Struktur Konstruksi Bangunan II
Struktur Konstruksi Bangunan II
Struktur Konstruksi Bangunan II
Dosen :
Sri Novianthi Pratiwi, S.Pd. M.T
Disusun Oleh :
Pandu Cakra Wibawa
(052001600102)
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Segalanya atas curahan dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dan dapat dikerjakan sebaik-baiknya dan
sejujur-jujurnya. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya, terlebih khususnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sri Novianthi Pratiwi, S.Pd.,MT. selaku dosen mata kuliah Struktur Konstruksi
Bangunan II yang telah memberikan ilmunya dan waktunya agar terciptanya tulisan
ini.
2. Teristimewa kepada Ayah, Ibu dan Keluarga yang telah memberikan dukungan
materiil dan moril.
3. Teman-teman 2016 yang telah membantu mencurahkan informasi, serta pikirannya.
Harapan penulis semoga tulisan laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi tulisan agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya tulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur
Konstruksi Bangunan II, serta menjawab apa yang ada dalam rumusan masalah.
Bentuk bangunan dibuat dari transformasi simbol-simbol seni karya Tenggarong. Perisai
merupakan alat penangkis dalam peperangan melawan musuh. Selain itu perisai juga dapat
menjadi alat penolong saat waktu kebakaran dan melindungi diri dari nyala api, perlengkapan
menari dalam tari perang, dan juga sebagai perlengkapan untuk upacara.
Penutup atap diambil dari transformasi simbol perisai, yang melambangkan pertahanan
dan ketahanan dalam olah raga khususnya sepak bola. Sedangkan struktur atap merupakan
simbol dari tombak yang melambangkan penyerangan dan kekuatan.
Frame Membrane Structure merupakan tipe rangka struktur yang ditutup oleh membrane.
Umumnya rangka berbahan baja dengan steel truss atau space truss. Contohnya di Stadion
Madya Tenggarong, Indonesia.
Beban Mati
Bentang busur atap yang membentuk lengkung pelangi memiliki panjang 232,93 m dan
ketinggian puncaknya pada tengah bentang adalah 37,98 m. Terdapat 30 Rafter dengan struktur
kantilever, mulai axis 1 30 dengan bentang paling panjang adalah 36,7 m di tengah bentang
total berat baja atap adalah 430 Ton, dan total permukaan permukaan atap membran adalah
6300 m2
Beban Hidup
Beban hidup yang diterima bangunan setiap saat adalah beban angin sebagai
penyumbang beban terbesar dari penjuru arah mata angin, hujan merupakan beban hidup secara
vertikal kebawah menghantam langsung ke atap, serta manusia hanya menempati pada tribun
stadion namun gema penonton juga berefek pada getaran atap stadion.
Beban dimulai dari bagian purlin (bagian terkecil pembentuk lengkungan membran),
disalurkan menuju rafter (lengan pendukung penyalur beban) disalurkan ke kolom pendek
yang bertumpu di kolom beton yang menyatu dengan portal beton dan pondasi stadion, pada
bagian lengkungan busur terbesar terdapat gaya tarik dan tekan dimana pertemuan beban
terbesar ada di bagian tengah, lalu gaya tekan disalurkan menuju ujung busur & bearing dan
disalurkan menuju tanah.
Ujung busur menggunakan tumpuan jepit karena mampu menahan beban dari segala
arah, karena ujung busur ini menerima dan menyalurkan beban terbesar pada atap stadion ini.
Tipe struktur Atap membrane Stadion Madya Tenggarong merupakan rangka struktur
baja hasil cutting, sand blasting dan galvanize yang diselimuti membrane (Frame Membrane
Structure).Membrane menggunakan tipe PVC dengan base fabric polyester tipe T2 ex Ferrari
dengan treatment coating PVDF ex. Ferrari 1002S Naizil pada permukaan atasnya.
Ketebalan material membrane 0,78 mm, coating 100% PVDF dengan ketebalan
coating 350 microns, tingkat tembus cahaya ( Translucency 15%) Membran harus
diproduksi dengan material dasar PVC yang dilapisi dengan PVDF.
Fabrikasi atap dilakukan oleh subkontraktor yang telah ditunjuk oleh Kontraktor
Utama, yaitu PT. Bangun Sarana Baja (PT. BSB). Pelaksanaan fabrikasi atap dilakukan di
workshop dengan luas lahan 75000 m2 di Gresik Jawa Timur.
Pemasangan membrane dilakukan setelah rangka atap selesai dipasang. Rangka atap
harus dibersihkan dulu dari sisa-sisa pengelasan yang tajam atau besi-besi yang digunakan
sebagai alat bantu saat pemasangan rangka atap. Hal ini dilakukan untuk
menghindarirobeknya membranesaat proses pemasangan.
1. Melipat membran
Pelipatan membran sesuai dengan lipatan yang direncanakan untuk memudahkan saat
proses menggelar membrane di atas rangka atap.
2. Menggelar seling
Seling ini diperuntukkan sebagai landasan membrane saat di atas rangka atap,
sehingga memudahkan saat menggelar membran.
3. Mengangkat Membran
Tahap selanjutnya membrane yang sudah dilipat sesuai rencana, diangkat ke atas
rangka atp menggunakan bracket yang sudah disiapkan sebelumnya. Membrane kemudian
digelar memanjang ke depan dan ke belakang. Standard clamp yang berbentuk seperti rel
gordyn dipasang pada satu sisi membrane.
Setelah salah satu sisi samping membrane sudah dibautkan pada pipa bagian atas
rafter CHj, tahapan berikutnya adalah menggelar membrane melintang ke sisi disebelahnya,
dan memasukkan standard clamp seperti yang sudah dilakukan pada sisi yang satunya.
Setelah itu tarikan standard clamp di kedua sisi dikencangkan dengan mur dan baut.
Gambar 2.14 Proses Sebelum dan Setelah dikencangkan pada kedua sisinya
Pada gambar 2.14 setelah membran dikencangkan, maka tersisa rongga yang masih
berlubang pada masing masing sisi membran yang bertemu.
Rongga yang muncul pada tiap tiap lokasi pertemuan membrane ditutup dengan
membrane yang direkatkan pada membrane utama.Teknik perekatannya, umumnya disebut
hot air welded seam, yaitu dengan memanaskan kedua sisi membrane yang akan direkatkan
dengan udara panas yang dihasilkan dari heat gun / hot air blower, kemudian diberikan
tekanan dengan menggunakan pressure roller.
KESIMPULAN
Penggunaan atap membran khususnya jenis frame structure membrane yang pertama
kali diterapkan di Stadion Madya Tenggarong menjadi teknologi baru di dunia pembangunan
bentang lebar, karena struktur membran dinilai lebih ringan, awet, tahan lama, dan menambah
kesan estetik.
Dengan itu arsitek dan kontraktor dituntut agar mampu mengembangkan lagi teknologi
guna pembangunan yang berkelanjutan dan inovatif sehingga proses pengerjaan bisa
dilaksanakan dengan sebaik mungkin sesuai konsep demi terwujudnya desain tersebut.
DAFTAR PUSTAKA