahli efektif dan efisien agar dalam pelaksanaannya dapat
Utama Perencanaan berjalan dengan lancer guna mencapai tujuan dan
Transportasi sasaran yang diharapkan sesuai dengna yang
direncanakan oleh Pemberi Kerja.
Mengkoordinir dan mengakolasikan pekerjaan sesuai
dengan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing
tenaga ahli.
Mempertanggungjawabkan secara keseluruhan
penyelenggaraan pelaksanaan pekerjaan ini dan
menjaga mutu pekerjaan sesuai dengan maksud dan
tujuan, serta sasaran pekerjaan dari awal sampai
akhir pelaksanaan.
Menyusun rencana kegiatan dengan tenaga ahli serta
mengarahkan pelaksanaan.
Mengawasi pelaksanaan secara rutin dan menjamin
setiap pelaporan kemajuan proyek agar tepat waktu
Memberikan petunjuik pada tim kerja konsultan
Bertanggungjawab untuk seluruh lingkup kegiatan
Menyusun metodologi dan rencana kerja.

PT Satwindu Utama | 29
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Mobilisasi tenaga ahli dan penyelesaian pekerjaan


serta kualitas pekerjaan secara keseluruhan.
Bertanggung jawab atas semua bentuk laporan dan
menterjemahkan apa yang diminta oleh pemberi
tugas (yang terdapat dalam TOR), termasuk aspek
administrasi, teknik dan keuangan.
Bertanggung jawab terhadap seluruh proses kegiatan
pada pekerjaan ini dari tahap awal sampai dengan
pekerjaan selesai.
Membuat analisis kerja (LOS) dan rekomendasi
pemecahan permasalahan lalu lintas.

2. Romli Rais Soaib, ST PT Sat Lokal Ahli Muda Ahli Bersama-sama melakukan persiapan pelaksanaan
Windu Teknik Sipil Manajemen kegiatan dalam bentuk pemantapan rencana kerja
Utama Rekayasa dan metodologi pelaksanaan serta tenaga pelaksana.
Lalu Lintas Bertanggung jawab dalam pengendalian/pengaturan
personil serta pelaksanaan pengambilan data primer
(survey-survey lapangan) dan memberikan masukan
tentang metode, format serta jenis survey lapangan
dan data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis
manajemen.
Rekayasa lalu lintas
Bertanggung jawab atas hasil pengumpulan data
sekunder dan data primer.
Bertanggung jawab atas hasil analisis berupa
perhitungan kepasitas lalu lintas dan hasil analisis/
gambar penampang melintang jalan.
Membantu team leader dalam melakukan analisis
kinerja lalu lintas
Menyusun laporan yang dibutuhkan

PT Satwindu Utama | 30
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

PENDUKUNG
(Personil Lainnya)

Tenaga
Posisi Jumlah
Ahli Lingkup
Nama Personil Perusahaan Yang Lingkup Pekerjaan Orang
Lokal/ Keahlian
Diusulkan Bulan
Asing

A. Supardi, ST PT. Sat Lokal Sajana/ Surveyor Surveyor adalah tenaga yang melakukan Masing-
1. Yanti Armila Dewi, ST Windu Diploma pengambilan data sesuai yang dibutuhkan dalam masing
2. Dede E. Riswandi, ST Utama analisis pekerjaan ini. Tanggung jawab koordinasi di 1,5 OB
3. Octavian M, ST lapangan dilaksanakan oleh Kepala Surveyor
4. Moch, Rieza Azmil, ST
5. A. Nugroho PP, ST
6. Heri Samsul Bahri, ST
7. Budi Santoso, ST
8. Fajar Erismoko, ST
9. Abdilah Mauludi, ST
10. RW. Bagus W., ST
11. Rudi WIjaya, ST
12. Ali Zaenal A, SEI
13. Abdilah Mauludi, ST
14. M. Asri, ST
15. KM. Sutawijaya, ST
16. Marimin, ST
17. Yuhendi Alamsyah
18. Margono, BE
19. Lusi Kurnianingsih, ST
20. Andi Budiyanto, ST

PT Satwindu Utama | 31
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

PENDUKUNG
(Personil Lainnya)
Tenaga
Posisi Jumlah
Ahli Lingkup
Nama Personil Perusahaan Yang Lingkup Pekerjaan Orang
Lokal/ Keahlian
Diusulkan Bulan
Asing

1. Alia S. Puspita, ST PT. Sat Lokal Sarjana/ Juru Gambar Tugas utama adalah mendukung penyajian gambar- 2
Windu Diploma gambar dan berkemampuan sebagai ahli desai/gambar
Utama teknik (CAD Design)

1. Ahmad Fatoni, SEI PT. Sat Lokal Sarjana/ Operator a. Mambantu tim tenga ahli dalam mempersiapkan 4
2. Cahyo Baskoro Windu Diploma Komputer pelaporan;
Utama b. Membantu tim tenaga ahli melakukan kompilasi
data;
c. Membantu tenga ahli dalam menyiapkan kebutuhan
pelaksanaan diskusi/pembatasan.

PT Satwindu Utama | 32
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Menurut pemahaman konsultan pekerjaan ini lebih bersifat basis data.


Upaya recording/perekaman melalui pengamatan lapangan akan lebih
mendominasi pekerjaan, maka komposisi tenaga ahli yang diminta
dirasakan belum mencukupi. Keseluruhan tenga surveyor merupakan
ujung tombak kegiatan utama, yakni pengumpulan data lapangan.

