Hutan Tanaman Industri
Hutan Tanaman Industri
Hutan Tanaman Industri
dalam pemanfaatan hasil hutan kayu yang dapat dilakukan dengan satu atau lebih sistem silvikultur,
sesuai dengan karakteristik sumberdaya hutan dan lingkungannya (Peraturan Pemerintah No. 3 tahun
2008). Hutan Tanaman Industri merupakan masa depan untuk pembangunan kehutanan di Indonesia
karena selain sebagai pemasok bahan baku kayu juga dapat digunakan sebagai penyedia lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan, dan sebagai upaya untuk pelestarian sumberdaya hutan.
Jenis-jenis tanaman yang ditanam di areal HTI merupakan tanaman yang cepat tumbuh (fast growing
species) dan dapat digunakan sebagai bahan baku industri perkayuan, seperti: Acacia mangium,
Gmelina arborea, Eucalyptus sp, dan jenis-jenis lainnya. Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTI
meliputi kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan,
dan pemasaran (Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008).
Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan tanaman muda dan pemeliharaan
tegakan. Pemeliharaan tanaman muda kegiatannya meliputi, penyulaman, penyiangan, pendangiran,
pembebasan gulma serta tanaman pengganggu lainnya, dan pemupukan. Sedangkan kegiatan
pemeliharaan tegakan meliputi, pembebasan tanaman pengganggu, pemangkasan cabang untuk
meningkatkan kualitas batang melalui peningkatan ukuran panjang batang bebas cabang, dan
penjarangan untuk menciptakan ruang tumbuh yang optimal.
Hutan Tanaman Industri Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2008 jo Peraturan
Pemerintah nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
serta Pemanfaatan, yang dimaksud dengan Hutan Tanaman adalah hutan yang dibangun untuk
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan cara menerapkan sistem silvikultur yang
intensif. Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2007 menjelaskan hutan tanaman industri yang
selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok
industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan
silvikultur dalam rangka memenuhi bahan baku industri hasil hutan. Pada dasarnya, hutan tanaman
ini digunakan untuk memenuhi keperluan masyarakat, pembangunan, industri, dan ekspor.
Sedangkan di lapangan, pembangunan HTI bertujuan untuk mendukung upaya pemerintah dalam
meningkatkan kualitas lingkungan pedalaman yang berorientasi pada azas produktivitas,
profitabilitas, dan keseimbangan hasil. Selain itu, pembangunan HTI juga bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku kayu untuk industri perkayuan, peningkatan devisa negara, untuk
mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi negara/pedesaan, membuka lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, serta untuk melestarikan manfaat sumberdaya hutan. Karena areal HTI
berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar hutan, maka kegiatan pengusahaan HTI ini turut
berperan aktif dalam kegiatan masyarakat, misalnya berpartisipasi dalam program Pembinaan Usaha
Kecil dan Koperasi (Timor 2003). Untuk mencapai sasaran dari kegiatan pembangunan dan
pengelolaan HTI, maka perlu dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut (Timor 2003)
Eukaliptus adalah pohon yang berasal dari Australia. Tingginya ada yang hanya beberapa meter saja
dan ada pula yang tingginya bisa mencapai 100 meter, Eukaliptus adalah pohon keras terbesar di
dunia. Tanaman Eukaliptus dapat hidup dimana saja tanpa ada banyak syarat tumbuh (Arifin, 2011)..
Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace, mulai dari 7 LU sampai 4339
LS meliputi Australia, New Britania, Papua dan Tazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di
Kepulauan Indonesia yaitu Irian Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor- Timur. Genus
eukaliptus terdiri atas 500 spesies yang kebanyakan endemik Australia. Hanya ada dua spesies yang
tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Fillipina) yaitu Eucalyptus
urrophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa spesies menyebar di Australia bagian Utara menuju
bagian Timur. Spesies ini banyak tersebar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia
bagian Barat Daya. Pada saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya
di benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan dan Amerika Tengah
(Latifah, 2004).
