5 354589128408432921

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 137

TESIS

STUDI TARIF LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN


METODE LONG RUN MARGINAL COST
DI EDTL TIMOR LESTE

NORBERTO SOARES

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
TESIS

STUDI TARIF LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN


METODE LONG RUN MARGINAL COST
DI EDTL TIMOR LESTE

NORBERTO SOARES
NIM 1191761027

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
STUDI TARIF LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN
METODE LONG RUN MARGINAL COST
DI EDTL TIMOR LESTE

Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister


Pada Program Magister, Program Studi Teknik Elektro
Program Pasacasarjana Universitas Udayana

NORBERTO SOARES
NIM 1191761027

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013

ii
HALAMAN PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN PADA


TANGGAL 22 NOVEMBER 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Ir. I.A.D. Giriantari, MEngSc,. PhD Wayan Gede Ariastina, ST., MEngSc., Ph.D
NIP. 19651213 199103 2 001 NIP. 19690413 199412 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Direktur


Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof. Ir. I.A.D. Giriantari, MEngSc,. PhD Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 19651213 199103 2 001 NIP. 19590215 198510 2 001

iii
PANITIA PENGUJI

Tesis ini Telah Diuji pada


Tanggal 22 November 2013

Tim Penguji Tesis


Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No: 3267/UN14.4/HK/2013 Tanggal 20 November 2013

Tim Penguji:

1. Prof. Ir. Ida Ayu Dwi Giriantari, MEngSc,. PhD

2. Wayan Gede Ariastina, ST,. M.EngSc,. PhD

3. Prof. Ir. Rukmi Sari Hartati, MT,. PhD

4. I Nyoman Satya Kumara, ST,. MSc. PhD

5. Ir. Linawati, MEngSc,. PhD

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Norberto Soares

NIM : 1191761027

Program Studi : Teknik Elektro

Judul Tesis : Studi Tarif Listrik Dengan Menggunakan Metode Long Run

Marginal Cost Di EDTL Timor Leste

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI. No. 17 Tahun 2010

dan Peraturan Perundangundangan yang berlaku.

Denpasar, November 2013

Yang Membuat Pernyataan,

Norberto Soares

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan kemurahanNya, sehingga penulis dapat menulis dan menyelesaikan
Tesis dengan judul Studi Tarif Listrik dengan Menggunakan Metode Long
Run Marginal Cost di EDTL Timor Leste.
Tesis ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi persyaratan guna
menyelesaikan studi di Universitas Udayana. Dalam penyusunannya tidak terlepas
dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis mengucakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Ir. Ida Ayu Dwi Giriantari, M.EngSc., Ph.D, selaku pembimbing
utama dan sekaligus sebagai Ketua Programa Studi Magister Teknik
Elektro, yeng telah banyak memberi masukan dan arahan serta memotivasi
selama penulisan tesis ini.
2. Bapak Wayan Gede Ariastina, ST., M.EngSc., Ph.D, selaku pembimbing
kedua yang telah banyak mengoreksi serta memberi masukan selama
penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, selaku Rektor
Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
3. Ibu Prof. Ir. Rukmi Sari Hartati, MT., PhD., Bapak I Nyoman Kumara
Satya, ST., MSc.,PhD. dan Ibu Ir. Linawati, M.Eng.Sc., PhD., selaku tim
penguji pada ujian tesis yang telah banyak memberikan masukan demi
terselesaikannya tesis ini.
4. Para dosen pengajar konsentrasi Manajemen Energi dan pegawai
sekretariat Magister Teknik Elektro.
5. Bapak Ir. Pedro Lay Silva, M.Eng., sebagai Menteri Infrastruktur Timor
Leste, Direktor Nasional EDTL dan beserta staf yang telah memberikan
dukungan dan informasi serta data-data dalam penyusunan tesis ini.

vi
6. Pemerintah Timor Leste melalui kerjasama Institutional Cooperation
between TIMOR LESTE and NORWAY telah memberikan beasiswa
selama saya mengikuti pendidikan Program Pascasarjana di Universitas
Udayana Bali-Indonesia.
7. Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional
yang telah memberikan Persetujuan Ijin Belajar di Universitas Udayana
Denpasar Bali.
8. International Office (IO) Universitas Udayana yang telah banyak
membantu saya selama mengikuti perkuliahan dan pengurusan Visa dan
ITAS (Ijin Tinggal Terbatas) di Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar Bali.
9. Rekan-rekan kuliah konsentrasi Manajemen Energi, Fakultas Teknik
Elektro angkatan 2011, yang telah memberi semangat dan dukungan
dalam penulisan tesis ini.
10. Semua keluarga, terutama istri tercinta Agustina Nurhayati dan anak-anak
tersayang (Elyzio Agnert Soares, Dionesia Agnert Soares dan Gildas
Lusofonia Agnert Soares) yang dengan cinta, ketulusan, kasih sayang
telah memberikan dukungan doa dan kesabaran selama saya mengikuti
kuliah sampai pada penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih
banyak mengalami kekurangan dan kesalahan, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikannya.
Mohon maaf dengan segala kekurangan dan akhir kata, semoga tesis ini
bermanfaat dan memberi keuntungan kepada penulis di masa yang akan datang.

Denpasar, November 2013

Penulis,

vii
ABSTRAK

Untuk mencukupi suplai energi listrik ke semua pelanggan, maka


pemerintah Timor Leste telah mengalokasikan biaya investasi guna
pengembangan sektor kelistrikan di seluruh wilayah Timor Leste. Biaya investasi
untuk pembangunan pembangkit dan transmisi 150 kV maupun pengembangan
sistem distribusi semuanya bersumber dari anggaran belanja negara atau
Oramento Geral do Eestado (OGE) de Timor Leste. Selain itu setiap tahun
pemerintah tetap mengalokasikan anggaran guna mempertahankan kelangsungan
pengoperasian dan penyediaan energi listrik yang berkesinambungan, akibat dari
kerugian yang dialami pihak EDTL setiap tahunnya. Salah satu penyebab
kerugian ini karena penetapan tarif listrik selama ini sangat rendah. Penentuan
tarif listrik saat ini belum sepenuhnya berdasarkan pada prinsip-prinsip tarif yang
ekonomis karena tidak mencerminkan biaya yang dialokasikan untuk pasokan
energi listrik. Untuk itu perlu ditentukan tarif listrik yang memenuhi nilai
keekonomian agar pihak penyedia tenaga listrik dan para konsumen bisa
memperoleh keuntungan dan harga yang wajar. Dengan demikian akan menjamin
kesinambungan penyediaan tenaga listrik, investasi pada sektor kelistrikan serta
akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian.
Analisa dan perhitungan tarif listrik yang mengacu pada nilai keekonomian
di Timor Leste yang dilakukan dalam tesis ini dengan menggunakan metode long
run marginal cost (LRMC). Kajian dalam tesis ini akan memberikan gambaran
mengenai pemanfaatan sumber daya yang seimbang antara biaya pemanfaatan
energi dan biaya pasokan energi listrik.
Dari hasil perhitungan diperoleh tarif listrik rata-rata yang wajar
berdasarkan metode LRMC yaitu sebesar US$0,37/kWh. Sedangkan tarif rata-rata
yang berlaku saat ini adalah US$0,15/kWh. Dengan mengkaji dari beberapa
aspek, maka tarif rata-rata yang direkomendasikan sebesar US$0,19/kWh.
Dengan memberlakukan tarif yang direkomendasikan pihak EDTL akan
memperoleh peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 26,67% dari energi yang
dikonsumsi oleh pelanggan jika dibandingkan dengan eksisting tarif 2012.

Kata kunci:
Studi Tarif listrik, long run marginal cost (LRMC), biaya marjinal pembangkit,
biaya marjinal jaringan, EDTL Timor Leste.

viii
ABSTRACT

In order to provide electricity to all customers, the government of Timor


Leste has allocated financial investment for development of national electrical
power sector. The development is intended to provide a supply network of
electrical energy to customers, for both urban and rural areas. The source of
investment fund for development of power plant, 150kV transmission lines and
distribution network is the state budget, namely Oramento Geral do Eestado
(OGE) of Timor Leste. In addition to the investment fund, each year, the
government has to allocate additional fund for maintaining the continuity of the
electrical energy supply, particularly to cover the annual loss of EDTL. The main
reason of this loss is the low electricity tariff. The current electricity tariff was not
calculated based on economic principal and does not reflect the allocated cost for
supplying the electrical energy. Therefore, it is necessary to determine the
reasonable tariff in order to meet the economic value, at which provides benefits
for both the electricity providers and consumers. Furthermore, the economical
tariff will ensure the continuity of electricity supply, and investment in the
electricity sector; as well as increasing the economic growth.
This thesis discusses the determination of electricity tariff in Timor Leste
using the long run marginal cost (LRMC) approach. This study provides an
overview of resource utilization balance between the costs of energy and
electricity supply.
The calculation results show that the reasonable average electricity tariff is
US$0.37/kWh, which is contrary with the average existing tariff of US$0.15/kWh.
By reviewing additional aspects, the further recommended average tariff is
US$0.19/kWh. The application of this tariff will increase income of the EDTL
energy sales with an average of 26.67%, compared to the existing tariff in 2012.

Key words:
Electricity tariff, long run marginal cost (LRMC), marginal generation capacity
cost, marginal network capacity cost, EDTL, Timor Leste.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PRASYARAT GELAR .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS .................... iv
HALAMAN SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................... v
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH ................................................ vi
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................ viii
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................ ix
HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................... x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ............................................................. xiii
HALAMAN DAFTAR TABEL ................................................................. xiv
HALAMAN DAFTAR SINGKATAN ....................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.3.1 Tujuan umum ............................................................................ 6
1.3.2 Tujuan khusus .......................................................................... 6
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................. 6
1.5. Batasan Masalah ................................................................................ 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 8
2.1. Sekilas Sistem Kelistrikan di Timor Leste ....................................... 8
2.1.1 Sistem kelistrikan periode 2002 2010 ................................. 9
2.1.2 Pengembangan sistem kelistrikan ............................................ 12
2.2. Tarif .................................................................................................. 15
2.2.1 Pengertian tarif ....................................................................... 15
2.2.2 Tujuan penetapan harga atau tarif .......................................... 16
2.2.3 Tarif listrik ............................................................................. 17

x
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tarif listrik ....................... 17
2.2.5 Jenis tarif listrik ....................................................................... 19
2.2.6 Tarif listrik eksisting .............................................................. 19
2.2.7 Tarif listrik di beberapa negara .............................................. 20
2.3. Metode long run marginal cost (LRMC) ......................................... 22
2.3.1 Estimasi long run marginal cost (LRMC) ............................ 24
2.3.2 Marginal cost pricing model ................................................... 24
2.3.3 Long run marginal capacity cost ........................................... 24
2.3.4 Marginal generation capacity cost ........................................ 25
2.3.5 Biaya marjinal jaringan .......................................................... 27
2.3.6 Marginal energy cost ............................................................. 31
2.3.7 Karakteristik beban ................................................................ 32
2.4. Struktur dan Desain Tarif ................................................................ 38
2.4.1 Struktur tarif ............................................................................ 38
2.4.2 Kriteria penentuan tarif listrik ................................................ 39
2.4.3 Desain tarif tiap kategori konsumen ...................................... 40
2.5. State of the Art Review ..................................................................... 41
2.5.1 Penentuan tarif berdasarkan metode revenue requirement dan
metode LRMC oleh Lisa Ambasari Universitas Indonesia. . 41
2.5.2 Electricity tariffs based on LRMC for central grid system of
Oman ...................................................................................... 42
2.5.3 Power generation pricing model based on LRMC .................. 42
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 43
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 43
3.2. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 43
3.3. Jenis Data .......................................................................................... 43
3.4. Tahapan Penelitian ............................................................................ 44
3.5. Diagram Alur Penelitian ................................................................... 51
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 53
4.1. Timor Leste dan Sektor Kelistrikannya ............................................ 53
4.1.1 Kondisi Timor Leste ............................................................... 53

xi
4.1.2 Kondisi Geografis ................................................................... 53
4.1.3 Penduduk ................................................................................. 53
4.1.4 Kondisi perekonomian ............................................................ 54
4.1.5 Electricidade de Timor Leste (EDTL) .................................... 55
4.1.6 Sejarah singkat kelistrikan di Timor Leste ............................ 55
4.2. Pengembangan PLTD 250 MW dan Transmisi 150 kV .................. 57
4.2.1 Pembangkit (PLTD) ................................................................ 58
4.2.2 Jaringan transmisi dan distribusi ............................................. 61
4.2.3 Biaya investasi untuk pengembangan PLTD dan T&D ......... 62
4.2.4 Asumsi data-data umum ......................................................... 63
4.2.5 Pertumbuhan beban puncak ................................................... 64
4.2.6 Perkiraan biaya investasi pada jaringan T&D ....................... 66
4.2.7 Kurva beban ........................................................................... 68
4.2.8 Faktor beban (load factor) ..................................................... 69
4.2.9 Coincidence factor ................................................................. 69
4.2.10 Faktor kerugian .................................................................... 70
4.3. Perhitungan dengan Metode LRMC ................................................ 72
4.3.1 Menentukan biaya marjinal pembangkit ................................ 72
4.3.2 Menentukan biaya marjinal jaringan ..................................... 74
4.3.3 Menentukan biaya marjinal energi .......................................... 80
4.3.4 Analisis hasil LRMC ............................................................. 82
4.4. Stuktur dan Desain Tarif .................................................................. 86
4.4.1 Tinjauan eksisting tarif ........................................................... 86
4.4.2 Desain tarif berdasarkan kategori pelanggan ......................... 98
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 106
5.1. Simpulan .......................................................................................... 106
5.2. Saran ................................................................................................ 107
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 108
LAMPIRAN ................................................................................................. 110

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1. Peta jaringan transmisi di Timor Leste ..................................... 4
Gambar 2.1. Grafik produksi kWh 2005 2010 ............................................ 11
Gambar 2.2. Grafik penjualan kWh 2005 2010 ........................................ 11
Gambar 2.3. Diargram transmisi 150 kV ........................................................ 14
Gambar 2.4. Hubungan antara kurva beban dengan LF dan CF ..................... 35
Gambar 3.1. Diagram perhitungan long run marginal capacity cost ............. 46
Gambar 3.2. Diagram perhitungan biaya marjinal jaringan ............................ 48
Gambar 3.3. Diagram perhitungan biaya marjinal energi .............................. 49
Gambar 3.4. Diagram alur penelitian .............................................................. 52
Gambar 4.1. Peta Timor Leste ........................................................................ 54
Gambar 4.2. Grafik pertumbuhan beban ........................................................ 66
Gambar 4.3. Grafik perkiraan pertumbuhan biaya investasi .......................... 68
Gambar 4.4. Kurva beban .............................................................................. 69
Gambar 4.5. Pengembangan jaringan TM dan TR ......................................... 77
Gambar 4.6. Diagram ilustrasi penentuan biaya marjinal capacity cost ......... 83
Gambar 4.7. Grafik perbandingan eksisting tarif dan hasil LRMC ................ 87
Gambar 4.8. Grafik energi yang dibangkitkan bulanan pada tahun 2012 ...... 88
Gambar 4.9. Grafik penjualan dan pendapatan tahun 2012 ............................ 90
Gambar 4.10. Grafik perbandingan pendapatan 2012 dengan hasil LRMC .. 91
Gambar 4.11. Grafik proyeksi penjualan dan pendapatan tahun 2013 .......... 93
Gambar 4.12. Grafik proyeksi penjualan dan pendapatan tahun 2014 ........... 94
Gambar 4.13. Grafik perbandingan Tarif Ekst, rekomendasi dan LRMC ..... 104

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Jumlah konsumen berdasarkan kategori pelanggan ...................... 10
Tabel 2.2. Produksi kWh dan hasil penjualan .............................................. 10
Tabel 2.3. Kapasitas GI di tiap-tiap kabupaten .............................................. 13
Tabel 2.4. Tarif listrik di Negara-negara Asia Tenggara .............................. 20
Tabel 2.5. Perbandingan pemakaian tarif listrik kategori rumah tangga ....... 22
Tabel 4.1. Biaya investasi pada PLTD Hera .................................................. 58
Tabel 4.2. Biaya marjinal pada PLTD Hera ................................................... 59
Tabel 4.3. Biaya investasi pada PLTD Betano .............................................. 60
Tabel 4.4. Biaya marjinal pada PLTD Betano ............................................... 60
Tabel 4.5. Kapasitas pembangkit ................................................................... 61
Tabel 4.6. Biaya investasi yang dialokasikan 2009 2013 ........................... 62
Tabel 4.7. Asumsi data umum ....................................................................... 63
Tabel 4.8. Proyeksi beban puncak .................................................................. 65
Tabel 4.9. Perkiraan pertumbuhan biaya investasi ........................................ 67
Tabel 4.10. Penentuan LF dan CF ................................................................. 70
Tabel 4.11. Asumsi kerugian pada jaringan .................................................. 71
Tabel 4.12. Rincian biaya investasi PLTD Hera dan Betano ......................... 72
Tabel 4.13. Biaya marjinal PLTD Hera dan Betano ...................................... 73
Tabel 4.14. Proyeksi LRAIC pada suplai TT ................................................. 75
Tabel 4.15. Proyeksi LRAIC pada suplai TM ................................................ 76
Tabel 4.16. Proyeksi LRAIC pada supali TR ................................................ 78
Tabel 4.17. Ringkasan AIC berdasarkan suplai tegangan .............................. 79
Tabel 4.18. Biaya marjinal berdasarkan suplai tegangan .............................. 80
Tabel 4.19. Summary network capacity cost by voltage level perbulan ......... 80
Tabel 4.20. LRMC untuk energi .................................................................... 81
Tabel 4.21. Marginal energy cost berdasarkan suplai tegangan .................... 82
Tabel 4.22. Total marginal capacity cost untuk pembangkit & jaringan ....... 83

xiv
Tabel 4.23. Ringkasan marginal capacity cost dan energy cost .................... 84
Tabel 4.24. Biaya marjinal per kategori pelanggan ....................................... 85
Tabel 4.25. Eksisting tarif .............................................................................. 86
Tabel 4.26. Proyeksi penjualan per kategori pelanggan 2012 - 2014 ............ 89
Tabel 4.27. Penjualan & pendapatan berdasarkan kategori pelanggan 2012 .. 89
Tabel 4.28. Perbandingan pendapatan 2012 menggunakan eksisting tarif
dan hasil LRMC .......................................................................... 90
Tabel 4.29. Subsidi tak langsung berdasarkan kategori pelanggan 2012 ........... 92
Tabel 4.30. Proyeksi penjualan dan pendapatan untuk tahun 2013 .............. 92
Tabel 4.31. Proyeksi penjualan dan pendapatan untuk tahun 2014 ............... 93
Tabel 4.32. Desain tarif pelanggan rumah tangga .......................................... 100
Tabel 4.33. Perubahan tagihan untuk pelanggan rumah tangga ..................... 100
Tabel 4.34. Desain tarif untuk pelanggan bisnis berskala kecil ..................... 101
Tabel 4.35. Perubahan tagihan pada pelanggan bisnis berskala kecil ............ 101
Tabel 4.36. Desain tarif pelanggan bisnis berskala menengah ...................... 102
Tabel 4.37. perubahan tagihan pada pelanggan bisnis berskala menengah ... 102
Tabel 4.38. Desain tarif pelanggan bisnis berskala besar .............................. 102
Tabel 4.39. Perubahan tagihan pada bisnis berskala besar ............................ 103
Tabel 4.40. Tarif rata-rata yang direkomendasikan ...................................... 104
Tabel 4.41. Subsidi tidak langsung berdasarkan rekomendasi tarif ............... 105

xv
DAFTAR SINGKATAN

AIC : Average incremental cost


CF : Coincidence factor
EDTL : Electricidade de Timor Leste
GI : Gardu induk
HSO : High speed diesel oil
HV : High voltage
LV : Low voltage
LRMC : Long run marginal cost
LRAIC : Long run average incremental cost
LF : Load factor
LRIC : Long run incremental cost
LWBP : Luar waktu beban puncak
kV : Kilo volt
kW : Kilo watt
kWh : Kilo watt hour
MIC : Marginal incremental cost
MV : Medium voltage
MW : Megawatt
MWh : Megawatt hour
NPV : Net present value
OGE : Oramento geral do estado
O&M : Operation & maintenance
PLTD : Pembangkit listrik tenaga diesel
RDTL : Repblica Democrtica de Timor Leste
RM : Reserve margin
SFC : Specific fuel consumption
T&D : Transmisi dan distribusi
TT : Tegangan tinggi

xvi
TM : Tegangan menengah
TR : Tegangan rendah
V : Volt
WBP : Waktu beban puncak

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Timor Leste adalah sebuah negara kecil dengan jumlah penduduk 1,12 juta

jiwa yang tersebar di 13 kabupaten termasuk Dili sebagai ibukota negara.

Semenjak merdeka pada tahun 2002 hingga sekarang, perkembangan sektor

kelistrikan berangsur-angsur dibenahi guna memasok energi listrik ke seluruh

pelanggan yang ada. Sistem kelistrikan di Timor Leste ditangani langsung pihak

pemerintah yang dikelola oleh Direktorat Electricidade de Timor Leste (EDTL)

di bawah kementerian Infrastruktur. Seluruh biaya untuk keperluan demi

kelangsungan sistem kelistrikan di Timor Leste bersumber dari anggaran

pemerintah atau Oramento geral do estado (OGE) setiap tahunnya. Untuk

memenuhi operasional seperti bahan bakar dan peralatan lainnya, negara Timor

Leste harus mengimpor dari negara lain, karena tidak memiliki sumber energi

primer sendiri.

Kebutuhan energi listrik pada dekade pertama setelah merdeka semakin

tinggi sejalan dengan perkembangan pembangunan dan pertambahan penduduk.

Sementara ketersediaan sistem kelistrikan masih bersifat terpisah dari satu

kabupaten dengan kabupaten lainnya serta tidak mampu untuk menyuplai ke

semua pelanggan. Setiap kabupaten memiliki pembangkit dan jaringan distribusi

20 kV tersediri dan merupakan kelanjutan dari perusahaan PLN pada masa

1
pemerintahan Indonesia. Sehingga menyebabkan biaya operasional dan

pengangkutan bahan bakar ke setiap daerah yang cukup mahal.

Maka salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi

masalah tersebut, yaitu membangun dua pembangkit berupa PLTD secara terpusat

dengan total daya 250 MW serta jaringan transmisi 150 kV untuk mensuplai

energi listrik ke seluruh wilayah Timor Leste.

Alokasi biaya untuk pembangunan kedua pembangkit dan jaringan

transmisi serta distribusi dialokasikan secara bertahap dengan jumlah secara

keseluruhan US$875,00 juta dolar. (Dokumen Kontrak RDTL, 2010). Dengan

selesainya dibangun kedua pembangkit tersebut, maka seluruh pembangkit di tiap-

tiap kabupaten yang selama ini beroperasi sudah tidak difungsikan lagi. Suplai

energi listrik ke semua kabupaten bersumber dari kedua pembangkit secara

terpusat. PLTD Hera dibangun pada tahun 2009 dan mulai beroperasi pada bulan

November 2011. Merupakan salah satu pembangkit yang sudah dioperasikan

untuk memasok energi listrik di beberapa kabupaten. Energi yang dihasilkan dari

pembangkit ini rata-rata untuk setiap hari 800 MWh dengan suplai bahan bakar

8,2 ton perjam, (EDTL, 2011). Sementara PLTD Betano mulai dibangun pada

tahun 2011 dan beroperasi pada bulan Agustus 2013.

Dilihat dari sisi biaya produksi, maka untuk menghasilkan energi tersebut

sangat membutuhkan biaya yang sangat besar. Sementara di sisi lain hasil

perjualan energi listrik (seperti pada lampiran C), belum cukup untuk menutupi

biaya produksi, dengan demikian pemerintah harus menambah biaya berupa

subsidi untuk kelangsungan operasi kedua PLTD tersebut.