3.3. Organisasi Pelaksana

Prinsip Dasar Pelaksanaan Pekerjaan

Penyusunan organisasi pelaksanaan Studi Penyusunan Lalu Lintas


Harian Rata-Rata (LHR) ini menyangkut hubungan antara pemberi
kerja dengan pelaksana kerja (konsultan), yang terdiri dari tenaga-
tenaga ahli dari berbagai bidang.

Organisasi pelaksanaan dalam pekerjaan ini menyangkut hubungan


antara pemberi tugas dengan pelaksana kerja. Pemberi tugas adalah
PPK SKPD Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan. Adapun
pelaksanaan kerja dalam hal ini adalah PT. Satwindu Utama.

Dalam melaksanakan kegiatan ini, dimana antara pemberi


kerja/pengguna jasa dengan konsultan sebagai pelaksana kegiatan
terjalin suatu garis koordinasi dan hubungan kerja yang digambarkan
dalam suatu organisasi pekerja. Untuk memudahkan koordinasi
pelaksanaan pekerjaan, kedua belah pihak membentuk tim pelaksana.
Pemberi kerja/pengguna jasa menunjuk pemimpin proyek dan
membentuk satu tim teknis yang menangani pekerjaan ini, sedangkan
konsultan membentuk tim yang atas ketua tim, tenaga ahli, dan tenaga
pendukung lainnya, dalam struktur organisasi yang terbentuk, terdapat
jalur koordinasi dan komando sebagai berikut :
Ketua Tim (Team Leader) dibantu dengan manajemen konsultan
bertanggung jawab terhadap pejabat pembuat komitmen beserta
tim teknis yang dibentuknya dalam hal pelaksanaan pekerjaan.
PT Satwindu Utama | 33
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Dalam struktur organisai Konsultan, Ketua Tim (Team Leader) juga


bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan pekerjaan kepada
manajemen konsultan.
Tim ahli yang terdiri dari berbagai disiplin keilmuan yang terkait
bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya kepada ketua tim
(team leader) dan bersama-sama dengan ketua tim (team leader)
melakukan serangkaian pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
rencana kerja yang telah disusun dan disepakati.
Staf pendukung bertugas membatu kelancaran pelaksanaan
pekerjaan yang berkaitan dengan studio dan pekerjaan kantor
lainnya.

Hubungan tim teknis dengan konsultan pelaksana dalam pekerjaan ini


disusun berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain :
1. Lingkup pekerjaan dan volume pekerjaan
2. Pemahaman atas tugas dan koordinasi di lokasi
3. Kondisi dan permasalahan yang akan dihadapi
4. Tujuan dan hasil akhir pekerjaan
5. Jangka waktu pelaksanaan

PT Satwindu Utama | 34
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI & INFORMATIKA


KOTA TANGERANG SELATAN

KONSULTAN

Tim Teknis TEAM LEADER

1. Merencanakan,
mengkoordinasikan serta
melaksanakan pekerjaan; TENAGA AHLI :
2. Bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pengambilan 1. TA
data primer (survey-survey Perencanaan
lapangan) dan data sekunder; Transportasi
3. Melakukan analisis kinerja
lalu lintas; 2. TA Manajemen
4. Menyusun detail Rekayasa Lalu
perencanaan. Lintas

TENAGA
PENDUKUNG

OUT PUT KEGIATAN :


1. Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR).
2. Karakteristis lalu lintas.
3. Fluktuatif lalu lintas dan kompsisi kendaraan.
4. Analisis kinerja lalu lintas
5. Penampang Melintang Lokasi Survey

Gambar 3.1. Struktur Pelaksanaan Pekerjaan

PT Satwindu Utama | 35
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

3.4. Jadwal Penugasan Personil

Bulan Penugasan Bulan Penugasan


No Nama Jabatan MM
1 2
A. TENAGA AHLI 4
Ketua Tim
1. Ir. Oenteong kartono, MT ...
.... .. 2
Ahli Perenc. Transportasi
Ahli Manajemen Rekayasa
2. Ir. Romli Rais ...
.... .. 2
Lalu Lintas
B. TENAGA PENDUKUNG
I Supardi, ST (Kepala) Surveyor ...
.. 1,5
1. Yanti Armila Dewi, ST ...
.. 1,5
2. Dede E. Riswandi, ST ...
.. 1,5
3. Octavian M., ST ...
.. 1,5
4. Moch, Rieza Azmil, ST ...
.. 1,5
5. A. Nugroho PP, ST ...
.. 1,5
6. Heri Samsul Bahri, ST ...
.. 1,5
7. Budi Santoso, ST ...
.. 1,5
8. Fajar E., ST ...
.. 1,5
9. Abdilah mauludi, ST ...
.. 1,5
10. RW. Bagus W., ST ...
.. 1,5
11. Rudi WIjaya, ST ...
.. 1,5
12. Ali Zaenal A, SEI ...
.. 1,5
13. Abdilah Mauludi, ST ...
.. 1,5
14. M. Asri, ST ...
.. 1,5
15. Km. Sutawijaya, ST ...
.. 1,5
16. Marimin, ST ...
.. 1,5
17. Yuhendi Alamsyah ...
.. 1,5
18. Margono, BE
PT Satwindu Utama 36
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

19. Lusi Kurniawan, ST ...


.. 1,5
20. Andi Budiyanto, ST ...
.. 1,5
II 1. Alia Saksia Puspita, ST Juru Gambar ...
.. 2
III 1. A. Fathoni, S.Sos.i Operator Komputer 2
2. Cahya baskoro 2
Jumlah 41,5