Jenis-jenis eukaliptus banyak terdapat pada kondisi iklim bermusim kering dan daerah yang beriklim
basah dari tipe hujan tropis. Jenis eukaliptus tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat
tumbuhnya. Tanaman eukaliptus dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab,
berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah
kering gersang sampai pada tanah yang baik dan subur (Departemen Kehutanan, 1994).
1. Iklim
Genus pohon ini dapat ditemukan hampir diseluruh Australia, karena telah beradaptasi dengan iklim
daerah tersebut. Jenis eukaliptus dapat tumbuh dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah
sampai daerah pegunungan. Kebanyakan eukaliptus tidak tahan suhu dingin, hanya bertahan pada
suhu antara -3 hingga -5 Celcius. Tanaman eukaliptus tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata per
tahun 20 hingga 32 Celcius (Rauf, 2009). Intensitas cahaya juga dibutuhkan yang berkisar antara 7
8 jam/hari dan curah hujan 1500 2000 m/tahun (Arifin, 2011).
2. Tanah
Tanah juga termasuk syarat tumbuh Eukaliptus, karena tanaman Eukaliptus dapat tumbuh didaerah.
Rawa-rawa dangkal dan kering, tanaman Eukaliptus juga dapat tumbuh disegala jenis tanah dengan
PH tanah antara 4,5 6,5 (Arifin, 2011).
Kerusakan hutan (degradasi dan deforestasi) yang besar dengan laju rata-rata 1,8 juta ha per tahun menyebabkan
hutan alam saat ini tidak mampu lagi menjadi sumber pemasok kayu utama untuk bahan baku industri. Suramnya
bisnis industri perkayuan di dalam tubuh kehutanan nasional menjadi salah satu alasan bagi pabrik-pabrik panel
kayu gulung tikar. Pada tahun 1990 tercatat 564 perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dengan produksi
kayu mencapai 28 juta m3. Diantara sekian banyak pabrik panel kayu, benar-benar aktif kini hanya tersisa 40
perusahaan saja dari total 120 unit. Hal itu banyak disebabkan oleh kurangnya bahan baku yang kontradiktif
dengan kebutuhan kayu yang semakin meningkat. Kini banyak perusahaan atau pabrik kayu yang mengandalkan
bahan baku dari hutan rakyat. Seiring dengan permintaan kayu yang terus meningkat akibat tidak berimbangnya
pasokan, pengusaha sudah mulai mengarahkan perhatiannya pada jenis tanaman hutan penghasil kayu yang
cepat. Dari situlah kemudian muncul Eucalyptus sebagai salah satu pilihan. Eucalyptus merupakan tanaman yang
cepat tumbuh dan bisa dipanen pada umur 5 tahun. Masa pakai kayu eucalyptus mampu bertahan hingga 30-45
tahun. Kondisi inilah yang melatarbelakangi cerahnya prospek eucalyptus. Prospek penanaman pohon eucalyptus
sangat baik hal ini disebabkan oleh kebutuhan kayu eucalyptus mencapai lebih dari 500 ribu meter kubik per
tahunnya. Adanya jaminan pemasaran, baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan harga yang semakin
tinggi sangat menguntungkan petani tanaman eucalyptus. Para petani eucalyptus pun tidak hanya mendapatkan
keuntungan dari pohon saja, tetapi dari hasil palawija yang ditumpang sarikan petani juga mendapatkan hasilnya.
Berdasarkan pengalaman para petani keuntungan penanaman eucalyptus cukup besar. Jika dihitung nilai
kelayakannya, berinvestasi tanaman eucalyptus sangat menguntungkan. Sebagai gambaran produksi kayu
eucalyptus umur 5 tahun pada tanah yang baik adalah 437m3 per hektar jika dirupiahkan setara dengan Rp 218
juta. Bahkan diprediksikan haga kayu eucalyptus akan meningkat dari tahun ketahun. Hal ini didasarkan pada
permintaan pasar internasional dan domestik terhadap kayu eucalyptus yang terus meningkat III. SEKILAS
TENTANG
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/jaja_miharja/mengenali-tanaman-ekaliptus-lebih-
dekat_54f7a992a333119d1c8b47c6
Pembuatan Embung di Lokasi Pertanian Desa Taman Fajar, merupakan salah satu cara
mengatasi kekurangan air pada musim kemarau atau kelebihan air pada saat musim
hujan.