2
Untuk mengurangi alokasi subsidi dari pemerintah, maka salah satu upaya

yang diperlukan adanya suatu penetapan tarif listrik yang wajar dan memenuhi

aspek-aspek keekonomian. Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Timor

Leste (Decreto-Lei No. 13/2003) yang menetapkan EDTL sebagai Institusi

pemerintah yang menangani sistem kelistrikan mulai dari pembangkit, trasmisi,

distribusi dan memberikan pelayanan serta menetapkan tarif kepada semua

kategori pelanggan di Timor Leste. Berdasarkan Decreto-Lei tersebut untuk pasal

31, ayat 2, alinea a) dan e) yaitu bahwa tarif harus ditetapkan pada tingkat yang

menjamin atau memberi peluang untuk memulihkan biaya yang dikeluarkan

dalam memberikan layanan serta harus mencerminkan biaya penyediaan listrik

untuk berbagai kategori pelanggan. Sedangkan ayat 4. pasal yang sama bahwa

penetapan tarif untuk penjualan energi listrik ke pelanggan harus berdasarkan

pada struktur biaya marjinal melalui suatu perumusan, dengan

mempertimbangkan daya terpasang dan energi yang dikonsumsi.

Penetapan tarif yang wajar dan ekonomis akan memberikan peluang

kepada pihak EDTL untuk berkembang apabila nantinya beralih status menjadi

badan usaha milik negara (BUMN). Mengingat berdasarkan peraturan pemerintah

Timor Leste (Decreto-Lei No. 1/2011) tanggal 19 Januari 2011 tentang Anggaran

Rumah Tangga (ART) Kementrian Infrastruktur dan Rencana Pembangunan

Strategis (Plano Estrategico Desenvolmento de Timor Leste) 2011 2030, bahwa

di masa yang akan datang EDTL akan dijadikan sebagai perusahaan milik negara.

Apabila nantiya EDTL beralih status menjadi BUMN, maka segala

pembiayaan untuk kelangsungan pengoperasian kelistrikan akan bersumber dari

3
kas perusahaan. Oleh karena itu, perlu dikaji seberapa besar tarif listrik yang

wajar untuk dikenakan kepada pelanggan agar perusahaan memperoleh

keuntungan dan bisa berkembang.

Keuntungan yang diperoleh akan digunakan untuk menutupi atau

membiayai sebagian besar atau seluruh biaya penyediaan energi listrik, yang

meliputi biayabiaya pembangkitan, transmisi, distribusi, operasional,

pengembalian modal serta perawatan dan pemeliharaan. Selain itu untuk

menjamin kesinambungan penyediaan tenaga listrik, investasi pada sektor

kelistrikan, dan pertumbuhan perekonomian secara luas.

Gambar 1.1. Peta Jaringan Transmisi di Timor Leste

Ada dua metode yang sering digunakan dalam industri ketenagalistrikan

untuk penentuan tarif listrik yang diantaranya metode revenue requirement atau

yang sering dikenal dengan cost of service berbasis pada embedded cost dan

metode long run marginal cost.

Metode revenue requirement menggunakan biaya embedded atau data

berdasarkan data historis perusahaan selama mensuplai energi ke konsumen. Tarif

4
berbasis biaya embedded dapat ditentukan dengan alokasi seluruh kebutuhan

pendapatan ke dalam kelas konsumen dengan menggunakan serangkaian faktor

yang mencerminkan karakteristik biaya perusahaan. Sehingga penentuan tarif

dapat diukur berdasarkan data yang biasanya tercatat dalam buku akuntansi

perusahaan. Namun, pendekatan dengan menggunakan biaya embedded tidak

mencerminkan biaya ekonomi di masa akan datang. Karena tarif berbasis biaya

embedded hanya mencerminkan biaya historis alokasi rata-rata (average historic

costs of supply), yang cenderung signifikan berbeda dari biaya ekonomi.

Akibatnya, tarif berbasis biaya embedded kurang efesiensi.

Metode long run marginal cost merupakan nilai ekonomi oleh perusahaan

untuk memberikan konsumen dengan unit tambahan listrik. Tarif berbasis biaya

marjinal memberikan sinyal harga yang efisien untuk konsumen. Sehingga, long

run marginal cost (LRMC) merupakan biaya tambahan untuk pengembangan dan

pengoperasian sistem guna memenuhi permintaan yang semakin meningkat baik

saat ini maupun di masa yang akan datang. LRMC menekankan keseimbangan

antara kebutuhan biaya, pasokan serta harga yang stabil dari waktu ke waktu.

EDTL tidak memiliki data atau catatan akuntansi berupa data historis

secara tersendiri, mengingat EDTL masih dalam tahap membangun dan

membenahi serta masih dikelola secara langsung oleh pihak pemerintah.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam tesis ini untuk menganalisa penentuan

tarif pada tingkat keekonomiannya penulis menggunakan metode long run

marginal cost (LRMC). Sehingga akhir dari penelitian ini bisa menentukan atau

5
mengalokasikan tarif kepada tiap-tiap kategori pelanggan di Timor Leste

berdasarkan pada metode tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Berapakah tarif listrik yang wajar di Timor Leste jika dianalisa dengan

menggunakan metode long run marginal cost?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka tujuan dari

penulisan tesis ini adalah untuk menghitung nilai tarif listrik di Timor Leste

dengan menggunakan metode long run marginal cost (LRMC). Dengan demikian

hasil dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu informasi atau masukan

kepada pemerintah untuk menetapkan tarif listrik dimasa yang akan datang.

1.3.2 Tujuan khusus

Secara khusus bahwa penelitian ini adalah untuk mengadakan suatu studi

tarif listrik di Timor Leste dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar tarif

listrik per KWh yang akan dikenakan kepada pelanggan secara wajar.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dipaparkan, maka manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi masukan

6
kepada pemerintah Timor Leste dalam hal ini pihak EDTL dalam mengelola

kelistrikan serta dalam melakukan manajemen pemasaran energi listrik.

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya sebagai berikut:

a. Sebagai masukan kepada pemerintah Timor Leste dalam hal ini pihak

EDTL dalam melakukan manajemen pemasaran energi listrik.

b. Sebagai suatu imformasi yang mendasar bagi pemerintah dalam hal

merencanakan tarif listrik di Negara Timor Leste.

c. Bagi penulis sendiri yaitu sebagai salah satu tugas akhir untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar S2 di bidang ilmu

manajemen energi.

1.5 Batasan Masalah

Dalam penulisan tesis ini, mengingat permasalahan yang ada

mengangkut tarif listrik di Negara Timor Leste maka, penulis membatasi

masalah yang akan di bahas yaitu hanya pada tingkat bagaimana menganalisa

penentuan tarif pada tingkat keekonomiannya berdasarkan metode Long Run

Marginal Cost (LRMC) setelah dibangun pembangkit secara terpusat. Dengan

mengabaikan seluruh biaya dan sistem kelistrikan sebelum dibangun pembangkit

terpusat 250 MW dan transmisi 150 kV.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka dalam Studi Tarif Listrik dengan menggunakan metode

Long Run Marginal Cost (LRMC), dilakukan sebagai salah satu upaya untuk

memberikan gambaran awal arah penyelesaian penelitian disamping juga untuk

memberikan acuan kerangka pola pikir. Kajian pustaka ini menitikberatkan pada

aspek pembiayaan sistem tenaga listrik jangka panjang. Dengan demikian

pemaparannya meliputi aspek perkiraan pertumbuhan beban dan pembiayaan

jangka panjang dari sisi pembangkitan, transmisi dan distribusi selama periode

atau kurun waktu 2013 2028. selain itu, metode LRMC dipaparkan sebagai

langkah atau metode penyelesaian tarif listrik dalam penelitian ini.

2.1 Sekilas Sistem Kelistrikan di Timor Leste

Kebutuhan akan energi listrik di Timor Leste, semenjak merdeka sampai

tahun 2010 semakin meningkat, terbukti bahwa sampai dengan tahun 2010,

sebagian penduduk belum bisa disuplai listrik akibat ketidakmampuan

pembangkit-pembangkit yang ada. Pada periode tersebut, sistem kelistrikan untuk

setiap kabupaten bahkan kecamatan memiliki pembangkit (PLTD) dan jaringan

distribusi tersendiri dan terbatas hanya pada daerah tersebut. Belum ada transmisi

tegangan tinggi, setiap daerah hanya memiliki jaringan distribusi 20 KV.

Sedangkan kapasitas pembangkit bervariasi, dan yang terbesar hanya pembangkit

PLTD Comoro dengan kapasitas 25 MW.

8
Upaya pemerintah untuk menyediakan suplai listrik ke semua penduduk

salah satunya dengan membangun dua pembangkit PLTD secara terpusat dengan

total daya mampu 250 MW, serta membangun jaringan transmisi 150 kV dan

jaringan distribusi ke semua kabupaten dan kecamatan.

Energi listrik yang dihasilkan dari kedua pembangkit listrik tersebut

menggunakan bahan bakar fosil berupa Bahan Bakar Minyak. Menipisnya

ketersediaan Bahan Bakar Minyak di perut bumi menyebabkan harga BBM

tersebut melambung tinggi, sehingga untuk menghasilkan energi listrik

membutuhkan biaya produksi cukup mahal berbeda dengan pembangkit-

pembangkit listrik di negara lain, yang mayoritas bersumber dari PLTU dan

PLTA dimana biaya produksi untuk meghasilkan energi listrik relatif rendah.

2.1.1 Sistem kelistrikan periode 2001 2010

Sistem kelistrikan pada periode 20022010, merupakan peninggalan PLN

pada periode pemerintahan Indonesia. Setiap kabupaten memiliki pembangkit dan

jaringan distribusi tersendiri. Kapasitas pembangkit untuk setiap pembangkit

bervariasi dan rata-rata dibawah 5 MW. Tegangan jaringan distribusi hanya 20 kV

dan tegangan rendah 380 volt.

Selain itu jumlah pelanggan masih terbatas mengingat sebagian daerah

belum terjangkau suplai energi listrik. Total pelanggan EDTL Timor Leste

sebelum diadakan pengembangan atau perluasan transmisi 150 KV sangat

sedikit. Hal ini ini mengingat sebagian besar di daerah pedesaan belum terjangkau

jaringan listrik. Sampai dengan tahun 2010, total pelanggan EDTL berjumlah

58871 pelanggan yang terdiri dari pelanggan sektor rumah tangga sebesar 52170

9
pelanggan, bisnis/komersial dan industri 1651 pelanggan, dan kalangan

sosial/publik dan sektor pemerintahan 2046 pelanggan. Dengan rasio elektrifikasi

sebesar 32%, (EDTL, 2010).

Tabel 2.1. Jumlah konsumen berdasarkan kategori pelanggan

Jenis Jumlah Pelanggan


Pelanggan Di Kota Dili Selain Dili Keseluruhan
52170
Rumah Tangga 30.770 21.400
Sosial 691 450 1.341
Usaha/Industri 1.514 1050 2.564
1310
Pemerintah 470 840
33.445 23.740
Jumlah 57.385
Jumlah keseluruhan:

(EDTL, 2010)

Tabel 2.2. Produksi dan penjualan kWh 2005 - 2012


Produksi Penjualan Pendapatan Biaya bahan
Tahun
(KWH) (KWH) ($) bakar ($)
2005 63.384.615 35.871.301 5.586.676 9.613.566
2006 71.958.471 32.581.172 5.281.298 13.451.660
2007 91.788.978 36.119.579 4.833.460 22.383.879
2008 110.514.113 46.052.915 5.430.823 25.400.439
2009 131.700.316 67.594.239 7.566.968 30.956.548
2010 136.911.616 79.223.288 9.613.566 41.256.388
2011 147.027.949 73.939.964 12.749.505 43.899.368
2012 161.730.744 72.945.071 12.673.064 52.152.450

(EDTL, 2010)

10
Energi yang diproduksi tiap pembangkit pada periode tersebut bervariasi

tergantung kapasitas pembangkit yang ada di tiap-tiap kabupaten. Pembangkit

terbesar yaitu pembangkit Comoro, sehingga memiliki produksi energi tertinggi

seperti pada tabel 2.2.

Produksi kWh 2005 - 2012


180.000.000
160.000.000
140.000.000
Produksi (kWh)

120.000.000
100.000.000
80.000.000
60.000.000
40.000.000
20.000.000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Tahun

Gambar 2.1. Grafik Produksi kWh (2005 2012)

Produksi dan Penjualan kWh


180.000.000
160.000.000
140.000.000
Produksi (kWh)

120.000.000
100.000.000
80.000.000
Produksi kWh
60.000.000
Terjual
40.000.000
20.000.000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun

Gambar 2.2. Grafik produksi dan penjual kWh 2005 - 2012

11
2.1.2 Pengembangan sistem kelistrikan

Pada tahun 2009 pemerintah melalui kementrian infrastruktur mulai

membangun dua pembangkit dengan kapasitas 120 MW dan 130 MW.

Pembangunan dua pembangkit ini dimaksudkan untuk mensuplai energi listrik di

seluruh wilayah Timor Leste secara terpusat. Mengingat selama ini sebagian

daerah belum terjangkau suplai energi listrik. Selain itu sebagai pengganti untuk

semua pembangkit yang selama ini digunakan di setiap kabupaten maupun

daerah, mengingat usia pembangkit-pembangkit tersebut yang sudah tua dan biaya

operasi yang sangat tinggi.

Dari dua pembangkit yang direncanakan, baru PLTD Hera yang mulai

beroperasi pada akhir tahun 2011. Sedangakan untuk PLTD Betano, baru mulai di

bangun pada pertengahan 2011 dan diperkirakan akan selesai dan mulai

beroperasi pada pertengahan 2013.

2.1.2.1 Pembangkit (PLTD)

a. PLTD Hera

PLTD Hera dengan kapsitas 120 MW, terletak di sebelah timur kota Dili

dengan jarak 20 Km. Pembangunan PLTD ini dimulai tahun 2009 dan selesai

November 2011. Biaya investasi untuk pembangunan PLTD ini sebesar

$US165,00 juta dolar.

b. PLTD Betano

PLTD Betano dengan kapsitas 130 MW, terletak di sebelah selatan kota

Dili dengan jarak 150 Km. Pembangunan PLTD ini dimulai pada pertenhagan

12
tahun 2011 dan sedang berlangsung sampai sekarang. Biaya investasi yang

direncanakan untuk pembangunan PLTD ini sebesar $US195,00 juta dolar.

2.1.2.2 Jaringan Transmisi dan Distribusi

Untuk menghubungkan ke semua kabupaten, maka dibangun jaringan

transmisi tegangan tinggi 150 kV dengan panjang total 800 kilometer dengan

sistem loop, dan 9 Gardu induk. Selain itu, perluasan jaringan distribusi mulai

dibangun untuk mensuplai daerah-daerah yang selama ini belum terjangkau

listrik.

Tabel 2.3. Kapasitas Gardu induk di tiap-tiap kabupaten

Nama Kabupaten Kapasitas Terpasang


No.
(District) (MVA)
A B C
1. Ainaro (Cassa) 10
2. Baucau 31,5
3. Aileu
4. Dili 2 x 31,5
5. Ermera
6. Liquia 20
7. Lospalos 10
8. Maliana 10
9. Manatuto 20
10. Same 30
11. Suai 20
12. Viqueque 10

(EDTL Timor Leste, 2011)

13
Gambar 2.3. Diagram Transmisi 150 kV
(EDTL Timor Leste, 2011)

14
2.2 Tarif

Tarif sering kali diartikan sebagai daftar harga (sewa, ongkos dan

sebagainya) sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tarif sama

dengan harga. Tarif atau harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu

perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan

diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa.

Menetapkan tarif atau harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan

akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan

yang dapat diperoleh perusahaan.

2.2.1 Pengertian tarif

Menurut Marius (1999 : 24) Harga (price) merupakan jumlah uang yang

harus konsumen bayarkan untuk mendapatkan suatu produk. Sedangkan, menurut

Kotler (2001 : 439) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu

produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-

manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Berdasarkan definisi harga diatas maka dapat disimpulkan bahwa harga

atau tarif adalah nilai dari suatu produk atau barang yang ditentukan oleh

perusahaan atau pemilik dalam bentuk sejumlah uang. Sehingga konsumen akan

mengeluarkan atau mengorbankan sejumlah uang sesuai dengan harga atau tarif

yang ditentukan untuk memperoleh produk atau jasa tersebut.

Dengan demikian tarif listrik dapat disimpulkan sebagai nilai atau sejumlah

uang yang ditetapkan oleh perusahaan listrik yang sebanding dengan jumlah

15
energi 1 kWh. Sehingga konsumen akan mengorbankan sejumlah uang sesuai

dengan jumlah energi yang dikonsumsinya.

2.2.2 Tujuan penetapan harga atau tarif

Tujuan utama dari penyusunan dan penetapan tarif yaitu agar menentukan

tarif yang adil, dapat diterima oleh semua kalangan serta menciptakan tarif

yang tidak diskriminatif. Selain itu, akan memberikan kesempatan kepada

perusahaan atau pelaku usaha listrik untuk menghasilkan keuntungan yang wajar,

guna menutupi biaya operasi serta mendapatkan tingkat keuntungan yang wajar

dari nilai investasinya. Adapun tujuan lain diantaranya:

a. Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya

Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan

mendapatkan untung yang optimal.

b. Mempertahankan operasional perusahaan

Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk

biaya operasional perusahaan. Seperti untuk gaji karyawan, untuk bayar

tagihan listrik, tagihan air bawah tanah, pembelian bahan baku, biaya

transportasi, dan lain sebagainya.

c. Menggapai RoI (Return on Investment)

Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang

diinvestasikan pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan

mempercepat tercapainya modal kembali (RoI).

16
d. Menguasai Pangsa Pasar

Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat

mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor yang ada di

pasaran.

2.2.3 Tarif Listrik

Saat ini perhitungan tarif listrik yang sudah distetapkan per kWh belum

sepenuhnya sesuai dengan nilai keekonomian energi listrik yang yang sebenarnya.

Tarif yang ditetapkan hanya mengacu pada keputusan pemerintah, tanpa

memperhitungkan biaya-biaya investasi maupun biaya produksi dan biaya lain

yang dikorbankan untuk menghasilan energi listrik tersebut. Dengan demikian

perusahaan maupun pemerintah mengalami kerugian karena penentuan tarik yang

tidak sesuai. Untuk itu perlu adanya suatu penentuan tarif listrik yang wajar dan

mencerminkan nilai keekonomiannya. Agar kertesediaan energi listrik tetap

handal berkesinambungan sesuai dengan yang diharapkan.

Tarif listrik yang wajar adalah tarif yang dapat:

1. mencerminkan kondisi keekonomian, adil, mendukung produktivitas,

transparan, memberikan peluang bagi pengusaha yang berbisnis di

daerah terisolir.

2. mendorong masuknya investor.

3. memperhatikan kemampuan masyarakat membayar.

4. memberikan subsidi secara selektif dan terarah.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tarif listrik

Berdasarkan pihak yang berkepentingan:

17
1. Dari sisi Masyarakat atau Konsumen

a. Kondisi perekonomian

b. Kemampuan masyarakat membayar

c. Elastisitas permintaan

d. Sosial Budaya

2. Dari sisi Produsen

a. Kondisi keandalan pasokan

b. Kualitas layanan

c. Efisiensi dalam produksi dan distribusi

3. Dari sisi Pemerintah

a. Payung hukum ketenagalistrikan

b. Dana pengembangan sarana ketenagalistrikan

c. Pengembangan pemanfaatan sumber-sumber energi listrik yang murah

Berdasarkan faktor eksternal dan internal:

1. Faktor Eksternal

a. Peraturan dibidang ketenagalistrikan dan kebijakan lainnya serta UU

perlindungan konsumen

b. Kondisi perekonomian (GDP, Inflasi, suku bunga, nilai tukar)

c. Perkembangan teknologi dan kondisi persaingan

d. Kondisi sumber energi listrik

2. Faktor Internal

a. Kualitas dan kontinyuitas produk

b. Efisiensi produksi dan distribusi

18
c. Inovasi layanan dan pemanfaatan teknologi

d. Kompetensi manajemen dan organisasi serta kompetensi SDM

2.2.5 Jenis tarif listrik

Secara umum jenis tarif listrik terdiri dari beberapa macam, diantaranya:

a. flat-rate tariff yaitu merupakan tarif tunggal yang pembayarannya

hanya dikenakan pada kWh atau kVAh saja.

b. Two-Part tariff yaitu merupakan tarif yang kenakan kepada konsumen

yang terdiri dari tarif untuk kW atau kVA dan tarif untuk kWh.

c. Block-tariff yaitu tarif berdasarkan pada sejumlah kWh atau kVAh yang

ditetapkan pada setiap blok. Biasanya setiap blok memiki jumlah yang

tetap dan antara blok yang satu dengan blok yang lain akan memiliki

perbedaan jumlah dan harga.

2.2.6 Tarif listrik eksisting


Tarif listrik yang diterapkan sebelum diadakan pengembangan transmisi

150 kV dan pembangkit terpusat, saat ini yaitu mengacu pada keputusan

pemerintah. Yang dibagi dalam beberapa kategori sesuai dengan golongan

konsumen. Berdasarkan keputusan pemerintah Timor Leste nomor 33/2010,

tanggal 28 Juni 2010 tentang penetapan tarif listrik sesuai golongan konsumen.

Dalam penetapannya lebih menitikberatkan ke aspek politik tanpa

memperhitungkan nilai keekonomiannya.

2.2.7 Tarif listrik di beberapa negara

Sebagai bahan perbandingan, maka tarif listrik di beberapa Negara Asia

Tenggara diperlihatkan pada tabel 2.4. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

19
berapa besar tarif listik per kWh yang dikenakan kepada pelanggannya baik di

Negara berkembang maupun Negara yang sudah maju.

Untuk pelanggan kategori rumah tangga tarif listrik yang dikenakan

berdasarkan tingkat konsumsi energi listrik. Begitu pula dengan pelanggan

kategori bisnis dan industri. Kecuali untuk Malaysia dan Thailand pada pelanggan

kategori bisnis dan industri tarif yang dikenakan tiap kWh besarnya tergantung

dari suplai tegaangan yang dikonsumsi.

Dari 5 negara dalam perbandingan ini, untuk pemakaian kategori rumah

tangga tarif yang paling murah adalah Laos dan paling mahal adalah Cambodia.

Sedangkan untuk Timor Leste, tarif listrik yang dikenakan kepada pelanggan

dengan kategori yang sama , tarifnya paling tinggi dibandingkan dengan 5 negara

yang ada, seperti ditunjukan pada tabel 2.5.

