Konsep Dasar Operasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR OPERASI

OLEH

SITI CHOTIMAH, S. Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR OPERASI

OLEH

SITI CHOTIMAH, S. Kep

Pelaihari, September 2017

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR OPERASI

A. PENGERTIAN
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan
adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah
dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih
sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan
unit bedah ambulatori. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan
intervensi pembedahan mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang
meliputi anastesi lokal, regional atau umum.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur
tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana
perkembangan teknologi mutakhir telah mengarahkan kita pada penggunaan
prosedur bedah yang lebih kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah
mikro (micro surgery techniques) atau penggunaan laser, peralatan by Pass yang
lebih canggih dan peralatan monitoring yang kebih sensitif. Kemajuan yang sama
juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait dengan penggunaan obat-obatan
anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan berjalan lebih cepat.
Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus
diikuti oleh peningkatan kemampuan masing-masing personel (terkait dengan
teknik dan juga komunikasi psikologis) sehingga outcome yang diharapkan dari
pasien bisa tercapai.
Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun juga
diikuti oleh perubahan pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan kasus-kasus
tertentu, misalnya : hernia. Pasien dapat mempersiapkan diri dengan menjalani
pemeriksaan dignostik dan persiapan praoperatif lain sebelum masuk rumah sakit.
Kemudian jika waktu pembedahannya telah tiba, maka pasien bisa langsung
mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur pembedahan. Sehingga akan
mempersingkat waktu perawatan pasien di rumah sakit.
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan
yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu preoperative phase,
intraoperative phase dan post operative phase. Masing- masing fase di mulai pada
waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan
proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan
perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang
berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai
sebagai suatu bentuk pelayanan prima.

B. GAMBARAN UMUM
Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi
bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar
pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan
pasien untuk anstesi yang diberikan dan pembedahan.
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini
lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi
intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh : memberikan
dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau
membantu mengatur posisi pasien d atas meja operasi dengan menggunakan
prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
(recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
di rumah. Lingkup aktivitas keperawaan mecakup renatang aktivitas yang luas
selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keprawatan kemudian
berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan
rehabilitasi serta pemulangan.
C. ETIOLOGI
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :

1. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi


2. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang
inflamasi
3. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
4. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
5. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap
kemampuan untuk menelan makanan

D. TAHAPAN DALAM TINDAKAN OPERASI


1. Fase Pre operatif
Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai ketika pasien diterima masuk di ruang terima pasien
dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan
tindakan pembedahan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut
dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun
rumah, wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang
diberikan pada saat pembedahan.
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi
persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi
(khusus pasien).
a. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi
emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan perasaan
sakit, narcosa atau hasilnya dan keeadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Maka hal ini dapat diatasi dengan memberikan penyuluhan untuk
mengurangi kecemasan pasien. Meliputi penjelasan tentang peristiwa
operasi, pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan), alat khusus yang
diperlukan, pengiriman ke ruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan
pengobatan-pengobatan setelah operasi, bernafas dalam dan latihan batuk,
latihan kaki, mobilitas dan membantu kenyamanan.
b. Persiapan Fisiologi, meliputi :
Diet (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum, 8 jam
menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum
operasi pasien tidak diperbolehkan minum. Pada operasai dengan
anaesthesi lokal /spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan.
Tujuannya supaya tidak aspirasi pada saat pembedahan, mengotori
meja operasi dan mengganggu jalannya operasi.
Persiapan Perut Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi
dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal.
Tujuannya mencegah cidera kolon, mencegah konstipasi dan
mencegah infeksi.
Persiapan Kulit Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambuy
Hasil Pemeriksaan hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan
lain-lain.
Persetujuan Operasi / Informed Consent Izin tertulis dari pasien /
keluarga harus tersedia.
2. Fase Intra operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke
instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV
cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak
sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja
operasi dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi
yaitu pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akan
mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
a. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien
adalah :
Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
Umur dan ukuran tubuh pasien.
Tipe anaesthesia yang digunakan.
Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
b. Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : Atur posisi pasien dalam
posisi yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area
yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk. Anggota tim asuhan
pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli
bedah, Scrub Nurse / Perawat Instrumen
Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana
anaesthesi, perawat sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang
mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
3. Fase Post operatif
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif
dan intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan
(recovery room)/ pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut
pada tatanan klinik atau di rumah.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas
yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen
anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas
keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan
melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting
untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke rumah.
Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
a. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi
(recovery room)
Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus diantaranya
adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Pasien
diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain
dan selang drainase. Selama perjalanan transportasi dari kamar operasi ke
ruang pemulihan pasien diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan pasien
dengan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus
dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Proses transportasi ini
merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan
koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.
b. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca
anastesi
Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) atau unit perawatan
pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) sampai kondisi pasien
stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi.
Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk :
perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi)
ahli anastesi dan ahli bedah
alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