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran kecil di lahan pertanian yang
dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan. Air yang ditampung
tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya
komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi di musim kemarau atau disaat curah hujan
makin jarang. Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air yang sangat sesuai
di segala jenis agroekosistem.
Meskipun perannya sangat strategis, namun pengelolaan air masih jauh dari yang
diharapkan, sehingga air yang semestinya merupakan sehabat petani berubah menjadi
penyebab bencana bagi petani. Indikatornya, di musim kemarau, ladang dan sawah
sering kali kekeringan dan sebaliknya di musim penghujan, ladangdan sawah banyak
yang terendam air.
Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan
distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan
air dan menjadi sumber air irigasi pada musim kemarau. Secara operasional
sebenarnya embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas
ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman musim kemarau dan penghujan.
Mudah-mudahan pembuatan embung ini adalah solusi petani pada musim kemarau
atupun musim penghujan dan dapat meningkatkan produktifitas invensitas tanam, dan
pendapatan petani.
B.Keterangan Botani
Eucalyptus spp. termasuk famili Myrtaceae, terdiri dari kurang lebih 700 jenis. Jenis Eucalyptus dapat
berupa semak atau perdu sampai mencapai ketinggian 100 meter umumnya berbatang bulat, lurus,
tidak berbanir dan sedikit bercabang. Pohon pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan dan
banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, jarang-
jarang dan daunnya tidak begitu lebat. Daunnya berbentuk lanset hingga bulat telur memanjang dan
bagian ujungnya runcing membentuk kait. Pada pohon yang masih muda letak daunnya berhadapan
bentuk dan ukurannya sering berbeda dan lebih besar daripada pohon tua. Pada umur tua, letak daun
berselang-seling. Ciri khas lainnya adalah sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk
kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau
berlekuk-lekuk. Warna kulit mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai coklat,
merah, sawo matang sampai coklat.
C.Tempat tumbuh
1. Penyebaran.
Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Walace, mulai dari 7' LU sampai 4339'
LS sebagian besar tumbuh di Australia dan pulau-pulau di sekitarnya. Beberapa jenis tumbuh luas di
Papua New Guinea dan jenis-jenis tertentu terdapat di Sulawesi, Papua, Seram, Philippina, pulau di
Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur.
Jenis-jenis Eucalyptus terutama menghendaki iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim
basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat
tumbuhnya. Eucalyptus dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa,
secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kurus gersang
sampai pada tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai
C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per
tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0 - 1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20 - 32C.
D. Persiapan lapangan
1. Penataan lapangan.
Penataan areal penanaman dimaksudkan untuk mengatur tempat dan waktu, pengawasan serta
keperluan pengelolaan hutan lebih lanjut. Areal dibagi menjadi blok-blok tata hutan dan blok dibagi
lagi menjadi petak-petak tata hutan. Unit-unit ini ditandai dengan patok dan digambar di atas peta
dengan skala 1 : 10.000. Batas-batas blok dapat di pakai berupa abtas alam seperti sungai, punggung
bukit atau batas buatan seperti jalan, patok kayu atau beton.
2. Pembersihan lapangan.
3. Pengolahan tanah.
Pengolahan tanah diperlukan pada tanah-tanah yang padat dengan cara sebagai berikut :
c. Tanah pada jalur-jalur tanaman dihaluskan dan dibersihkan, kemudian dibuat lubang tanaman.
1. Sistem penanaman.
Sistim penanaman yang dapat dipilih yaitu tumpangsari, cemplongan dan jalur dengan cara
sebagai berikut :
Dalam sistim ini pembuatan tanaman dilakukan berdasarkan perjanjian antara pihak kehutanan
dengan para petani peserta tumpangsari selama jangka waktu 2,5 tahun. Lokasi tanaman untuk
keperluan tumpangsari harus memenuhi syarat-sayarat :
b) Tanaman palawaija yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok dan tanaman sela tidak
diperkenankan untuk ditanam. Jenis-jenis tanaman tersebut antara lain ketela pohon, ketela rambat,
pisang, sereh, kentang, kol dan akar wangi.
b. Sistem cemplongan.
Dalam sistim cemplongan tanaman pokok ditanam dalam lubang pada larikan yang telah disiapkan,
pembersihan hanya dilakukan pada radius 1 - 2 meter di sekeliling lubang tanaman. Sistim ini sangat
baik dilakukan pada areal yang kemiringannya melebihi 40% (mudah terkena erosi), areal hutan
lindung dan di daerah yang sulit diperoleh tenaga kerja.
c. Sistim jalur.
Pembuatan tanaman dengan sistim jalur pelaksanaannya sama seperti sistim cemplongan, hanya pada
sistim jalur pembersihan lapangan dilakukan sepanjang larikan bakal tanaman.
2. Waktu penanaman.
Penanaman dilakukan setelah hujan lebat turun pada musim hujan, pada umumnya bulan Oktober
sampai Januari. Pengamatan awal hujan sangat penting, karena bibit yang baru ditanam memerlukan
banyak air dan udara lembab.
3. Pengangkutan bibit.
Bibit yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam keranjang atau peti kemudian diangkut ke lokasi
penanaman dengan hati-hati agar bibit tanaman tidak mengalami kerusakan selama dalam
perjalanan. Bibit disusun rapat hingga tidak bergerak jika dibawa dan disarankan tidak ditumpuk. Bibit
yang diangkut diusahakan bibit yang sehat dan segar serta jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan
menanam. Sebaiknya bibit dihindarkan dari panas matahari dan supaya disimpan di tempat yang
teduh dan terlindung.
4. Teknik penanaman.
Bibit ditanam tegak sedalam leher akar. Apabila terdapat akar yang menerobos keluar dari kantong
plastik dipotong agar tidak terlipat dan tertanam di dalam lubang tanaman. Sebelum ditanam tanah
dalam kantong plastik dipadatkan, kemudian kantong plastik dibuka perlahan-lahan lalu tanah dan
bibit dikeluarkan baru ditanam. Bibit ditanam berdiri tegak pada lubang yang telah dibuat pada setiap
ajir, kemudian diisi dengan tanah gembur, sampai leher akar. Tanah yang ada di sekelilingnya ditekan
agar menjadi padat.
5. Pemeliharaan.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan maka kegiatan pemeliharaan ini mutlak dilaksanakan
setiap 3 bulan sekali sampai tanaman berumur 2 tahun setelah di lapangan dan pendangiran.
a. Penyiangan.
Yang dimaksud penyiangan adalah pembebasan tanaman dari belukar dan tumbuhan pengganggu
lainnya. Jenis Eucalyptus merupakan jenis cahaya dan penanamannya akan berhasil apabila dilakukan
penyiangan secara intensif. Oleh karena itu penyiangan sangat penting dan harus dilaksanakan
menurut kebutuhan, terutama dalam tahun pertama dan tahun kedua. Setelah disiangi, tanah perlu
digemburkan terutama tanah yang di sekeliling lubang tanam.
b. Penyulaman.
Penyulaman dilakukan dalam tahun pertama dan tahun kedua selama musim hujan dalam tahun
pertama, tanaman yang mati atau merana disulam dengan bibit dari persemaian. Penyulaman dalam
tahun kedua dilakukan pada saat hujan pertama jatuh.
c. Pemupukan.
Pemupukan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan dan pendangiran, dimana pupuk NPK,
(KCL : TSP : Urea) dengan perbandingan 1 : 2 : 1 ditaburkan disekitar lubang tanam, banyaknya pupuk
sesuai dengan pengalaman pemberian pupuk di lapangan.
a. Busuk akar.
Bagian tanaman yang diserang adalah banir dan akar. Pada kulit terdapat benang-benang berwarna
putih yang apabila dibasahi berwarna kuning dan rontok, ranting mati. Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi busuk akar, yaitu pohon yang sakit ditebang, tunggak dan akar dibongkar.
Bagian yang diserang adalah batang dan akar. Rayap mulai menyerang dari akar samping atau akar
tunggang. Tanda yang lain yang dapat dilihat yaitu pangkal batang dari pohon yang terserang
berwarna coklat hitam. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan menghancurkan sarangnya atau
mencampur insektisita tertentu di sekitar tanaman misalnya dieldrin atau aldrin.
Bagian yang diserang biasanya bagian bawah dari cabang dan ranting. Bagian tersebut akan tampak
adanya lapisan benang-benang cendawan yang berwarna putih yang lama-kelamaan menjadi merah
jingga. Kulit pohon di bawah benang menjadi belah dan busuk. Cara untuk mengatasinya dengan
memperbanyak masuknya udara dan sinar matahari. Serangan yang masih baru diberik fungisida
kemudian dikupas dan dibakar. Apabila serangan sudah lanjut, pohon ditebang dan dibakar.
Akibat serangan ini pohon menjadi layu dan merana dan bila serangan sudah lanjut pohon akan mati.
Cara mengatasinya dengan menebang pohon yang sakit, membongkar tunggak dan akarnya dibakar
atau dengan menggunakan fungisida pada bekas tanaman atau pohon yang diserang.
Sumber : Badan LITBANG Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman teknis penanaman jenis-jenis kayu
komersial.
E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan
persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi
yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu gergajian, konstruksi, finir, plywood, furniture, dan
bahan pembuatan pulp dan kertas. Oleh karena itu jenis tanaman ini cenderung untuk selalu
dikembangkan. Jenis Eucalyptus termasuk jenis yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat
membutuhkan cahaya. Tanaman dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan terhadap
serangan rayap. Pertumbuhan tanaman ini tergolong cepat terutama pada waktu muda. Sistem
perakarannya yang masih muda cepat sekali memanjang menembus ke dalam tanah. Intensitas
penyebaran akarnya ke arah bawah hampir sama banyaknya dengan ke arah samping. B. Keterangan
Botani Eucalyptus spp. termasuk famili Myrtaceae, terdiri dari kurang lebih 700 jenis. Jenis Eucalyptus
dapat berupa semak atau perdu sampai mencapai ketinggian 100 meter umumnya berbatang bulat,
lurus, tidak berbanir dan sedikit bercabang. Pohon pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan
dan banyak meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke atas, jarang-
jarang dan daunnya tidak begitu lebat. Daunnya berbentuk lanset hingga bulat telur memanjang dan
bagian ujungnya runcing membentuk kait. Pada pohon yang masih muda letak daunnya berhadapan
bentuk dan ukurannya sering berbeda dan lebih besar daripada pohon tua. Pada umur tua, letak daun
berselang-seling. Ciri khas lainnya adalah sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk
kulit bermacam-macam mulai dari kasar dan berserabut, halus bersisik, tebal bergaris-garis atau
berlekuk-lekuk. Warna kulit mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai coklat,
merah, sawo matang sampai coklat. C. Tempat tumbuh 1. Penyebaran. Daerah penyebaran alaminya
berada di sebelah Timur garis Walace, mulai dari 7' LU sampai 4339' LS sebagian besar tumbuh di
Australia dan pulau-pulau di sekitarnya. Beberapa jenis tumbuh luas di Papua New Guinea dan jenis-
jenis tertentu terdapat di Sulawesi, Papua, Seram, Philippina, pulau di Nusa Tenggara Timur dan Timor
Timur. 2. Persyaratan tempat tumbuh. Jenis-jenis Eucalyptus terutama menghendaki iklim bermusim
(daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus tidak menuntut
persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus dapat tumbuh pada tanah yang
dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa, secara periodik digenangi Informasi lebih lanjut email:
[email protected] http://www.irwantoshut.com/ air, dengan variasi kesuburan tanah mulai
dari tanah-tanah kurus gersang sampai pada tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus dapat
tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai
daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0 - 1 bulan
dan suhu rata-rata per tahun 20 - 32C. D. Persiapan lapangan 1. Penataan lapangan. Penataan areal
penanaman dimaksudkan untuk mengatur tempat dan waktu, pengawasan serta keperluan
pengelolaan hutan lebih lanjut. Areal dibagi menjadi blok-blok tata hutan dan blok dibagi lagi menjadi
petak-petak tata hutan. Unit-unit ini ditandai dengan patok dan digambar di atas peta dengan skala 1
: 10.000. Batas-batas blok dapat di pakai berupa abtas alam seperti sungai, punggung bukit atau batas
buatan seperti jalan, patok kayu atau beton. 2. Pembersihan lapangan. Beberapa kegiatan yang
dilakukan sebelum penanaman meliputi : a. Menebang pohon-pohon sisa dan meninggalkan pohon
yang dilarang ditebang b. Mengumpulkan semak belukar, alang-alang dan rumput-rumputan c.
Sampah-sampah yang telah terkumpul dibakar 3. Pengolahan tanah. Pengolahan tanah diperlukan
pada tanah-tanah yang padat dengan cara sebagai berikut : 1. Tanah dicangkul sedalam 20 - 25 cm
kemudian dibalik 2. Bungkalan-bungkalan tanah dihancurkan, akar-akar dikumpulkan, dijemur dan
dibakar 3. Tanah pada jalur-jalur tanaman dihaluskan dan dibersihkan, kemudian dibuat lubang
tanaman. E. Penanaman dan pemeliharaan 1. Sistem penanaman. Sistim penanaman yang dapat
dipilih yaitu tumpangsari, cemplongan dan jalur dengan cara sebagai berikut : a. Sistim tumpang sari.
Dalam sistim ini pembuatan tanaman dilakukan berdasarkan perjanjian antara pihak kehutanan
dengan para petani peserta tumpangsari selama jangka waktu 2,5 tahun. Lokasi tanaman untuk
keperluan tumpangsari harus memenuhi syarat-sayarat : Tanah dalam keadaaan subur Kemiringan
areal tidak melebihi 40 % Ketersediaan tenaga kerja cukup Kebutuhan masyarakat terhadap tanah
garapan http://www.irwantoshut.com/ Dalam pelaksanaan tumpangsari perlu diperhatian hal-hal
sebagai berikut : a) Pada jarak tanam 30 cm di sisi kiri-kanan larikan tanaman pokok dan tanaman sela
tidak diperkenankan ditanam palawija. b) Tanaman palawaija yang menggangu pertumbuhan
tanaman pokok dan tanaman sela tidak diperkenankan untuk ditanam. Jenis-jenis tanaman tersebut
antara lain ketela pohon, ketela rambat, pisang, sereh, kentang, kol dan akar wangi. b. Sistem
cemplongan. Dalam sistim cemplongan tanaman pokok ditanam dalam lubang pada larikan yang telah
disiapkan, pembersihan hanya dilakukan pada radius 1 - 2 meter di sekeliling lubang tanaman. Sistim
ini sangat baik dilakukan pada areal yang kemiringannya melebihi 40% (mudah terkena erosi), areal
hutan lindung dan di daerah yang sulit diperoleh tenaga kerja. c. Sistim jalur. Pembuatan tanaman
dengan sistim jalur pelaksanaannya sama seperti sistim cemplongan, hanya pada sistim jalur
pembersihan lapangan dilakukan sepanjang larikan bakal tanaman. 2. Waktu penanaman. Penanaman
dilakukan setelah hujan lebat turun pada musim hujan, pada umumnya bulan Oktober sampai Januari.
Pengamatan awal hujan sangat penting, karena bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air dan
udara lembab. 3. Pengangkutan bibit. Bibit yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam keranjang atau
peti kemudian diangkut ke lokasi penanaman dengan hati-hati agar bibit tanaman tidak mengalami
kerusakan selama dalam perjalanan. Bibit disusun rapat hingga tidak bergerak jika dibawa dan
disarankan tidak ditumpuk. Bibit yang diangkut diusahakan bibit yang sehat dan segar serta jumlahnya
disesuaikan dengan kemampuan menanam. Sebaiknya bibit dihindarkan dari panas matahari dan
supaya disimpan di tempat yang teduh dan terlindung. 4. Teknik penanaman. Bibit ditanam tegak
sedalam leher akar. Apabila terdapat akar yang menerobos keluar dari kantong plastik dipotong agar
tidak terlipat dan tertanam di dalam lubang tanaman. Sebelum ditanam tanah dalam kantong plastik
dipadatkan, kemudian kantong plastik dibuka perlahan-lahan lalu tanah dan bibit dikeluarkan baru
ditanam. Bibit ditanam berdiri tegak pada lubang yang telah dibuat pada setiap ajir, kemudian diisi
dengan tanah gembur, sampai leher akar. Tanah yang ada di sekelilingnya ditekan agar menjadi padat.
5. Pemeliharaan. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan maka kegiatan pemeliharaan ini mutlak
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali sampai tanaman berumur 2 tahun setelah di lapangan dan
pendangiran. a. Penyiangan. Yang dimaksud penyiangan adalah pembebasan tanaman dari belukar
dan tumbuhan pengganggu lainnya. Jenis Eucalyptus merupakan jenis cahaya dan penanamannya
akan berhasil apabila dilakukan penyiangan Informasi lebih lanjut email: [email protected]
http://www.irwantoshut.com/ secara intensif. Oleh karena itu penyiangan sangat penting dan harus
dilaksanakan menurut kebutuhan, terutama dalam tahun pertama dan tahun kedua. Setelah disiangi,
tanah perlu digemburkan terutama tanah yang di sekeliling lubang tanam. b. Penyulaman.
Penyulaman dilakukan dalam tahun pertama dan tahun kedua selama musim hujan dalam tahun
pertama, tanaman yang mati atau merana disulam dengan bibit dari persemaian. Penyulaman dalam
tahun kedua dilakukan pada saat hujan pertama jatuh. c. Pemupukan. Pemupukan dilakukan
bersamaan dengan kegiatan penyiangan dan pendangiran, dimana pupuk NPK, (KCL : TSP : Urea)
dengan perbandingan 1 : 2 : 1 ditaburkan disekitar lubang tanam, banyaknya pupuk sesuai dengan
pengalaman pemberian pupuk di lapangan 6. Hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang menyerang
tanaman Eucalyptus adalah : a. Busuk akar. Bagian tanaman yang diserang adalah banir dan akar. Pada
kulit terdapat benang-benang berwarna putih yang apabila dibasahi berwarna kuning dan rontok,
ranting mati. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi busuk akar, yaitu pohon yang sakit
ditebang, tunggak dan akar dibongkar. b. Rengas, rinyuh atau rayap (Coptotermes curvignatus). Bagian
yang diserang adalah batang dan akar. Rayap mulai menyerang dari akar samping atau akar tunggang.
Tanda yang lain yang dapat dilihat yaitu pangkal batang dari pohon yang terserang berwarna coklat
hitam. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan menghancurkan sarangnya atau mencampur
insektisita tertentu di sekitar tanaman misalnya dieldrin atau aldrin. c. Cendawan akar putih (Corticium
salmonicolor). Bagian yang diserang biasanya bagian bawah dari cabang dan ranting. Bagian tersebut
akan tampak adanya lapisan benang-benang cendawan yang berwarna putih yang lama-kelamaan
menjadi merah jingga. Kulit pohon di bawah benang menjadi belah dan busuk. Cara untuk
mengatasinya dengan memperbanyak masuknya udara dan sinar matahari. Serangan yang masih baru
diberik fungisida kemudian dikupas dan dibakar. Apabila serangan sudah lanjut, pohon ditebang dan
dibakar. d. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferreum). Akibat serangan ini pohon menjadi
layu dan merana dan bila serangan sudah lanjut pohon akan mati. Cara mengatasinya dengan
menebang pohon yang sakit, membongkar tunggak dan akarnya dibakar atau dengan menggunakan
fungisida pada bekas tanaman atau pohon yang diserang. Sumber : Badan LITBANG Departemen
Kehutanan. 1994. Pedoman teknis penanaman jenisjenis kayu komersial.