Tabel 2.4. Tarif listrik di Negara-negara Asia Tenggara

Negara Tarif untuk Rumah Tarif untuk Bisnis Tarif untuk sektor
Tangga atau Usaha industri
Kecil = Kecil =
< 50 KWh = $0,36 USD/KWh $0,36 USD/KWh
390 Riels/kWh
Menegah = Menegah =
Camodia

$0,28 USD/KWh $0,28 USD/KWh


>50 KWh =
610 Riels/kWh Besar = Besar =
$0,24 USD/KWh $0,24 USD/KWh

< 450 VA : Rp. 415/kWh < 450 VA Rp. 535/kWh < 450 VA: Rp. 485/kWh
900 VA = Rp. 605/kWh 900 VA: Rp. 630/kWh 900 VA: Rp. 600/kWh
Indonesia

1,300 VA = Rp. 790/kWh 1,300 VA: Rp. 795/kWh 1,300 VA: Rp. 765/kWh
2,200 VA = Rp. 795/kWh 2,200 VA 5,500 VA: 2,200 VA: Rp. 790/kWh
3,500 5,500 VA = Rp. Rp. 905/kWh 3,500 VA 14 kVA: Rp.
890/kWh > 6,600 VA: Rp. 915/kWh
> 6,600 VA: Rp. 1330/kWh 1,100/kWh

Rumah Tangga Bisnis Industri

20
Lao PDR 0 25 Kwh = 331 Tegangan Rendah = Tegangan Rendah =
Kip/Kwh 998 Kip/KWh 692 Kip/KWh
25 150 KWh =
442 Kip/KWh Tegangan Menengah = Tegangan Menengah =
> 150 KWh = 780 1094 Kip/KWh 624 Kip/KWh
Kip/KWh
Rumah Tangga Bisnis Industri
< 150 kWh/bulan = TT 69 KV = TT 69 KV =
1.80 THB/kWh 1.67 THB/kWh 2.61 THB/kWh (WBP) dan
1.17 THB/kWh (LWBP)
151 400 kWh/bulan = TM 22 33 KV =
Thailand

2.78 THB/kWh 1.70 THB/kWh TM 22 33 KV =


2.69 THB/kWh (WBP) dan
> 400 kWh/bulan = TM < 22 KV = 1.19 THB/kWh (LWBP)
2.98 THB/kWh 1.73 THB/kWh
TM 22 KV =
2.84 THB/kWh (WBP) dan
1.22 THB/kWh (LWBP)

Tarif A Rumah Tangga Tarif B - Low Voltage Tarif D - Low Voltage


1 - 200 kWh: 21.8 Cent/kWh Commercial Tarif (TNB) Industrial Tarif (TNB)
201 - 300 kWh: 33.4 < 200 kWh/bulan = 39.3 < 200 kWh/bulan = 34.5
Cent/kWh Cent/kWh Cent/kWh
301 - 400 kWh: 40.0
Cent/kWh > 200 KWh = 43.0 > 200 KWh = 37.7 Cent/kWh
401 - 500 kWh: 40.2 Cent/kWh
Cent/kWh Tarif E1 - Medium Voltage
501 - 600 kWh: 41.6 Tarif C1 - Medium General Industrial Tarif
Cent/kWh Voltage General (TNB)
601 - 700 kWh: 42.6 Commercial Tarif (TNB) Tiap KW pada Demand max
Cent/kWh perbulan = 25.3 RM/kW
701 - 800 kWh: 43.7 - Tiap KW pada Demand
Malaysia

Cent/kWh max perbulan = 25.9 - Untuk semua kWh = 31.2


801 - 900 kWh: 45.3 RM/kW Cent/kWh
Cent/kWh
> 901 kWh 45.4 Cent/kWh - Untuk semua kWh = Tarif E2 - Medium Voltage
31.2 Cent/kWh Peak/Off-Peak Industrial
Catatan: Tarif (TNB)
Cent dalam RM Tarif C2 - Medium
Mata uang Malaysia Voltage Peak/Off-Peak Tiap KW pada Demand max
Commercial Tarif (TNB) perbulan =
31, 7 RM/kW
Tiap KW pada Demand
max perbulan = - W BP = 30,4 Cent/kWh
38,60 RM/kW - LWBP = 18, 7 Cent/kWh

- W BP = 31.2 Cent/kWh
- LWBP = 19.2 Cent/kWh

(http://talkenergy.worldpress.com/ dan PerPres. RI, No. 8 Thn 2011 tentang tarif energi listrik)

21
Tabel 2.5. Perbandingan tarif listrik pemakaian kategori rumah tangga

Pemakaian Ex. Rate Tarif Keterangan


Negara
(Rumah Tangga) (1 USD) ($/KWh)
Timor Leste < 300 KWh $1 USD 0,120 Tertinggi

Cambodia < 50 KWh Riels 4000,00 0,098


Malaysia < 150 KWh RM. 3,06 0,071
Indonesia 900 VA RP. 9705,00 0,064
Thailand < 200 KWh THB. 30,65 0,059
Laos PDR < 150 KWh Kip. 7965,58 0,056 Terendah

(http://talkenergy.worldpress.com dan www.xe.com/ucc/ Currency converter


tanggal 12 Desember 2012)

2.3 Metode Long Run Marginal Cost (LRMC)

Metode long run marginal cost yaitu didefinisikan sebagai penambahan

biaya akibat penambahan demand atau suplai. Hal ini mengacu pada perkiraan

demand atau suplai daya dan energi. Metode long run marginal cost digunakan

untuk menghitung struktur tarif dengan mengakumulasi biaya-biaya dari

pembangkit, transmisi dan distribusi. Selain itu faktor kerugian secara teknis pada

transmisi dan distribusi serta perkiraan kapasitas beban dan energi dapat dijadikan

parameter dalam menghitung biaya pasokan listrik di semua tingkatan tegangan

sampai ke konsumen. Untuk menghitung biaya beban yaitu dengan pendekatan

pada metode long run marginal capacity cost dan long run marginal energy cost.

Metode yang digunakan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk

memperkirakan struktur biaya marjinal dari sektor kelistrikan. Struktur ini

memberikan patokan ekonomi yang diperlukan untuk desain tarif dengan tujuan

untuk memperlancar keuangan pihak pengelola kelistrikan dan pemerintah.

22
Dimana kebutuhan pendapatan diperoleh melalui konsumen sesuai dengan

struktur tarif dan kategori pelanggan berdasarkan atas perhitungan metode long

run marginal cost.

Tujuannya bahwa harga yang ditetapkan sebanding dengan marginal cost

sehingga tidak merugikan pihak perusahaan maupun pihak konsumen. Dengan

demikian pasokan energi listrik semakin efesien dan berkesinambungan.

Dasar pemikiran mengenai biaya marjinal berasal dari teori ekonomi yaitu

mengenai pemanfaatan sumber daya yang efesien dalam persaingan pasar.

Sehingga tarif yang ditetapkan harus sama dengan biaya marjinal agar

memberikan keuntungan kepada semua pihak dalam hal ini pengambil keputusan,

produsen maupun konsumen. Sedangkan, jika tarif ditetapkan dibawah biaya

marjinal, maka akan menyebabkan pasokan energi menjadi menurun. Sehingga

perusahaan serta pemerintah harus menambah biaya untuk meningkatkan pasokan

energi listrik. Dengan demikian investasi di sektor lain akan berkurang akibat

penambahan anggaran untuk pasokan energi listrik.

Dalam penentuan tarif listrik ini selalu tidak terlepas dari analisa biaya

marjinal dan sistem pasokan energi listrik. Besarnya biaya ini bervariasi

berdasarkan kapasitas pembangkit dan tingkatan tegangan. Dengan demikian

biaya marjinal dalam perhitungan tarif listrik ini merupakan penambahan biaya

akibat penambahan permintaan di masa yang akan datang.

Jadi long run marginal cost (LRMC) dapat didefinisikan sebagai biaya

tambahan untuk pengembangan dan pengoperasian sistem guna memenuhi

permintaan yang semakin meningkat baik saat ini maupun di masa yang akan

23
datang. LRMC menekankan keseimbangan antara kebutuhan biaya, pasokan

serta harga yang stabil dari waktu ke waktu. (Vernstron. R., 2011)

2.3.1 Estimasi Long Run Marginal Cost

Biaya marjinal merupakan perkiraan secara ekonomi bahwa seberapa besar

biaya akan berubah jika output berubah. Biaya marjinal melibatkan peramalan,

karena perbedaan antara apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi

mengingat output yang berbeda. Long run marginal cost digunakan untuk

menandakan efek atau perubahan biaya yang melibatkan beberapa perubahan

dalam jumlah dan waktu investasi di masa depan.

2.3.2 Marginal cost pricing model

Marginal cost pricing model yaitu untuk menghitung atau memperkirakan

biaya marjinal untuk sistem kelistrikan dengan menggunakan metode LRMC yang

meliputi biaya kapasitas dan energi. Dengan demikian LRMC digunakan untuk

menghitung biaya-biaya seperti: biaya marjinal untuk kapasitas pembangkit, biaya

marjinal untuk kapasitas jaringan dan biaya marjinal untuk energi.

2.3.3 Long run marginal capacity cost

Long run marginal capacity cost yaitu ditetapkan sebagai penambahan

biaya untuk penambahan kapasitas disebabkan meningkatnya permintaan akan

daya listrik. Parameter yang dipertimbangkan untuk menghitung biaya

penambahan kapasitas diantaranya:

1. Biaya investasi untuk memasok beban tambahan pada saat terjadi akibat

meningkatnya permintaan. Yaitu terdiri dari biaya pembangkit,

24
transmisi, distribusi tegangan menengah dan distribusi tegangan

rendah.

2. Biaya operasional dan pemeliharaan (O&M) pada peralatan atau

komponen dalam hal ini biaya pembangkit, transmisi, distribusi

tegangan menengah dan distribusi tegangan rendah.

2.3.4 Marginal generation capacity cost

Metode untuk menghitung biaya marjinal kapasitas pembangkit yaitu

berdasarkan atas meningkatnya permintaan dan beban puncak. Metode ini didasari

atas bekerja pembangkit saat menambah beban ke sistem akibat meningkatnya

permintaan, dengan demikian akan menambah biaya tambahan sesuai dengan

penambahan kapasitas.

Biaya kapital (capital cost) untuk pembangkit diperoleh dengan pembagian

antara total biaya investasi dengan total kapasitas pembangkit ($/kW). Sehingga

dapat ditulis dengan persamaan menurut (Vernstrom R., 2010) sebagai berikut:


Ccost =

dimana:

Ccost = Capital cost

NPVcost = Net present value untuk biaya investasi

NPVDemand = Net present value untuk beban

Untuk memperoleh biaya marjinal pembangkit maka terlebih dahulu

ditentukan biaya kapital tahunan atau annuity cost ($/kW/tahun). Biaya marjinal

tahunan ($/kW/tahun), dihitung dengan menggunakan persamaan (2.2). Dalam

perhitungannya menggunakan fungsi payment (PMT) pada microsoft excel

25
dengan memperhatikan suku bunga (discount rate), umur ekonomis (life time) dan

biaya kapital (capital cost) pembangkit. Selain itu akumulasi kerugian serta batas

persediaan (reserve margin) dan biaya O&M tetap, juga digunakan sebagai

penentu biaya marjinal tahunan ($/kW/tahun).

(r,T, )
Ka = .................................................................. 2.2

(1+RM )
Mcg = K a x + Ccost x FOM ........................................... 2.3
(1SL )

Atau dari persamaan (2) dan (3), dapat ditulis menjadi persamaan (4).

PMT (r,T,C c ost ) (1+RM )


Mcg = x + Ccost x FOM ...................... 2.4
1 (1SL )

dimana:
Ccost= Capital cost ($/kW)
Ka = Capital cost tahunan ($/kW/tahun)
C = Penambahan biaya
L = Penambahan beban akibat peak demand
r = Suku bunga (%)
T = Umur ekonomis pembangkit (tahun)
RM = Reserve margin (%)
SL = Sation loss (%)
FOM = Biaya O&M tetap (% dari Ccost )
Mcg = Biaya marjinal pembangkit ($/kW/tahun)

Jadi biaya tambahan kapasitas pembangkit ditentukan dengan menganalisis

investasi jangka panjang dan biaya operasi dan perawatan (O&M) tetap.

Sehingga, total penambahan biaya kapasitas pembangkit adalah penjumlahan

biaya investasi pembangkit dalam tahunan selama masa penggunaan atau umur

ekonomis (life time) pembangkit tersebut dari nilai sekarang (present value).

26
Sedangkan biaya marjinal kapasitas diperoleh dengan pembagian antara

pertumbuhan biaya investasi tahunan dengan total pertumbuhan beban tahunan.

Long run marginal cost (LRMC) untuk operasi dan perawatan (O&M)

pada pembangkit dihitung sebagai biaya tahunan per kW. Biaya O&M memiliki

komponen tetap yang merupakan fungsi dari kapasitas terpasang. Sedangkan

biaya O&M variabel merupakan fungsi komponen dari produksi energi. Dalam

perhitungan LRMC untuk O&M yang perlu dipertimbangan yaitu hanya biaya

O&M tetap. Jadi biaya O&M diperoleh dengan pembagian antara pertambahan

rata-rata biaya O&M dengan pertumbuhan rata-rata beban puncak tahunan.

Dengan demikian jumlah LRMC pada kapasitas pembangkit merupakan

penjumlahan antara biaya LRMC investasi dan biaya LRMC O&M tetap pada

kapasitas pembangkit.

2.3.5 Biaya marjinal jaringan (Marginal network capacity cost)

Kapasitas transmisi dan distribusi (T&D) didesain selain untuk

menyalurkan energi juga untuk mengakomodasi meningkatnya permintaan akan

energi dari pembangkit ke konsumen. Semua biaya investasi untuk jaringan

transmisi dan distribusi dialokasikan untuk penambahan beban akibat

meningkatnya permintaan pada jaringan T&D.

Biaya marjinal untuk T&D merupakan penambahan biaya rata-rata jangka

panjang (LRAIC) atau yang lebih dikenal dengan incremental average cost (AIC).

Perhitungan LRAIC disesuaikan dengan level suplai tegangan yang diantaranya

dapat diklasifikasikan sebagai berikut: tetangan tinggi (TT) 150 KV, tengangan

menengah (TM) 20 KV dan tegangan rendah (TR) 380/220 volt. Dalam membuat

27
stimasi LRAIC harus secara terpisah berdasarkan tegangan suplai, beban

tambahan (MW) dan biaya investasi harus dialokasikan berdasarkan tiap-tiap

setiap level suplai tegangan.

Perkiraan pertumbuhan beban berdasarkan pada beban puncak tahun

referensi penelitian. Yang dialokasikan ke masing-masing suplai tegangan

dengan memperhatikan rugi teknis pada jaringan transmisi dan distribusi. Untuk

menentukan pertumbuhan beban dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

Demand = Beban t-0 + (Beban t-0 x % pertumbuhan) ..................... 2.5

dimana:

Demand = Pertumbuhan beban

Beban t-0 = Beban pada tahun sebelumnya

% pertumbuhan = Persentasi pertumbuhan beban

Pertumbuhan beban pada masing-masing suplai tegangan didiskontukan,

sehingga pertumbuhan beban rata-rata setelah didiskontukan digunakan untuk

menentukan biaya marjinal pada masing-masing suplai tegangan. Untuk

mendiskontukan pertumbuhan beban pada masing-masing maka dapat ditulis

dengan persmaan sebagai berikut:

MW
NPVDemand =
(1+r)t

Sedangkan perkiraan pertumbuhan biaya investasi berdasarkan pada tahun

referensi, dan digunakan untuk menentukan pertumbuhan biaya investasi pada

tahun-tahun berikutnya. Pertumbuhan biaya investasi pada masing-masing suplai

tegangan diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

28
Cost = Investasi t-0 + (investasi t-0 x % pertumbuhan) ............. 2.7

Pertumbuhan biaya investasi pada masing-masing suplai tegangan

didiskontukan, sehingga pertumbuhan biaya investasi rata-rata setelah

didiskontukan digunakan sebagai parameter untuk menentukan biaya marjinal

pada jaringan T&D. Untuk mendiskontukan pertumbuhan biaya dapat ditulis

dengan persamaan sebagai berikut:


NPVCost =
(1+r)t

dimana:

Cost = Pertumbuhan biaya investasi

Investasi t-0 = Investasi pada tahun sebelumnya

% pertumbuhan = Persentasi pertumbuhan biaya investasi

Jadi, AIC dihitung dengan mendiskontukan semua biaya tambahan yang

akan timbul di masa yang akan datang guna menyediakan permintaan tambahan

yang diperkirakaan dalam periode yang ditentukan dalam penelitian dibagi

dengan nilai diskontu dari demand atau permintaan beban selama periode

tersebut.

Dengan demikian AIC merupakan nilai dari seluruh investasi untuk

jaringan transmisi dan distribusi disesuaikan dengan periode masa pakai (umur

ekonomis) yang direncanakan dibagi dengan nilai demand sekarang, sesuai

dengan meningkatnya beban puncak tahunan ($/KW/tahun). Untuk menentukan

AIC maka menurut (Venstrom, 2010) dapat ditulis sebagai berikut:

29
T Ii
NPVCost 1+r t
AIC = = .. 2.9
NPVDemand MW
i=1
1+r t

Dari persamaan 2.9, maka untuk menentukan AIC tahunan ($/kW/tahun)

selain menggunakan fungsi payment (PMT) pada microsoft excel atau bisa

diselesaikan dengan menggunakan persamaan 2.10.

1
AICTahunan = AIC x ( B ) + FOM .................................................

1 (1+)
B = ................................................................ 2.11
r

dimana:
LRAIC = Long run average incremental cost
Ii = Biaya investasi di tahun i
T = Umur ekonomis (Lifetime)
r = discount rate
MW = Incremental load tahunan
AIC = Average incremental cost
B = Annuity factor
T = Umur ekonomis (tahun)
FOM = O&M tetap (% dari total nilai aset atau capital cost)

Perhitungan LRAIC disesuaikan dengan level suplai tegangan yang

diantaranya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: tetangan tinggi (TT) 150 KV,

tengangan menengah (TM) 20 KV dan tegangan rendah (TR) 380/220 volt.

Dalam membuat stimasi LRAIC harus secara terpisah berdasarkan

tegangan suplai, beban tambahan (MW) dan biaya investasi harus dialokasikan

berdasarkan tiap-tiap setiap level suplai tegangan.

30
Perkiraan pertumbuhan beban berdasarkan pada beban puncak tahun

referensi penelitian. Yang dialokasikan ke masing-masing suplai tegangan

dengan memperhatikan rugi teknis pada jaringan transmisi dan distribusi.

Pertumbuhan beban pada masing-masing suplai tegangan didiskontukan, sehingga

pertumbuhan beban rata-rata setelah didiskontukan digunakan untuk menentukan

biaya marjinal pada masing-masing suplai tegangan.

Sedangkan penambahan biaya rata-rata jangka panjang (LRAIC) pada

jaringan transmisi dan distribusi merupakan penjumlahan keseluruhan LRAIC

periode atau jumlah tahun yang akan dihitung dalam penelitian ini. Jadi LRAIC

pada transmisi dan distribusi adalah pembagian antara total biaya investasi pada

jaringan transmisi dan distribusi dengan jumlah pertumbuhan beban rata-rata yang

telah didiskontukan.

Untuk perkiraan biaya operasi dan perawatan (O&M) dengan asumsi

dalam persentase dari jumlah biaya investasi tahunan pada jaringan transmisi dan

distribusi, yang dinyatakan dalam US$/kW/tahun.

Dengan demikian LRMC untuk kapasitas jaringan dan distribusi adalah

merupakan penjumlahan antara biaya marjinal rata-rata jangka panjang yang

diinvestasikan pada jaringan transmisi dan distribusi dengan biaya marjinal rata-

rata jangka panjang untuk O&M pada janringan transmisi dan distribusi, dan

dinyatakan dalam US$/kW/tahun.

2.3.6 Marginal energy cost

Marginal energy cost adalah biaya untuk memasok energi (kWh)

tambahan. Faktor penentu dari long run marginal energy cost yaitu terdiri dari

31
biaya pengoperasian pembangkit seperti biaya bahan bakar dan biaya variabel

pengoperasian dan perawatan (cost of O&M), heat rate, specific fuel consumption

(SFC) serta factor kerugian energi. Sehingga long run marginal energy cost

adalah biaya yang digunakan untuk pengoperasian pembangkit dalam rangka

memenuhi tingkat permintaan akan energi tambahan.

Fcost = FFcost x SFC ............................................................ 2.12

Apabila biaya variabel bahan bakar dan station loss diperoleh beberapa

persen dari biaya bahan bakar (fuel cost), maka untuk memperoleh biaya

margjinal energi ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

McG = Fcost + VOM + SL ...................................................... 2.13

dimana:

Fcost = Biaya bahan bakar (fuel cost)

FFcost = Harga bahan bakar (financial fuel cost)

SFC = Specific fuel consumption

VOM = Biaya variabel O&M (cost of operation and maintenance)

SL = Station loss

2.3.7 Karakteristik beban (Load characteristics)

Demand suatu sistem adalah beban yang diterima pada terminal dalam

suatu periode waktu tertentu. Beban (load) bisa dalam satuan; kW, kVAr, kVA,

maupun kilo ampere. Beban konsumen bermacam macam ukuran, waktu,

penggunaan, lama penggunaan, tegangan yang dipakai, faktor daya, puncak sesaat

dan lain-lain, sesuai kebutuhannya. Ada kalanya kebutuhan konsumen secara

32
bersamaan dalam waktu yang sama, hal ini menyebabkan puncak dan lembah

pada kurva beban. Ada periode tartentu peralatan mempunyai beban penuh dan

ada saat peralatan tidak dipakai atau tidak dibebani.

Kebutuhan beban suatu daerah tergantung dari, penduduk dengan standar

kehidupannya, rencana pengembangan suatu kawasan, harga daya dan lain-lain.

Sifat beban dan karakteristiknya biasa ditentukan oleh faktor kebutuhan (demand

factor), faktor beban (load factor), faktor diversitas (diversity factor) dan lain-

lain. Beberapa karakteristik beban:

a. Kebutuhan maksimum (Maximum demand)

Kebutuhan maksimum dari sistem atau instalasi adalah kebutuhan paling

tinggi yang terjadi selama periode waktu tertentu biasanya harian,

minnguan, bulanan atau tahunan. Jika semua peralatan yang digunakan

secara bersamaan mencapai maksimal maka kebutuhan maksimum akan

sama dengan beban yang terhubung. Akan tetapi apabila konsumen tidak

menggunakan semua perangkat pada beban penuh secara bersamaan maka

kebutuhan maksimum selalu kurang dari beban yang terhubung.

b. Demand factor

Yaitu sebagai rasio maksimum demand dari sistem terhadap keseluruhan

beban terhubung pada sistem (total connected load), dapat ditulis

persamaan sebagai berikut:


Demand factor = ..................................... 2.14

33
c. Diversity factor (FD)

Kebutuhan maksimum dari semua konsumen pada suatu kelompok tidak

terjadi secara bersamaan. Sehingga untuk mempertimbangkan kapasitas

(rated) suatu peralatan, maka jarang pula memilih peralatan yang

kapasitasnya sama dengan jumlah beban maksimum. Oleh karena itu,

istilah umum digunakan dalam hubungan ini adalah faktor keragaman

(diversity factor), yang merupakan ratio dari jumlah individual maximum

demand dari subdivision sistem terhadap maximum demand dari sistem.


FD = ................ 2.15


Peak FD = ........ 2.16

d. Coincidence factor (CF)

Merupakan rasio dari maksimum coincident (system coincident peak)

dari total permintaan pada kelompok konsumen terhadap jumlah dari

permintaan maksimum (class coincident peak) dari konsumen yang sama

serta waktu yang sama. Oleh karena itu, coincidence factor merupakan

kebalikan dari diversity factor.


CF = ....................................... 2.17

atau

1
CF = ........................................................ 2.18

34
Gambar 2.4. Hubungan antara kurva beban dengan LF dan CF
(Sumber: NREL & Frank Stern, 2013)

e. Diversitas beban (Load diversity)

Adalah selisih antara jumlah dari dua atau lebih beban puncak dengan

coincident maximum demand load dari suatu group.

Load diversity = sum of all individual loads peak of the combined load

n
LD Di Dg ............................ ............................................ 2.19
i 1

f. Faktor kontribusi (ci)

Merupakan kontribusi beban tertentu, per unit dari maximum demand

individu terhadap maximum demand kelompok. Jika ci adalah faktor

kontribusi beban i dalam beban kelompok n dan Di adalah maximum

demand, maka:

35
n

Dg = c1 x D 2.20
=1
Sehingga:

=1 c 1 x D
= ....................................................... 2.21
=1 D 1

Jika kebutuhan maksimum terhadap beban yang sama, maka coincidence

factor akan sama dengan rata-rata kontribusi faktor. Dan jika faktor

kontribusi masing-masing beban adalah sama, maka coincidence factor

akan sama dengan faktor kontribusi itu sendiri.

g. Load Factor

Load factor dari suatu pembangkit adalah merupakan ratio dari average

load pada periode waktu teartentu terhadap peak load yang timbul pada

periode tersebut.


Load factor =

Energy generated in a given period of time


= ..... 2.22
Maximum demand x Hours of operation in the given period

Nilai load factor berkisar dari 0,0 sampai dengan 1,0. Namun, diversity

factor lebih besar atau sama dengan satu. Agar kinerja menjadi lebih

baik, faktor beban harus setinggi mungkin. Pengaruh diversity factor

adalah untuk mengurangi kebutuhan maksimum secara simultan di stasiun

untuk kebutuhan individu yang sama. Sedangkan, load factor

menggambarkan variasi beban selama periode tertentu akan tetapi tidak

memberikan indikasi bentuk kurva beban.

36
h. Plant capacity factor

Adalah rasio dari rata-rata beban tahunan terhadap kapasitas terpasang

selama periode waktu tertentu.