E. KLASIFIKASI PERAWATAN
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kedaruratan/Emergency Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan
mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda.
Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang
tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas.
2. Urgen Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan
dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu
pada uretra.
3. Diperlukan Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat
tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.
4. Elektif Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila
tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh :
perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
5. Pilihan Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya
pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya
terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi
menjadi :
1. Minor Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan
yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi
2. Mayor Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius.
Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-lain.

F. KOMPLIKASI SETELAH OPERASI


1. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik.
Tanda-tanda syok adalah : Pucat , Kulit dingin, basah, Pernafasan cepat,
Sianosis pada bibir, gusi dan lidah, Nadi cepat, lemah dan bergetar , Penurunan
tekanan darah, Urine pekat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan
dokter terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, terapi
pernafasan, memberikan dukungan psikologis, pembatasan penggunaan
energi, memantau reaksi pasien terhadap pengobatan, dan peningkatan periode
istirahat.

2. Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi
tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut
harus dijag tetap lurus. Kaji penyebab perdarahan, Luka bedah harus selalu
diinspeksi terhadap perdarahan.
3. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada pembuluh
darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah
embolisme pulmonari dan sindrom pasca flebitis.
4. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rektum,
anus dan vagina. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung
kemih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan
kateter untuk membatu mengeluarkan urine dari kandung kemih.
5. Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka
operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang perawatan.
Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai
indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip steril.
6. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman
berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian karena dapat
menyebabkan kegagalan multi organ.
7. Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan
lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah.
Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien
merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis.
Intervensi keperawatan seperti ambulatori pasca operatif dini dapat mengurangi
resiko embolus pulmonal.
8. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien yang
mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi
obstruksi intestinal, nyeri dan distensi abdomen.

G. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pengkajian fase Pre Operatif
o Pengkajian Psikologis meliputi perasaan takut / cemas dan keadaan
emosi pasien
o Pengkajian Fisik pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
o Sistem integument apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit
kulit di area badan
o Sistem Kardiovaskuler apakah ada gangguan pada sisitem cardio,
validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?, kebiasaan minum
obat jantung sebelum operasi., Kebiasaan merokok, minum alcohol,
Oedema, Irama dan frekuensi jantung.
o Sistem pernafasan Apakah pasien bernafas teratur dan batuk secara tiba-
tiba di kamar operasi.
o Sistem gastrointestinal apakah pasien diare ?
o Sistem reproduksi apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
o Sistem saraf bagaimana kesadaran ?
o Validasi persiapan fisik pasien apakah pasien puasa, lavement, kapter,
perhiasan, Make up, Scheren, pakaian pasien / perlengkapan operasi dan
validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
b. Pengkajian fase Intra Operatif

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien


yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada
pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian
psikososial. Secara garis besar yang perlu dikaji adalah :

