LP Gizi Buruk
LP Gizi Buruk
LP Gizi Buruk
GIZI BURUK
A. DEFINISI
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan
nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata.
Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu
lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus ( menurut BB terhadap TB ) dan atau
hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor (Supriyatno Edi, 2012). Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-
duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan
ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar).
Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe
malnutrition) adalah suatu
istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun
(Nency, 2005).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta).
Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu
standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah stand
ar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan
bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi
tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
A. ETIOLOGI
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua
penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan
yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh
rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan
secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernapasan dan diare.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia
bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan,
pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan
protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan
nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senj
a
terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel
kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Sel
batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya
terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan
mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin.
Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran
adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek
patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan
degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan
neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika
terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini
membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak
yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan
lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edem
a adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema
disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun.
Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke
intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada
kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi
menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi
protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke
daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya
terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik
dan onkotik (Sadewa, 2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang
kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan
yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan
metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari
interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan
ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus
adalah sebagai berikut :
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng
yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis
kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus.
Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian
ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi
berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala gizi buruk pada umumnya adalah:
1. Kelelahan dan kekurangan energy
2. Pusing
3. System kekebalan tubuh yang rendah
4. Kulit kering dan bersisik
5. Gusi mudah berdarah
6. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
7. Berat badan kurang
8. Pertumbuhan yang lambat
9. Kelemahan otot
10. Perut kembung
11. Tulang mudah patah
12. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
F. KOMPLIKASI
1. Hipotermi
Penyebab Hipotermi : tidak/kurang/jarang diberi makan
2. Hipoglikemi
Penyebab Hipoglikemi : tidak dapat/kurang/jarang dapat makan
3. Infeksi
4. Diare dan Dehidrasi
5. Syok
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur
tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).Ukuran antropometri dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran disbanding dengan umur. Misalnya, BB
terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah
ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.
b. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran
lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur.
Misalnya berat badan terhadap umur.
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk
menentukkan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah :
c. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena
dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada
usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya
normal, yaitu sekitar !0% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena
keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi asupan yang
mencukupimisalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat badan
akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh.
Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar
700 1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 600 gram/bulan, pada triwulan III
sekitar 350 450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 350 gram/bulan. Dari
perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan
akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulanberikutnya hanya + 0,5
kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan. Setelah 2 tahun,
kenaikkan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap
adolesensia(remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat ( growth
spurt). Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat diperkirakan dengan
menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu :
1. Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
2. Berat badan usia 3 12 bulan, menggunakan rumus :
Umur (bulan) + 9 = n + 9 = 2 2
3. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan
tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran
lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5
cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini,
pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian
tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu
sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm
Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah :
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita
bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior.
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
d. Lingkar Lengan Atas (Lila)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas
sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm.
Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran
lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang
tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai
keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah. Cara pengukuran lingkar lengan
atas sebagai berikut :
1) Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan
bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri
tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif
dibandingkan dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih stabil. Untuk
lebih jelasnya lihat gambar 3.
2) Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar (
dapat digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang
diukur saat pengukuran.
3) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita
pengukur
4) Catat hasil pada KMS
4. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarangdilakukan.
Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang
Xifoidius( insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi
berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.
Cara pengukuran lingkar dada adalah :
a. Siapkan pita pengukur
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada seperti pada gambar 1
c. Catat hasil pengukuran pada KMS
H. Pemeriksaan laboratorium:
1. Hb
2. Usia 1-3 hari (normal: 14,5-22,5 g/dL)
3. Usia 2 bulan (normal: 9,0-14,0 g/dL)
4. Protein plasma, seperti albumin, transferrin, retinol yang mengikat protein.
I. PENATALAKSANAAN
10 langkah utama tatalaksana gizi buruk, yaitu (Depkes RI, 1999):
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglekimia adalah bila anak sadar
berikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali, atau larutan air gula dengan
sendok bila anak tidak dapat makan. Jika terdapat gangguan kesadaran
diberikan infuse cairan glukosa dan segera dirujuk ke RSU kabupaten.
2. Pengobatanh dan pencegahan hypothermia adalah menghangatkan anak
dengan mendekap anak di dada ibu/ orang dewasa lainnya dan ditutupi
selimut atau membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkna
lampu di dekatnya. Pada masa ini dilakukan pengukuran suhu anak pada
dubur setiap setengah jam sekali.
3. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan adalah dengan tetap
memberikan ASI setiap setengah jam sekali jika anak masih menyusui
dan memberikan minum 3 sendok makan setiap 30 menit, jika anak tidak
dapat minum diberikan infuse cairan ringer lactate/glukosa 5% NaCl
dengan perbandingan 1:1.
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit dengan
memberikan makanan tanpa garam/rendah garam dan bila balita bisa
makan maka diberikan makanan banyak mengandung mineral dalam
bentuk lunak.
5. Pengobatan dan pencegahan infeksi, yaitu pada KEP berat/gizi buruk,
umunya menunjukkan adanya infeksi seperti demam, oleh karena itu
pada semua KEP berat/ gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik, serta
vaksinasi campak bila anak belum di imunisasi dan umur sudah
mencapai > 9 bulan.
6. Pemberian makanan balita KEP berat/gizi buruk dibagi atas tiga fase,
yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Pada awal fase
stabilisasi perlu dilakukan pendekatan yang sangat hati-hati, disebabkan
keadaan faal anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang.
7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita yang meliputi dua fase, yaitu fase
transisi dan fase rehabilitasi.
8. Penanggulangan kekurangan zat gizi mikro dilakukan dengan hati-hati,
jangan memberikan zat besi pada masa stabilisasi karena dapat
memperburuk keadaan infeksi, berikan pada saat anak sudah mau
makan dan berat badannya sudah mulai naik (biasanya pada minggu ke
2).
9. Memberikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional, yaitu berupa
kasih sayang, ciptakan lingkungan yang menyenangkan, berikan terapi
bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari, rencanakan aktifitas fisik
segera setelah sembuh meningkatkan keterlibatan ibu.
10. Tindak lanjut perawatan dirumah dilakukan bila berat badan anak sudah
berada di garis warna kuning dan dipantau oleh tenaga kesehatan
puskesmas atau bidan desa. Pola pemberian makan yang baik dan
stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah pasien dipulangkan.
J. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya gizi buruk:
a. Riwayat persalinan sebelumnya
b. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
c. Kenaikan berat badan selama hamil
d. Aktivitas
e. Penyakit yang diderita selama hamil
f. Obat-obatan yang diminum selama hamil
g. Pemberian nutrisi pada bayi
h. Kenaikan berat badan bayi dan tinggi badan
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda anatomis
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
d. Lingkar dada kurang dari 30 cm
e. Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak
jaringan sedikit (tipis)
f. Tanda fisiologis
1) Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak
menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
2) Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
Penyebabnya adalah :
Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat
terjadinya perubahan suhu.
3) Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
K. Diagnosa keperawatan
1. Pemenuhan nutrisi kurang daari kebuituhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat.
2. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan nutrisi, dehidrasi.
3. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan kondisi tubuh yang lemah.
L. Intervensi
1) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh b.d intake nutrisi tidak
adekuat.
Tujuan: nutrisi klien terpenuhi dalam 2 minggu
Kriteria hasil :
a. Klien tidak muntah lagi.
b. Nafsu makan kembali normal
c. Edema Berkurang /Hilang
d. BB sesuai dengan umur (berat badan ideal 10 kg tanpa edema)
Rencana:
a. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi
pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan
contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.
R/ Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi
untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietik yang telah
diberikan selama hospitalisasi.
b. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
R/ Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien,
mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
c. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
R/ Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit
yang menyertai keadaan malnutrisi.
d. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
R/ Menilai perkembangan masalah klien.
Rencana:
1. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
2. Jelaskan tentang:
a. Nama penyakit anak.
b. Penyebab penyakit.
c. Akibat yang ditimbulkan.
d. Pengobatan yang dilakukan.
3. Jelaskan tentang:
a. Pengertian nutrisi dan pentingnya.
b. Pola makan yang betul untuk anak sesuai umurnya.
c. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin terutama banyak
mengandung protein.
4. Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.
5. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari
rumah sakit.
4) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang
tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria Hasil:
a. Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
b. Perkembangan motorik, bahasa dan personal/sosial sesuai standar usia.
Rencana:
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai usia anak.
R/ Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan anak.
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
R/ Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan.
3. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
R/ Menilai perkembangan masalah klien.
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
R/ Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak
dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan (Puskesmas/Posyandu)
R/ Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.