Plant capacity factor =


= 8760 ........................... 2.23

Nilai maksimum faktor kapasitas pembangkit bisa menjadi satu apabila

pembangkit beroperasi pada kapasitas maksimum sepanjang tahun.

Kapasitas pembangkit juga didefinisikan sebagai faktor beban pembangkit

atau plant load factor (PLF).

Faktor kapasitas menunjukkan tingkat penggunaan pembangkit. Hal

ini berbeda dengan load factor karena alasan bahwa kapasitas dari tiap-tiap

pembangkit selalu lebih besar dari beban maksimum yang diharapkan.

Hal ini mengingat adanya beban cadangan (reserve margin), sehingga

dapat ditulis persamaan sebagai berikut:


Capacity factor = .............................. 2.24

i. Plant use factor

Adalah rasio dari energi aktual yang diproduksi dengan perkalian antara

kapasitas pembangkit dan waktu operasi pembangkit tersebut.

Actual energy produced


Plant use factor = ...... 2.25
Plant capacity x (Plant operation time in hours )

37
j. Utilization factor

Merupakan rasio atau perbandingan antara maximum demand dengan nilai

(rated) kapasitas dari pembangkit.


Utilization factor = ................................................. 2.26

k. Faktor kerugian (Loss factor)

Rasio rata-rata kerugian daya terhadap kerugian yang terjadi pada saat

beban puncak selama periode waktu tertentu. Secara umum persamaan

untuk loss factor dapat ditulis sebagai berikut.


Loss factor = .......................................... 2.27

Namun pada perhitungan dalam penelitian penulis akan menggunakan

faktor kerugian (loss factor) yang diperoleh dari data EDTL maupun beberapa

referensi dari negara lain seperti Indonesia dan badan standar kelistrikan EIC.

2.4 Struktur Tarif dan Desainnya

2.4.1 Struktur tarif

Tujuan dari penentuan struktur tarif listrik yaitu:

a. Untuk menentukan tarif yang benar-benar mencerminkan biaya

ekonomi dan untuk meningkatkan pemakaian listrik yang efisiensi,

dalam hal ini untuk mengurangi konsumsi energi pada saat terjadi

beban puncak. Dengan demikian akan mengurangi biaya pembangkitan

dan distribusi dalam periode jangka panjang.

38
b. Uuntuk menjamin status keuangan pihak penyedia listrik (utilitas) demi

perluasan sistem operasi di masa yang akan datang.

c. Agar memberikan tarif yang adil untuk semua kategori konsumen

sehingga bisa mengurangi subsidi silang dari satu kategori ke kategori

yang lainnya.

d. Untuk mencapai suatu mekanisme penyesuaian tarif listrik yang

fleksibel serta disesuaikan dengan perubahan harga bahan bakar di

pasar yang kompetitif.

2.4.2 Kriteria untuk Menentukan Struktur Tarif Listrik

Dalam menentukan struktur tarif listrik, kriteria yang perlu

dipertimbangkan diantaranya:

a. Biaya marginal

Biaya marjinal yaitu merupakan biaya tambahan yang disesuaikan dengan

peningkatan pengoperasian pembangkit dan sistem distribusi untuk

memenuhi permintaan yang terus meningkat. Perhitungan tarif listrik

berdasarkan pada biaya marjinal yang mencerminkan biaya yang

sebenarnya dari pembangkit listrik, transmisi dan distribusi. Tarif berbasis

biaya marjinal ini akan memberikan gambaran atau sinyal yang tepat, agar

konsumen mengatur pemakaian energi listrik seefektif mungkin.

Biaya marjinal di sektor listrik dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan,

diantara yaitu biaya marjinal pembangkitan, transmisi dan distribusi.

Besarnya biaya marjinal yang mencerminkan biaya yang sebenarnya dari

pembangkit listrik dan distribusi akan berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam

39
penentuan tarif yang mencerminkan biaya marjinal yaitu terdiri dari biaya

permintaan dan biaya energi. Biaya permintaan (demand charge)

merupakan biaya yang diinvestasikan untuk membangun pembangkit,

transmisi dan distribusi. Dengan demikian tetap mempertahankan

ketersediaan kapasitas pembangkit apabila permintaan meningkat.

Sedangakan biaya energi merupakan biaya bahan bakar yang digunakan

pada pembangkit.

b. Tarif berbasis biaya marjinal

Tarif berbasis biaya marjinal yaitu perhitungan berdasarkan long run

marginal cost (LRMC) atau biaya yang diasumsikan untuk penambahan

kapasitas pembangkit agar dapat memenuhi meningkatnya permintaan.

Biaya ini meliputi, biaya konstruksi pembangkit listrik, biaya transmisi,

distribusi serta kerugian pada sistem transmisi dan distribusi berdasarkan

tingkatan tegangan suplai.

Sehingga struktur tarif berbasis biaya marjinal akan bervariasi sesuai

dengan tingkatan tegangan suplai. Sedangkan biaya energi akan dihitung

dari biaya pembangkitan ditambah dengan kegurian dalam sistem.

2.4.3 Desain tarif tiap kategori konsumen

Desain tarif dapat dibedakan berdasarkan kategori pelanggan atau

konsumen. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan besarnya tarif yang

dikenakan kepada pelanggan berdasarkan kategori yang ada. Selain itu juga untuk

mengetahui pendapatan rata-rata yang akan diperoleh pihak penyelola kelistrikan

berdasarkan kategori atau kelas pelanggan.

40
Dalam tesis penelitian ini, desain tarif akan dibedakan berdasarkan empat

kategori konsumen yang diantaranya:

a. Desain tarif untuk konsumen rumah tangga

b. Desain tarif untuk kategori bisnis

c. Desain tarif untuk kategori industri, dan

d. Desain tarif untuk kategori umum

2.5 Penelitian Terdahulu (State of the art review)

2.5.1 Penentuan tarif listrik berdasarkan metode revenue requirement dan


metode LRMC, oleh Lisa Ambasari - Universitas Indonesia (UI).

Penentuan tarif listrik berdasarkan metode revenue requirement dan

metode biaya marjinal jangka panajng. Dalam Penyusunan tarif listrik saat ini

belum sepenuhnya berdasarkan pada prinsip-prinsip tarif yang ekonomis, dengan

demikian tarif tidak cost reflective. Dalam hal ini, Pemerintah perlu menentukan

harga listrik yang memenuhi aspek-aspek keekonomian agar Pelaku Usaha Listrik

(PUL) dan konsumen dapat memperoleh keuntungan dan harga yang wajar. Selain

itu juga menjamin kesinambungan penyediaan tenaga listrik, investasi pada sektor

listrik, dan pertumbuhan perekonomian secara luas.

Sehingga perlu untuk menganalisis penentuan tarif pada tingkat

keekonomiannya berdasarkan metode Revenue Requirement (RR) dan metode

Long Run Marginal Cost (LRMC).

Hasil dari penelitiannya bahwa metode LRMC dan metode RR dapat

digunakan untuk menentukan tarif yang cost reflective.

41
2.5.2 Electricity tariffs based on LRMC for central grid system of Oman, oleh:
Arif S. Malik and Salem Al-Zubeidi, Oman, 2006).

Mengingat tarif listrik di Oman masih disubsidi dan didasarkan pada

pendekatan akuntansi biaya dengan demikian tidak mencerminkan biaya

sebenarnya yang dialokasikan untuk pembangkitan, transmisi dan

mendistribusikan energi listrik ke konsumen.

Dalam penelitiannya menyajikan tentang perhitungan tarif listrik pada

jaringan distribusi berdasarkan metode LRMC. Hasilnya menunjukan bahwa

biaya marjinal pada pembangkit sebesar $75/KW untuk setahun dan biaya

marjinal untuk KWh sebesar $0,207/KWh. Sedangan tarif rata-rata untuk

konsumen sebesar $0,625/KWh.

2.5.3 Power generation Pricing Model Based on LRMC Methodology oleh


Priyanka Roy & A. Chakrabarti, Universitas Shibpur India
(International Journal of Electrical and Computer Engineering (IJECE)

Dalam makalahnya mengusulkan long run marginal cost sebagai dasar

penentuan tarif untuk penggunaan energi listrik. Pengembangkan formulasi baru

dalam penggunaan daya listrik yang berbasis pada metode LRMC pada berbagai

pembangkit. Dari metode yang digunakan menunjukan bahwa biaya investasi

pada masa yang akan datang tergantung pada pengoperasian dan perawatan akibat

berbagai gangguan yang terjadi pada pembangkit itu sendiri.

Hasil dari penelitiannya bahwa penentuan tarif dengan metode LRMC

sangat tergantung pada kapasitas pembangkit dan tingkat permintaan, dengan

demikian pemulihan biaya investasi pembangkit untuk masa yang akan datang

dapat tercapai.

42
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakasanakan di perusahaan atau badan kelistrikan

Negara di Timor Leste. Khususnya di bagian pemasaran dan keuangan, bagian

produksi serta bagian transmisi dan distribusi. Dengan waktu penelitian dari April

sampai dengan Juni 2013.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

a. Metode Observasi, dimana mengadakan pengumpulan data melalui

pengamatan langsung serta bertanya langsung kepada pihak-pihak yang

berwenang di Badan Kelistrikan di Timor Leste.

b. Studi literature secara manual yaitu dengan mengumpulkan data-data

dari berbagai buku-buku referensi dan jurnal yang relevan dengan topik

penelitian. Studi literature secara online yaitu dengan mengumpulkan

data dari berbagai sumber atau website melalui akses internet.

3.3 Jenis Data

Jenis data berupa data sekunder yang berupa data-data tabel yang

diperoleh dari institusi atau Badan Kelistrikan (EDTL) berdasarkan imfomasi dari

lokasi penelitian. Yang diantaranya neraca penjualan energi listrik, data produksi

43
daya di pembangkit, data jumlah pelanggan berdasarkan kategori konsumen serta

biaya operasi dan perawatan.

3.4 Tahapan Penelitian

Penelitian tentang studi tarif listrik di Timor Leste dilaksanakan dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Mengumpulkan berbagai informasi mulai dari data pembangkit, transmisi dan

distribusi. Produksi daya, dan energi, neraca penjualan energi serta biaya

investasi maupun biaya operasi dan perawatan. Dari data yang telah diperoleh

selanjutnya digunakan untuk menentukan pertumbuhan beban dan biaya pada

masing-masing suplai tegangan.

b. Menentukan pertumbuhan beban dan pertumbuhan biaya pada masing-masing

suplai tegangan.

1. Menghitung pertumbuhan beban (incremental load) pada masing-masing

suplai tegangan yaitu berdasarkan pada beban puncak yang terjadi pada

tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar dalam perhitungan. Sehingga,

dapat ditentukan incremental load pada tiap-tiap suplai tegangan setelah

dikalikan dengan persentase pertumbuhan beban setiap tahun selama kurun

waktu yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.

a) menentukan pertumbuhan beban pada masing-masing suplai

berdasarkan peak demand, persentase pertumbuhan beban dan faktor

kerugian.

b) menentukan pertumbuhan beban rata-rata yaitu berdasarkan

pertumbuhan beban setiap tahun yang telah didiskontukan kemudian

44
dijumlahkan dan dibagikan dengan jumlah tahun dalam periode

penelitian.

2. Penentuan incremental cost pada masing-masing suplai tegangan yaitu

berdasarkan pada biaya investasi pada tahun yang dijadikan sebagai tahun

dasar dalam perhitungan. Sehingga, dapat ditentukan incremental cost pada

tiap-tiap suplai tegangan setelah dikalikan dengan persentase pertumbuhan

biaya setiap tahun selama kurun waktu yang telah ditetapkan dalam

penelitian ini.

a) menentukan pertumbuhan biaya (incremental cost) pada masing-masing

suplai tegangan berdasarkan alokasi biaya investasi pada tahun dasar

perhitungan dan persentase pertumbuhan biaya.

b) menentukan pertumbuhan biaya rata-rata yaitu berdasarkan

pertumbuhan biaya setiap tahun yang telah didiskontukan kemudian

dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah tahun dalam periode penelitian.

c. Melakukan perhitungan biaya marjinal (marginal cost). Dari data yang telah

diperoleh selanjutnya digunakan untuk menentukan biaya marjinal pada

pembangkit dan jaringan. Untuk menentukan biaya marjinal tersebut, maka

digunakan metode long run marginal cost (LRMC). Tahapan perhitungan

dengan metode LRMC diantaranya sebagai berikut:

1. Penentuan biaya marjinal dengan metode long run marginal capacity cost.

Metode ini digunakan untuk menentukan biaya marjinal pembangkit

(marginal generation capacity cost) dan biaya marjinal jaringan (marginal

network capacity cost). Tahapannya seperti diperlihatkan pada gambar 3.1.

45
Gambar 3.1. Diagram perhitungan long run marginal capacity cost

a) Menghitung biaya marjinal pembangkit berdasarkan pada biaya

investasi dan kapasitas pembangkit. Tahapan perhitungan sebagai

berikut:

1) menentukan biaya kapital (capital cost) tiap-tiap kW dari kapasitas

pembangkit, dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1.

2) menentukan biaya kapital tahunan ($/kW/tahun) berdasarkan

capital cost, nilai suku bunga (discount rate) serta umur ekonomis

(life time), diselesaikan dengan menggunakan Microsoft excel, atau

dengan menggunakan persamaam 2.2.

46
3) menentukan biaya marjinal pembangkit berdasarkan biaya kapital

tahunan, reserve margin, station loss dan fixed O&M pembangkit,

dengan menggunakan persamaan 2.3 maupun 2.4.

b) Penentuan biaya marjinal jaringan (marginal network capacity cost)

yang meliputi biaya majinal untuk transmisi tegangan tinggi, distribusi

tegangan menengah dan biaya marjinal distrbusi tegangan rendah.

1) Menentukan rata-rata pertumbuhan biaya (Average incremental

cost) berdasarkan pada rata-rata pertumbuhan beban dan biaya

pada tiap-tiap suplai tegangan yang telah didiskontukan, dihitung

dengan menggunakan persamaan 2.9.

2) Menentukan biaya marjinal jaringan berdasarkan average

incremental cost pada masing-masing suplai tegangan, umur

ekonomis dan suku bunga (incremental cost), dihitung dengan

menggunakan persamaan 2.10.

3) Biaya marjinal jaringan yang telah diperoleh selanjutnya dikalikan

dengan faktor pengali untuk mengakumulasi kerugian yang terjadi

pada jaringan (T&D), alur perhitungannya seperti ditunjukan pada

gambar 3.2.

47
Gambar 3.2. Diagram perhitungan biaya marginal jaringan dengan faktor pengali

2. Penentukan biaya marjinal energi (Long run marginal energy cost).

Metode ini digunakan untuk menentukan biaya marjinal berdasarkan tipikal

beban harian yang meliputi heat rate, specific fuel consumption (SFC) dan

harga bahan bakar serta biaya variabel O&M dari pembangkit. Alur

perhitungan seperti ditunjukan pada gambar 3.3, sedangkan tahapan

perhitungan sebagai berikut:

a) Menentukan SFC berdasarkan heat rate dan beban harian yang

dibangkitkan oleh pembangkit.

b) Menentukan biaya bahan bakar (fuel cost) berdasarkan SFC dan harga

bahan bakar, dihitung dengan menggunakan persamaan 2.12.

48
c) Menentukan biaya marjinal energi untuk waktu beban puncak dan luar

waktu beban puncak, dihitung dengan menggunakan persamaan 2.13.

Gambar 3.3. Alur perhitungan biaya marjinal energi

d. Menentukan alokasi biaya marjinal untuk tiap-tiap kategori pelanggan.

Langkah-langkahnya yaitu bahwa biaya marjinal untuk pembangkit dan

jaringan serta biaya marjinal energi harus dikalikan dengan faktor kerugian

sebagai faktor pengali pada masing-masing suplai tegangan. Hasilnya

digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang akan dikenakan kepada

pelanggan. Penentuan hasil LRMC pada kategori pelanggan dengan

memperhatikan karakteristik beban untuk tiap-tiap kategori pelanggan, seperti:

1. Pengalokasian energi untuk tiap-tiap kategori pelanggan berdasarkan waktu

beban puncak (WBP) dan waktu luar beban puncak (WLBP).

49
2. Class load factor (LF) untuk tiap-tiap kategori pelanggan berdasarkan

data beban rata-rata dan data beban puncak untuk tiap-tiap level suplai

tegangan serta untuk tiap kategori pelanggan.

3. Coincidence factor (CF), yang merupakan penjumlahan beban puncak

tiap kategori pelanggan pada waktu beban puncak terhadap sistem akibat

meningkatnya permintaan beban.

e. Menentukan struktur dan desain tarif yaitu untuk membedakan kategori

pelanggan serta mentapkan tarif berdasarkan pada kategori pelanggan yang

ada.

1. Struktur tarif yaitu berdasarkan pada kategori pelanggan. Sehingga dalam

penelitian ini struktur tarif ditentukan berdasarkan kategori pelanggan yang

meliputi:

a) Rumah tangga terdiri dari tiga blok yaitu:

1) Blok pertama antara 0 50 kWh/bulan.

2) Blok kedua antara 51 150 kWh/bulan.

3) Blok ketiga antara 151 300 kWh/bulan.

b) Kategori bisnis yang meliputi:

1) Bisnis berskala kecil dengan menggunakan suplai tegangan (TR).

2) Bisnis berskala menengah dengan menggunakan suplai tegangan

menengah (TM).

3) Bisnis berskala besar atau industri dengan menggunakan suplai

tegangan TM.

50
2. Desain tarif berdasarkan kategori pelanggan yaitu berdasarkan pada hasil

perhitungan menggunakan LRMC dan tarif eksisting. Besarnya tarif yang

didesain bervariasi berdasarkan kategori pelanggan dan tingkat konsumsi

energi.

3.5 Diagram Alur Penelitian

Berdasarkan langkah-langkah yang telah disebutkan pada tahapan

penelitian, maka diagram alur penelitian dapat digambarkan seperti gambar 3.1.

Pada diagram alur penelitian, bahwa pengumpulan data dilakukan

berdasarkan pada metode yang telah disebutkan pada sub bab 3.2. Data yang telah

diperoleh meliputi sistem kelistrikan dalam hal ini sistem kelistrikan

(pertumbuhan beban) dan biaya investasi serta biaya operasinal dan perawatan.

Setelah dianalisa biaya investasi dan pertumbuhan beban, hasilnya

digunakan untuk menentukan biaya LRMC pada pembangkit dan jaringan T&D.

Biaya marjinal yang diperoleh dari pembangkit dan jaringan digunakan untuk

mengalokasi biaya marjinal atau tarif ke tiap-tiap kategori pelanggan.

51
Mulai Penelitian

Pengumpulan Data

Manghitung:
1. Pertumbuhan beban
2. Pertumbuhan biaya

Menghitung Nilai LRMC


Pembangkit & Jaringan

Menentukan
MenentukanBiaya
alokasi
marjinal
biaya
marjinal
padapada
kategori
kategori
Pelanggan
Pelanggan

Menentukan
Menentukan struktur
Struktur
dan
Tarif
desain
tarif
Tiaptiap
Kategori
kategori
Pelanggan
pelanggan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram alur penelitian

52
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Timor Leste dan Sektor Kelistrikannya

4.1.1 Kondisi Timor Leste

Timor Leste adalah Negara yang baru merdeka pada tahun 2002.

Sebelumya Timor Leste dijajah oleh bangsa Portugis kurang lebih 450 tahun

lamanya. Dan memproklamasikan sebagai Negara merdeka pada tanggal 28

November 1975. Seminggu kemudian Indonesia mulai menduduki Timor Leste

hingga September 1999, setelah diadakan jajak pendapat untuk kemerdekaan

Timor Leste. Dari September 1999 sampai dengan Mei 2002 dibawah

pemerintahan transisi perserikatan bangsa-bangsa (PBB) dan dinyatakan merdeka

melalui pembaharuan kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 2002.

4.1.2 Kondisi Geografis

Secara geografis Timor Leste terletak diantara Negara Indonesia dan

Australia. Negara ini berbatasan langsung dengan daratan wilayah Negara

Republik Indonesia yaitu propinsi Nusa tenggara Timur. Dan terletak diantara

garis lintang 8o 17 10o 30 LS dan garis bujur 123o 30 127o 20 BT. Luas

keseluruhan Timor Leste adalah 15.870 km2, serta terdiri dari 13 kabupaten

termasuk Dili sebagai ibukota Negara.

4.1.3 Penduduk

Menurut sensus nasional tahun 2010 jumlah penduduk Timor Leste

sebanyak 1,12 juta jiwa terdiri dari 185000 kepala keluarga (KK) yang tersebar di

53
13 kabupaten. Laju pertumbuhan penduduk pertahun rata-rata 2,4%. (Relatorio

Sensus, 2010)

Gambar 4.1. Peta Timor Leste

4.1.4 Kondisi perekonomian

Timor-Leste merupakan negara di dunia yang paling tergantung pada

minyak. Hal ini mengingat pendapatan pemerintah diperoleh dari penjualan

minyak dan gas. Sementara gross domestic product (GDP) dalam nilai tukar

sebesar $USD 1,054,000,000 dengan laju pertumbuhan GDP rata-rata pertahun

10,6% pendapatan bruto perkapita rata-rata pertahun $371 dengan inflasi 8,8%.

Sedangkan untuk pertumbuhan ekspor mencapai 18,5%, sementara impor

mengalami peningkatan drastis hingga 87,3%. (Sumber: World Bank 2012)

54
4.1.5 Electricidade de Timor Leste (EDTL)

EDTL merupakan institusi atau direktorat yang menangani sistem

kelistrikan di Timor Leste. Satu-satunya badan yang dibentuk pemerintah untuk

menangani sistem kelistrikan berdasarkan UU No. 13/2003 Tentang pembentukan

Badan Ketenaga-Listrikan Nasional (Decreto-Lei n.o 13/2003 de 24 de Setembro

Sobre Estabelece as Bases do Sistema Nacional de Electricidade de Timor Leste)

Sumber: (Decreto-Lei No. 13/2003).

Ketentuan dalam UU ini mengatur EDTL sebagai institusi kelistrikan untuk

melakukan pekerjaan mulai dari pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik.

Menjamin pasokan energi listrik ke masyarakat maupun perkantoran dan

perusahaan. Selain itu EDTL diberi wewenang untuk menetapkan harga atau tarif

atas penjualan energi yang diproduksinya. Tarif yang ditetapkan untuk berbagai

pelanggan harus transparan serta harus mencerimkan biaya penyediaan energi

listrik. (Decreto-Lei No. 13/2003)

Namun, status dari direktorat ini sampai tahun 2012, masih merupakan

salah satu direktorat dari kementrian infrastruktur. Sehingga semua biaya

operasional, gaji pegawai maupun biaya investasi untuk pengembangan

kelistrikan di Timor Leste bersumber dari alokasi anggaran RAPBN setiap

tahunnya, (Decreto-Lei N. 1/2011).

4.1.6 Sejarah singkat kelistrikan di Timor Leste

Pada tahun 1976 sampai dengan 1999, Timor Leste merupakan bagian dari

Wilayah Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UU No. 7 Tahun 1976 dan

LN. 1976/35, TLN No. 3084: Tentang Penyesahan Penyatuan Timor Timur ke

55
dalan Negara Kesatuan RI dan pembentukan Propinsi Daerah TK I Timor Timur.

(UU-RI No. 7 Tahun 1976).

Semenjak menjadi propinsi yang ke 27 dari pemerintahan Indonesia,

pembangunan di sektor kelistrikan merupakan perioritas utama pemerintah

melalui perusahaan PLN. Untuk memasok energi listrik, setiap kabupaten

dibangun PLTD tersendiri dengan kapasitas yang berbeda-beda. Pada tahun 1985

rasio elektrifikasi baru mencapai 3,9%. Pembangunan di sektor kelistrikan saat itu

relatif cepat sehingga sampai akhir tahun 1998 rasio elektrifikasi menjadi

20,1%. (Power Development for Timor Leste ADB, 2004)

Setelah pisah dari pemerintahan Indonesia pada tahun 1999, hampir semua

aset mengalami kerusakan termasuk dokumentasinya. Sehingga pada periode

1999 2004, pemerintah berupaya keras untuk memulihkan krisis energi listrik

akibat peristiwa 1999. Mengingat pada peristiwa itu, di beberapa kabupaten dan

semua kecamatan serta desa-desa yang dulunya terhubung dengan jaringan

kelistrikan mengalami pemutusan total. Sedangkan di semua ibu kota kabupaten

termasuk Dili sebagai ibu kota Negara, pemerintah masih tetap memanfaatkan

jaringan peninggalan PLN dan sebagian pembangkit yang masih berfungsi. Dari

upaya tersebut maka rasio elektrifikasi di akhir tahun 2004 mencapai 20,7%.