o Pengkajian mental Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih
sadar / terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang
sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak
cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
o Pengkajian fisik Tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka
perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli
bedah).
o Transfusi dan infuse Monitor flabot sudah habis apa belum.
o Pengeluaran urin Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak
1 cc/kg BB/jam.
c. Pengkajian fase Post Operatif\
o Status respirasi Meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman
pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
o Status sirkulatori Meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
o Status neurologis Meliputi tingkat kesadaran.
o Balutan Meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
o Kenyamanan Meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
o kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan
dapat berfungsi.
o Perawatan Meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran
cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
o Nyeri Meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat / memperingan.
H. Asuhan Keperawatan Perioperatif
NO. NANDA NOC NIC
1. Pre Operatif Tujuan : cemas dapat Penurunan kecemasan
Cemas b.d krisis terkontrol. Bina hubungan saling percaya dengan klien
situasional Kriteria hasil : / keluarga
Operasi Secara verbal dapat Kaji tingkat kecemasan klien.
mendemonstrasikan Tenangkan klien dan dengarkan keluhan
teknik menurunkan klien dengan atensi
cemas. Jelaskan semua prosedur tindakan kepada
Mencari informasi yang klien setiap akan melakukan tindakan
dapat menurunkan cemas Dampingi klien dan ajak berkomunikasi
Menggunakan teknik yang terapeutik
relaksasi untuk Berikan kesempatan pada klien untuk
menurunkan cemas mengungkapkan perasaannya.
Menerima status Ajarkan teknik relaksasi
kesehatan. Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal
yang membuat cemas.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk pemberian obat penenang,
2. Pre Operatif Tujuan : bertambah-nya Pendidikan kesehatan : proses penyakit
Kurang pengetahuan pasien Kaji tingkat pengetahuan klien.
Pengetahuan b.d tentang penyakitnya. Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda
keterbatasan Pengetahuan: Proses gejala serta komplikasi yang mungkin
informasi Penyakit terjadi
tentang penyakit Kriteria hasil : Berikan informasi pada keluarga tentang
dan proses Pasien mampu men- perkembangan klien.
operasi jelaskan penyebab, Berikan informasi pada klien dan keluarga
komplikasi dan cara tentang tindakan yang akan dilakukan.
pencegahannya Diskusikan pilihan terapi
Klien dan keluarga Berikan penjelasan tentang pentingnya
kooperatif saat dilakukan ambulasi dini
tindakan Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin
akan muncul
3. Post Operatif Tujuan : kerusakan per- Pengelolaan jalan napas
Gangguan tukaran gas tidak terjadi Kaji bunyi paru, frekuensi nafas,kedalaman
pertukaran gas Status Pernapasan: dan usaha nafas.
b.d efek samping ventilasi Auskultasi bunyi napas, tandai area
dari anaesthesi. Kriteria hasil : penurunan atau hilangnya ventilasi dan
Status neurologis DBN adanya bunyi tambahan
Dispnea tidak ada Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit
PaO2, PaCO2, pH arteri Pantau status mental
dan SaO2 dalam batas Observasi terhadap sianosis, terutama
normal membran mukosa mulut
Tidak ada gelisah, Pantau status pernapasan dan oksigenasi
sianosis, dan keletihan Jelaskan penggunaan alat bantu yang
diperlukan (oksigen, pengisap,spirometer)
Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi
Laporkan perubahan sehubungan dengan
pengkajian data (misal: bunyi napas, pola
napas, sputum,efek dari pengobatan)
Berikan oksigen atau udara yang
dilembabkan sesuai dengan keperluan

4. Post Operatif Tujuan : kerusakan Perawatan luka


Kerusakan integritas kulit tidak Ganti balutan plester dan debris
integritas kulit terjadi. Cukur rambut sekeliling daerah yang
b.d luka post Penyembuhan Luka: terluka, jika perlu
operasi Tahap Pertama Catat karakteristik luka bekas operasi
Kriteria hasil : Catat katakteristik dari beberapa drainase
Kerusakan kulit tidak ada Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun
Eritema kulit tidak ada antibakteri yang cocok
Luka tidak ada pus Rendam dalam larutan saline yang sesuai
Suhu kulit DBN Berikan pemeliharaan lokasi IV
Sediakan pemeliharaan luka bekas operasi
sesuai kebutuhan
Berikan pemeliharaan kulit luka bernanah
sesuai kebutuhan
Gunakan unit TENS (Transcutaneous
Elektrikal Nerve Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan luka bekas
operasi yang sesuai
Gunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi,
yang sesuai
Balut dengan perban yang cocok
Pertahankan teknik pensterilan perban
ketika merawat luka bekas operasi
Periksa luka setiap mengganti perban
Bandingkan dan mencatat secara teratur
perubahan-perubahan pada luka
Jauhkan tekanan pada luka
Ajarkan pasien dan anggota keluarga
prosedur perawatan luka

5. Post Operatif Tujuan : Nyeri dapat Manajemen Nyeri :


Nyeri akut b.d teratasi. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
proses Kontrol Resiko karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
pembedahan Kriteria hasil :
faktor presipitasi ).
Klien melaporkan nyeri
Observasi reaksi NV dr ketidak
berkurang dg scala 2-3
Ekspresi wajah tenang nyamanan.
klien dapat istirahat dan Gunakan teknik komunikasi terapeutik
tidur untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
v/s dbn Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis).
Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang nyeri
Monitor TTV
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Sahabat Setia : Yogyakarta.
Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Preoperatif
Nursing, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University
Press : Surabaya.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai