0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
69 tayangan5 halaman

Myopia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 5

Definisi

Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata jatuh di depan
retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan pemfokusan cahaya di retina
pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan retina.

Gambar. Pembentukan fokus pada mata miopia

Klasifikasi Miopia
Miopia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi :


Miopia aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal.
Miopia kurvatura, yaitu adanya peningkatan curvatura kornea atau lensa.
Miopia indeks, terjadi peningkatan indeks bias pada cairan mata.
2. Menurut perjalanan penyakitnya, miopia di bagi atas (Ilyas, 2005) :
Miopia stasioner yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.
Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
Miopia maligna, yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas miopia antara lain : (Mangunkusumo, 1986;
Rahman, 1992) :

1. Usia, makin muda usia anak semakin besar pertumbuhan anatomis bola matanya.
2. Penyakit pada mata.
3. Kerja dekat.
4. Intensitas cahaya.
5. Posisi tubuh.
6. Berdasarkan penyebab miopia, menurut Sidarta Ilyas :
Miopia refraktif adalah bertambahnya indeks bias media penglihatan, seperti pada katarak.
Miopia aksial adalah akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan
lensa yang normal.
7. Berdasarkan ukuran derajat dapat dibagi atas (Ilyas, 2006):
8. Miopia ringan 1-3 dioptri
9. Miopia sedang 3-6 dioptri
10. Miopia berat > 6 dioptri
11. Menurut timbulnya oleh Lendner dibagi atas (Rahman,1992) :
12. Kongenital
13. Infantil
14. Yuvenil
15. Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologi yang timbul pada mata, maka miopia dibagi atas
(Ilyas, 2003) :
Miopia simple
Miopia patologi

Etiologi Miopia
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan, herediter, kerja dekat
yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin)
(Desvianita cit Slone, 1997).
Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar yang masuk ke
dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa koreksi melihat ke objek
yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur. Ada dua
penyebab yaitu : daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang (Hoolwich, 1993).

Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan jatuh di depan
retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial adalah
perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal
kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa,
kelainan ini disebut miopia kurvatura (desvianita cit Slone, 1997).
Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :

1. Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.


2. Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan yang dihasilkan oleh
pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari posisi tubuh yang membungkuk.
3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang berlebihan
(Desvianita cit Perera, 1997).
Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan pada bentuk
kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa bertambah cembung
atau akibat bertambah padatnya inti lensa ( Desvianita cit Slone, 1997).
Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya akibat kadar gula
yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar protein yang meninggi pada
peradangan mata. Miopia bias juga terjadi akibat spasme berkepanjangan dari otot siliaris (spasme
akomodatif), misalnya akibat terlalu lama melihat objek yang dekat. Keadaan ini menimbulkan
kelainan yang disebut pseudo miopia (Sastradiwiria, 1989).

Gambaran Klinik Miopia


Sebahagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada jarak pandang. Pada
tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah diperiksa (Desvianita cit Adler,
1997).
Gejala subjektif :
1. Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia hanya dapat
melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan penglihatan kabur bila melihat objek jauh.
2. Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopianya dapat disembuhkan.
3. Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan efek
pinhole agar dapat melihat dengan lebih jelas.
4. Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa usaha akomodasi (Slone,
1979).
Gejala objektif :
1. Miopia simple :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-
kadang bola mata ditemukan agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen
miopia yang ringan disekitar papil saraf optik.
Miopia Patologi :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simple.
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kalainan-kelainan pada :
Korpus vitreum
Papil saraf optik
Makula
Retina terutama pada bagian temporal
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

Diagnosis Miopia
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan objektif, setelah diperiksa
adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organik (Sastrawiria, 1989).

A. Cara Subyektif
Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa. Pemeriksaan
dilakukan guns mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam
penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan terbaik. Alat yang digunakan
adalah kartu Snellen, bingkai percobaan dan sebuah set lensa coba.

Tehnik pemeriksaan :

1. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.


2. Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup.
3. Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan sampai huruf terkecil
yang masih dapat dibaca.
4. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan menjadi lebih baik
ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat di baca huruf pada baris terbawah.
5. Sampai terbaca basis 6/6.
A. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama (Ilyas, 2003).
B. Cara Obyektif
Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah atau kurangnya
kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu yaitu retinoskop. Cara objektif ini
dinilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati gerakan bayangan cahaya dalam pupil yang
dipantulkan kembali oleh retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik (untuk
melumpuhkan akomodasi), pasien harus menatap jauh. Mata kiri diperiksa dengan mata kiri, mata
kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan poros visuil mata. Jarak
pemeriksaan biasanya meter dan dipakai sinar yang sejajar atau sedikit divergen berkas
cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di pupil bergerak searah dengan gerakan
retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus tambah sampai tampak hampir diam atau hampir terbalik
arahnya. Keadaan ini dikatakan point of reversal (POR), sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa
minus sampai diam. Nilai refraksi sama dengan nilai POR dikurangi dengan ekivalen dioptri untuk
jarak tersebut, misalnya untuk jarak meter dikurangi 2 dioptri (Sastrawiria, 1989).
Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif biasanya dilakukan pada setiap pasien. Cara ini sering
dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak kooperatif, cukup dengan pemeriksaan
objektif. Untuk yang tidak terbiasa, pemeriksaan subjektif saja pada umumnya bisa dilakukan
(Sastrawiria, 1989).

Penatalaksanaan Miopia
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata difokuskan tepat di
retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara optik
2. Cara operasi

Cara optik
Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf
(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Bila
permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang
seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan
mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan
demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina (Guyton, 1997).

Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap
ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan
permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua
pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai
indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi
berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah
yang berperan penting.

Cara operasi pada kornea


Ada beberapa cara, yaitu :

1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea perifer sehingga kornea
sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang masuk ke mata menjadi lebih dekat ke retina.
2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga laser untuk mengurangi
kecembungannya dan dilengketkan kembali.
3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian dikurangi kecembungannya
dan dilengketkan kembali.
4. Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang sesuai dengan koreksi refraksi
ke kornea penderita yang telah di buang epitelnya.
Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan kekurangan, oleh karena itu para ahli mencoba
untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan jalan mengambil lensa
mata yang masih jernih (clear lens extraction/CLE).

Prognosis Miopia
Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila penderita miopia
memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Bila progresif miopia
prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan pada
miopia maligna prognosisnya sangat jelek.

Anda mungkin juga menyukai