(Power Development for Timor Leste ADB, 2004).

Semenjak merdeka sampai dengan tahun 2010, sistem kelistrikan untuk

setiap kabupaten bahkan kecamatan memiliki pembangkit (PLTD) dan jaringan

distribusi tersendiri dan terbatas hanya pada daerah tersebut. Belum ada transmisi

tegangan tinggi, setiap daerah hanya memiliki jaringan distribusi 20 KV.

56
Sedangkan kapasitas pembangkit bervariasi, dan yang terbesar hanya pembangkit

PLTD Comoro dengan kapasitas 25 MW.

Mengingat permintaan energi listrik semakin meningkat maka pada tahun

2009 pemerintah mulai membangun pembangkit yang terpusat berupa PLTD di

dua lokasi dengan kapasitas masing-masing 120 MW dan 130 MW untuk

mensuplai energi listrik ke seluruh pelanggan di Timor Leste. Sehingga kapasitas

total yang direncanakan sebesar 250 MW dan tegangan transmisi 150 KV.

4.2 Pengembangan PLTD 250 MW dan Transmisi 150 kV

Untuk memenuhi permintaan akan energi listrik, maka pada tahun 2009

pemerintah melalui kementrian infrastruktur mulai membangun dua pembangkit

dengan total kapasitas terpasang 250 MW. Pembangunan dua pembangkit ini

dimaksudkan untuk mensuplai energi listrik di seluruh wilayah Timor Leste

secara terpusat. Mengingat selama ini sebagian daerah belum terjangkau suplai

energi listrik. Selain itu sebagai pengganti untuk semua pembangkit yang selama

ini digunakan di setiap kabupaten maupun daerah, mengingat usia pembangkit-

pembangkit tersebut yang sudah tua dan biaya operasi yang sangat tinggi.

Dari dua pembangkit yang direncanakan, PLTD Hera mulai beroperasi

pada akhir tahun 2011. Sedangakan untuk PLTD Betano, baru mulai di bangun

pada awal 2012 dan diperkirakan akan selesai dan mulai beroperasi pada

pertengahan 2013.

Alokasi biaya untuk kedua pembangkit ini dilakukan secara bertahap.

Besarnya biaya untuk tiap-tiap pembangkit seperti ditunjukan pada tabel 4.7.

57
4.2.1 Pembangkit (PLTD)

a. PLTD Hera

PLTD Hera dengan kapsitas 120 MW, terletak di sebelah timur kota Dili

dengan jarak 20 km. Pembangunan PLTD ini dimulai tahun 2009 dan selesai

November 2011. Biaya investasi untuk pembangunan PLTD ini sebesar

$US165,00 juta dolar, seperti ditunjukan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Tabel Biaya investasi pada PLTD Hera


Rincian Biaya Investasi PLTD Hera (Juta dolar)
Biaya konstruksi 150,00
Biaya konsultan 15,00
Total biaya kapital 165,00
Biaya kapital per kW ($/kW) $1.375,00

Beberapa data pendukung yang digunakan untuk menentukan biaya

marjinal pembangkit diperoleh melalui hasil wawancara dengan pihak-pihak yang

berwenang di EDTL. Data-data yang diperoleh melalui hasil wawancara seperti

ditunjukan pada lampiran F.

Dengan demikian, biaya kapital (capital cost) untuk tiap kW diperoleh dari

pembagian antara total biaya investasi dengan kapasitas pembangkit, atau

dengan menggunakan persamaan 2.1, maka diperoleh $1375,00/kW. Sedangkan

dengan menggunakan persamaan 2.2 dan persamaan 2.3, maka diperoleh biaya

marjinal untuk pembangkit Hera sebesar $279,62/kW/tahun atau

$23,30/kW/bulan, seperti ditunjukan pada tabel 4.2.

58
Tabel 4.2. Marginal generation capacity cost PLTD Hera ($/kW)

Production Capacity Cost

Capacity of Generation (MW) 120


Invested (US$ Million) 165,00

Marginal Unit PLTD


Total Capital Cost ($/KW) $1.375,00
Foregn ($/KW) $0,00
Local ($/KW) $1.375,00
Year Required 2013
Life Time (Years) 30
Discount Rate (%) 13,00%
Annualized Capital Cost $183,44
Reserve Margin (%) 20%
Annualized Capital Cost Plus RM (%) 120,00%
Annualized Capital Cost Plus RM (US$) $220,13
Station Use (% of gross generation) 2,00%
Annualized Capital Cost Plus Station Use (US$) $224,62
Fixed O&M (% of capital cost) 4,00%
Annualized Fixed O&M Cost (US$) $55,00
Standard convertion factor 1
Marginal Cost ($/kW/year) $279,62
Marginal Cost ($/kW/month) $23,30

b. PLTD Betano

PLTD Betano dengan kapsitas 130 MW, terletak di sebelah selatan kota

Dili dengan jarak 150 Km. Pembangunan PLTD ini dimulai pada awal tahun 2012

dan sedang berlangsung sampai sekarang. Biaya investasi yang direncanakan

untuk pembangunan PLTD ini sebesar $US195,00 juta dolar, seperti ditunjukan

pada tabel 4.3.

Beberapa data pendukung yang digunakan untuk menentukan biaya

marjinal pembangkit diperoleh melalui hasil wawancara dengan pihak-pihak yang

59
berwenang di EDTL. Data-data yang diperoleh melalui hasil wawancara seperti

ditunjukan pada lampiran F.

Tabel 4.3. Biaya investasi pada PLTD Betano


Rincian Biaya Investasi PLTD Betano (Juta dolar)
Biaya konstruksi 175,00
Biaya konsultan 20,00
Total biaya kapital 195,00
Biaya kapital per kW ($/kW) $1.500,00

Tabel 4.4. Marginal generation capacity cost PLTD Betano ($/kW)

Production capacity cost

Capacity of Generation (MW) 130


Invested (US$ Million) 195,00

Marginal Unit PLTD


Total Capital Cost ($/KW) $1.500,00
Foreign ($/KW) $0,00
Local ($/KW) $1.500,00
Year Required 2013
Life Time (Years) 30
Discount Rate (%) 13,00%
Annualized Capital Cost $200,12
Reserve Margin (%) 20%
Annualized Capital Cost Plus RM (%) 120,00%
Annualized Capital Cost Plus RM (US$) $240,14
Station Use (% of gross generation) 2,00%
Annualized Capital Cost Plus Station Use (US$) $245,04
Fixed O&M (% of capital cost) 4,00%
Annualized Fixed O&M Cost (US$) $60,00
Standard convertion factor 1,00
Marginal Cost ($/kW/year) $305,04
Marginal Cost ($/kW/month) $25,42

Dengan demikian, biaya kapital (capital cost) untuk tiap kW diperoleh

dari pembagian antara total biaya investasi dengan kapasitas pembangkit, atau

60
dengan menggunakan persamaan 2.1, maka diperoleh $1500,00/kW. Sedangkan

dengan menggunakan persamaan 2.2 dan persamaan 2.3, maka diperoleh biaya

marjinal untuk pembangkit Betano sebesar $305,04/kW/tahun atau

$25,42/kW/bulan, seperti ditunjukan pada tabel 4.4.

Dalam penelitian ini mengingat kedua pembangkit memiliki generator

yang identik, maka dalam penentuan biaya marjinalnya diakumulasi secara

keseluruhan, seperti diperlihatkan pada tabel 4.13. Sedangkan total kapasitas

terpasang secara keseluruhan seperti pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Kapasitas pembangkit


Pembangkit
Tahun
PLTD Hera (MW) PLTD Betano (MW)
2009
2010
2011 120
2012 120
2013 120 130
2014 120 130
Tahap membangun Ber Operasi

4.2.2 Jaringan Transmisi dan Distribusi

Jaringan transmisi 150 kV dibangun pada tahun 2009 dan selesai pada

tahun 2011. Jaringan trasnmisi ini untuk mensuplai energi listrik ke semua

kabupaten. Jarak total 800 km dengan sistem loop, dan sembilan Gardu induk di

sembilan ibukota kabupaten. Kecuali, untuk kabupaten Ermera, Aileu, dan

Ainaro yang tidak dilengkapi dengan GI. Kabupaten yang tidak dilengkapi dengan

GI mendapatkan suplai dari kabupaten yang terdekat. Selain itu, perluasan

jaringan distribusi terus dibangun untuk mensuplai daerah-daerah yang selama ini

belum terjangkau listrik.

61
4.2.3 Biaya investasi

Seluruh biaya investasi untuk pembangkit dan jaringan baik transmisi 150

kV maupun distribusi primer dan sekunder bersumber dari pemerintah melalui

alokasi anggaran pemerintah atau Oramento Geral do Estado (OGE) setiap

tahunnya.

Anggaran untuk pembangunan sektor kelistrikan dialokasikan secara

bertahap mulai dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Besarnya anggaran yang

dialokasi untuk setiap tahun tidak sama jumlahnya, hal ini tergantung dari

kapasitas pekerjaan yang direncanakan setiap tahun.

Tabel 4.6. Jumlah biaya investasi yang dialokasikan melalui OGE 2009 2013
Biaya Investasi (Juta dolar $USD)
Pembangkit Jaringan Transmisi & Distribusi
Tahun PLTD PLTD Transmisi Distribusi Distribusi
Jumlah
Hera Betano TT TM TR
2009 45,00 45,00 125,00 32,45 18,25
2010 67,00 67,00 130,00 25,45 21,00
2011 53,00 55,00 108,00 60,00 28,00 22,00
2012 94,00 94,00 29,10 23,75
2013 46,00 46,00
165,00 195,00 360,00 315,00 115,00 85,00
Jumlah 360,00 515,00
875,00

Biaya investasi untuk pembangkit dan transmisi 150 kV serta gardu

induk (GI) dialokasi secara bertahap dan berakhir pada tahun 2013. Dan

selanjutnya alokasi anggaran untuk pembangkit dan jaringan transmisi dan gardu

induk hanya berupa biaya operasional dan perawatan (O&M). Hal ini

dikarenakan sistem transmisi sudah selesai dibangun untuk melayani seluruh

wilayah Timor Leste. Demikian juga halnya dengan pembangkit yang sudah

selesai dibangun dengan ketersediaan daya cukup untuk melalyani seluruh

62
wilayah Timor Leste. Sementara itu untuk perluasan sistem distribusi baik TM

maupun TR akan terus berlanjut. Mengingat sebagian daerah belum dijangkau

oleh jaringan distribusi.

Adapun rincian anggaran yang dialokasikan seperti diperlihatkan pada

tabel 4.6. Jumlah tersebut sudah termasuk untuk pembelian atau impor seluruh

peralatan yang dibutuhkan, pembayaran tenaga kerja serta konsultan dan lain-lain.

4.2.4 Asumsi data-data umum

Tabel 4.7. Data umum dan hasil wawancara

No. Asumsi data umum Keterangan


1. Data referensi Data 2012
2. Tahun dasar perhitungan 2013
3. Jumlah tahun dalam studi 15
4. Periode perhitungan 2013 - 2028
Umur ekonomis (lifetime)
a. Pembangkit 30 tahun
b. Transmisi TT 30 tahun
5.
c. Distribusi TM 25 tahun
d. Distribusi TR 20 tahun
6. Mata uang $USD
7. Discount rate 13%
8. Planning reserve margin 20%
9. Station use 2%
Biaya O&M Tetap
a. Pembangkit 4%
b. Transmisi TT 3,5%
10.
c. Distribusi TM 4%
d. Distribusi TR 5%
e. VOM Fuel cost 2,5%
Faktor rugi jaringan
a. Rugi transmisi 2%
11.
b. Rugi distribusi TM 4%
c. Rugi distribusi TR 6%

Dalam penelitian ini data yang digunakan sebagai referensi yaitu data

sampai dengan tahun 2012, sedangkan tahun dasar dalam perhitungan penelitian

63
yaitu 2013 dengan periode selama 15 tahun dari 2013 sampai dengan 2028. Usia

ekonomis untuk pembangkit dan jaringan serta biaya O&M tetap diperoleh dari

data EDTL. Sementara untuk faktor rugi jaringan diperoleh dari hasil wawancara

dengan pihak EDTL dengan mengacu pada rugi jaringan PLN (Persero)

berdasarkan data (Indonesian energy outlook 2010 dan RUPTL 2010) serta badan

standar kelistrikan EIC 2007, seperti terlihat pada tabel 4.7. Hasil wawancara

dengan pihak EDTL terdapat pada lampiran F.

4.2.5 Pertumbuhan Beban Puncak

Dari data pertumbuhan beban puncak yang dicatat oleh pihak EDTL bahwa

dari tahun 2007 sampai tahun 2011 peingkatan atau pertumbuhannya hanya

mencapai 3%. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan suplai dari

pembangkit, sehingga beban maksimum yang bisa dilayani adalah hanya 25 MW

dari pembangkit PLTD Comoro.

Pada sisi lain, dari data pendapatan perkapita yang diperoleh dari (World

Bank, 2010) terlihat bahwa perumbuhan Gross Domestic Product (GDP) yang

sebelum 2007 hanya -5,9% meningkat secara signifikan menjadi 9,1% akibat dari

perubahan kondisi politik Timor Leste. Pertumbuhan GDP yang sangat tinggi ini

tidak diimbangi dengan pertumbuhan beban puncak karena terbatasnya daya

mampu pembangkit. Jika dibandingkan pertumbuhan GDP dari 2002-2006 rata-

rata 1,4% dengan pertumbuhan beban puncak pada periode yang sama adalah 3%,

sedangkan pertumbuhan GDP dari 2007-2011 rata-rata adalah 11,32% sedangkan

beban puncak untuk periode yang sama tidak berubah akibat sudah mencapai

batas maksimum daya pembangkit. Sehingga, setelah adanya pengoperasian

64
pembangkit yang baru, maka untuk proyeksi pertumbuhan beban puncak

diasumsikan sebesar 6%. (Tesis Segismundo, 2012).

Tabel 4.8. Perkiraan beban puncak pada suplai tegangan

Proyeksi Tingkat Permintaan Beban


Asumsi Kenaikan 7,5% per tahun
TM -
Pertumbuan Cummulative MW TT- MW TR - MW
No. Tahun MW
(MW)
7,5% 2% 4% 6%
1 2013 62,00 60,76 58,33 43,16
2 2014 4,65 66,65 65,32 62,70 46,40
3 2015 5,00 71,65 70,22 67,41 49,88
4 2016 5,37 77,02 75,48 72,46 53,62
5 2017 5,78 82,80 81,14 77,90 57,64
6 2018 6,21 89,01 87,23 83,74 61,97
7 2019 6,68 95,68 93,77 90,02 66,61
8 2020 7,18 102,86 100,80 96,77 71,61
9 2021 7,71 110,58 108,36 104,03 76,98
10 2022 8,29 118,87 116,49 111,83 82,76
11 2023 8,92 127,78 125,23 120,22 88,96
12 2024 9,58 137,37 134,62 129,24 95,63
13 2025 10,30 147,67 144,72 138,93 102,81
14 2026 11,08 158,75 155,57 149,35 110,52
15 2027 11,91 170,65 167,24 160,55 118,81
16 2028 12,80 183,45 179,78 172,59 127,72
Jumlah 121,45 1802,79 1766,73 1696,06 1255,09
Rata-rata 8,10 112,67 110,42 106,00 147,66

Dan jika daerah-daerah pedesaan teraliri listrik semua serta meningkatnya

industri dimasa akan datang maka, diasumsikan akan mencapai 7,5% setiap

tahun. Sehingga dalam penelitian ini, untuk perhitungan pertumbuhan beban

digunakan 7,5%, dari beban puncak tertinggi yang terjadi pada bulan Desember

2012 yang mencapai 62 MW. Sedangkan untuk menentukan pertumbuhan beban

65
(incremental load) pada masing-masing suplai tegangan dihitung dengan asumsi

bahwa beban akan mengalami susut energi akibat kerugian teknis pada masing-

masing suplai. Besarnya kerugian teknis pada suplai TT sebesar 2%, jaringan TM

4% dan TR sebesar 6%. Sehingga pengiriman beban (delivery load) sampai

konsumen TR akan mengalami penurunan akibat kerugian pada jaringan transmisi

dan distribusi serta pemakaian beban pada suplai TM. Dengan menggunakan

persamaan 2.5. maka diperoleh pertumbuhan beban pada tiap-tiap suplai

tegangan antara tahun 2013 sampai dengan 2027 seperti pada tabel 4.8.

Sedangkan pertumbuhan beban dalam bentuk grafik seperti ditunjukan pada

gambar 4.2.

Pertumbuhan beban (MW)


200,00
180,00
160,00
140,00
120,00
MW

100,00 Demand TT

80,00 Demand TM
Demand TR
60,00
40,00
20,00
0,00
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028

Gambar 4.2. Grafik perkiraan pertumbuhan beban berdasarkan suplai tegangan

4.2.6 Perkiraan biaya investasi pada T&D

Perkiraan pertumbuhan biaya investasi untuk transmisi dan distribusi pada

periode 2013 sampai dengan periode 2028, berdasarkan pada alokasi biaya pada

66
tahun 2012. Perkiraan ini berdasarkan data EDTL tahun 2012 yang meliputi

pertumbuhan biaya pada jaringan TT setiap tahun 2%, distribusi TM 3% dan

distribusi TR sebesar 5%. (EDTL, 2012)

Alokasi biaya investasi untuk jaringan TT hanya berupa O&M, mengingat

jaringan transmisi TT sudah selesai dibangun untuk menghubungkan seluruh

wilayah Timor Leste. Sedangkan alokasi biaya investasi untuk jaringan distribusi

akan terus bertambah, mengingat sebagian daerah sampai saat ini belum teraliri

kelistrikan. Dengan menggunakan persamaan 2.7, maka diperoleh pertumbuhan

biaya seperti pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Perkiraan pertumbuhan biaya investasi (Juta dolar) 2013 2028

Asumsi biaya meningkat setiap tahun TT 2%, TM 3% dan TR 5%


TT TM TR
No Tahun
Juta dolar Juta dolar Juta dolar
1 2013 2,50 30,00 25,00
2 2014 2,55 30,90 26,25
3 2015 2,60 31,83 27,56
4 2016 2,65 32,78 28,94
5 2017 2,71 33,77 30,39
6 2018 2,76 34,78 31,91
7 2019 2,82 35,82 33,50
8 2020 2,87 36,90 35,18
9 2021 2,93 38,00 36,94
10 2022 2,99 39,14 38,78
11 2023 3,05 40,32 40,72
12 2024 3,11 41,53 42,76
13 2025 3,17 42,77 44,90
14 2026 3,23 44,06 47,14
15 2027 3,30 45,38 49,50
16 2028 3,36 46,74 51,97

67
Guna penentuan LRAIC, maka biaya investasi awal yang sudah digunakan

untuk pembangunan jaringan transmisi dan distribusi diperhitungkan, namun tidak

didiskontukan sebagai pertumbuhan biaya di tahun-tahun yang akan datang.

Hanya biaya investasi yang diperkirakan dalam periode penelitian ini yang akan

didiskontukan, seperti ditunjukan pada tabel 4.14 sampai 4.16.

Perkiraan Biaya Investasi pada Jaringan T&D


60,0

50,0

40,0

30,0

20,0

10,0

0,0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028

TT TM TR

Gambar 4.3. Grafik perkiraan pertumbuhan biaya investasi pada T&D (Juta
$US) untuk periode 2013 -2028

4.2.7 Kurva beban

Kebutuhan beban akan berubah sesuai dengan pemakaian atau energi

yang dikonsumsi. Kebutuhan yang diplot untuk periode waktu tertentu dengan

interval tertentu biasa disebut kurva beban. Interval waktu biasanya 30 menit atau

1 jam. Gambar dibawah merupakan kurva beban beberapa feeder yang digunakan

untuk menganalisa beban dan digunakan untuk mewakili beberapa kategori

konsumen yang ada.

68
Kurva Beban
300

250

200
Demand

Feeder-1
150
Feeder 3
100 Feeder-4
Feeder-6
50

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

Jam

Gambar 4.4. Grafik kurva beban

4.2.8 Faktor beban (Load factor)

Load factor (LF) dihitung dari kebutuhan beban rata-rata dan beban

maksimum untuk tiap-tiap suplai tegangan serta kategori konsumen. Dalam

penelitian ini LF yang digunakan yaitu dihitung berdasarkan kategori konsumen.

Dengan menggunakan beberapa feeder untuk mewakili kategori konnsumen yang

ada. Dari data beban yang ada di peroleh LF sebagai berikut: kategori rumah

tangga, 54%, bisnis dan perkantoran dengan suplai TR 66%, bisnis dengan suplai

TM 73% dan industri 82%.

4.2.9 Coincidence Factor

Coincidence factor ditentukan berdasarkan beban (demand) pada masing-

masing kelompok atau kategori konsumen pada saat sistem mengalami beban

69
puncak (utility system peak) terhadap beban maksimum pada masing-masing

kategori konsumen pada waktu atau hari yang sama.

Dalam studi ini hanya menganalisa secara group atau per kategori

pelanggan dan mengabaikan pemakaian individu atau kelompok dalam tiap-tiap

kategori pelanggan. Sehingga besarnya nilai CF untuk semua kategori pelanggan

bervariasi antara 92% sampai 99%, seperti pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Penentuan LF dan CF

Keterangan Feeder-1 Feeder-3 Feeder-4 Feeder-6


System coincident peak 123 210 97 237
Beban rata-rata 67 152 80 171
Class coincident peak atau beban
125 217 98 256
maksimu
Load Factor 0,54 0,70 0,82 0,67
Diversity factor 1,02 1,03 1,01 1,08
Coincidence factor 0,98 0,97 0,99 0,92

4.2.10 Faktor kerugian

Dalam proyeksi beban pada tiap-tiap tingkatan tegangan tidak terlepas dari

faktor kerugian yang ada. Dalam penelitian ini rugi teknis untuk jaringan penulis

menggunakan data atau ketentuan yang diperoleh dari pihak EDTL, selain itu

penulis juga mennggunakan ketentuan rugi teknis dari negara lain seperti

Indonesia dan bandan standar kelistrikan EIC, sebagai pembanding terhadap data

yang diperoleh dari EDTL.

Data yang diperleh dari EDTL untuk rugi transmisi 1,5% - 2%, dan

distribusi TM 3,5% - 4%. Sedangkan kerugian jaringan PLN (Persero)

berdasarkan (Indonesian energy outlook, 2010) dan (RUPTL, 2010) berkisar

70
10,55% - 12%, sementara berdasarkan standar EIC 2007 bahwa rugi transmisi

2,5%, kerugian dari pembangkit sampai gardu induk penurun tegangan berkisar

3% - 5%. Sementara rugi distribusi dari gardu induk penurun tegangan sampai ke

pelanggan berkisar antara 8% - 15% (EIC, 2007).

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak EDTL dan acuan dari PLN

(Persero) serta badan standar EIC dan dengan memperhatikan jarak jaringan

distribusi di Timor Leste yang paling jauh antara 50 km 75 km, maka besarnya

rugi teknis untuk jaringan distribusi TR diasumsikan sebesar 5% - 6%. Sehingga

faktor kerugian yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada tabel 4.11.

Persentasi dari kerugian pada jaringan transmisi dan distribusi digunakan

sebagai komulatif faktor pengali dalam penentuan biaya marjinal pada jaringan

berdasarkan tingkatan tegangan (TT, TM dan TR).

Tabel 4.11. Asumsi kerugian teknis pada jaringan


Asumsi kerugian teknis berdasarkan pada tingkatan tegangan
TT TM TR
WBP LWBP WBP LWBP WBP LWBP
2% 1,5% 4% 3,50% 6% 5%
(EDTL Timor Leste 2012, IEO 2010, RUPTL 2010 dan EIC 2007)

Kerugian non-teknis merupakan kerugian yang disebabkan adanya

konsumsi atau sambungan liar, penyalahgunaan kWh meter, kesalahan pada

perhitungan atau membaca kWh meter dan lain-lain. Dengan demikian kerugian

non-teknis tidak digunakan sebagai faktor pengali dalam perhitungan biaya

marjinal pada jaringan.

71
4.3 Perhitungan dengan metode LRMC

Metode long run marginal cost yaitu didefinisikan sebagai penambahan

biaya akibat penambahan demand atau suplai yang disbabkan meningkatnya

permintaan atau pertumbuhan beban baik pada pembangkit maupun pada jaringan

transmisi dan distribusi.

4.3.1 Penentuan biaya marjinal pembangkit (generation capacity cost)

Metode untuk menghitung biaya marjinal kapasitas pembangkit yaitu

berdasarkan atas permintaan penambahan beban. Metode ini didasari atas bekerja

pembangkit saat menambah beban ke sistem akibat meningkatnya permintaan,

dengan demikian akan menambah biaya tambahan sesuai dengan penambahan

kapasitas.

Biaya marjinal kapasitas pembangkit adalah biaya tahunan dari unit

pembangkit dengan akumulasi kerugian serta batas persediaan (reserve margin)

sebesar 20% dan nilai suku bunga (discount rate) 13% yang diperbolehkan.

Tabel 4.12. Rincian biaya investasi PLTD Hera dan PLTD Betano
Rincian Biaya Investasi PLTD Hera & Betano (Juta dolar)
Biaya konstruksi 325,00
Biaya konsultan 35,00
Total biaya kapital 360,00
Biaya kapital per kW ($/kW) $1.440,00

Beberapa data pendukung yang digunakan untuk menentukan biaya

marjinal pembangkit diperoleh melalui hasil wawancara dengan pihak-pihak yang

berwenang di EDTL. Data-data yang diperoleh melalui hasil wawancara seperti

ditunjukan pada lampiran F.

72
Dengan demikian, biaya kapital (capital cost) untuk tiap kW diperoleh dari

pembagian antara total biaya investasi dengan kapasitas pembangkit, atau

dengan menggunakan persamaan 2.1, maka diperoleh $1440,00/kW. Sedangkan

untuk memperoleh biaya marjinal untuk pembangkit, dengan menggunakan

persamaan 2.2 dan persamaan 2.3, sehingga diperoleh biaya marjinal untuk

pembangkit Hera dan Betano sebesar $292,84/kW/tahun atau $24,40/kW/bulan,

seperti ditunjukan pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Marginal generation capacity cost PLTD Hera dan Betano ($/kW)

Production capacity cost

Capacity of Generation (MW) 250


Invested (US$ Million) 360,00

Marginal Unit PLTD


Total Capital Cost ($/KW) $1.440,00
Foregn ($/KW) $0,00
Local ($/KW) $1.440,00
Year Required 2013
Life Time (Years) 30
Discount Rate (%) 13,00%
Annualized Capital Cost $192,11
Reserve Margin (%) 20%
Annualized Capital Cost Plus RM (%) 120,0%
Annualized Capital Cost Plus RM (US$) $230,53
Station Use (% of gross generation) 2,00%
Annualized Capital Cost Plus Station Use (US$) $235,24
Fixed O&M (% of capital cost) 4%
Annualized Fixed O&M Cost (US$) $57,60
Standard convertion factor 1,00
Marginal Cost ($/KW/year) $292,84
Marginal Cost ($/KW/month) $24,40

73
4.3.2 Menentukan biaya marjinal jaringan

Biaya marjinal untuk transmisi dan distribusi merupakan penambahan

biaya rata-rata jangka panjang (LRAIC). Dengan demikian LRAIC merupakan

nilai dari seluruh investasi untuk jaringan transmisi dan distribusi disesuaikan

dengan periode masa pakai (umur ekonomis) yang direncanakan dibagi dengan

nilai sekarang, sesuai dengan meningkatnya permintaan beban tahunan (NPV

investasi dibagi dengan NPV beban tahunan). Dengan menggunakan persamaan

2.9, maka dapat diperoleh total LRAIC untuk jaringan transmisi dan distribusi.

a. Menentukan Biaya marjinal TT

Biaya marjinal kapasitas transmisi tegangan tinggi yaitu merupakan LRMC

pada pembangkit dan transmisi serta kerugian yang dibebankan kepada

konsumen.

Biaya investasi yang sudah berjalan maupun yang direncanakan pada

transmisi tegangan tinggi (TT) meliputi pembangunan jaringan transmisi dan

gardu induk. Perkiraan pertumbuhan biaya investasi kemudian didiskontukan,

sehingga rata-rata pertumbuhan biaya investasi yang sudah didiskontukan

digunakan untuk menentukan biaya marjinal transmisi. Biaya investasi yang

didiskontukan diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.8, seperti terdapat

pada tabel 4.14.

Hal serupa dengan pertumbuhan beban pada jaringan transmisi yang

merupakan penjumlahan dari pertumbuhan beban pada jaringan transmisi pada

periode atau tahun diadakan penelitian sampai akhir tahun yang ditentukan yaitu

dari tahun 2013 sampai dengan 2028. Petumbuhan beban yang didiskontukan

74
diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.6, seperti pada tabel 4.14. Dengan

demikian LRAIC atau AIC untuk transmisi merupakan hasil pembagian antara

rata-rata pertumbuhan biaya investasi yang telah didiskontukan dengan rata-rata

pertumbuhan beban pada transmisi yang telah didiskontukan.

Tabel 4.14. Proyeksi LRAIC pada suplai tegangan tinggi

Proyeksi LRAIC pada Suplai Tegangan Tinggi


Asumsi setiap tahun biaya meningkat 2%
Komulatif Beban puncak Komulatif Biaya investasi
No. Tahun Jumlah Didiskontokan Biaya investasi Didiskontokan
(MW) (MW) (Juta $USD) (Juta $USD)

2012 0 0 315 315,00


1 2013 60,76 53,77 2,50 2,21
2 2014 65,32 51,15 2,55 2,00
3 2015 70,22 48,66 2,60 1,80
4 2016 75,48 46,29 2,65 1,63
5 2017 81,14 44,04 2,71 1,47
6 2018 87,23 41,90 2,76 1,33
7 2019 93,77 39,86 2,82 1,20
8 2020 100,80 37,92 2,87 1,08
9 2021 108,36 36,07 2,93 0,98
10 2022 116,49 34,32 2,99 0,88
11 2023 125,23 32,65 3,05 0,79
12 2024 134,62 31,06 3,11 0,72
13 2025 144,72 29,55 3,17 0,65
14 2026 155,57 28,11 3,23 0,58
15 2027 167,24 26,74 3,30 0,53
16 2028 179,78 25,44 3,36 0,48
Jumlah 1766,73 607,52 361,60 333,31
Rata-rata 110,42 37,97 21,27 19,61
Average incremental capacity cost /kW $516,37

Untuk perkiraan biaya operasi dan perawatan (O&M) dengan data asumsi

yang berdasarkan pada hasil wawancara pada lampiran F, bahwa 3,5% dari jumlah

75
biaya investasi tahunan pada transmisi tegangan tinggi, sehingga biaya O&M

pada jaringan TT sebesar $38,50/kW/tahun.

Dengan menggunakan persamaan 2.9, maka dapat diperoleh AIC untuk

transmisi sebesar $516,37/kW.

b. Menentukan biaya marjinal TM (MV capacity cost)

Biaya marjinal kapasitas untuk tegangan menengah merupakan LRMC

dari pembangkit, transmisi tegangan tinggi dan distribusi tegangan menengh serta

kerugian pada transmisi tegangan tinggi dan menengah. Biaya ini dibebankan ke

konsumen berdasarkan perhitungan LRMC untuk distribusi tegangan menengah.

Tabel 4.15. Proyeksi LRAIC pada suplai tegangan menegah


Proyeksi LRAIC pada Suplai Tegangan Menengah
Asumsi setiap tahun biaya meningkat 3%
Komulatif Beban puncak Komulatif Biaya investasi
No. Tahun Jumlah Didiskontokan Biaya investasi Didiskontokan
(MW) (MW) (Juta $USD) (Juta $USD)
1 2012 0 0 115 115,00
2 2013 58,33 51,62 30,00 26,55
3 2014 62,70 49,11 30,90 24,20
4 2015 67,41 46,72 31,83 22,06
5 2016 72,46 44,44 32,78 20,11
6 2017 77,90 42,28 33,77 18,33
7 2018 83,74 40,22 34,78 16,70
8 2019 90,02 38,26 35,82 15,23
9 2020 96,77 36,40 36,90 13,88
10 2021 104,03 34,63 38,00 12,65
11 2022 111,83 32,94 39,14 11,53
12 2023 120,22 31,34 40,32 10,51
13 2024 129,24 29,82 41,53 9,58
14 2025 138,93 28,36 42,77 8,73
15 2026 149,35 26,98 44,06 7,96
16 2027 160,55 25,67 45,38 7,26
17 2028 172,59 24,42 46,74 6,61
Jumlah 1696,06 583,22 719,71 346,88
Rata-rata 106,00 36,45 42,34 20,40
Average incremental capacity cost /kW $559,78

76
Penambahan biaya rata-rata jangka panjang (LRAIC) pada jaringan

distribusi TM merupakan penjumlahan biaya investasi tahun sebelumnya dan

keseluruhan biaya yang diproyeksi pada periode 2013 2028. Sehingga, LRAIC

pada distribusi TM adalah pembagian antara total biaya investasi pada jaringan

distribusi TM dengan pertumbuhan beban pada sidtribusi TM yang telah

didiskontukan. Dengan menggunakan persamaan 2.9, maka dapat diperoleh

LRAIC untuk kapasitas jaringan distribusi TM sebesar $559,78/kW, seperti

terdapat pada tabel 4.15.

Gambar 4.5. Pengembangan jaringan TM & TR


(EDTL, 2012)

c. Menentukan biaya marjinal TR (LV capacity cost)

Biaya marjinal kapasitas untuk tegangan rendah yaitu terdiri dari

perhitungan LRMC pada pembangkit, transmisi tegangan tinggi, distribusi

tegangan menengah dan tergangan rendah. Ditambah dengan kerugian pada

77
transmisi tegangan tinggi, distribusi tegangan menengah dan distribusi tegangan

rendah. Semua biaya dibebankan kepada konsumen berdasarkan atas perhitungan

LRMC pada distribusi tegangan rendah.

Perkiraan pertumbuhan biaya investasi pada distribusi TR kemudian

didiskontukan, sehingga rata-rata pertumbuhan biaya investasi yang sudah

didiskontukan digunakan untuk menentukan biaya marjinal distribusi TR. Biaya

investasi yang didiskontukan diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.8,

seperti terdapat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16. Proyeksi LRAIC pada suplai tegangan TR


Proyeksi LRAIC pada Suplai Tegangan Rendah
Asumsi setiap tahun biaya meningkat rata-rata 5%
Komulatif Beban puncak Komulatif Biaya investasi
No. Tahun Jumlah Didiskontokan Biaya investasi Didiskontokan
(MW) (MW) (Juta $USD) (Juta USD)
2012 0 0 85 85,00
1 2013 43,16 38,20 25,00 22,12
2 2014 46,40 36,34 26,25 20,56
3 2015 49,88 34,57 27,56 19,10
4 2016 53,62 32,89 28,94 17,75
5 2017 57,64 31,29 30,39 16,49
6 2018 61,97 29,76 31,91 15,33
7 2019 66,61 28,32 33,50 14,24
8 2020 71,61 26,94 35,18 13,23
9 2021 76,98 25,63 36,94 12,30
10 2022 82,76 24,38 38,78 11,43
11 2023 88,96 23,19 40,72 10,62
12 2024 95,63 22,06 42,76 9,86
13 2025 102,81 20,99 44,90 9,17
14 2026 110,52 19,97 47,14 8,52
15 2027 118,81 19,00 49,50 7,91
16 2028 127,72 18,07 51,97 7,35
Jumlah 1255,09 431,58 676,44 300,98
Rata-rata 78,44 26,97 39,79 17,70
Average incremental capacity cost /kW $656,36

78
Hal serupa dengan pertumbuhan beban pada distribusi TR yang

merupakan penjumlahan dari pertumbuhan beban pada distribusi TR pada

periode atau tahun diadakan penelitian sampai akhir tahun yang ditentukan yaitu

dari tahun 2013 sampai dengan 2028. Petumbuhan beban yang didiskontukan

diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.6, seperti pada tabel 4.16. Dengan

demikian LRAIC atau AIC untuk distribusi TR merupakan hasil pembagian antara

rata-rata pertumbuhan biaya investasi yang telah didiskontukan dengan rata-rata

pertumbuhan beban pada distribusi TR yang telah didiskontukan. Dengan

menggunakan persamaan 2.9, maka dapat diperoleh AIC untuk distribusi TR

sebesar $656,36/kW.

Tabel 4.17. Ringkasan AIC berdasarkan suplai tegangan

Tegangan Suplai TT TM TR Jumlah


AIC ($/kW) 516,37 559,78 656,36 $1.732,51

Dengan memperoleh nilai AIC pada tiap-tiap suplai tegangan, maka

selanjutnya dapat dihitung AIC tahunan. Dengan mengacu pada asumsi data

umum bahwa suku bunga 13% dan umur ekonomis untuk jaringan TT 30 tahun

sedangkan jaringan distribusi 25 dan 20 tahun. Selain itu biaya O&M tetap dari

nilai aset pada jaringan TT sebesar 3,5%, TM 4% dan TR 4,5% pada lampiran F,

maka dengan menggunakan persamaan 2.10, dapat diperoleh biaya marjinal untuk

tiap-tiap suplai tegangan seperti diperlihatkan pada tabel 4.18. Yang meliputi

biaya marjinal untuk transmisi tegangan tinggi $7,25/kW/bulan, dan distribusi

tegangan menengah sebesar $8,23/kW/bulan serta untuk distribusi tegangan

rendah $10,25/kW/bulan.

79
Tabel 4.18. Biaya marjinal berdasarkan suplai tegangan (Marginal network
capacity cost by delivery voltage)
TT TM TR
Capital cost pertahun ($/kW/Thn) $68,89 $76,37 $93,44
O&M Cost pertahun ($/kW/Thn) $18,07 $22,39 $29,54
Total Capaital cost pertahun ($/kW/Thn) $86,96 $98,76 $122,97
Total Capaital cost perbulan ($/kW/bln) $7,25 $8,23 $10,25
Sedangkan untuk mengakumulasi kerugian yang terjadi pada masing-

masing suplai tegangan maka biaya marginal T&D dikalikan dengan faktor

pengali (multiplier factor). Sehingga akan terjadi peningkatan biaya marjinal pada

sistem jaringan sebagai akumulasi terhadap kerugian yang terjadi pada jaringan

tersebut. Seperti diperlihatkan pada tabel 4.19.

Tabel 4.19. Summary network capacity cost by voltage level perbulan


Faktor rugi
Keterangan TT TM TR Total
jaringan
Busbar 0 0%
TT $7,25 $7,25 2%
TM $7,54 $8,23 $15,77 4%
TR $7,99 $8,72 $10,25 $26,96 6%

Meningkatnya biaya marjinal setelah menggunakan faktor pengali untuk

menutupi kerugian pada jaringan terjadi pada distribusi tegangan menengah

menjadi $15,77/kW/bulan dan tegangan rendah sebesar $26,96/kW/bulan.

4.3.3 Menentukan biaya marjinal energi

Marginal energy cost adalah biaya untuk memasok energi (kWh)

tambahan. Faktor penentu dari long run marginal energy cost yaitu terdiri dari

biaya pengoperasian pembangkit seperti biaya bahan bakar dan biaya variabel

pengoperasian dan perawatan (cost of O&M) dari pembangkit tersebut serta

80
kerugian energi. Sehingga biaya atau long run marginal energy cost adalah biaya

yang digunakan untuk pengoperasian pembangkit dalam rangka memenuhi

permintaan energi tambahan akibat beban puncak.

Berdasarkan perolehan data melalui wawancara dengan pihak EDTL yang

dirangkum pada lampiran F, bahwa nilai heat rate pembangkit mencapai 9060

KJ/kWh dengan SFC untuk beban puncak 0,2505 liter/kWh dan luar waktu beban

puncak 0,2355 liter/kWh.

Dari data-data tersebut, dengan menggunakan persamaan 2.12 dan 2.13,

maka diperoleh besarnya beban biaya untuk energi pada waktu beban puncak

sebesar $0,262/kWh dan untuk luar waktu beban puncak sebesar $0,246/kWh.

Seperti tertera pada tabel 4.20.

Tabel 4.20. LRMC untuk energi

Biaya Energi
WBP LWBP
Marginal Unit PLTD PLTD
Fuel HSD HSD
Specific Fuel Consumption (liter/kWh) 0,2505 0,2355
Financial Cost of Fuel ($/liter) $1,00 $1,00
Variable O&M (% of Fuel Cost) 2,50% 2,50%
Station Use (% of Gross Generation) 2,00% 2,00%

Fuel Cost (US$/kWh) $0,251 $0,236


Variable O&M (US$/kWh) $0,006 $0,006
Sub Total $0,257 $0,241
Station Use (US$/kWh) $0,005 $0,005
Marginal Energy Cost (US$/kWh) $0,262 $0,246
% Generation Operates 100,00% 100,00%
Total Marginal Energy Cost (US$/kWh) $0,262 $0,246

81
Sama hal seperti pada LRMC untuk biaya kapasitas, maka pada LRMC

untik biaya energi juga menggunakan faktor pengali untuk mengakumulasi

kerugian yang terjadi dari busbar sampai kepada distribusi TR, seperti ditunjukan

pada tabel 4.21.

Tabel 4.21. Marginal energy cost


Marginal Energy Cost (US$/kWh Faktor Rugi Jaringan
WBP LWBP WBP LWBP
Busbar $0,262 $0,246 0,0% 0,0%
TT $0,267 $0,250 2,0% 1,5%
TM $0,278 $0,259 4,0% 3,5%
TR $0,294 $0,272 6,0% 5,0%

Meningkatnya biaya marjinal setelah menggunakan faktor pengali untuk

menutupi kerugian pada transmisi tegangan tinggi pada waktu beban puncak

menjadi $0,267/kWh dan untuk distribusi tegangan menengah menjadi

$0,278/kWh serta distribusi tegangan rendah menjadi $0,294/kWh. Sedangkan

pada saat luar waktu beban puncak (LWBP) untuk transmisi tegangan tinggi

meningkat menjadi $250/kWh, distribusi tegangan menengah meningkat menjadi

$0,259/kWh dan distribusi tegangan rendah bertambah menjadi $0,272/kWh.

4.3.4 Analisis hasil LRMC

Hasil dari pada perhitungan LRMC untuk pembangkit dan jaringan baik

jaringan transmisi maupun distribusi digunakan untuk menentukan biaya pada

tiap-tiap kategori pelanggan.

a. Hasil berdasarkan level tegangan

Langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu bahwa biaya marjinal untuk

pembangkit dan jaringan serta biaya energi harus dikalikan dengan faktor

82
kerugian sebagai faktor pengali pada masing-masing suplai tegangan (multiplier

factor).

Gamnbar 4.6. Diagram ilustrasi penentuan marginal capacity cost

Tabel 4.22. Total Maginal capacity cost untuk pembangkit dan jaringan
Keterangan Jaringan Total Marginal Faktor
Pembangkit TT TM TR Jumlah Capacity Cost kerugian
Busbar $24,40 $0,00 $24,40 0%
TT $24,89 $7,25 $7,25 $32,14 2%
TM $25,89 $7,54 $8,23 $15,77 $41,65 4%
TR $27,44 $7,99 $8,72 $10,25 $26,96 $54,40 6%

Biaya marjinal pembangkit akan meningkat pada level tegangan sebagai

akumulasi kerugian yang terjadi pada sistem transmisi dan distribusi. Hal ini

mengingat suplai daya yang didistribusikan ke TR sudah termasuk beban biaya

kapasitas pembangkit yang dibebankan akibat kerugian dari busbar sampai pada

distribusi TR. Selain itu, biaya investasi sebagai akumulasi semua kerugian dari

suplai tegangan tinggi ke tegangan rendah. Besarnya biaya marjinal kapasitas

pembangkit dan T&D untuk transmisi tegangan tinggi menjadi $32,14/kW,

83
distribusi tegangan menengah $41,40/kW serta untuk distribusi tegangan rendah

menjadi $54,40. Hal ini, seperti diperlihatkan pada tabel 4.22, yang merupakan

pengaturan dari nilai LRMC berdasarkan level suplai tegangan. Sedangkan total

marginal capacity cost dan marginal energy cost seperti dirangkum pada

tabel 4.23.

Tabel 4.23. Ringkasan marginal capacity cost dan energy cost

Ringkasan Marginal Costs dalam tegangan


Marginal Capacity Marginal Energy
Voltage Level (US$/kW/bulan) (US$/kWh/bulan)
Pembangkit Jaringan Total WBP LWBP
Busbar 24,40 0,00 24,40 0,262 0,246
TT 24,89 7,25 32,14 0,267 0,250
TM 25,89 15,77 41,65 0,278 0,259
TR 27,44 26,96 54,40 0,294 0,272

b. Hasil berdasarkan kategori pelanggan

Hasil daripada nilai LRMC ini akan digunakan untuk menentukan besarnya

biaya yang akan dikenakan kepada pelanggan. Penentuan hasil LRMC pada

kategori pelanggan dengan memperhatikan karakteristik beban untuk tiap-tiap

kategori pelanggan; seperti:

4. Pengalokasian energi untuk tiap-tiap kategori pelanggan berdasarkan

waktu beban puncak (WBP) dan waktu luar beban puncak (WLBP).

5. Class load factor (LF) untuk tiap-tiap kategori pelanggan, penentuan

LF biasanya berdasarkan data beban rata-rata dan data beban puncak

untuk tiap-tiap level suplai tegangan serta untuk tiap kategori

pelanggan. Nilai LF bervariasi berdasarkan tegangan suplai dan kategori

84
pelanggan. Dari kurva beban yang diwakili oleh empat feeder yang

diantaranya feeder-1 untuk pelanggan rumah tangga, feeder-6 untuk

bisnis dan perkantoran, feeder-3 untuk bisnis dengan tegangan suplai

TM dan feeder-4 untuk pelanggan industri dengan suplai TM. Dengan

demikian diperoleh nilai LF untuk kategori pelanggan rumah tangga

54%, bisnis dengan suplai TR 67%, bisnis dengan suplai TM 82% dan

kategori pelanggan industri 76%.

6. Coincidence factor (CF), yang merupakan penjumlahan beban puncak

tiap kategori pelanggan pada waktu beban puncak terhadap sistem

akibat meningkatnya permintaan beban. Dalam studi ini hanya

menganalisa secara group atau per kategori pelangga dan mengabaikan

pemakaian individu atau kelompok dalam tiap-tiap kategori pelanggan.

Penggunaan coincidence factor dimaksudkan untuk memperoleh total

marginal capacity cost per bulan pada tiap-tiap kategori pelanggan.

Sedangkan load factor digunakan untuk mengekspresikan (mengubah)

beban biaya (capacity cost) ke dalam kWh.

Tabel 4.24. Marginal cost perbulan per kategori pelanggan

Teg. Peak Total Marginal cost per bulan


Konsumer CF LF energy Capacity Capacity Energy Total
Suplai
share ($/kW) ($/kWh) ($/kWh) ($/kWh)
Rumah
Tangga TR 0,98 0,54 0,12 53,53 0,137 0,274 0,41
Bisnis TR 0,92 0,66 0,17 50,17 0,103 0,275 0,38
Bisnis TM 0,97 0,73 0,29 40,31 0,076 0,264 0,34
Industri TM 0,99 0,82 0,25 41,23 0,069 0,263 0,33
Industri TT 1,00 0,82 0,29 32,14 0,054 0,255 0,31
Rata-rata 0,97 0,71 0,22 43,47 0,088 0,266 0,35

85
4.4 Struktur dan Desain Tarif

Untuk membahas struktur tarif di Timor Leste maka bagian ini menyajikan

rekomendasi mengenai struktur tarif berdasarkan perhitungan hasil penelitian.

Yang terdiri dari tinjauan atau evaluasi eksisting tarif, penentuan pendapatan

berdasarkan kategori pelanggan guna merestrukturisasi tarif dan desain tarif

sebagai alternatif pengganti eksisting tarif.

4.4.1 Tinjauan eksisting tarif

Tarif listrik yang berlaku di Timor Leste sampai tahun 2013 hanya

berdasarkan pada keputusan pemerintah. Keputusan ini merupakan suatu

kebijakan pemerintah serta tidak berdasarkan pada suatu perhitungan nilai

keekonomian dari penyediaan dan pemanfaatan energi listrik di Timor Leste.

Kebijakan ini memberikan tarif yang serendah-rendahnya terutama kepada

pelanggan kategori rumah tangga, mengingat kondisi dan pendapatan masyarakat

yang sangat rendah.

Tabel 4.25. Eksisting Tarif tiap golongan konsumen


Golongan Energi Tarif
Konsumen konsumsi ($/KWh) Keterangan
(KWh)
0 - 300 $0,12 Termasuk: gereja, LSM lokal dan
Rumah Tangga
> 300 $0,14 lembaga sosial lainnya
< 1000 $0,15 Kelas bawah
Bisnis dan 1001 - 3600 $0,20 Kelas menengah
perkantoran Usaha kelas atas (perusahaan), dan
> 3600 $0,24 pemerintahan serta kedutaan
- -
Industri $0,24
-
Umum - Belum di terapkan

(Journal da RDTL, 2010)

86
Pada eksisting tarif terdiri dari dua kelas kategori pelanggan berupa

kategori rumah tangga dan bisnis. Kategori bisnis terdiri dari pelanggan dengan

menggunakan suplai tegangan rendah dan suplai tegangan menengah. Eksisting

tarif berdasarkan kategori pelanggan seperti diperlihatkan pada tabel 4.22.

Tarif yang ditetapkan selama ini untuk semua daerah di Timor Leste

adalah sama (uniform tariffs) demi keadilan dan pemerataan untuk semua

pelanggan.

Perbandingan eksisting tarif 2012 dengan hasil LRMC ($/kWh)


0,45
0,40
0,35
Tarif ($/kWh)

0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
Bisnis berskala Bisnis berskala
Rumah Tangga Bisnis berskala kecil
menengah besar
Ekst. tarif 0,12 0,15 0,20 0,24
Hasil LRMC 0,41 0,38 0,34 0,33

Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Eksisting tarif dan hasil LRMC

Dari grafik 4.7. dapat diketahui bahwa besarnya eksisting tarif untuk rumah

tangga yang paling terendah sebaliknya hasil LRMC menunjukan tarif untuk

kategori bisnis dan industri yang termurah. Hal ini mengingat eksisting tarif

ditetapkan berdasarkan keputusan pemerintah dengan mempertimbangkan kondisi

ekonomi atau pendapatan masyarakat. Karena sebagian besar masyarakat hanya

bekerja sebagai petani dan memiliki pendapatan yang sangat rendah.

87
Sedangkan hasil LRMC berdasarkan alokasi biaya pasokan energi yang di

pengaruhi oleh karakteristik beban, jenis suplai tegangan serta kerugian yang

dibebankan ke pelanggan. Mengingat pelanggan kategori rumah tangga

menggunakan suplai tegangan TR, maka alokasi marginal capacity cost dan

marginal energy cost tentunya lebih besar dari pelanggan kategori bisnis dan

industri yang menggunakan suplai tegangan TM.

Energi yang dibangkitkan (MWh) - 2012


35000
30000
25000
MWh

20000
15000
10000
5000
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Bulan

Gambar 4.8. Grafik Energi yang dibangkitkan bulanan - 2012

Gambar 4.8. menunjukan energi yang dibangkitkan setiap bulan dari

PLTD hera pada tahun 2012. Sedangkan penjualan energi untuk tahun 2012 serta

proyeksi penjualan tahun 2013 dan 2014, seperti diperlihatkan pada tabel 4.26.

Berdasarkan data yang diperoleh dari EDTL bahwa pertumbuhan beban sebesar

7,5%, maka untuk proyeksi penjualan energi pada tahun 2013 dan 2014

diasumsikan akan meningkat rata-rata 7,5%. Hal ini dikarenakan akan terjadi

peningkatan pelanggan, karena semua pedesaan akan terjangkau jaringan

distribusi. Selain itu perubahan gaya hidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi

88
(GDP), bertambahnya usaha atau bisnis di berbagai sektor di masa yang akan

datang.

Tabel 4.26. Proyeksi penjualan per kategori pelanggan


2012 2013 2014
Kategori Asumsi meningkat
Jumlah Persentase Asumsi meningkat 7,5%
Pelanggan 7,5%
Jumlah Jumlah
MWh % % %
MWh MWh
Rumah Tangga 151850 51,06% 163239 51,06% 175482 51,06%
Bisnis berskala
kecil 40785 13,71% 43844 13,71% 47132 13,71%
Bisnis berskala
menengah 70577 23,73% 75870 23,73% 81561 23,73%
Bisnis berskala
besar 34205 11,50% 36770 11,50% 39528 11,50%
Jumlah 297417 100,00% 319723 100,00% 343703 100,00%

Untuk mengetahui pendapatan 2012, sebagai perbandingan maka

diadakan perhitungan atas penjualan dan pendapatan, bagi tiap-tiap kategori

pelanggan dengan menggunakan eksisting tarif dan hasil perhitungan LRMC.

Dapat diketahui bahwa sekitar 88,5% dari seluruh penjualan energi listrik dijual

melalui suplai tegangan rendah dan sisanya melalui suplai tegangan menengah.

Dan 51,06% dari seluruhnya diperuntukan kepada pelanggan rumah tangga dan

sisanya untuk kategori bisnis dan perkantoran.

Tabel 4.27. Penjualan dan pendapatan berdasarkan kategori pelanggan 2012


Eksisting
Penjualan Pendapatan
Kategori Pelanggan Tarif
MWh % Juta dolar % $/kWh
Rumah Tangga 151850 51,06% 18,22 39,0% 0,12
Bisnis berskala kecil 40785 13,71% 6,12 13,1% 0,15
Bisnis berskala menengah 70577 23,73% 14,12 30,2% 0,20
Bisnis berskala besar 34205 11,50% 8,21 17,6% 0,24

Jumlah 297417 100,00% 46,66 100,0%


Rata-rata 0,18

89
160 151,85

140

120

100

80 70,577
Penjualan (GWh) - 2012

60 Pendapatan - Juta dolar


40,785
40 34,205
18,22 14,12
20 8,21
6,12
0
Rumah Tangga Bisnis berskala Bisnis berskala Bisnis berskala
kecil menengah besar

Gambar 4.9. Grafik Penjualan & Pendapatan 2012 menggunakan eksisting tarif

Dari tabel 4.27. dapat memberikan gambaran bahwa alokasi pendapatan

untuk tiap-tiap kategori pelanggan dengan menggunakan eksisting tarif dari

penjualan energi tahun 2012 diperoleh total pendapatan sebesar 46,66 juta $USD.

Sedangkan jika digunakan alokasi tarif hasil LRMC perhitungan dalam studi ini,

maka diperoleh pendapatan sebesar 113,29 juta $USD seperti tabel 4.28.

Tabel 4.28. Perbandingan pendapatan 2012 menggunakan eksisting tarif dan LRMC
Eksisting Tarif Hasil LRMC
Kategori Penjualan
Tarif Pendapatan LRMC Pendapatan Meningkat
Pelanggan
MWh $/kWh Juta dolar $/kWh Juta $USD %
Rumah Tangga 151850 0,12 18,22 0,41 62,46 242,8%
Bisnis berskala
kecil 40785 0,15 6,12 0,38 15,46 152,6%
Bisnis berskala
menengah 70577 0,20 14,12 0,34 24,01 70,1%
Bisnis berskala
besar 34205 0,24 8,21 0,33 11,36 38,4%

Jumlah 297417 46,66 113,29


Rata-rata 0,18 11,67 0,37 28,32 126,0%

90
Perbandingan Pendapatan 2012 dengan hasil LRMC - (Juta US$)

70,00
60,00
50,00
Juta dolar

40,00
30,00
Eks. Tarif"
20,00
Hasil LRMC
10,00
0,00
Rumah Bisnis berskala Bisnis berskala Bisnis berskala
Tangga kecil menengah besar
Kategori Pelanggan

Gambar 4.10. Grafik perbandingan pendapatan 2012 dengan hasil LRMC

Dari sudut pandang pemanfaatn ekonomi keseluruhan secara efisiensi,

maka tarif harus ditetapkan seimbang dengan biaya pasokan energi. Dalam

prakteknya, pertimbangan lain juga harus diperhatikan. Ini berarti bahwa setiap

restrukturisasi tarif harus berusaha untuk menekan tarif selaras dengan biaya

pasokan yang sebenarnya. Hal ini sebagai titik awal untuk mengetahui implikasi

efisiensi eksisting tarif berkenaan dengan biaya marjinal pasokan dan pendapatan.

Dari hasil perhitungan, tarif rata-rata untuk semua kategori pelanggan

dengan menggunakan eksisting tarif sebesar $0,18/kWh, sedangkan dengan

menggunakan hasil LRMC maka pasokan rata-rata diperoleh $0,37/kWh.

Dari tabel 4.28. dapat diketahui bahwa pendapatan per kategori pelanggan

dengan menggunakan eksisting tarif tidak sesuai atau sangat rendah dari nilai

biaya pasokan energi. Hal ini dilihat dari selisih antara rata-rata eksisting tarif

dengan hasil rata-rata LRMC pada sistem. Untuk itu memerlukan alokasi

tambahan atau subsidi guna memenuhi biaya pasokan akan energi listrik.

91
Tabel 4.29. Alokasi subsidi tak langsung berdasarkan kategori pelanggan 2012
Eksisting Hasil
Kategori Teg. Penjualan Subsidi
tarif LRMC
Pelanggan Suplai
Juta
MWh $/kWh $/kWh $/kWh (%)
Dolar
Rumah Tangga TR 151850 $0,12 $0,41 $0,29 44,24 66%
Bisnis berskala
kecil TR 40785 $0,15 $0,38 $0,23 9,34 14%
Bisnis berskala
menengah TR 70577 $0,20 $0,34 $0,14 9,90 15%
Bisnis berskala
besar TM 34205 $0,24 $0,33 $0,09 3,15 5%
Jumlah 297417 66,63 100%
Rata-rata $0,18 $0,37 $0,19 16,66 25%

Subsidi ini sebagai tambahan biaya akibat selisih antara biaya marjinal

yang sebenarnya dalam hasil perhitungan dengan metode LRMC dan eksisting

tarif. Jadi selama ini, alokasi subsidi secara tidak langsung oleh pemerintah

kepada semua kategori pelanggan rata-rata sebesar $0,19/kWh atau 16,66 juta

dolar berdasarkan penjualan tahun 2012, seperti diperlihatkan pada tabel 4.29.

Tabel 4.30. Proyeksi pendapatan 2013 (Juta US$)


Proyeksi Penjualan Proyeksi Pendapatan Hasil
Kategori Pelanggan 2013 2013 LRMC
MWh % Juta dolar % $/kWh
Rumah Tangga 163239 51,1% 67,14 55,1% 0,41
Bisnis berskala kecil 43844 13,7% 16,62 13,6% 0,38
Bisnis berskala
menengah 75870 23,7% 25,81 21,2% 0,34
Bisnis berskala besar 36770 11,5% 12,22 10,0% 0,33

Jumlah 319723 100,0% 121,79 100,0%


Rata-rata 30,45 0,37

Apabila pada tahun 2013 dan 2014, tarif yang dikenakan kepada

pelanggan dengan menggunakan hasil LRMC, maka proyeksi pendapatan seperti

diperlihatkan pada tabel 4.30 dan 4.31. Dimana perkiraan pendapatan rata-rara

92
untuk semua kategori pelanggan pada tahun 2013 sebesar 30,45 juta US$ dan

untuk 2014 sebesar 32,73 juta US$.

Proyeksi Penjualan & Pendapatan 2013


180,00
160,00
140,00
120,00
100,00
80,00
60,00 Penjualan - GWh
Pendapatan - Juta US$
40,00
20,00
0,00
Rumah Bisnis Bisnis Bisnis
Tangga berskala berskala berskala
kecil menengah besar
Kategori Pelanggan

Gambar 4.11. Grafik Proyeksi Penjualan & Pendapatan 2013

Tabel 4.31. Proyeksi Penjualan dan Pendapatan 2014


Proyeksi Penjualan Proyeksi Pendapatan Hasil
Kategori Pelanggan 2014 2014 LRMC
MWh % Juta dolar % $/kWh

Rumah Tangga 175482 51,1% 72,18 55,1% 0,41


Bisnis berskala kecil 47132 13,7% 17,86 13,6% 0,38
Bisnis berskala
menengah 81561 23,7% 27,75 21,2% 0,34
Bisnis berskala besar 39528 11,5% 13,13 10,0% 0,33

Jumlah 343703 100,0% 130,92 100,0%


Rata-rata 32,73 0,37

93
Proyeksi Penjualan dan Pendapatan 2014
200,00
180,00
160,00
140,00
120,00
100,00
80,00 (GWh)
60,00
Juta US$
40,00
20,00
0,00
Rumah Tangga Bisnis berskala Bisnis berskala Bisnis berskala
kecil menengah besar
Kategori Pelanggan

Gambar 4.12. Grafik Proyeksi Penjualan & Pendapatan 2014

Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang seimbang dengan subsidi per

kategori pelanggan maka perlu adanya analisis struktur tarif dan biaya pasokan

energi listrik dengan menggunakan biaya marjinal untuk tiap-tiap kategori

pelanggan yang berbeda. Analisis ini dengan menggunakan LRMC dalam

memasok energi listrik. Adapun penilaian atau untuk mengevaluasi tarif yang

sudah ada untuk tiap-tiap kategori pelanggan adalah sebagai berikut:

a. Tarif untuk pelanggan kategori Rumah Tangga

Tarif untuk kategori rumah tangga diperuntukan kepada pelanggan

tegangan rendah dengan konsumsi energi kurang dari 300 kWh/bulan. Struktur ini

memiliki dua blok yaitu blok diberikan 20 kWh dengan harga $0,05/kWh dan

blok yang kedua sampai dengan 300 kWh/bulan dengan harga $0,12/kWh. Dari

data yang diperoleh pada bagian pemasaran di EDTL, bahwa semua pelanggan

94
kategori rumah tangga mengkonsumsi lebih dari 20 kWh/bulan. Sehingga energi

20 kWh dengan harga $0,05 merupakan patokan awal (life line) yang ditetapkan

oleh pihak EDTL. Dengan demikian, semua pelanggan rumah tangga akan

mengkonsumsi blok pertama dengan harga yang murah. Pelanggan yang

mengkonsumsi lebih dari 20 kWh/bulan dikenakan harga $0,12/kWh. Jika

pelanggan mengkonsumsi 50 kWh/bulan, maka pelanggan tersebut dikenakan 20

kWh dengan harga $0,05/kWh ditambah 30 kWh dengan harga $0,12/kWh.

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian pemasaran EDTL Timor

Leste, bahwa semua pelanggan di kota Dili mengkonsumsi energi lebih dari 50

kWh/bulan. Rata-rata pelanggan mengkonsumsi energi antara 80 sampai 150

kWh/bulan.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini didesain untuk struktur tarif pada

pelanggan rumah tangga dibagi dalam tiga blok. Besarnya tarif tiap-tiap blok akan

berbeda, sesuai dengan penetapan jumlah energi pada blok yang ada.

Pengelompokan ini diperuntukan kepada pelanggan rumah tangga dengan

memperhatikan tingkat pendapatan, pengaruh sosial dan politik. Dengan

demikian, baik masyarakat yang memiliki pendapatan rendah maupun tinggi bisa

mengkonsumsi energi secara merata. Namun yang membedakan adalah

ketersedian energi tiap blok serta tarif pada masing-masing blok tersebut. Adapun

pembagian masing-masing blok adalah sebagai berikut:

1) Blok pertama 0 50 kWh/bulan, diperuntukan kepada pelanggan yang

memiliki pendapatan rendah (sesuai dengan upah minimum negara

Timor Leste yaitu sebesar $125/bulan).

95
2) Blok kedua 51 150 kWh/bulan, diperuntukan kepada pelanggan yang

memiliki pendapatan perkecukupan, seperti pegawai negeri sipil dan

swasta serta anggota kepolisian maupun militar.

3) Blok ketiga 151 300 kWh/bulan, diperuntukan kepada pelanggan

yang memiliki pendapatan besar, seperti rumah-rumah pejabat,

pengusaha dan lain-lain.

b. Tarif untuk pelanggan kategori Bisnis

Tarif untuk kategori bisnis diperuntukan kepada pelanggan tegangan

rendah dengan konsumsi energi lebih dari 300 kWh/bulan. Struktur ini memeliki

dua blok yaitu blok pertama sebagai pelanggan bisnis atau usaha kecil, dengan

pemakaian dibawah 1000 kWh/bulan dengan harga $0,15/kWh dan blok yang

kedua diperuntukan kepada pelanggan bisnis atau usaha kelas menengah dengan

pemakaian diatas 1000 kWh sampai dengan 3600 kWh/bulan dengan harga

$0,20/kWh. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak EDTL bagian pemasaran

bahwa semua pelanggan kategori usaha kecil rata-rata mengkonsumsi energi

berkisar antara 600 kWh sampai 800 kWh/bulan bahkan sebagian melebihi dari

1000 kWh/bulan. Sedangkan untuk kategori pelanggan usaha kelas menengah

rata-rata mengkonsumsi antara 2500 kWh sampai dengan 3500 kWh/bulan.

Jika dilihat dari eksisting tarif bahwa pelanggan usaha kecil dikenakan

tarif sebesar $0,15/kWh dan pelanggan kelas menengah dikenakan tarif

$0,20/kWh, maka sebagai perbandingan, bahwa hasil perhitungan LRMC dalam

penelitian ini untuk pelanggan bisnis dengan menggunakan suplai tegangan

rendah tarif sebesar $0,38/kWh. Dari data tersebut dengan melihat penjualan

96
energi tahun 2012, maka dapat disimpulkan bahwa alokasi subsidi dari

pemerintah secara tidak langsung kepada kategori pelanggan bisnis berskala

kecil sebesar 9,34 juta dolar dan pelanggan kategori bisnis berskala menengah

sebesar 9,90 juta dolar.

c. Kategori pelanggan bisnis dengan suplai tegangan menengah

Berdasarkan eksisting tarif bahwa pelanggan dengan mengkonsumsi

tegangan suplai 20 kV dianggap sebagai pelanggan kategori bisnis besar, dengan

konsumsi energi lebih dari 3600 kWh/bulan dengan harga $0,24/kWh. Tarif ini

diperuntukan kepada semua pelanggan yang mengkonsumsi suplai tegangan

menengah 20 kV.

Jika dilihat dari eksisting tarif bahwa kategori pelanggan ini dikenakan

tarif sebesar $0,24/kWh. Sebagai perbandingan, bahwa hasil perhitungan LRMC

dalam penelitian ini sebesar $0,33/kWh serta pendapatan diperkirakan sebesar

$0,09/kWh. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap tahun alokasi

biaya tambahan atau subsidi kepada kategori pelanggan usaha berskala besar

dengan jumlah 3,15 juta $USD.

d. Pelanggan dengan konsumsi suplai tetangan tinggi

Dalam penelitian tidak menganalisa tentang tarif yang dikenakan kepada

pelanggan yang akan mengkonsumsi tegangan suplai 150 kV. Hal ini mengingat

sampai sekarang belum ada industry atau konsumen yang menggunakan tegangan

150 kV.

97
4.4.2 Desain tarif berdasarkan kategori pelanggan

Salah satu tujuan penetapan besarnya tarif yaitu untuk menentukan

besarnya tarif yang akan dikenakan kepada tiap-tiap kategori pelanggan. Selain itu

untuk mengetahui pendapatan tiap kategori pelanggan berdasarkan tarif tersebut.

Untuk itu, setiap kategori pelanggan didesain tarif secara terpisah.

Dari hasil LRMC diketahui bahwa tarif untuk kategori rumah tangga lebih

tinggi dibandingkan dengan kategori pelanggan bisnis. Hal ini mengingat

pelanggan rumah tangga hanya sebagai konsumtif. Dengan demikian akan

mendorong masyarakat agar memakai energi seefektif dan seefisien mungkin

sesuai dengan kebutuhan.

Berbeda dengan pelanggan bisnis sebagai kategori produktif, dari hasil

LRMC tarifnya lebih rendah. Hal ini dimaksudkan untuk memberi peluang

kepada dunia bisnis dan industri untuk berkembang demi pertumbuhan ekonomi

di masa yang akan datang.

Namun, mengingat daya beli dan pendapatan masyarakat yang sangat

rendah, faktor politik serta pengaruh sosial yang sangat besar, maka dalam

penelitian ini akan didesain sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh semua

kelompok pelanggan.

Alokasi tarif untuk tiap blok pada kategori rumah tangga dalam desain

tarif, yaitu untuk blok pertama 20% dari hasil LRMC kategori rumah tangga,

blok kedua 36% dan blok ketiga 44% dari hasil LRMC kategori rumah tangga.

Sehingga tarif rata-rata untuk ketiga blok pada kategori rumah tangga sebesar

33,3%. Sedangkan untuk semua pelanggan kategori bisnis akan dinaikan sebesar

98
25% dari eksisting tarif. Sehingga kenaikan rata-rata menjadi 35,62% dari semua

kategori pelanggan.

a. Penentuan tarif untuk pelanggan rumah tangga

Berdasarkan struktur tarif, telah ditetapkan tiga blok tarif untuk pelanggan

rumah tangga. Keuntungan dengan menyediakan tiga blok ini yaitu dengan

memperhatikan pelanggan yang memiliki pendapatan rendah, sehingga para

pelanggan akan mengkonsumsi blok pertama dengan harga yang murah, namun

energi atau kWh yang ditetapkan dalam blok ini terbatas.

Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata pelanggan rumah

tangga mengkonsumsi lebih dari 50 kWh/bulan dan bahkan sebagian

mengkonsumsi melebihi dari batas yang ditetapkan pada blok kedua. Untuk itu,

dalam studi ini penulis merekomendasikan besarnya energi untuk pelanggan

rumah antara 0 - 300 kWh/bulan, meliputi tiga blok yang diantaranya sebagai

berikut:

1) Menambah blok pertama dari 0 - 50 kWh/bulan, apabila mengkonsumsi

lebih dari 50 kWh dalam sebulan, maka sisanya akan dikenakan tarif

pada blok kedua.

2) Blok kedua antara 51 150 kWh/bulan, jika pemakaian melebihi blok

kedua maka sisanya akan dikenakan tarif pada blok ketiga.

3) Membatasi blok ketiga antara 151 - 300 kWh/bulan, jika pelanggan

yang mengkonsumsi melebihi batas blok tersebut akan dikenakan

penalti. Sehingga pelanggan akan membayar tarif normal sesuai dengan

tarif pada blok pertama sampai blok ketiga yang telah ditetapkan

99
ditambah dengan biaya penalti yang dikenakan kepadanya akibat

pemakaian lebih.

Tabel 4.32. Desain tarif pelanggan rumah tangga


Eksisting Direkomendasikan
Blok Tarif Blok Tarif
kWh/bulan $/kWh kWh/bulan $/kWh
0 - 20 0,05 0 - 50 0,08
> 20 0,12 51 - 150 0,15
151 - 300 0,18
Rata-rata 0,09 0,14
(%) 60,78%

Tabel 4.33. Perubahan tagihan kategori rumah tangga


Blok Eksisting Tarif Direkomendasikan Perubahan
kWh/bulan $/kWh $/bulan $/kWh $/bulan ($) (%)
0 0 0,0 0 0,0 0,0 0,00%
20 0,05 1,0 0,08 1,6 0,6 60%
50 0,12 4,6 0,08 4,0 -0,6 -13%
75 0,12 7,6 0,15 7,8 0,2 2%
100 0,12 10,6 0,15 11,5 0,9 8%
150 0,12 16,6 0,15 19,0 2,4 14%
200 0,12 22,6 0,18 28,0 5,4 24%
250 0,12 28,6 0,18 37,0 8,4 29%
300 0,12 34,6 0,18 46,0 11,4 33%

b. Menentukan tarif untuk pelanggan kategori bisnis

Desain tarif untuk kategori bisnis yaitu dengan memperhatikan tingkat

atau kelas usaha. Untuk kategori kelas bisnis dengan menggunakan suplai

tegangan rendah dikelompokan menjadi dua diantaranya kelas bisnis berskala

kecil dan menengah. Sedangkan tegangan menengah dikonsumsi oleh pelanggan

kategori bisnis berskala besar.

100
1) Penentuan tarif untuk pelanggan bisnis berskala kecil sebesar

$0,19/kWh, seperti pada tabel 4.34. dengan batas energi untuk kategori

ini memcapai 1000/kWh/bulan.

Tabel 4.34. Desain tarif untuk pelanggan bisnis berskala kecil


Eksisting Direkomendasikan
Blok Tarif Blok Tarif
kWh/bulan $/kWh kWh/bulan $/kWh
> 300 $0,15 > 300 0,19

Tabel 4.35. Perubahan tagihan disebabkan tarif yang direkomendasikan

Blok Eksisting Tarif Direkomendasikan Perubahan

kWh/bulan $/kWh $/bulan $/kWh $/bulan ($) (%)


300 0,15 45,0 0,19 56,3 11 25%
400 0,15 60,0 0,19 75,0 15 25%
500 0,15 75,0 0,19 93,8 19 25%
600 0,15 90,0 0,19 112,5 23 25%
700 0,15 105,0 0,19 131,3 26 25%
800 0,15 120,0 0,19 150,0 30 25%
900 0,15 135,0 0,19 168,8 34 25%
1000 0,15 150,0 0,19 187,5 38 25%

2) Sedangkan penentuan tarif untuk pelanggan bisnis berskala menengah

sebesar $0,25/kWh, seperti diperlihatkan pada tabel 4.36. dengan batas

konsumsi energi sampai 3600 kWh dan bahkan melebihi.

101
Tabel 4.36. Desain tarif kategori bisnis berskala menengah
Eksisting Direkomendasikan
Blok Tarif Blok Tarif
kWh/bulan $/kWh kWh/bulan $/kWh
> 1000 $0,20 > 1000 0,25

Tabel 4.37. Perubahan tagihan pada kategori bisnis berskala menengah


Blok Eksisting Tarif Direkomendasikan Perubahan
kWh/bulan $/kWh $/bulan $/kWh $/bulan ($) (%)
1000 0,20 200,0 0,25 250,0 50 25%
1400 0,20 280,0 0,25 350,0 70 25%
1800 0,20 360,0 0,25 450,0 90 25%
2000 0,20 400,0 0,25 500,0 100 25%
2500 0,20 500,0 0,25 625,0 125 25%
3000 0,20 600,0 0,25 750,0 150 25%
3300 0,20 660,0 0,25 825,0 165 25%
3600 0,20 720,0 0,25 900,0 180 25%

c. Desain tarif untuk pelanggan kategori bisnis berskala besar

Desain tarif untuk kategori bisnis berskala besar dalam hal ini pelanggan

dengan suplai tegangan 20 kV. Desain tarif untuk kategori ini dengan mengacu

pada biaya LRMC. Dalam desain tarif untuk kategori ini tidak memperhitungkan

biaya beban dasar (demand charge) maupun biaya administrasi lainnya (basic

charge). Desain tarif sebesar $,30/kWh dengan pemakaian energi lebih dari 3600

kWh/bulan. Seperti ditunjukan pada tabel 4.38.

Tabel 4.38. Desain tarif kategori bisnis berskala besar


Eksisting Direkomendasikan
Blok Tarif Blok Tarif
kWh/bulan $/kWh kWh/bulan $/kWh
> 3600 $0,24 > 3600 0,30

102
Tabel 4.39. Perubahan tagihan pada pelanggan bisnis berskala besar

Blok Eksisting Tarif Direkomendasikan Perubahan


kWh/bulan $/kWh $/bulan $/kWh $/bulan ($) (%)
3600 0,24 864,0 0,30 1080,0 216 25%
4000 0,24 960,0 0,30 1200,0 240 25%
4500 0,24 1080,0 0,30 1350,0 270 25%
5000 0,24 1200,0 0,30 1500,0 300 25%
5500 0,24 1320,0 0,30 1650,0 330 25%
6000 0,24 1440,0 0,30 1800,0 360 25%
6500 0,24 1560,0 0,30 1950,0 390 25%
7000 0,24 1680,0 0,30 2100,0 420 25%

Sesuai dengan prinsip ekonomi bahwa tarif yang ditetapkan kepada tiap-

tiap kategori pelanggan harus sebandingan dengan biaya yang disediakan untuk

memasok energi ke tiap kategori pelanggan tersebut. Maka tarif yang wajar adalah

alokasi tarif kepada tiap-tiap kategori pelanggan berdasarkan hasil LRMC.

Namun, jika ditetapkan sepenuhnya berdasarkan hasil LRMC, maka akan

memberatkan sebagian pelanggan jika dilihat dari segi sosio-ekonomi dan politik.

Oleh karena itu, alokasi tarif untuk tiap-tiap kategori pelanggan tidak sepenuhnya

menggunakan hasil LRMC. Sehingga sisa dari hasil LRMC merupakan subsidi

secara tidak langsung dari pemerintah kepada tiap-tiap kategori pelanggan, seperti

ditunjukan pada tabel 4.41.

Dengan demikian, alokasi tarif untuk tiap blok pada kategori rumah

tangga dalam desain tarif, yaitu untuk blok pertama 20% dari hasil LRMC

kategori rumah tangga dan diperoleh $0,08/kWh, blok kedua 36% dari hasil

LRMC kategori rumah tangga diperoleh sebesar $0,15/kWh dan blok ketiga 44%

103
dari hasil LRMC kategori rumah tangga, maka diperoleh sebesar $0,18/kWh.

Sehingga tarif rata-rata untuk ketiga blok pada kategori rumah tangga sebesar

33,3%. Sedangkan untuk semua pelanggan kategori bisnis akan dinaikan sebesar

25% dari eksisting tarif. Sehingga kenaikan rata-rata menjadi 35,62% dari semua

kategori pelanggan. Seperti pada tabel 4.40.

Tabel 4.40. Tarif rata-rata yang direkomendasikan

Eksisting Direkomen-
Kategori Blok LRMC Meningkat
Tarif dasikan
Pelanggan
kWh/bln $/kWh $/kWh $/kWh $/kWh %
Rumah Tangga
(Blok-1)
0 - 50 0,05 0,08 0,03 64,5%
Rumah Tangga
(Blok -2)
51 - 150 0,12 0,15 0,41 0,03 23,4%
Rumah Tangga
(Blokk-3)
151 - 300 0,12 0,18 0,06 50,8%
Bisnis B. Kecil < 1000 0,15 0,19 0,38 0,04 25,0%
Bisnis B.
Menengah
< 3600 0,20 0,25 0,34 0,05 25,0%
Bisnis B. Besar > 3600 0,24 0,30 0,33 0,06 25,0%
Rata-rata 0,15 0,19 0,37 0,04 35,62%

0,45
0,40
0,35
0,30
0,25
0,20 Eksist. Tarif

0,15 Tarif rekomen


Hasil LRMC
0,10
0,05
0,00
Rumah Rumah Rumah Bisnis B. Bisnis B. Bisnis B.
Tangga Tangga Tangga Kecil Menengah Besar
(Blok-1) (Blok -2) (Blokk-3)

Gambar 4.13. Grafik perbandingan Eks. Tarif, rekomendasi dan hasil LRMC

104
Dari gambar 4.13, dapat disimpulkan bahwa tarif rata-rata yang

rekomendasikan lebih besar daripada rata-rata eksisting tarif namun lebih kecil

dari rata-rata hasil LMRC. Tarif rata-rata yang direkomendasikan untuk semua

kategori pelanggan mencapai $0,19/kWh dengan meningkat rata-rata $0,04/kWh

atau 32,64% jika dibandingkan dengan eksisting tarif.

Sedangkan tarif rata-rata yang direkomendasikan lebih rendah $0,18/kWh

apabila dibandingkan dengan rata-rata hasil LRMC. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa, dengan menggunakan tarif rata-rata yang direkomendasikan maka subsidi

tidak langsung oleh pemerintah kepada semua kategori pelanggan akan menurun.

Apabila menggunakan tarif yang direkomendasikan maka subsidi tidak langsung

oleh pemerintah akan menurun menjadi $0,19/kWh atau 26,10% jika

dibandingkan dengan menggunakan eksisting tarif yang mencapai $0,23/kWh,

seperti ditunjukan pada tabel 4.41.

Tabel 4.41. Subsidi tidak langsung berdasarkan rekomendasi tarif


Eks.
Blok Rekomen LRMC subsidi ($/kWh)
Kategori Tarif
Pelanggan Eks.
kWh/bln $/kWh $/kWh $/kWh Rekomen (%)
Tarif
Rumah Tangga
0 - 50 0,05 0,08 0,36 0,33 -8,9%
(Blok-1)
Rumah Tangga
51 - 150 0,12 0,15 0,41 0,29 0,26 -9,6%
(Blok-2)
Rumah Tangga
151 - 300 0,12 0,18 0,29 0,23 -20,9%
(Blok-3)
Bisnis B. Kecil < 1600 0,15 0,19 0,38 0,23 0,19 -16,4%
Bisnis B.
< 3600 0,20 0,25 0,34 0,14 0,09 -35,7%
Menengah
Bisnis B. Besar > 3600 0,24 0,30 0,33 0,09 0,03 -65,0%

Rata-rata 0,37 0,23 0,19 -26,1%

105
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari pembahasan dan hasil perhitungan dalam penelitian ini maka dapat

disimpulkan bahwa:

a. Besarnya tarif listrik yang wajar berdasarkan perhitungan dengan

menggunakan metode LRMC adalah sebagai berikut:

1) Tarif yang dikenakan untuk kategori pelanggan rumah tangga sebesar

$0,41/kWh.

2) Untuk kategori pelenggan bisnis berskala kecil dan menengah masing-

masing $0,38/kWh dan $0,34/kWh.

3) Sedangkan untuk kategori pelanggan bisnis berskala besar atau

industry dengan menggunakan tegangan suplai 20 kV sebesar

$0,33/kWh.

4) Besarnya tarif rata-rata untuk semua kategori pelanggan berdasarkan

hasil LRMC sebesar $0,37/kWh.

b. Besarnya tarif listrik rata-rata yang direkomendasikan untuk semua

kategori pelanggan yaitu sebesar $,19/kWh.

c. Apabila menggunakan tarif yand direkomendasikan, maka EDTL akan

memperoleh peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 26,67% dari energi

yang dikonsumsi oleh pelanggan jika dibandingkan dengan eksisting tarif

2012.

106
5.2. Saran

a. Disarankan agar penyusunan tarif harus berbasis pada biaya marjinal

jangka panjang (LRMC), sehingga bisa menekankan keseimbangan antara

kebutuhan biaya, pasokan serta harga yang stabil dari waktu ke waktu.

b. Dalam penelitian ini peneliti hanya menganalisa menggunakan metode

long run marginal cost (LMRC) untuk itu diharapkan kepada peneliti di

masa yang akan datang untuk menganalisa dengan menggunakan metode

lain agar bisa digunakan sebagai pembanding.

c. Disarankan agar pihak EDTL harus:

1). Meningkatkan pemasarannya dalam hal ini penjualan energi harus

mencapai target yang maksimum setiap tahunnya.

2). Meningkatkan keamanan agar mengurangi kerugian non teknis,

mengingat masih banyak terjadi sambungan liar (illegal connection).

107
DAFTAR PUSTAKA

Amendment to Contract Agreement. Third. 2011. Contract agreement of


engineering, procurement, construction and operation for National Electrical
Power. Timor Leste.

Anonim. 2011. Review of the Long Run Marginal Cost (LRMC) parameter
for setting the contract price. Singapore: Energy Market Authority.

Anonim. 2005. Energy Development. Electricity Tariff Review. Syria:


Institutional & Sector Modernisation Facility.

Anonim. 2006. Study of Electricity Tariff. Syria: Institutional & Sector


Modernisation Facility.

Asian Development Bank (ADB). Asian Development Outlook. 2013.


http://www.adb.org/sites/default/files/ado2013-timor-leste.pdf dan
https://www.google.com/#q=timor-leste+gdp+growth+rate

Breslin, P. 2010. Calculation of Energy Cost. Economics Policy Strategy.


Tasmania.

Decreto-Lei No. 13/2003. Estabelece as Bases do Sistema Nacional de


Electricidade. Journal da Repblica. Repblica Democrtica de Timor Leste.

Decreto-Lei No. 33/2010 de 28 de Junho 2010. Reviso do Tarifrio Para


Fornecimento de Energia Elctrica. Journal da Repblica. Repblica Democrtica
de Timor Leste.

Decreto-Lei No. 1/2011. Orgnica do Ministrio das Infra-Estruturas.


Journal da Repblica. Repblica Democrtica de Timor Leste.

Dickert, J and Schegner, P. 2010. Residential Load Models for Network


Planning Purposes. Germany: Institute of Electrical Power Systems and High
Voltage Engineering Technische Universitt Dresden. Modern Electric Power
Systems 2010, Wroclaw, Poland (MEPS'10 - paper 04.1).

ESDM. 2010. Indonesian Energy Outlook 2010. Pusat Data dan Informasi
(Pusdatin-ESDM). Jakarta.

HERC. 2013. Issues of tariff Philosophy. Haryana Electricity Regulatory


Commission. Available from: URL: http://herc.gov.in/documents/html/tp.html.

Horngren, C. T. 2008. Akuntasi Biaya, Jilid 2 Edisi 11, Edisi bahasa


Indonesia. Jakarta: PT. Indeks.

108
Keputusan Menteri ESDM No. 2026 K/20/MEM/2010. Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). PLN (Persero) Tahun 2010 - 2019.

Kieso, W.W. 2010. Intermediate Accounting, Vol. 1&2, International


Financial Reporting Standard (IFRS) 3th Ed. Aptara: Penerbit John Wiley & son.

Marsudi, D. 2011. Pembangkitan Energi Listrik, Edisi Kedua. Jakarta:


Erlangga.

Marsden, J. 2004. Estimation of Long Run Marginal Cost (LRMC).


Queensland: Queensland Competition Authority.

Priyanka, R. dan Chakrabarti, A. 2012. Power Generation Pricing Model


Based on Long Run Marginal Cost Methodology. India: International Journal of
Electrical and Computer Engineering (IJECE).

Peraturan Presiden RI, 2011. Perpres RI No. 8 Tentang Tarif Tenaga


Listrik yang di Sediakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Indonesia:
ESDM.

PT. PLN (Persero). 2011. Statistik PLN. Sekretariat. Indonesia: PT. PLN
(Persero).

Robert, J., dkk. 2008. Estimates of Marginal Cost of 2010. Christensen


Associates Energy Consulting.

Segismundo, A.L. 2012. Studi Sistem Jaringan Distribusi 20 kV di Kota


Dili untuk Memenuhi Kebutuhan Beban Sampai dengan Tahun 2021. Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar.

Singh, S.N. 2006. Electrical Power Generation, Transmission and


Distribution, Sixth Printed. New Delhi: Asoke K. Ghosh, Prentice-Hall, India
Private Limited.

Stern, F. 2013. Methods for determining Energy Efficiency. National


Renewable energy Laboratory (NREL) Denver West Parkway Golden, Colorado -
USA). http://energy.gov/sites/prod/files/2013/07/f2/53827_complete.pdf dan
http://www1.eere.energy.gov/wip/pdfs/53827-10.pdf

Undang-Undang RI. No. 7 Tahun 1976. Pengesahan Penyatuan Timor


Timur ke Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.

Vernstrom, R. 2010. Long Run Marginal Cost of Service Tariff Study.


Tanzania: Consulting Economist.

Wartsila & Puri Akraya Engineering. 2012. Operation and maintaenance


monthly report for power plant and network T&D. EDTL Timor Leste.

109
Lampiran A
Biaya Investasi

Biaya Investasi dialokasikan secara bertahap dari tahun 2009 sampai 2013,
yang diperuntukan pembangunan Transmisi 150 kV, Pembangkit 250 MW dan
perluasan jaringan distribusi TM & TR di seluruh wilayah Timor Leste

Biaya Investasi (Juta dolar $USD)


Pembangkit Jaringan Transmisi & Distribusi
Tahun PLTD PLTD Transmisi Distribusi Distribusi
Jumlah
Hera Betano TT TM TR
2009 45,00 45,00 125,00 32,45 18,25
2010 67,00 67,00 130,00 25,45 21,00
2011 53,00 55,00 108,00 60,00 28,00 22,00
2012 94,00 94,00 29,10 23,75
2013 46,00 46,00

165,00 195,00 360,00 315,00 115,00 85,00


Jumlah 360,00 515,00
875,00
(Sumber: Amendment to contract agreement, 2011)

110
Lampiran B
Pembangkit dan Jaringan

1. Jumlah kapasitas pembangkit 250 MW, yang digunakan untuk mensuplai


energy ke semua pelanggan di Timor Leste.
2. Jarak jaringan transmisi 800 km telah selesai dibangun, sementara untuk
distribusi masih terus dibangun karena sebagian daerah belum terjangkau
jaringan.

Nama Kapasitas Terpasang Kapasitas Tersedia


Keterangan
Pembangkit (MW) (MW)
Hera 122,5 120
Pembangkit
Betano 140 130

Suplai Jarak (kilometer)


Jaringan Tegangan Sudah Akan
Teridentifikasi
(kV) dibangun dibangun
Transmisi TT 150 800 800 -
Distribusi TM 20 21450 14950 6500
Distribusi TR 0,4 28775 16210 12565
(Sumber: EDTL, 2012)

Kapasitas Gardu induk di tiap-tiap kabupaten

Nama Kabupaten Kapasitas Terpasang


No.
(District) (MVA)
1. Ainaro (Cassa) 10
2. Baucau 31,5
3. Aileu
4. Dili 2 x 31,5
5. Ermera
6. Liquia 20
7. Lospalos 10
8. Maliana 10
9. Manatuto 20
10. Same 30
11. Suai 20
12. Viqueque 10
(EDTL Timor Leste, 2012)

111
Lampiran C
Produksi energi

Produksi Energi 2005 2010 (kWh)


Energi Energi
Energi
Tahun Production Received Fuel Costs ($)
Billed (KWH)
(KWH) ($)
2005 63.384.615 35.871.301 5.586.676 9.613.566
2006 71.958.471 32.581.172 5.281.298 13.451.660
2007 91.788.978 36.119.579 4.833.460 22.383.879
2008 110.514.113 46.052.915 5.430.823 25.400.439
2009 131.700.316 67.594.239 7.566.968 30.956.548
2010 136.911.616 79.223.288 9.613.566 41.256.388
2011 147.027.949 73.939.964 12.749.505 43.899.368
2012 161.730.744 72.945.071 12.673.064 52.152.450
(Laporan CEM & EDTL, 2010)

Produksi energi bulanan tahun 2012

(EDTL, 2012)

112
Energi yang dibangkit & SFC pada bulan Desember 2012

(EDTL, 2012)

113
Lampiran D
Jumlah Pelanggan

Jenis Jumlah Pelanggan


Pelanggan Di Kota Dili Selain Dili Keseluruhan
52170
Rumah Tangga 30.770 21.400
Sosial 691 450 1.341
Usaha/Industri 1.514 1050 2.564
1310
Pemerintah 470 840
33.445 23.740
Jumlah 57.385
Jumlah keseluruhan:

(EDTL, 2012)

114
Lampiran E
Beban Harian

Beban Harian (Amper)


Jam Feeder 1 Feeder 3 Feeder 4 Feeder 6 Total
1 45 69 55 78 247
2 45 65 56 73 239
3 46 67 57 73 243
4 46 58 57 72 233
5 48 59 57 68 232
6 78 65 77 73 293
7 75 68 77 130 350
8 50 217 92 238 597
9 50 216 84 257 607
10 50 210 89 237 586
11 50 205 86 237 578
12 48 206 91 237 582
13 45 199 81 220 545
14 46 202 88 233 569
15 47 205 87 234 573
16 48 203 87 234 572
17 57 198 86 234 575
18 123 210 97 237 667
19 125 213 98 230 666
20 120 210 95 210 635
21 120 208 95 180 603
22 115 200 87 145 547
23 75 150 79 86 390
24 54 80 73 80 287
Jumlah 1606 3783 1931 4096 11416
Rata-rata 67 158 80 171 476
Max 125 217 98 257 697
LF 0,54 0,73 0,82 0,66 0,68
FD 1,02 1,03 1,01 1,08 1,04
CF 0,98 0,97 0,99 0,92 0,96
LD 2 7 1 20 30

115
Kurva Beban Harian

FEEDER-1 (Mewakili Pelanggan Rumah Tangga) FEEDER-3 (Mewakili Pelanggan Bisnis)


140 250
120
200
100

80 150

60 100
40
50
20

0 0

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

FEEDER-4 (Mewakili Pelanggan Bisnis - Industri) FEEDER-6 (Mewakili Pelanggan Perkantoran)

120 300

100 250

80 200

60 150

40 100

20 50

0 0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

116
Pertumbuhan Beban

Pertumbuhan Beban Puncak


Kapasitas Daya Beban
Pertumbuhan
Tahun Terpasang Mampu Puncak
(MW) (MW) (MW) MW (%)
2002 24,5 21,0 20,0
2003 24,5 21,0 20,0 0,0 0%
2004 30,7 22,6 21,5 1,5 8%
2005 30,7 25,0 23,5 2,0 9%
2006 30,7 25,0 24,0 0,5 2%
2007 30,7 25,0 24,6 0,6 3%
2008 42,6 30,7 25,0 0,4 2%
2009 42,6 30,7 25,0 0,0 0%
2010 42,6 30,7 25,0 0,0 0%
2011 - Juli 42,6 30,7 25,0 0,0 0%
Rata-rata 34,2 26,2 23,4 0,6 3%
(Sumber: Hasil Penelitian, Segismundo, 2012)

117
Lampiran F
Rangkuman Data Berdasarkan Hasil Wawancara

Data diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang di


EDTL, yang diantaranya meliputi bagian Transmisi dan distribusi, Pembangkitan,
perncanaan dan keuangan.

Jaringan
Keterangan Pembangkit
TT TM TR
Persentase Rugi Teknis (%) 2% 2% 4% 6%
Pertumbuhan Biaya Investasi (%) - 2% 3% 5%
Station Loss & Station Use (%) 2% - - -
Biaya O&M Tetap (%) 4% 3,5% 4% 4,5%
Biaya O&M Variable Fuel cost (%) 2,5% - - -
Reserve Margin (%) 20% - - -
Umur Ekonomis (Tahun) 30 Thn 30 Thn 25 Thn 20 Thn
Bahan Bakar HSD
SFC saat WBP (liter/kWh) 0,2505
SFC saat LWBP (liter/kWh) 0,2355
Heat Rate saat WBP (KJ/kWh) 9060
Heat Rate saat LWBP (KJ/kWh) 8500
Low Heating Value (KJ/KG) 42700
Densitas (KG/m3) 0,85
Harga Bahan Bakar ($/liter) $1,00
Biaya investasi untuk Jaringan pada 2,50 29,10 23,75
tahun referensi (Juta dolar)

Bisnis Bisnis
Konsumsi Energi Rumah Tangga Berskala Berskala Industri
Kecil Besar
Rata-rata (kWh/bulan) 80 -100 600 - 800 > 2000 -

Sumber:
1. Bagian Transmisi dan distribusi, EDTL Dili, Juni 2013.
2. Bagian Produksi, EDTL Dili, Juni 2013.
3. Bagian Perencanaan & Keuangan, EDTL Dili, Juli 2013.
4. Bagian Pemasaran, EDTL Dili, Juli 2013.

118

Anda mungkin juga menyukai