PT Satwindu Utama 37
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

3.5. Keluaran/Produk

Sebagai hasil produk kegiatan konsultan , akan dituangkan dalam 3


jenis laporan kegiatan yang harus diserahkan sesuai dengan tahapan
dan jadwal pelaksanaan. Laporan kegiatan pekerjaan Penyusunan Lalu
Lintas Harian Rata-rata yang harus diserahkan konsultan terdiri dari :

1. Laporan Pendahuluan
Garis besar Laporan Pendahuluan berisi tentang :
a. Temuan awal dan gambaran umum lokasi;
b. Jadwal penugasan Tenaga Ahli dan Tanggung Jawabnya;
c. Metodologi dan Pendekatan;
d. Rencana kerja dan Jadwal pelaksanaan kegiatam konsultan.
2. Laporan Antara
Laporan ini merupakan laporan draft akhir pekerjaan dengan
mengakomodir semua masukan-masukan hasil diskusi dari konsep
laporan akhir yang sudah disetujui Tim Teknis.

PT Satwindu Utama 38
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

BAB IV
METODOLOGI DAN PENDEKATAN
STUDI LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA

4.1. Metodologi dan Pendekatan

4.1.1. Pendekatan Teoritis

Rekayasa lalu lintas adalah suatu penanganan yang berkaitan


dengan perencanaan, perancvangan geometrik dan operasi lalu
lintas jalan serta jaringannya, terminal, penggunaan lahan serta
keterkaitan dengan moda transportasi lainnya.

Sedangkan istilah Rekayasa lalu lintas yang banyak digunakan


di Indonesia adalah salah satu cabang dari tiknik sipil yang
menggunakan pendekatan rekayasa untuk mengalirkan lalu
lintas orang dan barang secara aman dan effisien dengan
merencanakan, membangun dan mengoperasikan geometrik
jalan, dan dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta
alat pemberi isyarat lalu lintas.

Lalu lintas didalam Undang-undang No 22 tahun 2009


didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu
Lintas Jalan, sedangkan yang dimaksud dengan Ruang Lalu
Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan
dan fasiltas pendukung.

Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan


angkutan jalan yang selamat, aman, cepat lancar tertib dan

PT Satwindu Utama 39
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan


rekayasa lalu lintas

Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan


perundangan meyangkut arah lalu lintas, perioritas
menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan
pengendalian arus di persipangan.

4.1.2. Teori Manajemen Lalu Lintas

Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan prencanaan, pengaturan,


pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas
bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain dengan :

a. Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan,


dan/atau jaringan jalan;
b. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan
tertentu;
c. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat
pelayanan tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan
intra dan antar moda;
d. Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah
bagi pemakai jalan.

4.1.3. Kegiatan Perencanaan Lalu Lintas

Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan


evaluasi tingkat pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain
untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini
adalah merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan
untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor
kecepatan dan keselamatan. Penetapan tingkat pelayanan yang

PT Satwindu Utama 40
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

diinginkan. Dalam menentukan tingkat pelayanan yang


diinginkan dilakukan antara lain dengan memperhatikan :
rencana umum jaringan transportasi jalan; peranan, kapasitas,
dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas, aspek
lingkungan, aspek sosial dan ekonomi. Penetapan pemecahan
permasalahan lalu lintas, penyusunan rencana dan program
pelaksanaan perwujudannya. Maksud rencana dan program
perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi : penentuan
tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan, usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan
ditetapkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan
pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu-rambu
lalu lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat
pengendali dan pengaman pemakai jalan; usulan kegiatan atau
tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun
penyuluhan kepada masyarakat.

4.1.4. Kegiatan Pengaturan Lalu Lintas

Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau


ruas-ruas jalan tertentu. Termasuk dalam pengertian penetapan
kebijaksanaan lalu lintas dalam ketentuan ini antara lain
penataan sirkulasi lalu lintas, penetuan kecepatan maksimum
dan/atau minimum, larangan penggunaan jalan, larangan
dan/atau perintah bagi pemakai jalan.

4.1.5. Kegiatan Pengawasan Lalu Lintas Meliputi


1. Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan lalu lintas. Kegiatan pemantauan dan
penilaian dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut untuk mendukung
pencapaian tingkat pelayanan yang telah ditentukan.

PT Satwindu Utama 41
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Termasuk dalam kegiatan pemantauan antara lain meliputi


inventarissasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu
lintas yang berlaku pada ruas jalan, jumlah pelanggaran dan
tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas
pelanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan penilaian
antara lain meliputi penentuan criteria penilaian, analisis
tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan
perbaikan.
2. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu
lintas. Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang telah
ditentukan. Termasuk dalam tindakan korektif adalah
peninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila di dalam
pelaksanaannya menimbulkan masalah yang tidak
diinginkan.

4.1.6. Kegiatan Pengendalian Lalu lintas Meliputi


1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan
kebijaksanaan lalu lintas. Pemberian arahan dan petunjuk
dalam ketentuan ini berupa penetapan atau pemberian
pedoman dan tata cara untuk keperluan pelaksanaan
manajemen lalu lintas, dengan maksud agar diperoleh
keseragaman dalam pelaksanaannya serta dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya untuk menjamin
tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan.
2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.

4.2. Pendekatan Komponen Lalu Lintas

Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai


pengguna, kendaraaan dan jalan yang saling berinteraksi dalam
PT Satwindu Utama 42
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelaikan


dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu
lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan
geometric. Lihat gambar berikut ini :

Manusia

Kendaraan Jalan

a) Manusia sebagai pengguna


Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi
atau pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai
kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi,
konsentrasi dll). Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi
oleh keadaan fisik dan psikologi, umur serta jenis kelamin dan
pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca, penerangan/lampu jalan
dan tata ruang.
b) Kendaraan
Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik
yang berkaitan dengan kecepatan, percepatan perlambatan,
dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas yang
cukup untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas.
c) Jalan
Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui
kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk
pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan untuk mampu
mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan mampu

PT Satwindu Utama 43
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman, sehingga


dapat meredam angka kecelakaan lalu lintas.

4.2.1. Lalu Lintas Harian Rata-rata


Lalu lintas harian rata-rata adalah jumlah kendaraan yang
melewati satu titik dalam satu ruas dengan pengamatan selama
satu tahun dibagi 365 hari. Besarnya LHR akan digunakan
sebagai dasar perencanaan jalan dan evaluasi lalu lintas pada
masa yang akan datang. Untuk memprediksi volume LHR pada
tahun rencana, digunakan persamaan regresi.


( )

[ ( ) ( )]

Dimana :

= volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR)


= tahun
dan = konstanta
= lalu lintas harian rata-rata pada tahun ke-n
= jumlah tahun
= pertumbuhan lalu lintas

4.2.2. Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melintas di


suatu titik pada suatu ruas jalan dengan interval waktu tertentu
yang dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Dalam
perencanaan, digunakan perhitungan volume puncak yang
dinyatakan dalam volume per jam perencanaan. Perhitungan
volume lalu lintas digunakan rumus berdasarkan MKJI No.
036/T/BM/1997.

PT Satwindu Utama 44
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

dimana :
= arus lalu lintas yang digunakan untuk perancangan.
= faktor peubah dari LHRT ke lalu lintas jam puncak.
= lalu lintas harian rata-rata tahunan.

4.2.3. Kapasitas Jalan

Kapasitas jalan didefinikan sebagai arus maksumum yang dapat


dipertahankan per satuan jam yang melewati suatu titik pada
suatu ruas jalan dalam kondisi yang ada. Besarnya kapasitas
jalan menurut MKJI 1997:

dimana :
= kapasitas (smp/jam)
= kapasitas dasar (smp/jam)
= factor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
= factor penyesuaian pemisah arah
= factor penyesuaian hambatan samping

Tabel 3. Kapasitas Dasar (Co)

Tipe
Tipe Jalan Kapasitas Dasar
Alinyemen

Datar 1900 Smp/jam/lajur


Empat lajur terbagi Bukit 1850 Smp/jam/lajur
Gunung 1800 Smp/jam/lajur

Datar 1700 Smp/jam/lajur


Empat lajur tak terbagi Bukit 1650 Smp/jam/lajur
Gunung 1600 Smp/jam/lajur

Datar 3100 Smp/Jam/total kedua arah


Dua lajur tak terbagi Bukit 3000 Smp/Jam/total kedua arah
Gunung 2900 Smp/Jam/total kedua arah
Sumber : MKJI No. 036/T/BM/1997

PT Satwindu Utama 45
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Tabel 3. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)

Tipe Jalan Lebar efektif Jalur Lalu Lintas (m) FCw


3,00 0,91
Empat Lajur Terbagi 3,25 0,96
Per lajur
Enam lajur terbagi 3,50 1,00
3,75 1,03
3,00 0,91
3,25 0,96
Empat lajur tak berbagi Per lajur
3,50 1,00
3,75 1,03
5,00 0,69
6,00 0,91
7,00 1,00
Dua lajur tak terbagi Total dua arah 8,00 1,08
9,00 1,15
10,00 1,21
11,00 1,27
Sumber : MKJI No.036/T/BM/1997

Tabel 4. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah Arah (FCSP)

Pemisah Arah SP%-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30


Dua Lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
FCSP
Empat Lajur 4/4 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
Sumber : MKJI No.036/T/BM/1997

Untuk jalan berbagi dan jalan satu arah, faktor penyesuaian


kapasitas untuk pemisahan arah tidak dapat diterapkan dan
bernilai 1,0.

Tabel 5. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat hambatan Samping (FCSF)


Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan
Kelas
Samping (FCSF)
Tipe Jalan Hambatan
Lebar bahu efektif Ws
Samping
0,5 1,0 1,5 2,0
Very Low 0,99 1,00 1,01 1,03
Low 0,96 0,97 0,99 1,01
4/2 D Medium 0,93 0,95 0,96 0,99
High 0,90 0,92 0,95 0,97
Very High 0,88 0,90 0,93 0,96
Very Low 0,97 0,99 1,00 1,02
Low 0,93 0,95 0,97 1,00
2/2 UD
Medium 0,88 0,91 0,94 0,98
4/2 UD
High 0,84 0,87 0,91 0,95
Very High 0,80 0,83 0,88 0,93
Sumber : MKJI No.036/T/BM/1997

PT Satwindu Utama 46
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

4.2.4. Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation)

Derajat kejenuhan di definisikan sebagai ratio arus lalu lintas


terhadap kapasitas jalan, digunakan sebagai faktor kunci dalam
penentuan prilaku lalu lintas pada suatu simpang dan segmen
jalan. Nilai derajat kejenuhan akan menunjukkan apakah segmen
jalan itu akan mempunyai suatu masalah dalam kapasitas atau
tidak. Besarnya nilai derajat kejenuhan ditunjukkan pada rumus
berikut :

Dimana :
= Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation)
= Volume lalu lintas yang melewati suatu segmen jalan per satuan waktu
(smp/jam)
= Kapasitas jalan (smp/jam)

Keterangan
> 0,75 = Macet
0,65 < < 0,75 = Kurang lancar
< 0,65 = Lancar

Nilai DS tidak boleh melebihi angka satu, karena jika nilai DS


lebih dari satu maka akan terjadi masalah yang serius karena
pada jam puncak rencana arus lalu lintas yang ada akan
melebihi nilai kapasitas jalan dalam menampung arus lalu lintas.
Nilai DS yang paling ideal adalah di bawah angka 0,75.

4.3. Metode dan Penanganan Pekerjaan

Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan ini pada


prinsipnya dilakukan secara simultan sekaligus berkesinambungan,
untuk keperluan proses iterasi dari srangkaian kegiatan. studi volume
lalu lintas dibuat untuk memperoleh data yang akurat mengenai jumlah
pergerakan kendaraan dan atau pejalan kaki di dalam atau melalui

PT Satwindu Utama 47
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

suatu daerah, atau pada titik-titik yang dipilih pada daerah tersebut
melalui sistem jalan raya.

Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan melalui titik yang


ditentukan selama priode waktu tertentu atau jumlah kendaraan yang
melewati bagian/potongan jalur atau jalan selama priode waktu tertentu.
Informasi mengenai volume lalu lintas adalah sangat penting untuk
rencanaan lalu lintas, perancangan, operasional dan riset. Tipe
informasi volume berbeda-beda tergantung pada data.
1) Annual Total Trafic Volume; dipakai untuk:
Mengukur dan menetapkan arah kenaikan volume lalu lintas
Menentukan perjalanan tahunan untuk pembiayaan
Menghitung nilai kecelakaan
Menaksir pendapatan dari pemakai jalan
2) AADT/ADT Volumes; dipakai untuk:
Aktifitas perencanaan jalan raya, seperti: mengembangkan
system freeway, major, atau arterial, penetuan jalan menerus
route jalan terbaik dan lain-lain.
3) Peak Hour Volume; dipakai untuk:
Perancangan geometrik dengan memperhatikan jumlah lebar
jalur, perancangan persimpangan, perancangan ramp, dan
bentuk geometrik lainnya.
Menentukan ketidakefisienan kapasitas
Pertimbangan, perencanaan dan penempatan alat pengatur
lalu lintas, rambu, marka, lampu dan lain-lain.
Klasifikasi jalan raya.
4) Classified Volume (tipe, berat, dimensi, dan jumlah as kendaraan);
dipakai untuk:
Perancangan geometric dengan perhatian pada jejak berputar
minimum, kebebasan, kelandaian dan sebagainya.
Perancangan struktur perkerasan jalan, jembatan dan lain-lain.
Analisa kapasitas dalam menentukan efek kendaraan komersial

PT Satwindu Utama 48
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Penaksiran pendapatan dari pemakai jalan.


5) Intersectional Volume Counters, dibuat untuk menentukan:
Jumlah lalu lintas memasuki persimpangan untuk semua kaki
persimpangan.
Jumlah lalu lintas yang melakukan setiap kemungkina gerakan
berbelok
Jumlah lalu lintas pada priode waktu tertentu
Klasifikasi tipe kendaraan

Metode Untuk Mengatur Perhitungan Kendaraan


1) Mechanical Counters / machine Counts
a) Fixed/permanent counters: dipergunakan untuk perhitungan
menerus, mencatat distribusi lalu lintas tiap jam per hari, per
minggu, per bulan, per tahun dan dari tahun ke tahun.
Perhitungan ini sangat penting untuk menghasilkan arah
kenaikan (trend) lalu lintas dan karakteristiknya, joga untuk
mengembangkan factor penyesuaian terhadap perhitungan
waktu pendek (short-term count) untuk penaksiran AADT.
Untuk mendeteksi kendaraan, dipakai perhitungan permanen
yaitu :
Elektric Contact Device : berupa detektor dibawah
permukaan jalan pada tiap jalur, dengan sistem kontak
listrik tiap sumbu roda.
Photeolectric Device : deteksi didapat dari kendaraan
yang melewati sumber cahaya dan photocell dipasang
diatas muka jalan.
Radar Device : deteksi didapat dari perbandingan frekuensi
menerus rasiosinyal yang dipancarkan dan diterima
kembali. Unit ini dpasang pada pertengahan atas jalur lalu
lintas.

PT Satwindu Utama 49
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Magnetic Device : deteksi didapat dari impuls karena


kendaraan melewati medan magnet. Unit ini dipasang
dibawah permukaan jalan.
Ultrasonic Device : sejenis dengan radar unit hanya
berbeda pada sumber sinyal.
Infra Red Device : unit ini memakai pick up cell sejenis
dengan photo cell tetapi sensitive terhadap infra merah
(panas). Biasanya dipasang diatas jalan (jembatan, tiang
rambu, dan lain-lain).
Lokasi detektor adalah penting yang biasanya ditentukan
berdasarkan kegunaannya, type detektor, tipe kendaraan dan
pejalan kaki serta cara pemasangannya.
b) Portable Counter : dipergunakan untuk penghitungan lalu lintas
jangka pendek, priodik. Dijalankan dengan battery dan
mempergunakan pneumatic detector yang dipasang melintang
di jalan. System pemompaan udara di dalam selang karet oleh
roda mobil yang menggilas akan menjalankan unit
penghitungan. Terdapat dua macam unit penghitung:
Rekording Counter (dicetak pada tape)
Non Recording Counter (tidak dicetak)
2) Manual Counters
a) Umum : banyaknya petugas survai yang dibutuhkan tergantung
pada volume lalu lintas dan jenis kendaraan yang akan
dicacah. Secara kasar, seorang petugas survai dapat
mencacah 500-600 kendaraan/jam dengan baik. Periode waktu
pencacahan disesuaikan dengan tujuan survai. Untuk
mendapatkan volume lalu lintas setiap pergerakan pada
pertemuan jalan dengan lampu lalu lintas, periode tersebut
dalam detik. Sedangkan untuk mengetahui pola arus lalu lintas,
periode tersebut antara 15 menitan sampai jam-jaman.
Pencacahan tanpa alat dilakukan dengan mencoretkan garis
pada formulir survey. Satu garis digunakan untuk satu

PT Satwindu Utama 50
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

kendaraan. Pencacahan dengan alat (counter) dilakukan


secara kumulatif dan angka kumulatif tersebut dituliskan di
formulir survai pada setiap akhir priode. Satu formulir survai
digunakan untuk satu penggal waktu tertentu yang telah
ditetapkan, misalnya untuk pencatatan selama 120 detik pada
mulut jalan dengan lampu lalu lintas, atau selama 1 jam untuk
pencatatan diruas jalan. Kendalaman formulir survai juga perlu
dicatat berbagai kondisi di lapangan yang mempengaruhi
volume lalu lintasnya, misalnya:
Cuaca : cerah, mendung, hujan.
Pekerjaan fisik di jalan: pelapisan jalan, penggalian jalan
untuk kabel, pembuatan marka jalan.
Pengaturan lalu lintas sementara : pengalihan lalu lintas
iring-iringan mobil penjabat.
Kecelakaan lalu lintas.

b) Pencacahan Kendaraan Berdasarkan Jenisnya


Pembagian jenis kendaraan dalam lalu lintas disesuaikan
dengan tujuan survai, misalnya: dibedakan antara yang
bermotor dan tidak bermotor, dibedakan antara yang bermesin
diesel dengan yang bukan diesel, dibedakan antara tiap jenis
kendaraan yang ada, dibedakan atas satuan mobil penumpang
tiap kendaraan. Berikut ini diberikan contoh pembagian
kendaraan bermotor:
Kendaraan bermotor beroda dua
Mobil penumpang: sedan, taxi, micab (Suzuki, Mitsubishi),
vans (combi kijang, panther) jeep (jimmy, taft, hardtop, dll)
Bus
Kendaraan angkutan barang sampai dengan 2 ton
Kendaraan angkutan barang sampai dengan 2-8 ton
Kendaraan angkutan barang sampai dengan 8 ton

PT Satwindu Utama 51
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

c) Pencacahan Kendaraan Dalam Waktu Pendek


Pencacahan ini bertujuan untuk memperkirakan volume lalu
lintas secara kasar. Misalnya pencacahan volume lalu lintas
selama 4 jam untuk memperkirakan LHR secara kasar.

d) Jadwal Priode Penghitungan


Periode penghitungan pada lokasi tertentu tergantung pada
metode yang digunakan untuk mendapatkan data dan
kegunaannya. Metode penghitungan harus menghindari:
Kondisi waktu khusus : liburan, pertandingan olah
raga/sepak bola, pertunjukkan/pekan raya, pemogokan
karyawan angkutan umum dan lain-lain.
Cuaca tidak normal
Halangan/perbaikan dijalan didekat daerah tersebut

Penghitungan secara manual disesuaikan dengan kondisi


negara/tempat dimana jadwal berangkat dan pulang kerja dan
sekolah, belanja, maupun rekreasi sore/malam hari berbeda
satu dengan yang lain. Pada periode penghitungan supaya
diperhatikan periode waktu puncak (peak hours) dimana
volume terbesar terdapat pada saat-saat itu.

Data-data jadwal yang dapat dipakaikan sebagai pedoman


adalah
Periode 12 jam : 06.00-18.00
Periode 8 jam : 06.00-10.30 dan 14.00-17.30
Periode 4 jam : 06.00-08.00 dan 14.00-16.00
Selain itu dipakai periode : 24 jam, 16 jam dan waktu
puncak/peak hour.

PT Satwindu Utama 52
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

e) Program pernghitungan Volume Secara Acak


Untuk mendapatkan data volume yang selalu up to date maka
diperlukan penghitungan secara periodik yang harus diprogram,
cara, tempat dan jadwal penghitungan yang paling efisien pada
suatu daerah. Sistem penghitungan volume secara periodik
adalah sebagai berikut:
1) Rural Counting Program
Permanent station
Control count station
a) Major control counts
b) Minor control counts
Coverage count station
Classification count
2) Urban Counting Program
a) Street Classification
1. Major street: expressway, major arterial, collector
2. Minor street: residential, commercial, industrial
streets
b) Selecting Control Station
1. Major control stations
2. Minor control stations
3. Key counts
c) Coverage counts on major street systems
d) Coverage counts on minor street system
e) Central traffic distric cordon count
f) Screen line study

f) Karakteristik Volume Lalu Lintas


Volume lalu lintas tidak akan pernah bersifat statis, sehingga
harus akurat pada waktu penghitungannya, meskipun demikian
secara garis besar volume berulang secara berirama, dikenal

PT Satwindu Utama 53
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

sebagai karakteristik volume. Hal ini penting untuk penjadwalan


penghitungan.
1) Pola Lalu Lintas (traffic pattern)
Pola lalu lintas adalah presentasi fluktuasi lalu lintas berupa
table atau grafik, pada periode waktu tertentu. Volume
dapat dinyatakan dalam jumlah atau prosentase.
Pengertian yang penting harus dimengerti untuk
operasional dan perencanaan adalah volume dalam: waktu
puncak (peak hours), jam dalam hari, hari dalam minggu,
minggu dalam bulan, bulan dalam tahun, distribusi arah
(directional distribution), dan distribusi jalur (lane
distribution)
2) Pola Lalu Lintas Jam-an (hourly traffic pattern)
Volume lalu lintas untuk kenaikan waktu teratur kurang dari
satu jam (missal 1, 5, 15 menit) ditujukkan untuk seluruh
jam, biasanya waktu puncak (peak hour)
3) Pola Lalu Lintas Minggu (weekly traffic pattern)
Volume lalu lintas harian ditunjukkan untuk tiap hari
berurutan dalam seminggu, apabila ditunjukkan dalam 365
mingguan, maka disebut: pola lalu lintas mingguan dalam
setahun (weekly traffic pattern for one year)
4) Pola Lalu Lintas Bulanan (monthly traffic pattern)
Volume lalu lintas tiap bulan dalam satu tahun
5) Distribusi Arah (directional distribution)
Distribusi pergerakan menunjukkan variasi dalam arus
selama waktu puncak (peak hours), kondisi distribusi
bervariasi diantara fasilitas dan lokasi. Pada saat peak hour
dapat terjadi volume lalu lintas sangat tidak berimbang
sehingga 80% kendaraan berjalan ke satu arah.
6) Distribusi jalur (Line distribution)
Distribusi volume lalu lintas diantara bermacam jalur dan
jalur banyak (multilane) bervariasi dengan adanya

PT Satwindu Utama 54
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

lokasi/letak jalur (tepi atau tengah) dan perubahan jalur dan


jumlah lalu lintasnya.

4.4. Formulir Pengumpulan Data

Formulir pengumpulan data umumnya dipergunakan dipakai untuk


memudahkan pencatatan data hasil pengamatan ke dalam bentuk table
ataupun sketsa.

a) Formulir Survey Inventarisasi


b) Formulir Survey Volume Lalu Lintas
c) Formulir Survey Kecepatan
Beberapa Formulir pengumpulan data yang lazim dipergunakan
diataranya adalah sebagai berikut:

PT Satwindu Utama 55
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

4.5. Tahapan Pekerjaan

Metodologi pelaksanaan pekerjaan pendampingan ini didasarkan pada


kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Lingkup kegiatan yang akan
dilakukan secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) tahapan. Tahap-tahap
tersebut adalah :

1. Persiapan
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
3. Analisis dan Penyajian Data
4. Tahapan Akhir (Finalisasi)
Lihat bagan alir kerangka pemiran pada gambar di halaman berikutnya.

4.6.1. Tahapan Persiapan

Tahap persiapan ini merupakan tahap awal dalam rangkaian


kegiatan manajemen lalu lintas. Dalam tahap persiapan ini pada
intinya meyiapkan segala keperluan terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan. Dalam tahap persiapan ini terdapat 3 kegiatan yaitu
pemantapan rencana kerja, metode pelaksanaan pekerjaan, dan
penyiapan rencana kerja dan pembangian peran, dimana untuk
masing-masing kegaitan tersebut menggunakan pendekatan dan
metode pengerjaan sebagai berikut.

KEGIATAN PENDEKATAN METODE

Pemantapan Rencana Comprehensive


Desk study
Kerja Approach

Metode Pelaksanaan
Participatory Approach Diskusi
Pekerjaan

Penyiapan Rencana Kerja Comprehensive


Diskusi
& Pembagian Peran Approach

PT Satwindu Utama 56
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

4.6.2. Tahapan Pengumpulan Data

Pada tahap dilakukan pengimpulan data sekunder, kemudian


dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan/lalu lintas.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi


seperti : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota
Tangerang Selatan, Dinas Bina marga dan Sumber Daya Air
Kota Tangerang Selatan serta instansi terkait lainnya. Dan
data sekunder dapat juga diperoleh dari literatur-literatur yang
ada.
Data primer diambil langsung dari lapangan melalui
inventarisasi ruas jalan, survey volume lalu lintas terklasifikasi
dan survey kecepatan kendaraan.

Untuk masing-masing kegiatan tersebut menggunakan


pendekatan dan metode pengerjaan sebagai berikut.

KEGIATAN PENDEKATAN METODE

Pengumpulan Data Comprehensive


Desk study
Sekunder Approach

Pengumpulan Data Objective


Field Study
Primer Approarch

Comprehensive
Bank Data Compilation
Approach

4.6.3. Tahap Analis Data dan Penyajian Data

Melakukan input data, rekapitulasi dan tabulasi hasil survey serta


melakukan pengolahan dan analisis data hasil survey baik data
sekunder maupun data primer. Penyajian data-data hasil survey
dilakukan dengan menggunakan grafik/diagram dan kinerja ruas
jalan diplot dalam satu peta jaringan jalan

PT Satwindu Utama 57
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Hasil kegiatan tersebut ditindak lanjuti dengan penyusunan


konsep/manajemen rekayasa lalu lintas, dimana untuk masing-
masing kegiatan tersebut menggunakan pendekatan dan metode
pengerjaan sebagai berikut:

KEGIATAN PENDEKATAN METODE

Comprehensive
Compilation
Approach
Bank Data

Evaluasi kinerja ruas jalan Comprehensive


Hipotetic, Comparasi
eksisting (LOS) Approach

4.6.4. Tahapan akhir (penyelesaian)


Seluruh upaya rekayasa lalu lintas hasil dari kegiatan
sebelumnya diperbaiki dan disempurnakan sesuai masukan dari
pengguna jasa, menggunakan pendekatan dan metode
pengerjaan sebagai berikut:

KEGIATAN PENDEKATAN METODE

Comprehensive
FINALISASI Diskusi, Korektif
Approach

PT Satwindu Utama 58
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

BAB V
RENCANA KERJA DAN JADWAL PELAKSANAAN
KEGIATAN KONSULTAN STUDI LALU LINTAS HARIAN
RATA-RATA

Rencana Kerja

Pekerjaan survey LHR ini pada dasarnya terdiri dari 4 kegiatan utama
sebagaimana diuraikan pada metode, yaitu Persiapan, Pengumpulan Data,
Analisis dan Penyajian data, dan Tahap Akhir (Finalisasi). Sesuai dengan
alokasi waktu selama 2 bulan yang diberikan oleh Pemberi Kerja disusun
rencana kerja sebagaiman penjelasan berikut ini.

5.1. Tahap persiapan

Persiapan merupakan tahapan paling awal dalam keseluruhan kegiatan


pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan kegitannya, dalam tahapan ini
akan dilakukan persiapan administrasi pekerjaan dan persiapan survey.
Persiapan administrasi meliputi:

1. Koordinasi tim pelaksana dengan tim supervisi, dimana dilakukan


koordinasi antara tim supervise dengan seluruh tim pelaksana
terkait dengan rencana kerja.
2. Kegiatan persiapan dokumen dan instrument pendukung
3. Mobilisasi tenaga ahli
4. Inventarisasi data dan surat-menyurat
5. Penyusunan rencana kerja tim pelaksanaan pekerjaan.

Rencana kerja akan dilengkapi pula dengan alur kegiatan yang


menggambarkan hubungan (interrelation) dan ketergantungan
(interdependency) antara bagian kegiatan dan jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang memuat tahapan kegiatan berdasarkan waktu untuk
mengetahui secara pasti target yang harus dipenuhi konsultan dalam
PT Satwindu Utama 59
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

tiap waktu penugasannya. Pengisian jadwal kegiatan pada alur


kegiatan akan melahirkan jaringan kerja (networkplan). Setelah
persiapan administrasi, tahapan berikutnya adalah persiapan teknis.
Mencakup persiapan survey yang sudah lebih banyak melibatkan para
Tenaga Ahli. Persiapan survey terdiri dari 4 sub kegiatan, yaitu:
1. Penetapan awal batas/lingkup lokasi
2. Pengumpulan data-data sekunder awal
3. Indetifikasi kondisi awal
5. Penyusunan daftar kebutuhan data yang akan dilengkapi dari
survei lapangan, baik survey primer, maupun survey sekunder
(instansional).

Pada tahapan persiapan ini dilakukan juga kegiatan koordinasi, baik


berupa koordinasi administrasi maupun terkait dengan materi
pekerjaan. Koordinasi administrasi lebih bersifat intern pihak Konsultan,
sedangkan koordinasi materi akan terkait dengan Pihak Pemberi Kerja
untuk memperoleh kesamaan visi dan langkah dalam melakukan
kegiatan.
Kegiatan persiapan ini dilakukan selama 2 minggu dimulai dari minggu
ke-1 (pertama) sampai minggu ke-2.

5.2. Tahapan Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:


a. Pengumpulan data sekunder
b. Pengumpulan data lapangan/lalu lintas
c. Pembutan bank data (kompilasi)
Kegiatan ini dilakukan selama 4 minggu dimulai dari minggu ke-3
(ketiga) sampai minggu ke-6 bulan ke-2

5.3. Tahapan Analisis Data dan Penyajian Data


Pada tahap ini dilakukan:
Karakteristik / kinerja ruas jalan

PT Satwindu Utama 60
Laporan Pendahuluan
Studi Penyusunan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)

Penyajian Data Lapangan


Kegitan ini dilakukan selama 1 minggu pada minggu ke-7 bulan ke-2

5.4. Tahap Akhir (Penyelesaian)


Pada tahap ini dilakukan:
Perbaikan laporan
Penggandaan laporan
Kegiatan ini dilakukan selama 1 minggu pada minggu ke-8 bulan ke-2

Waktu Pelaksanaan pekerjaan jasa konsultan ini dilaksanakn 6 bulan


kalender. Sesuai dengan metodologi pendekatan yang dilakukan, maka
jadwal waktu pelaksanaan kegiatan pekerjaan yang dibagi dalam
beberapa tahap pekerjaan seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


1 2
TAHAPAN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
I. TAHAPAN PERSIAPAN
I.A Kajian Awal, Pemahaman KAK & Pengadaan
I.B Desain dan Penggadaan Formuli Pengambilan data
I.B.1 Survey Pendahuluan & Pengarahan
I.B.2 Perumusan Laporan Pendahuluan
I.B.3 Diskusi Pendahuluan
II. TAHAPAN PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS
II.A Survey Data Sekunder
II.B Survey Data Primer
II.C Input Data (Kompilasi)
II.D Analisis Data Dan Penyajian Data
III TAHAPAN PENYELESAIAN
III.A Proses Perbaikan
III.B Finalisasi
IV. PENYERAHAN LAPORAN
IV.A Diskusi
IV.B Laporan Pendahuluan
IV.C Laporan Antara
IV.D Laporan Akhir

PT Satwindu Utama 61

Anda mungkin juga menyukai